Happy reading🥰🥰🥰
"Aku tidak mau dijodohkan!" Tegas Rachel sambil berdiri dan menatap kedua orangtuanya bergantian.
"Mau tidak mau, kamu harus menerima perjodohan ini! Daddy mau kamu menikah dengan pria yang tepat, tentunya bebet bibit bobot juga memenuhi kriteria kami!" Sahut Vikko Victoria, ayah kandung Rachel.
Rachel tidak pernah membayangkan akan menikah karena perjodohan. Tidak, ia tidak akan menikah dengan pria pilihan Daddynya.
"Kalau Daddy dan Mommy memaksa Rachel untuk menikah dengan pria pilihan kalian, lebih baik Rachel pergi saja dari sini!" Ancam Rachel.
Saras seketika membelalakkan matanya mendengar ancaman putri semata wayangnya. Rachel putrinya satu-satunya, mana mungkin ia membiarkan Rachel pergi darinya.
Gadis yang hampir menginjak usia 28 tahun itu langsung berjalan cepat keluar dari rumah.
"Rachel!" Seru Saras.
"Biarkan dia pergi!" Sahut Vikko.
"Rachel putri kita satu-satunya!" Saras memohon, seakan ingin suaminya menahan putri mereka pergi.
.....
Rachel mengendarai mobilnya menuju Mutyara Boutique, ia butuh temannya untuk jadi teman curhat.
Bruukkk!!!
"Oh may god!" Rachel memekik sembari melepas setirnya, karena ia tidak sengaja menabrak mobil yang berhenti didepannya.
Sementara pemilik mobil tersebut, kaget karena suara hantaman yang lumayan keras. Pria itu kemudian turun dari mobil dan mengecek keadaan apa yang terjadi.
Rachel juga keluar dari mobil. "Tuan, sorry! Aku tidak sengaja menabrak mobilmu! Aku akan bertanggung jawab!" Kata Rachel.
Pria itu membalikkan badan, mereka saling terkejut melihat wajah masing-masing.
"Kau..." Rachel tidak percaya kalau pria itu adalah Asisten pribadi Kiev Arron.
Leonardo menatap dengan tajam dan dingin. "Ganti rugi tiga miliar!"
"Apa?" Rachel terperanjat mendengar nominalnya. Memang mobilnya penyok bagian belakang dan satu lampu sein kiri pecah.
Apalagi mobil itu langka, tentu harganya mahal dan fantastis. Sebagai anak konglomerat, tentu saja Rachel tau mana mobil mahal dan murah.
"Bukannya kau putri konglomerat satu-satunya? Sekarang ganti rugi, atau saya akan membawa kejalur hukum!" Ancam Leon.
Rachel mengumpat. Sial! Hari ini sangat sial bagi dirinya! Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan, sekarang malah harus ganti rugi tiga miliar.
"Uang tiga miliar tidak ada apa-apanya untukku! Jangan kau fikir aku tidak bisa membayar ganti rugi!" Rachel berjalan menuju mobil, namun belum sempat ia berjalan, tangannya sudah ditarik dari belakang.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!"
"Kau fikir kau bisa kabur? Aku tau apa yang kau fikirkan!"
Sialan! Rachel mengumpat. Bisa-bisanya Leon tau fikirannya yang ingin kabur dari pria itu.
"S siapa bilang aku mau kabur? A--aku mau mengambil ponsel untuk membayar ganti rugi!" Rachel berkata dengan gugup. Ia berusaha melepaskan tangan Leon yang mencengkram satu pergelangan tangan. "Lepaskan tanganku!"
"Aku tidak bodoh!" Ketus Leon. Pria itu menarik Rachel menuju mobil gadis itu, lalu membuka pintu mobil, meraih tasnya. "Cepat ambil ponselmu! Jangan coba-coba kabur!"
Leon melepaskan tangan Rachel lalu memberikan ponselnya. Rachel mengumpat pria itu, lalu membuka tas mengambil ponsel.
