Siang itu, di dalam sebuah gedung pencakar langit, nampak orang-orang yang bekerja di dalamnya, sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Gedung pencakar langit milik seorang miliarder, nampak berdiri megah diantara bangunan lain yang tedapat di kota besar tersebut.
Banyak orang yang bermimpi menjadi bagian dari orang yang bekerja di gedung tersebut. Karena, siapapun yang berhasil kerja di tempat itu, bisa dipastikan masa depannya akan terjamin dengan baik, asal mematuhi peraturan yang lumayan ketat.
Pemilik gedung tersebut juga akan menindak tegas siapapun yang ingin berbuat curang kepadanya. Dia tidak akan memberi ampun pada siapapun terutama orang-orang telah mengusik dirinya.
Saat ini, pemilik gedung sekaligus orang yang menjabat sebagai presiden direktur, terlihat sedang memimpin rapat, mengenai pembukaan cabang baru yang akan didirikan di negara lain.
Tentu saja, banyak perusahaan yang berduyun-duyun menunjukkan kehebatan mereka demi bisa bekerja sama dengan perusahaan tersebut.
Dan di ruang itu lah, para utusan berbagai perusahaan berkumpul untuk meraih hati sang presdir agar mau bekerja sama dalam proyek besar tersebut.
Di sana, di kursi kebesarannya, sang presdir nampak menatap tajam setiap para utusan yang menunjukan beberapa konsep kinerja mereka secara bergantian.
Aura dinginnya begitu terasa dan tatapan pria berbadan tegap itu sungguh membuat nyali siapapun langsung menciut.
"Apa!" suara sang presdir tiba-tiba menggelegar, membuat semua orang terkejut dan langsung melempar pandangan ke arahnya.
"Siapa yang berani memukul putraku!" bentaknya pada sang asisten yang baru saja menyampaikan sebuah kabar kepada sang presdir.
"Dia teman kampus tuan Kelvin, Tuan," jawab sang asisten dengan sikap setenang mungkin.
"Tangkap anak itu dan ikat dia di tengah lapangan kampus!" titah sang presdir penuh amarah dan dia langsung meninggalkan ruang rapat begitu saja.
Dengan terpaksa, rapat pun dihentikan dan tidak ada yang berani melayangkan protes karena meraka tahu, apa yang akan dilakukan sang presdir, jika ada yang mengusik keluarganya.
####
Sementara itu, di ruang kesehatan sebuah kampus, seorang pemuda nampak sedang mengobati lukanya sendirian. Tidak ada yang berani menolong pemuda itu, karena tindakannya yang baru saja dia lakukan.
Pemuda itu tahu, alasan yang membuat semua orang tidak ada yang berani membantunya. Bahkan pihak kampus seakan menutup mata atas kejadian yang baru saja dia alami.
Di saat pemuda itu berguman tak jelas, dia dikejutkan dengan kedatangan beberapa orang berjas hitam dan nampak menakutkan.
"Apa kamu yang bernama Miko?" tanya salah dari pria itu.
"Ya," jawab Miko singkat tanpa rasa takut sedikitpun.
Tanpa banyak basa-basi, pria yang tadi bertanya langsung mencengkram baju Miko dan menyeretnya dengan kasar.
"Ikut saya sekarang juga!"
Meskipun terkejut, pemuda yang akrab dipanggil Miko nampak pasrah karena dia sadar, ini yang akan dia dapatkan karena telah berurusan dengan putra penguasa kampus tersebut.
Miko adalah pemuda yang berani melawan putra dari seorang presdir pemimpin Loin Heart grup. Pemuda itu sudah sangat muak dengan kearoganan laki-laki manja yang biasa dipanggil Kelvin.
Hanya karena masalah sepele, Miko menjadi target perundungan sejak dirinya pindah ke kampus tersebut tiga bulan yang lalu.
Miko bahkan hampir tidak memiliki teman di kampusnya, karena, siapapun yang berteman dengan Miko, akan menjadi musuh sang putra presdir dan akan menjadi korban perundungan seluruh kampus.
Miko diseret dengan sesekali mendapat tendangan dan pukulan. Bahkan sepanjang kaki melangkah, banyak yang ikut menghakimi Miko dengan melemparkan sesuatu kepada pemuda itu.
Sesuai dengan perintah, Miko diikat di tiang gawang lapangan kampus.
"Bagaimana, Miko? Apa kamu sudah siap menerima hukuman dari Daddyku?" ucap seorang pemuda yang usianya hampir sama dengan Miko. Wajah pemuda itu dihiasi senyum kemenangan.
Miko yang wajahnya sedikit babak belur masih berani menyeringai. "Apa aku harus takut, anak manja?"
Dak!
Si anak presdir langsung melayangkan tangan terkepal ke arah pipi Miko.
"Mukul aja kamu nggak bertenaga, dasar lemah!" ejek Miko.
"Kurang ajar!" Kelvin malah emosi. "Hajar dia, teman-teman!" teriaknya.
Dengan senang hati, orang-orang yang bisanya hanya menjilat si anak presdir, dengan suka rela, langsung menjalankan perintah Kelvin.
Jika boleh jujur, sebenarnya yang tidak tega, menyaksikan Miko diperlakukan seperti itu. Namun mereka sama sekali tidak memiliki keberanian, karena mereka tahu, apa yang akan mereka dapatkan jika membantu Miko.
