NovelToon NovelToon

HIDDEN LOVE FOR MY MAID

BAB I. Kabur dari Perjodohan

Suasana mencekam menyelimuti ruangan dengan corak kuno disekitarnya. Sepasang ayah dan anak saling melemparkan tatapan tajam, seakan mengibarkan bendera perang satu sama lain.

"Ayah, aku tidak ingin bertunangan ataupun menikah dengan orang yang tidak aku cintai! " Gadis pirang itu melemparkan tatapan tajam ke arah lawan bicaranya tanpa rasa takut sama sekali. Pipinya yang menggembung, membuatnya semakin menggemaskan dari biasanya.

" Ini demi kebaikanmu, Cassa. Ayah juga tidak akan memilih asal-asalan calon suamimu itu, bisa kah kau tidak terus-terusan membantah ucapan dari ayah mu yang tampan ini hm? Pertunanganmu juga akan dilaksanakan saat kau sudah melaksanakan debutante mu " Pria paruh baya, yang diyakini ayah dari gadis di depannya itu mengusap dahinya, frustasi melihat tingkah laku anak gadis semata wayangnya. Sikap keras kepalanya itu bahkan menurun darinya, mungkin lebih keras kepala dari dirinya sendiri.

"Lagipula, aku masih muda. Aku ingin menjalani masa mudaku dengan bebas, Yah. Kenapa aku harus bertunangan dengan orang yang tidak kukenal? Walau dia putra mahkota, aku tidak akan mau! Kalau ayah melakukan ini demi terjalinnya kerja sama antar kerajaan, maka ayah saja yang menikah! " Cassandra menolak mentah-mentah, perdebatan antara ayah dan anak ini sudah menjadi hal biasa di kerajaan ini. Dengan sifat ayahnya yang overprotective dan suka mengatur, sedangkan sifat sang anak yang pembangkang, membuatnya mereka seperti musuh bebuyutan.

"Tidak usah membantah, Cassa! Ikuti kata ayah, besok berdandanlah yang cantik. Ayah akan mengirimkan gaun untukmu besok, jangan berpikiran untuk kabur dari pertunangan ini dan memalukan nama ayah. Putra Mahkota Kenzo adalah lelaki yang baik, jadi terima saja ya demi kebaikan kamu. Mengerti, sayang? " Setelah mengucapkan kalimat panjang tersebut, Ayah Cassandra yang bernama Jasver Abelard Payton, pergi meninggalkan ruangan tersebut meninggalkan putrinya sendiran agar merenungi semuanya.

"Heh? Kau kira aku akan menurutimu dengan mudah, Ayah? Tidak akan! " Batin Cassandra dengan menampilkan senyum seringainya. Otak kecilnya sedang merangkai sebuah rencana agar terbebas dari acara pertunangannya.

Cassandra keluar dari ruangan, dan dikejutkan dengan kedatangan sang kakak kesayangan yaitu Jezgar Aruiz Payton. Cassandra merasa heran saat melihat senyuman kakaknya yang tak pudar dari raut tampan miliknya.

" Kakak, kau sudah gila ya? Apa perlu kupanggilkan tabib? "Tanya Cassandra, sebenernya ia tak peduli. Tetapi ia begitu penasaran apa yang membuat kakaknya tersenyum layaknya orang gila.

" Tidak apa, adik manis. Kakak hanya senang, mendengar adik kakak yang manis ini akan bertunangan. Tenang saja, adik. Putra mahkota kerajaan Veldris , adalah teman kakak di akademi jadi kakak sudah tau sifatnya. Walau dia adalah lelaki dingin, tapi dia tidak kasar! Dia tampan, tapi lebih tampan kakakmu ini" Jezgar tersenyum lebar saat menceritakannya. Cassandra melirik sinis sang kakak, kenapa keluarganya itu tidak ada yang waras? Apakah hanya dia yang waras disini?

"Aku tidak peduli, jangan menghalangiku kakak!" Jezgar hendak berbicara sesuatu, tetapi Cassandra meninggalkannya tanpa mengucapkan apapun untuk pergi ke kamarnya.

"Besok pagi aku harus pergi, maka dari itu aku harus merapikan semuanya" Dikamar miliknya, Cassandra sibuk menata baju-baju yang akan dibawanya. Lumayan banyak untuk mencukupi kebutuhannya, mungkin sekitar 30 gaun. Lalu membawa koin bulanannya yang telah ditabungnya agar saat diluar kerajaan, ia tidak akan menjadi gelandangan. Cassandra juga tak lupa membawa barang lainnya yang mungkin ia pakai saat diperjalanan.

Menghabiskan waktu 2 jam lebih, akhirnya Cassandra sudah selesai mengemasi barang barang miliknya. Saat ini ia tengah berbaring di ranjang sambil meratapi nasibnya.