Rachel tiba-tiba syok begitu melihat aplikasi m-banking nya. Karena saldo limitnya tinggal 100 juta.
Rachel sangat ingat kalau saldonya tidak segitu, kenapa tiba-tiba bisa hilang begitu banyak bahkan berpuluh kali lipat.
Gadis itu mengeluarkan dompet dan mengambil Black card. "Saldoku ternyata tidak cukup! Jadi kau pegang Black cardku, nanti kau bisa ambil sesuai yang kau inginkan!" Kata Rachel.
"Kau fikir kau bisa menipuku? Kau cairkan sendiri, berikan uangnya padaku!"
Rachel sungguh ingin mengutuk pria dihadapannya. Benar-benar menyebalkan.
"Oke! Besok kalau begitu!"
"Berikan ponselmu!" Leon merebut ponsel Rachel, lalu memasukkan nomernya, dan menekan tombol call pada ponsel miliknya.
"Kau itu..." Rachel merebut kembali ponselnya.
"Jangan coba-coba kabur!" Leon lalu pergi.
Setelah pria itu masuk mobil dan mobil pergi, Rachel mengumpat. "Dasar pria kutub selatan! Asisten Kiev yang somplak! Bisa-bisanya Kiev Arron betah memiliki asisten seperti itu! Eh... tapi kan dua pria itu memang sama-sama dingin! Pantas saja dua-duanya betah!" Rachel tertawa kecil. Gadis itu lalu masuk kedalam Mutyara boutique.
.....
"Violet!!!" Rachel berseru begitu sampai diruangan Violet.
Sementara didalam ruangan, Violet mengumpat karena Rachel selalu masuk tanpa mengetuk pintu. Padahal Violet baru saja menidurkan Rayya, gadis kecil berusia 10 bulan itu jadi harus terbangun lagi.
Rachel nyengir setelah mendengar suara tangisan bayi dan tatapan Violet yang tidak biasa. "Sorry! Aku fikir Si kembar nggak ikut!" Rachel nyengir sembari berjalan.
Violet menggendong lagi Baby Rayya, lalu menimang-nimang kecil. "Karena kau kesini! Jadi sekarang angkat Radja! Umurmu sudah tua, kau harus belajar mengurus anak supaya cepat menular!" Celetuk Violet.
Rachel langsung melotot mendengarnya. "Enak saja aku sudah tua! Umurku baru dua puluh delapan!" Rachel memanyunkan bibirnya sembari berjalan mendekati Baby Radja yang duduk merengek diranjangnya.
Violet memang sengaja menyiapkan dua ranjang bayi untuk sikembar jika ia bawa ke Boutique. Bukan hanya ranjang, tapi ada juga ayunan bahkan beberapa mainan untuk menemani anak-anak ketika ia bekerja.
"Hallo tampan!" Rachel tersenyum sembari bertepuk tangan untuk membuat Baby Radja menatapnya. Pria kecil itu langsung berpegangan pada penutup ranjang samping dan berdiri. Rachel langsung mengangkatnya dan menciumi pipi gembulnya dengan gemas.
"Seharusnya kau bawa pengasuh! Lihatkan, kalau aku tidak ada kau jadi repot sendiri!"
"Ya, nanti saja. Setelah perutku cukup besar!" Sahut Violet dengan santai.
Rachel mengangguk tanpa sadar. Hingga beberapa detik kemudian, barulah ia diam dan menyadari sesuatu. Ada yang janggal!
"Apa? Perutmu besar? Jangan bilang kalau sekarang kau..." Rachel menebak sembari tidak percaya.
Violet tersenyum, mencium pipi gembul Baby Rayya. "Rayya akan punya adik!"
"Oh may god!" Rachel tiba-tiba saja berkata keras karena sangking kagetnya. Alhasil bayi 10 bulan dalam gendongannya itu kaget dan menangis. "Eh... Maafkan bibi sayang." Rachel menggoyangkan tubuh mungil dalam gendongannya sambil memberikan Radja asi ekslusif dalam botol.
"Sungguh?" Rachel masih tidak percaya.
.....
Yeaayyy selamat datang di S2 dari novel othor MCD. Semoga kalian betah dan nyaman🥰🥰🥰
"Sungguh?" Rachel masih tidak percaya.
Violet menganggukkan kepalanya. "Aku juga awalnya nggak menyangka! Kiev juga selalu hati-hati, tiba-tiba saja saat liburan kedua satu bulan yang lalu, aku baru sadar kalau beberapa bulan aku nggak dapat! Dan setelah aku tes, hasilnya positif!" Violet tertawa kecil menceritakan kebodohannya, karena bisa-bisanya kecolongan. "Setelah aku cek kedokter, usianya hampir 4 bulan!"
"Astagaaa!!!" Rachel sampai menurunkan nada bicaranya dan menutup mulutnya sangking syoknya. Padahal Baby Radja dan Baby Rayya saja belum genap satu tahun, bisa-bisanya Violet kebobolan. Violet memang tidak ingin KB, karena ia ingin memberikan Asi ekslusif untuk dua buah hatinya. Supaya ASI-nya lancar untuk dua bayi!
Rachel keluar dari rumah, karena tidak memiliki tujuan, dan ternyata sialnya Black cardnya diblokir oleh Daddynya. Terpaksa Rachel menginap dirumah Violet, sekaligus membantu menjaga Baby Radja dan Baby Rayya.
Rachel bisa saja tinggal di apartemen, tapi Violet memaksanya menginap dirumahnya.
.....
Rachel menemani Violet bermain bersama dua bayi yang sudah bisa berdiri sendiri dan hendak belajar berjalan.
"Apa kamu nggak mau menuruti orang tuamu?" Tanya Violet, memegang jari-jari mungil Rayya, gadis kecil itu mulai berdiri.
"Nggak! Aku nggak mau dijodohkan!"
Violet menganggukkan kepalanya. Ia tau sifat temannya yang selalu pada pendiriannya.
"Bagaimana kalau... Sama Leon saja?" Violet mengulum bibirnya menahan senyumnya.
Rachel langsung menatap Violet. "Nggak! Mau jadi apa aku kalau menikah sama asisten dingin seperti itu? Hiii, amit-amit. Cukup kamu aja yang dapet suami kutub selatan yang dinginnya minta ampun!" Rachel menggelengkan kepalanya.
Plak!
Pukulan kecil dari Radja membuat Rachel menatap anak kecil itu. "Yaampun, aku hanya mengatakan Daddymu sangat dingin, kau sudah memukulku!" Ucap Rachel tidak percaya dengan perbuatan Radja.
Bukannya nangis, justru Baby Rayya yang menangis. Mereka seakan mengerti ucapan dua wanita dewasa itu.
Bahkan Radja langsung melepaskan diri dari tangannya, dan berusaha menjangkau Mommynya. "Yaampun! Benar-benar anak-anaknya Kiev Arron!" Gerutu Rachel.
Violet meraih tangan putranya yang berusaha melangkah, menuntunnya untuk berjalan mendekatinya.
"Sekarang sudah tau kan!" Violet tertawa kecil. Ia mendekatkan pipinya pada wajah putra kecilnya, Radja langsung mencium pipinya. Violet membawa Radja duduk dipangkuannya. Sambil ia memberikan botol Asi ekslusif pada Rayya.
"Asal kau tau. Meskipun Kiev dingin, tapi berbeda saat bersamaku! Suami dingin memang kadang menyebalkan, tapi sisi lainnya, dia lebih romantis dari yang kita kira! Apa kamu pernah melihat, Kiev dingin padaku?" Tanya Violet.
"Ya, nggak sih!" Jawab Rachel sambil mengingat-ingat lagi.