" Ayah begitu menyebalkan! Apakah besok aku harus mencari pekerjaan? Ide yang menarik! Menjadi putri sangat merepotkan dan membosankan harus menjaga tingkah laku dan selalu bertemu dengan para penjilat"

Malam hari pun tiba, kini jam dinding di ruangannya menunjukkan pukul 7 malam dan sudah saatnya untuk para bangsawan melaksanakan makan malam bersama.

"Tuan Putri Cassandra memasuki ruangan"

Menghiraukan teriakan dari sang penjaga, Cassandra mendudukkan dirinya di tempat duduk miliknya, tampaknya keluarganya sudah menunggunya sedari tadi.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu! " tanya Cassandra masih kesal karena kejadian tadi.

"Tidak apa sayang, ayo makan yang banyak. Makanan kesukaan kamu juga ada disini, Selamat makan semua" Ucap seorang wanita paruh baya, ibu dari Cassandra itu bernama Christina Alora Payton. Meski sudah berumur 45 tetapi wajahnya masih terlihat muda. Rambut cokelat dengan mata biru sapphirenya begitu mempesona. Tak heran jika dulunya ia adalah primadona di Kerajaan Basilius.

Ruang makan kini hanya terdengar dentingan sendok, membuat Cassandra bosan. Setelah menghabiskan makanan miliknya, ia segera bangkit dari kursinya. Tak lupa mengucapkan salam kepada keluarganya yang menyebalkan.

"Sayang, apa tidak apa kita menjodohkannya? Aku takut Cassa akan melakukan sesuatu yang berbahaya" Cemas Ratu Christiana, ia begitu menyayangi sang putri kecil tetapi saat perjodohan terjadi ia tak bisa melakukan apapun. Semua itu adalah kehendak dari suaminya, jadi ia hanya bisa menurut.

"Sudahlah, sayang. Jangan khawatir, aku sudah menempatkan banyak penjaga agar anak nakal itu tidak bisa kabur! " Balas Raja Jasver

Sinar matahari yang tadinya masih gelap, sekarang menjadi lebih terang. Pagi sudah kunjung tiba, lebih tepatnya masih pukul 3 pagi. Cassandra telah bangun dari tidur cantiknya, dengan segera ia menjalankan rencananya untuk melarikan diri. Cassandra mulai memakai sihir miliknya yang dipelajari diam-diam olehnya, sihir tersebut dapat mengubah penampilan seseorang. Rambut yang awalnya berwarna keemasan kini berubah berwarna hitam, mata biru langit yang indah itu berubah menjadi hijau emerald dan sekarang ditubuh Cassandra sudah dipakainya pakaian seorang pelayan.

Walau harus melewati penjaga yang sedang berkeliaran kesana kemari, tetapi hari ini keberuntungan memihak kepada Putri Cantik kerajaan Payton tersebut.

"Hahaha! Rasakan itu ayah, aku tidak akan menikah ataupun bertunangan dengan siapapun sebelum aku bisa merasakan bagaimana mencintai seseorang, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi" setelah bermonolog dengan dirinya sendiri, ia segera bergegas pergi ke bagian belakang istana dengan mengendap-endap.

"AKHIRNYA, aku bisa keluar dari sangkar burung yang mengerikan itu. Baiklah mari kita melakukan perjalanan yang menyenangkan! "

Berbeda terbalik dengan Cassandra yang sedang melanjutkan perjalanannya, di Kerajaan Payton kini telah terjadi keributan. Berita tentang Tuan Putri Kerajaan tersebut menghilang dari kamarnya sudah menyebar.

"Sialan! Kalian sudah kuperingatkan untuk menjaga kamar putriku, tapi kenapa putriku bisa kabur hah?! Putriku pasti kenapa-kenapa diluaran sana! Kepala prajurit hukum mereka dengan 100 kali cambukan, cepat laksanakan itu! " Perintah Raja Jasver. Dia khawatir dengan putri semata wayangnya, karena diluaran sana berbahaya.

"Mohon maaf Yang Mulia Raja, Bagaimana dengan Rombongan dari Kerajaan Veldris?" Tanya dari satu-satunya tangan kanan milik Raja Jasver.

"Bilang ke mereka pertunangan ini akan diundur sampai putriku ditemukan" Setelah mengucapkan itu, tangan kanan Raja Jasver pamit undur diri dan meninggalkan dirinya sendirian di ruang kerjanya.

***

"Permisi, Pak. Tolong antarkan saya ke Kerajaan Aneila, berapa biayanya untuk kesana Pak? " Tanya Putri Cassandra. Sekarang ia sudah mengganti namanya menjadi Laviora Adesta, berpura-pura menjadi gadis dari kalangan biasa membuatnya begitu tertarik dan memutuskan ke Kerajaan Aneila karena dari kecil ia mengagumi Kerajaan Aneila tersebut.