"Kalau aku lebih suka suami seperti Kiev! Karena aku yakin, sikapnya yang hangat hanya padaku dan anak-anak! Dan yang aku lihat dari Leon, sepertinya dia tipikal pria yang setia! Pekerja keras dan bertanggung jawab!"
Rachel mendengus usai Violet memuji Leon lagi. Ya, memang yang dilihat, Leon tipikal pria setia, tampan, pekerja keras, cerdas, dan banyak lagi.
"Kenapa aku jadi muji dia?" Gerutu Rachel menggelengkan kepalanya.
Violet mendengar langsung tertawa kecil. "Jangan terlalu judes! Aku takutnya kamu termakan kata-katamu sendiri!" Rachel menghela nafasnya.
.....
Pagi harinya, Leon datang menjemput tuannya diMansion.
"Selamat pagi Nyonya Violet!" Sapa Leon pada Violet yang sedang duduk ditaman bersama dua buah hatinya.
"Selamat pagi Leon! Masuklah dulu, sepertinya Kiev ada diruang kerja!" Jawab Violet.
Leon menganggukkan kepalanya singkat lalu berjalan masuk kedalam Mansion.
Begitu masuk, tiba-tiba saja Leon ditabrak oleh seseorang hingga jasnya basah.
"Astaga! Kalau jalan tu pakai mata!" Pekik Rachel. Teh dingin digelas hampir saja jatuh, namun sedikit tumpah mengenai jas pria itu.
Rachel menelan salivanya ketika melihat siapa yang ia tabrak.
Leon mendengus. "Kau lagi! Kemarin kau menabrak mobilku! Sekarang jasku kotor karenamu! Sekarang ganti rugi!"
Rachel mengulum bibirnya, ia bingung harus menjawab apa karena sekarang ia tidak memiliki uang yang banyak untuk membayar ganti rugi. Black cardnya ternyata diblokir oleh Daddy Vikko.
Rachel salah tingkah, "Emm... Begini, tuan muda Leon. Asisten tuan Kiev Arron yang terhormat! Tolong beri aku waktu, aku akan membayar hutangku!"
"Tidak bisa! Kau harus membayarnya sekarang, atau ikut aku kekantor polisi!" Ketus Leon.
Rachel membelalakkan matanya mendengar kantor polisi. Ia menggeleng. "Aku mohon, tuan kulkas dua puluh pintu. Maksudku, tuan muda Leon." Rachel menjeda ucapannya. "Aku janji, akan membayar hutangku! Tapi nggak sekarang!"
"Leon!" Sebuah suara terdengar, mereka langsung menoleh dan melihat Kiev turun dari tangga terakhir.
"Selamat pagi tuan!"
"Kenapa kalian bisik-bisik pagi-pagi?" Tanya Kiev.
Rachel langsung menggeleng. "Tidak ada apa-apa!" Leon melirik Rachel dengan ekor matanya.
Rachel merasa memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari kulkas dua puluh pintu. "Kiev terimakasih! Violet ingin minum jus!" Rachel menatap Leon sambil menjulurkan lidah dan menahan tawa, lalu ngacir membawa jus dan es tehnya.
Kiev hanya memperhatikan sikap dua manusia didepannya yang sepertinya sedang terlibat masalah.
"Kau ada urusan dengannya?" Tanya Kiev.
"Tidak ada tuan!" Jawab Leon. "Pagi ini tuan ada meeting dengan dewan direksi!"
"Kita pergi sekarang!" Sahut Kiev.
.....
Hari yang Violet dan Kiev tunggu, acara tujuh bulanan sekaligus Ulang tahun baby twins Radja dan Rayya.
Sebenarnya Violet ingin mengadakan acara diMansion, tapi Kiev menolak karena ingin mengundang banyak tamu dihari ulang tahun putra putrinya sekaligus tujuh bulanan calon anak keempatnya, meskipun anak pertamanya sudah tiada.
Acara sangat meriah, Rachel juga nampak bahagia karena sebentar lagi akan menyambut keponakan baru lagi.