"Harganya 10 koin perak, Nona. Silahkan Nona, anda bisa masuk kedalam kereta kudanya sekarang juga. Saya akan mengantarkan anda dengan selamat" Setelah mengucapkan terima kasih, Cassandra duduk didalam kereta kuda sambil melihat pemandangan kotanya. Ini pertama kalinya ia bisa melihat pemandangan kota dengan bebas.

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam, ia sudah sampai di Kerjaan Aneila. Kerajaan Aneila berbeda dengan Kerajaan Basilius. Jika Kerajaan Basilius terkenal dengan penyihir hebatnya, Kerajaan Aneila terkenal dengan prajurit kuatnya.

Cassandra turun dari kereta kudanya, ia memandang takjub pemandangan didepan matanya. Begitu indah, ternyata ia tidak salah mengagumi Kerajaan Aneila! Ia begitu senang karena saat ini ia bisa datang dengan sendirinya di kota impiannya, dia dari dulu ingin kesana namun tidak bisa karena keluarganya begitu posesif dengan dirinya. Menyebalkan bukan?

Cassandra menyusuri jalanan yang begitu ramai sambil menenteng tasnya, dengan tujuan mencari pekerjaan. Hingga ia tidak sengaja mendengar bahwa ada lowongan pekerjaan yang menjadi pelayan dari seorang Duke. Dari yang ia dengar, Duke tersebut bernama Alaric Stefanus Hexton. Duke yang dikenal dengan julukan iblis karena saat di medan perang, dia lah yang selalu bisa mengalahkan musuhnya hingga ratusan orang bisa mati di tangannya. Bukan hanya di kenal sebagai dengan Duke Iblis tapi ia juga dikenal dengan Raja Perang, semua gadis mengaguminya tapi tak berani untuk mendekat. Duke itu dikenal dengan dingin, kejam dan tanpa perasaan. Hanya saja wajahnya yang seperti malaikat pencabut nyawa, tampan namun mematikan.

Cassandra yang mendengarkan itu begitu tertarik, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah. Ia begitu penasaran dengan Duke Kejam dari Kerajaan Aneila ini. Ia memutuskan untuk melamar pekerjaan di kediamannya, dan itu tidak akan mudah karena harus ada seleksi yang cukup ketat.

"Wah, aku tidak sabar untuk bertemu dengan Duke kejam itu. Apa benar kalau dia sekejam itu? Mereka terlalu membesar-besarkannya. Tapi bagaimana ya, aku tidak bisa melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh pelayan. Ah sudahlah, aku tidak peduli! "

Keesokan harinya, Cassandra sudah bersiap dengan gaun sederhananya yang berwarna biru muda. Ia menata rambutnya sedemikian rupa, kemarin ia telah menyewa sebuah penginapan untuk 2 malam. Pagi ini, Cassandra bergegas ke kediaman Duke Kejam tersebut. Dia begitu tidak sabar.

"Permisi, saya ingin melamar pekerjaan menjadi pelayan disini. Apa masih bisa, Tuan Prajurit? " Tanya Cassandra didepan kediaman Duke Hexton.

"Silahkan masuk, anda bisa berjalan lurus lalu belok kekanan. Akan ada yang membimbing anda untuk melakukan seleksi untuk menjadi pelayan di kediaman Hexton, " jawab Prajurit itu cukup singkat, mempersilahkan Cassandra untuk memasuki kediaman yang cukup besar. Terpampanglah halaman yang begitu luas, dihiasi air mancur lalu taman dengan warna hijau yang menyejukkan. Ada juga patung dengan corak yang begitu unik dengan ciri khasnya, membuat Cassandra menatap takjub. Ya, walau tak seindah kerajaannya tapi Cassandra tetap suka.

"Wah, lumayan juga kediaman Duke Hexton ini. Aku cukup suka dengan desain interiornya" Batin Cassandra, sambil menatap sekelilingnya dengan mata berbinar. Tidak sadar bahwa didepannya ada lelaki bertubuh gagah menghadangnya. Dan berakhir, Cassandra terjatuh di atas tanah seperti ada tembok yang menghalanginya.

"Puas memandangi kediaman ini hm? Rendahan sepertimu memang terlihat begitu norak ya?" Suara berat itu menyapu telinga Cassandra, Cassandra mendongakkan wajahnya dan terlihatlah seorang pria gagah, dengan ototnya yang menonjol, rambut hitam legam dan matah merahnya semerah darah.

"Mata hijau mu menggangguku, jangan seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Tata kramamu jangan lupa, dan jangan sampai kau menikmati duduk ditanah seperti itu seperti gelandangan" Lanjutnya, lalu meninggalkan Cassandra yang masih terduduk di tanah. Cukup panjang, dan setelah mengatakan itu Duke kejam itu / Alaric, juga baru menyadari kenapa ia bisa berkata sepanjang itu?!

"Sial! Jadi dia Duke kejam itu?! Tampan sih, tapi begitu menyebalkan! Sok keren, rasanya aku ingin membunuhnya nanti" Dalam hati Cassandra memaki Duke Hexton berkali-kali, bisanya ia direndahkan oleh lelaki sok keren sepertinya!