"Aku berdoa, semoga kamu dan calon debaynya sehat. Happy birthday, ponakan-ponakan gumus aunty!" Rachel mencium pipi Radja dan Rayya, sembari menyerahkan hadiah pada dua anak yang baru berusia 1 tahun.
"Terimakasih, aunty!" Violet memeluk temannya. "Jangan lupa segera menyusul! Kulkas dua puluh pintu!" Bisik Rachel.
Gadis berusia 28 tahun itu langsung melepaskan pelukannya. "Jangan membahas itu!" Violet tertawa.
Setelah acara utama selesai, disusul pesta meriah diballrom hotel milik Kiev.
"Leon! Bersenang-senanglah malam ini!" Kata Kiev sembari mengangkat satu gelas kecil wine.
"Baik tuan!" Jawab Leon, pria itu ikut mengangkat gelasnya dan mereka bersulang lalu minum bersama.
Kiev tidak banyak minum karena mengikuti kata-kata Violet. hanya beberapa gelas kecil untuk menemani rekan-rekan bisnisnya yang ia undang. Pria itu lalu menjauhkan diri, dan mencari sosok wanitanya serta anak-anaknya yang bersama keluarga mereka.
"Lihatlah, itu tuan muda Leonardo!" Ucap seorang gadis bersama beberapa rekannya.
"Semakin hari, Asisten Leon semakin tampan!" Sahut yang lainnya.
"Asisten Leon, malam ini harus menjadi milikku!" Gadis yang memakai gaun body press sepaha dengan belahan dada itu tersenyum smirk.
"Kau yakin bisa mendapatkannya?"
"Tentu saja!"
Gadis itu mengeluarkan sesuatu dalam tasnya sebuah botol kecil, "Aku yakin, sebentar lagi obatnya akan bekerja! Kalian jangan iri denganku!" Mereka lalu tertawa pelan, meski keras pun terendam musik yang berputar.
Rachel awalnya bergabung bersama keluarga Violet, Mommy dan Daddynya tidak datang karena Violet bilang mereka bersiap keluar negeri. Bahkan Rachel tidak tau soal itu.
Gadis itu berdiri sembari menyaksikan pesta, memegang sebuah gelas kecil berisi soda.
"Hai nona, sendirian?" Seorang pria tiba-tiba menyapa Rachel. Lumayan tampan, gagah, pakaiannya rapi, sepertinya rekan bisnis Kiev. Karena tidak mungkin teman Violet.
Rachel tidak menjawab, ia meneguk sodanya lalu meletakkan diatas meja.
"Boleh kenalan?" Tanya lagi pria itu. "Boy!" Pria itu mengulurkan tangannya.
"Rachel!" Rachel menjawab tanpa menyambut tangan pria itu. Ia hanya tersenyum tipis sebagai rasa hormat.
"Wow! Menarik!" Gumam Boy dalam hati. Ia adalah seorang Cassanova, suka bermain wanita dan ranjang.
Hampir semua wanita selalu bertekuk lutut padanya, dengan suka rela menyerahkan harga dirinya. Tanpa uang, asal Boy Wisley seorang CEO yang disegani masyarakat menariknya keatas ranjang.
Dan pertama kalinya, ia bertemu gadis yang bahkan enggan berjabat tangan dengannya. Cantik dan menarik!
Boy menatap Rachel dengan teliti. Ia sepertinya pernah melihat wajah gadis cantik itu. "Tunggu dulu, apa kamu Nona muda Victoria?"
Rachel menganggukkan kepalanya pelan.
Boy tertawa kecil. "Astaga! Jadi, gadis yang mau dijodohkan denganku adalah kamu!"
Rachel menaikkan sebelah alisnya. Apa benar yang boy katakan? Pria yang mau dijodohkan dengannya adalah Boy Wisley? Boy terkenal seorang Cassanova.
"Sepertinya aku harus kesana!" Kata Rachel. Ia hendak berjalan, namun Boy menahan pergelangan tangannya.
"Kamu pasti sudah mendengar rumor tentangku! Tenang saja, temani aku disini. Aku tidak akan macam-macam! Lagi pula, pertunangan kita sudah dibatalkan!" Kata Boy.
Rachel akhirnya menurut, ia menemani Boy mengobrol meskipun Rachel enggan meladeninya.
"Tunggu disini sebentar!" Kata Boy. Rachel menganggukkan kepalanya. Pria itu lalu berjalan menuju sebuah meja disudut, tidak lama kembali membawa dua gelas berkaki. "Satu untukmu!" Memberikan kepada Rachel.
"Aku tidak minum!" Jawab Rachel.
"Ini hanya sirup!"
Rachel menerimanya lalu menghirup aromanya tidak ada bau alkohol. Mereka bersulang lalu meneguk minumannya. Tanpa ia sadari, Boy tersenyum smirk.
Rachel merasa ada yang menatapnya, ia melihat sekeliling dan tidak ada yang mencurigakan. Kornea hazelnya tertuju pada sosok pria tidak jauh darinya, namun pria itu langsung menatap kearah lain. "Apa tadi Leon memperhatikanku?" Gumam Rachel.
5 menit.
10 menit.
Rachel merasa kepalanya tiba-tiba pusing, badannya terasa panas namun dingin. Ia merasakan gerah.
"Kenapa? Tiba-tiba saja wajahmu sedikit pucat?" Tanya Boy.
Rachel menggeleng. "Aku ke toilet sebentar!" ia lalu pergi.
.....
"Leon, besok kau handel dulu pekerjaan digrup Arron! Aku akan menemani Violet mengunjungi makam ibunya!" Kata Kiev setelah akhirnya menemukan asistennya.
"Baik tuan!" Leon menjawab dengan suara berat.
Pria yang biasanya dingin, tegas, dan berwibawa itu terlihat berbeda.
Kiev mengerutkan keningnya karena menyadari. "Ada apa denganmu?"
"Saya baik-baik saja tuan!" Jawab Leon.
"Sepertinya kau kecapekan! Istirahatlah." Kiev memberikan Card lock.
"Terimakasih tuan!" Setelah Kiev menjauhkan diri sembari menggendong putrinya, Leon berjalan biasa menuju nomer kamarnya.
"Tuan muda Leon!" Anita memanggil Asisten digrup Arron. "Kamu mau kemana?"
Leon tidak menjawab. Ia terus berjalan, namun Anita tidak berhenti dan terus mengikuti.
"Berhenti mengikutiku!" Bentak Leon.
Anita terperanjat kaget. "Aku hanya, mengkhawatirkan kondisi anda, tuan muda Leon!"
"Aku baik-baik saja. Pergilah, jangan mengikutiku!" Ucap Leon dengan suara serak.
Anita berhenti ditempatnya, ia hanya menatap punggung Leon yang menjauh. Barulah Anita mengejarnya lagi dengan mengendap. Ia tidak ingin kehilangan Leon malam ini.
.....
"Apa yang kau lakukan?" Rachel memekik ketika tiba-tiba ada sosok pria yang menariknya.
"Syuuutttt!!! Diamlah!" Bisik Pria itu. Ia lalu membekap mulut Rachel menggunakan telapak tangannya.
Rachel berusaha memberontak, ia tidak tau siapa pria dibelakangnya. Rachel fikir dia adalah pria jahat.
"Lepas..." Rachel memberontak hingga ia bisa menepis tangan itu dari mulutnya. Gadis itu membalikkan badan dan terkejut melihat Leon. "Kauu... Apa yang kau lakukan?"
Leon menatap pantulan kaca dicermin belakang Rachel, ia bisa melihat ada sosok wanita yang mengintip.
Leon awalnya ragu, namun detik berikutnya, ia menarik Rachel mendekat. Menarik tengkuknya, menundukkan kepala lalu mendaratkan bibirnya diatas bibir gadis yang syok itu.