Setelah kejadian tadi yang membuat Cassandra kesal, Cassandra saat ini sudah melakukan seleksi pekerjaannya. Cukup melelahkan, bahkan ia seringkali ditegur oleh Kepala Pelayan kediaman yang begitu galak.

"Ah, syukurlah. Semoga aku bisa diterima disini. Aku akan membuktikan ke Ayah bahwa aku bisa hidup mandiri, " ucap Cassandra dengan penuh tekad. Lalu dia bergegas kembali ke penginapannya untuk menunggu pesan dari kediaman Hexton, apakah ia diterima menjadi pelayan disitu atau tidak.

Didalam perjalanan ke penginapannya, Cassandra berkunjung ke pasar. Begitu ramai, tetapi matanya tidak sengaja menangkap seorang anak kecil yang sedang memungut makanan dari jalanan.

"Astaga, kasihan sekali dia. Sepertinya aku harus membantu anak kecil itu! " setelah mengucapkan itu, Cassandra berjalan kearah anak kecil itu lalu berjongkok menyamakan tinggi anak didepannya. Anak yang diketahui berjenis kelamin laki-laki itu menatap Cassa takut, mengira Cassa adalah orang jahat.

"Halo, anak kecil yang manis. Jangan takut sama kakak, kakak orang baik kok. Oh iya, kamu kenapa mengambil makanan dari jalanan?, " tanya Cassa lembut, tangannya mengelus rambut cokelat anak didepannya.

"Elio lapar, Kak. Elio ingin makan, tetapi Elio tidak punya uang untuk membeli, " ucap Elio, si anak kecil tersebut. Matanya memancarkan kesedihan yang begitu dalam, membuat Cassa tidak tega dengannya.

"Jangan bersedih, Lio manis. Bagaimana kalau kakak belikan Elio makanan enak? " tanya Cassandra sambil tersenyum lembut membuat anak lelaki didepannya terpesona akan paras Cassandra yang semakin memukau walau dia sedang dalam penyamaran.

"Mau, Kak! Elio mau makanan enak. Tapi tidak apa-apa, Kak? " Elio menatap Cassandra dengan tidak enak, takut merepotkan kakak cantik didepannya.

"Tidak apa-apa, kok! Kamu kalau ingin membelikan makanan untuk orang yang di rumahmu, juga boleh" ucap Cassandra meyakinkan, dan diangguki oleh Elio. Mereka berdua pun menyusuri pasar kembali, Cassandra membelikan tiga spaghetti dan dua pizza untuk Elio. Elio begitu sangat senang hari ini, dan memeluk Cassandra dengan erat.

"Kak Viora, terima kasih banyak sudah mentraktir Elio. Ibu dan Adik Elio pasti akan senang sekali saat Elio sudah pulang dirumah. Nanti dimasa depan, Elio mau menikah dengan, Kakak! " ucap Elio dengan percaya diri, senyumnya sangat lebar.

"Hahaha, astaga. Kamu masih kecil tau, sudah bilang nikah-nikah saja! Sudah sana kamu pulang, sampaikan salam Kakak ke Ibu kamu dan Adik kamu ya" ucap Cassandra dan diiyakan oleh Elio. Cassandra tersenyum, ah akhirnya dia bisa membantu walau sedikit di kerajaan impiannya.

Setelah melewati hari yang cukup berat tidak seperti biasanya, Cassandra saat ini sudah berada dikamarnya. Duduk dipinggir kasurnya sambil menikmati biskuit dan teh hangat yang disediakan oleh penginapannya. Menunggu berita yang menegangkan dan yang paling ia tunggu-tunggu.

Tak lama kemudian, seekor burung merpati sudah sampai di jendela kamar Cassandra. Cassandra pun menghampiri burung merpati itu dan mendapati pesan. Inilah yang ditunggunya. Detik-detik, Cassandra membukanya, seketika matanya melotot seakan ingin keluar dari tempatnya.

"APA?! "

...—BERSAMBUNG—...

BAB II. Kesalahan Hari Pertama

"APA?! Aku diterima?! ASTAGA, AKU BEGITU MENAKJUBKAN " ucap Cassandra dengan volume yang keras, seketika melupakan tata kramanya. Ia melompat kecil saking senangnya, dan tak lama Cassandra langsung ditegur oleh orang disebelah kamarnya.

" Hihi, waktunya untuk tidur nyenyak. Besok aku sudah mulai bekerja dan bertemu dengan Duke jelek itu"

...****************...

Pagi hari telah tiba, ini adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Cassandra mulai merapihkan pakaiannya dan bergegas pergi ke kediaman Hexton. Ia diberikan seluruh keperluannya saat bekerja dan diberikan peraturan bekerja untuk kedepannya. Setelah semuanya selesai, Cassandra pun duduk manis menunggu tugas pertamanya.

"Hei kau, Laviora. Buatkan kopi hitam untuk Duke Alaric, lalu antarkan ke kamarnya" titah dari pelayan senior, atau bisa dipanggil Seila. Wajahnya lumayan, tapi mimik wajahnya begitu tidak bersahabat.

"Baik, Sei. Aku akan menyiapkannya, serahkan kepadaku! " ucapnya percaya diri, dan segera membuatkan kopinya. Selesai membuat kopi hitam untuk sang Duke, Cassandra alias Laviora pergi ke kamar Duke Alaric. Tak lupa, ia mengetuk pintunya perlahan. Sudah berkali-kali Cassa ketuk, tetapi tak kunjung ada jawaban.

"Duh, mana sih Duke sialan itu. Lama sekali, dia tidak tahu apa kalau kopi ini lumayan panas huh! " gerutu Cassa tidak sabar.

Satu menit, dua menit, tak ada jawaban. Menit ketiga, Cassandra baru saja mendapat jawaban dari dalam kamar yang sunyi itu.

"Masuk" suara berat itu menyapa telinga Cassa, Cassandra dengan ogah-ogahan untuk masuk kekamar tersebut. Alangkah sudah masuk kekamar yang dipuja-puja sebagai Raja perang itu, dalam beberapa detik mata Cassandra melotot, mulutnya terperangah. Ia begitu terkejut! Bagaimana mungkin, Duke jelek itu berdiri didepan kamar mandi hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawahnya. Rambut hitam legamnya basah apalagi mata merahnya itu, membuat dia semakin tampan berkali-kali lipat.

*Pyarr

Cangkir kopi ditangan Cassa sudah tak berbentuk lagi, pecahan kaca itu mengenai kaki Cassa hingga kaki Cassa mengeluarkan setitik darah.

"Aduh, aduh. Kakiku berdarah, untung saja hanya sedikit. Sialan kau, cangkir jelek" umpat Cassa, lalu berjongkok ke arah kakinya. Rasanya ia ingin menangis, dulunya ia hanya lah Tuan Putri yang manja dan keras kepala. Lalu tiba tiba saja menjadi sok mandiri karena kabur dari perjodohan yang diajukan Ayahnya.

"Ayo, Cassa. Kamu pasti bisa! " itulah kata² yang selalu terucap dibenak Cassa. Ia tidak mau dianggap sebagai Tuan Putri yang lemah.

Cassa yang sibuk meniupi kakinya, tidak menyadari tatapan lelaki didepannya itu. Sangat tajam seperti tujuh belah pedang yang ingin menusuk Cassa. Kaki laki-laki itu perlahan maju, lalu ikut jongkok dan tangannya mengangkat dagu lawan dihadapannya. Mata hijau emerald yang indah bertemu dengan mata merah ruby yang tajam. Mereka saling bertatapan dengan waktu yang sedikit lama.

Seakan terhipnotis, mereka betah untuk saling menatap. Tidak kunjung untuk saling melepaskan tatapan mereka satu sama lain. Hembusan angin menerpa diantara mereka, burung yang berkicauan menjadi saksi dua pasangan berbeda jenis kelamin tersebut. Seakan sadar, Cassandra menyingkirkan dengan memukul tangan Duke Alaric agar tidak memegang dagunya lalu otomatis berdiri.

"Apa-apaan anda, Duke?! Jangan mendekat, tolong jaga batasan anda" ucap Cassa mundur, lalu menyilangkan tangannya didepan dadanya. Matanya menatap nyalang lelaki didepannya tanpa rasa takut, lupa bahwa dia sekarang hanyalah pelayan disini.

Alaric yang sadar pun ikut bangkit, menatap nyalang balik pelayan barunya itu kemudian tersenyum smirk. Sepertinya ia menemukan barang yang menarik di hidupnya, karena baru ini ada seseorang yang tidak takut dengannya.

"Hahaha, kau sangat lucu, Nona Pelayan. Baru pertama kali kau bekerja disini, tapi sudah berani membuat berbagai kesalahan. Pertama, memecahkan cangkir kopi yang akan diminum olehku. Kedua, mengumpat di depan seorang Duke. Ketiga, tidak memberi salam. Keempat, memukul tangan seorang Duke. Hukuman apa yang cocok untuk dirimu, Nona Pelayan? " tanya Alaric dengan wajah yang menggelap, tangannya bersendekap. Melihat reaksi gadis didepannya yang sedang panik, tak sadar bibirnya menyunggingkan senyuman yang begitu tipis.

"Sialan, aku lupa. Bagaimana ini?! Aku mempunyai banyak kesalahan di hari pertama, Ayah tolong Cassa hiks.. " Cassa berperang dengan pikirannya, begitu panik. Ia takut diberhentikan dari pekerjaan nya di hari pertamanya.

"Salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan Dewa melimpahkan berkah kepada Anda.