Dari kecupan, hingga berubah menjadi lummatan dan pagutan, Leon menggigit bibir bawah Rachel hingga gadis itu meringis dan membuka mulutnya. Leon menjelajah masuk dengan indra perasa, tidak perduli apa yang ia lakukan ini salah, karena Rachel merupakan teman dari istri tuan mudanya.
Tubuh yang sama-sama panas dingin, membuat mereka yang awalnya berusaha menahan diri baik Leon maupun Rachel yang memberontak, akhirnya ikut terlena dan justru menginginkan lebih dari itu.
Nafas keduanya memburu, Leon berusaha menyadarkan dirinya bahwa yang ia lakukan salah!
Pria itu menarik diri setelah tidak lagi melihat bayangan dicermin.
"Aku bisa menjelaskannya!" Kata Leon.
"First kiss ku!" Rachel menyentuh bibirnya. Ia juga berusaha mengendalikan dirinya.
"Syuuutttt!! Jangan berisik!"
"Apa yang kau inginkan?" Bentak Rachel.
Leon langsung menutup bibir gadis itu menggunakan tangannya. Ia menarik Rachel mengikutinya, membuka sedikit pintu. "Kau lihat pria itu? Dari tadi dia mengikutimu sampai kekamar mandi!" Leon mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sesuatu pada Rachel.
"Apa yang boy lakukan dengan minumanku?" Rachel terkejut melihatnya. "Apa dia mau mencelakaiku?"
"Sebaiknya kita pergi dari sini! ikuti aku!" Leon menarik tangan Rachel untuk mengikutinya.
Leon tau struktur bangunan hotelnya, jadi ia faham ada pintu rahasia didekat jalan kamar mandi. Mereka lewat kesana.
Leon tidak naik kelantai kamar yang Kiev siapkan, namun ia memesan dua kamar lain.
Begitu ia membalikkan badan ketika sampai didepan kamar untuk Rachel, gadis itu sudah mengibaskan tangannya.
"Ada apa denganmu?" Tanya Leon, ia ingin segera pergi kekamarnya dan berendam air dingin.
"Gerah! Panas sekali!"
Leon mengerutkan keningnya, pria yang berusaha menjaga kewarasannya itu menelisik sikap Rachel yang sepertinya berbeda. Ia menduga, jangan-jangan obat yang dimasukkan pria itu adalah obat perangsang!
Leon membuka pintu kamar, lalu membawa Rachel masuk menuju kamar mandi. Menyalakan air shower lalu membawa Rachel dibawah air yang mengalir.
"Panas! Panas sekali! kenapa rasanya gerah! Tolong aku!" Rachel bahkan hendak membuka gaunnya namun Leon menghalangi. Pria itu menutup pintu kaca lalu mundur.
Pemandangan dihadapannya sungguh membuatnya susah mengendalikan diri. Leon mengerti ada apa dengan dirinya.
Ketika ia membalik badan dan hendak pergi, sebuah tangan melingkari pinggangnya. Tubuh yang basah membuat Leon bergetar.
Pria itu membalik badan, Rachel langsung berjinjit dan menyambar bibir pria itu tanpa berfikir panjang. Leon bahkan baru sadar, kalau Rachel telah menanggalkan gaunnya menyisakan dalaman saja.
"Jangan pergi kulkasku! Kamu membuatku dingin!" Racau Rachel sembari membuka kancing kemeja Leon.
"Jangan salahkan aku! Kau yang memulainya!" Leon kembali melummat bibir Rachel, lalu menggendong ala koala membawanya keluar dari kamar mandi.
Leon sudah berusaha sadar dan menahan diri, namun pesona dan godaan yang disuguhkan Rachel membuatnya hilang kendali hingga akal sehatnya tidak berfungsi.
Mereka sama-sama tidak sadar, dan terbang ke awang-awang. Tanpa sadar, yang mereka lakukan salah dan akan membuat problem yang mengikat keduanya dimasa depan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!