Tolong ampuni saya Duke, saya bersalah di hari pertama saya bekerja. Tapi, tolong jangan berhentikan saya menjadi pelayan anda, " pinta Cassa dengan menatap pria didepannya dengan sungguh-sungguh, tubuhnya menunduk 90°.

"Hmm, sebentar. Biarkan aku memikirkan hukuman yang cocok untuk gadis lancang sepertimu. Biasanya, aku akan langsung membunuh pelayan yang melakukan kesalahan, jadi apakah kau mau seperti mereka? " tanya Duke sambil tersenyum iblis, entah kenapa dia sangat senang menjahili gadis itu.

"A-apa?! Duke, tolong jangan seperti itu. Duke kan tampan, baik hati, tidak menyeramkan. Saya akan berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, jikalau kinerja saya masih buruk anda bisa memberhentikan saya, tapi jangan bunuh saya" ucap Cassa dengan mata yang ingin menangis, berakting agar Duke jelek itu memaafkannya. Tapi Alaric hanya diam saja, bibirnya berkedut seakan ingin tertawa.

"Hahaha, astaga. Baiklah, kau aku maafkan kali ini. Tapi jangan diulangi! Besok aku akan memberimu hadiah. Sekarang, cepat bereskan kekacauan yang kau buat, lalu kembalilah nanti," setelah tertawa dengan kencang, wajah Duke itu seketika menjadi dingin lagi. Dia berbalik ke lemarinya dan ingin segera berpakaian.

"Berbaliklah, jangan melihatku saat sedang memakai baju! " titah sang Duke Kejam itu, Cassa hanya bisa menurut. Setelah semua pecahan itu terkumpul, Cassa bergegas keluar. Tetapi langsung dikejutkan oleh seorang lelaki yang cukup tampan dengan kacamatanya, anehnya mata lelaki didepannya itu seperti terkejut.

"Ah, Nona Pelayan. Perkenalkan saya Nathanio, tangan kanan dari Duke Alaric, " ucap Nathanio dengan senyum tipisnya. Begitu menawan! itulah yang ada didalam pikiran Cassandra, tetapi Atasannya lebih menakjubkan, pikirnya lagi.

"Astaga, kenapa aku bisa memikirkan Duke jelek itu" Cassandra menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuat Nathanio bingung.

"Kenapa anda menggeleng seperti itu, Nona? "

"Ah tidak apa-apa, Tuan. Saya Laviora, senang bertemu anda. Tapi saya harus kembali ke dapur" setelah mengucapkan itu, belum ada jawaban Cassa langsung lari terbirit-birit.

Nathanio yang melihatnya terbengong, dan menghilangkan pikiran anehnya. Ia mengetok pintu kamar Alaric dan langsung masuk.

"Permisi, salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan Dewa melimpahkan berkah kepada Anda. " ucap Nathanio dengan menunduk 90° dan hanya dibalas deheman oleh Alaric.

"Hari ini aku ada jadwal apa, Nath?, " tanya Alaric sambil mengacingkan bajunya.

"Hari ini pukul 9, anda ada rapat dengan Marquess tentang persenjataan, " jawab Nathanio dengan penuh hormat. Setelah ini ia sangat ingin menanyakan yang sudah ia pendam sejak berada didepan pintu tadi.

"Oh, baiklah. Keluarlah, aku sedang tidak ingin diganggu. Datanglah setengah 9, dan siapkan keperluannya nanti" perintah Alaric kepada kanan tangannya itu.

"Baik, Yang Mulia. Saya ingin bertanya sesuatu, Duke. Apa boleh?, " tanya Nathanio perlahan, takut menyinggung dan takut kepalanya akan dipenggal.

"Hm, tanyakan saja"

"Apakah anda tadi tertawa karena Nona Laviora? " tanya Nathanio. Ya benar, itu adalah pertanyaan yang sangat ia ingin keluarkan dari mulutnya.

"Laviora siapa? " Alaric mengangkat satu alisnya, menatap tangan kanannya dengan penuh tanda tanya.

"Pelayan yang baru saja keluar dari kamar anda. Benarkah, Duke? Jangan-jangan anda jatuh cin.. " Nathanio menatap atasannya dengan tatapan menyelidik, sambil tersenyum jahil.

"Kau jangan mengarang hal yang aneh seperti itu! Hanya saja aku tadi kerasukan roh dan menjadi gila" balas Alaric cepat, tapi tidak memungkiri bahwa telinganya sedikit memerah.

"Anda gila, Duke?! Astaga, aku akan memanggilkan tabib yang terbaik saat ini juga"

"KELUAR KAU NATHANIO, KERJAKAN TUGAS DI PERPUSTAKAAN, DI RAK 65, " teriak Alaric dengan menggelegar.

"TIDAAAAAAAKKKK"

...— Bersambung —...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BAB III. Hadiah Terindah?!

Cassandra saat ini sedang berada didepan kamar Alaric, niat ingin mengetuk tapi dikejutkan oleh Nathanio yang keluar dari kamar dengan lari terbirit-birit.

"Aneh, kenapa dengan Tuan Nathan ? Seperti melihat hantu saja haha. Ah, benar juga. Bukan kah Duke sialan itu mirip hantu?, " ucap Cassa dengan senyum senyum sendiri.

"Gadis gila, kenapa kau diam saja disitu bahkan tertawa dengan sendirinya?, " sindir Duke jelek itu. Membuat Cassandra panas dalam, rasanya ingin mencekik lelaki didepannya tapi ditahan mati-matian takut langsung dipenggal dalam sekejap.

"Tidak apa-apa, Duke. Jadi, apa anda ingin saya antar ke ruang makan?, " balas Cassa dengan senyum yang lembut, tapi dalam hati ingin memaki. Alaric yang melihat senyum itu, hanya bisa tertawa iblis dalam hati. Menyenangkan sekali menjahili gadis didepannya.

"Ya, benar. Kau sangat peka ternyata, antarkan aku, " titahnya, Cassa hanya bisa menurut lalu mengekor dibelakang Alaric. Sesampainya di ruang makan, seperti biasa Pengawal mengumumkan kedatangan dari pemilik kediaman. Walau Duke hanya tinggal sendiri, tradisi tetap akan tidak bisa dihilangkan.

"Anda ingin saya ambilkan makanan apa, Duke?, " dengan mandiri, Cassa menawarkan untuk melayani sang Duke. Alaric tersenyum devil lagi, ia akan menjahili gadis itu dengan separah-parahnya.

"Ambilkan aku, *lasagna, risotto alla milanese, bawa tiramisu juga, gnocchi, gelato rasa vanila saja, dan terakhir bawakan aku bruschetta, " ucap Alaric dengan bersendekap dada, matanya melihat gadis didepannya sedang terperangah apalagi mulutnya yang terlihat sangat lebar, juga Alaric melihat tangan kecil itu sedang menggenggam seperti ingin memukul seseorang.

*Makanan Italia dengan sentuhan modern, dan tentunya rasanya yang tidak bisa diremehkan. Dibuat dengan bahan yang berkualitas sehingga membuat rasanya menjadi lebih nikmat

"Bisa ulangi perkataan anda, Duke? Anda terlalu cepat saat berbicara, saya hanya mendengar Lasagna dan tiramisunya saja, " ucap Cassandra jujur, berusaha untuk bersabar.

"Putar kembali waktu saja, aku lelah mengatakan itu lagi dan juga kau sangat lelet, " ejek Alaric dengan senyum smirk yang terlihat menjengkelkan. Entah hantu apa yang merasuki Cassa, ia pun mengeluarkan unek uneknya.

"Duke, anda tidak bisa begini dong. Anda sebagai Duke terlihat semena-mena terhadap saya, anda kira sebagai bawahan dan rendahan seperti saya tidak lelah menghadapi anda? Kita sama-sama manusia asal anda tahu!, " dengan menggebu-gebu, Cassa mengucapkan itu dengan sekali napas. Tangannya menunjuk kedepan wajah Alaric tanpa kenal takut.

*Sring

Pedang dua prajurit yang menjaga ruang makan itu mengarah di leher Cassa. Alaric yang melihat, memerintahkan untuk menurunkan senjatanya.

"Kalian jangan ikut campur, biar aku urus gadis nakal didepanku!, " dingin sang Duke. Duke yang sedang berbaik hati di pagi ini mengulangi perkataannya dengan perlahan, Cassa pun hanya bisa mengambilkan makanan banyak itu kedepan Alaric tanpa berbicara sama sekali. Moodnya seketika mendadak buruk.

"Makanlah bersamaku, duduk disini, " Alaric menunjuk kursi di sampingnya, mempersilakan Cassa untuk duduk disamping nya. Tetapi Cassa menolak mentah-mentah, rasanya muak melihat wajah Duke jelek itu.

"Menurut atau kepalamu akan digantung di kediaman ini?, " ancam Alaric. Cassa hanya bisa pasrah lalu mendudukkan pantatnya.

"Makanlah, ambil sekenyangmu saja" itu lah kata-kata terakhir yang diucapkannya sebelum mengunyah makanannya.

Prajurit yang berada di ruangan itu, begitu terkejut. Bagaimana tidak, Duke nya mengampuni seseorang yang sudah kurang ajar dengannya dan tiba-tiba dia menyuruh pelayannya makan berada satu meja dengannya. Bukankah ini momen yang langka?! Sepertinya Duke nya kali ini sudah agak gila, mengajak pelayan makan bersama.

"Kenapa dengan Duke jelek satu ini, aneh sekali" tapi Cassa tidak memungkiri hatinya merasa hangat, dia juga sangat senang bisa makan makanan yang mirip saat dikerajaannya.

Cassa hanya mengambil lasagna, lalu memakannya dengan tata krama yang sudah diajarkan. Begitu luwes, Duke yang disamping nya saja terlihat terpukau. Aneh juga kan, seorang pelayan bisa bertata krama di meja makan dengan baik.

"Ternyata pelayan sepertimu bisa tata krama saat berada dimeja makan, " rasanya Cass ingin mengatakan dia adalah Tuan Putri, tapi tentu saja tidak akan bisa atau kedoknya akan terbongkar.

Sesudah acara makan bersama antara pelayan dan Dukenya, Cassa membereskan alat makan itu dibantu dengan pelayan lainnya. Dia membersihkan alat-alat itu hingga bersih. Tugasnya sudah selesai, yang ia dengar Duke jelek itu akan ada rapat jadi ia bisa beristirahat. Berjalan ke kamarnya, Cassa dikejutkan dengan pelayan seniornya seperti Seila, dkk.

Seila sebagai pemimpin, mendorong Cassa hingga tersungkur. Cassa meringis pelan, cukup kuat dorongan dari gadis didepannya.

"Wah wah wah, pelayan baru sepertimu sudah berani makan bersama dengan Duke! Kau pasti menggodanya kan?!, " tuduh Seila dengan wajah garangnya, tangannya berkacak pinggang. Antek-anteknya juga menatap Cassa dengan tatapan tajam, sepertinya mereka cemburu.

Cassa bangkit dari duduk di lantainya. Matanya menatap tajam Seila dan para antek-anteknya, dikira dia takut apa ya melawan pelayan kecil seperti mereka.

"Aku menggodanya? Kalian lihat saja diriku, aku cantik, manis, mataku juga indah. Siapa juga yang tidak akan terpesona denganku?, " balas balik Cassa dengan berani nya. Menghempaskan rambutnya kesamping, memamerkan kecantikannya. Walaupun kecantikannya menjadi Laviora bisa dibilang lumayan, tapi waktu menjadi Cassandra dengan rambut dan mata yang berbeda dari lainnya menambah kesan kecantikannya. Bahkan Cassandra dikenal dengan Tuan Putri paling cantik.

"Hahaha, kau hanya pelayan rendahan! Wajah cantik saja tidak akan cukup, " Seila menatap Cassa dengan tajam, bibirnya mengejek ke arah pelayan juniornya itu.

"Halah, kamu iri saja dengan diriku karena tidak secantik aku. Sudah lah, aku ladenin kamu sampai lelah pun kamu tidak akan pernah berhenti. Selalu saja menggonggong seperti anjing, " setelah mengucapkan itu dengan pd-nya, Cassa meninggalkan mereka dengan perasaan yang lega. Seila dan antek-anteknya begitu marah, menyusun rencana untuk mengeluarkan Cassa dengan cara apapun.

...****************...

Keesokan harinya telah tiba, hari kedua Cassa bekerja di kediaman Hexton. Saat ini para pelayan telah dikumpulkan di dapur. Selang kemudian, Alaric datang dengan gagahnya. Matanya menatap seluruh penjuru pelayan, bibirnya membentuk senyuman sangat tipis saat melihat gadis yang dicarinya. Gadis bermata hijau emerald, pastinya dia adalah Laviora.

"Hm, Laviora ya? Pasti dia akan sangat senang dengan hadiah yang kuberikan, " ucap Alaric dalam hati.

"Disini saya akan memberikan pengumuman, saya akan mengangkat pelayan pribadi untuk saya, " hanya satu kalimat yang Alaric ucapkan, tapi membuat para pelayan kepanasan. Siapa yang tidak mau menjadi pelayan pribadi lelaki itu?

"Pasti aku, aku kan sangat cantik dan berbakat" bisik Pelayan 1.

"Tidak tidak, pasti aku. Aku seksi, pasti Duke akan senang melihatnya" bisik pelayan 2.

Bisik-bisik terdengar lebih ricuh, membicarakan siapa yang lebih baik diantara mereka. Membuat Cassa muak, kenapa merebutkan menjadi pelayan pribadi Duke jelek itu?! Bukannya senang malah tersiksa.

"Diam! " seketika semuanya terdiam. Aura gelap dari arah Duke terlihat menyesakkan.

"Tidak ada yang boleh protes, jika protes bicarakan kepada saya secara langsung" ucap Alaric dingin, menatap tajam kedepan. Para pelayan ketakutan, hawanya semakin buruk dan tidak mengenakkan.

"Pelayan pribadi saya mulai hari ini yaitu Laviora" duar, kalimat itu membuat Cassa terbelalak. Bahaya mendekat, ingin menolak tapi tidak mungkin.

"A-apa? Saya jadi pelayan pribadi anda? "

"Ya, Nona" senyum seringai tercetak di muka tampannya membuat Cassa ingin kabur.

"Hahahahahaha, pasti aku hanya bermimpi" batin Cassandra tidak ingin bangun dari kenyataan.

"Datanglah kekamarku nanti"

"AH SIALAN"

...— Bersambung —...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!