"Hentikan!" Suara menggelegar dari seorang pria yang paling ditakuti, langsung menghentikan aksi orang-orang yang menghajar Miko.
"Hallo, Dad," sapa Kelvin, begitu tahu sang ayah datang. Pria itu pun mendekat dan melangkah penuh keangkuhan.
"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya sang presdir sembari memperhatikan wajah anaknya.
Begitu mendengar ada yang melukai Kelvin, sang presdir langsung meluncur untuk memberi tindakan tegas pada orang yang telah berani melukai anaknya.
"Hanya luka kecil, Dad, tidak masalah," jawab Kelvin dengan wajah sumringah.
Sang presdir nampak mengangguk dan dia langsung melempar pandangan ke arah pemuda yang terikat di tiang gawang.
Suasana berubah semakin mencekam. Sang presdir melangkah menuju Miko dengan tangan terkepal. Matanya menatap tajam dan berkobar penuh amarah.
"Tuan besar, maaf, atas keteledoran saya," seorang pria mendekat, langsung menangkup kedua tangannya. "Biar saya saja yang menghukum anak itu, Tuan."
Sang presdir menatap tajam pada pria tersebut. "Siapa kamu berani menghalangi jalan saya?"
Pria itu tercekat. Seketika dia langsung bergeser.
"Jangan ikut campur urusan saya, atau anda akan selamanya kehilangan pekerjaan anda," ancam sang presdir, membuat pria berkacamata itu langsung tak berkutik.
Sang presdir kembali melanjutkan langkahnya. Begitu sampai, matanya menelisik pemuda yang tubuhnya yang masih nampak kuat.
"Jadi kamu berani mengusik anak saya?" tanya sang presdir penuh penekanan. "Sepertinya, kamu sudah bosan untuk hidup."
Diluar dugaan, bukannya takut, Miko malah menyeringai. "Apa anda pikir saya takut? Setidaknya saya bukan pecundang seperti anak anda, Tuan."
Dak!
Tanpa basa-basi sang presdir langsung melayangkan tinjunya.
"Apa maksud kamu, hah!" Bentak sang presdir.
"Bukankah benar ucapan saya? Kelvin hanya anak manja yang biasanya bersembunyi di ketiak anda."
Dak!
Lagi-lagi sang presdir melayangkan pukulan dan kali ini disertai tendangan beberapa kali.
Yang lain, nampak menonton dengan perasaan yang tidak bisa diartikan. Hanya anak presdir lah yang tertawa puas bersama para penjilatnya.
"Hentikan!"
Tiba-tiba di tengah kerumunan itu, menggema sebuah teriakan yang cukup kencang dan berhasil mengalihkan semua mata ke arahnya.
"Hentikan!"
Teriakan itu sukses mengusik telinga sang presdir sampai dia pun menghentikan aksinya.
Sang presdir langsung melayangkan tatapan tajam ke arah sumber suara. Namun saat itu, juga raut wajah sang presdir berubah kala matanya menangkap sosok yang berteriak dan berjalan cepat ke arahnya.
Sosok tersebut mendekat dengan penuh amarah. Begitu sampai di lokasi presdir berada, sosok itu langsung melayangkan tamparan pada sang presdir.
Hampir semua orang yang berada di lapangan kampus, menatap tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
Di sana, di hadapan mereka, seorang penguasa yang paling disegani, mendapat tamparan yang begitu keras dari seseorang yang baru saja menghentikan aksi sang presdir.
Yang lebih mengejutkan lagi, sang presdir yang biasanya tidak akan diam begitu saja, jika ada yang menyentuhnya, saat ini justru dia terdiam dengan raut wajah yang susah diartikan.
Sang presdir malah terus menatap sosok yang berdiri di hadapannya sampai sang presdir tidak bisa berkata-kata.
"Hai! Wanita kurang ajar! Berani-beraninya kau menampar Daddy ku, ha!" teriak Kelvin. "Pengawal, tangkap wanita itu!"
Beberapa pengawal langsung bergerak. Namun, baru beberapa kali mereka melangkah, mereka dikejutkan dengan kode tangan yang ditunjukkan oleh sang presdir.
"Kenapa berhenti! Cepat, tangkap dia!" teriak Kelvin yang tidak tahu akan kode yang ditunjukan ayahnya.
"Maaf, Tuan Kelvin, Tuan besar meminta kami, untuk tetap diam di tempatnya," jawab salah satu pengawal.
"Apa!" Kelvin nampak terkejut. Begitu juga dengan yang lainnya. Hanya ada satu orang yang nampak biasa saja. "Bagaimana Daddy memberi perintah seperti itu?"
"Apa anda tidak tahu, arti tangan yang ditunjukkan Tuan besar?" ucap seseorang, yang tak lain adalah sang asisten pribadi.
Kelvin kembali menatap ayahnya.
"Itu artinya tidak ada yang boleh mendekat ke sana," ucap sang asisten lagi.
Si anak presdir makin terperangah. "Bagaimana bisa?" gumamnya.
Namun sang asisten memilih diam. Dari sikapnya, sepertinya sang asisten nampak enggan memberi penjelasan lebih kepada anak dari atasannya itu.
"Ibu..." sang presdir dan wanita di hadapanya nampak terperanjat mendengar suara rintihan dari pemuda yang tubuhnya sudah dipenuhi luka.
"Ibu?" Sang presdir kembali dibuat terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar.
Wanita di hadapan presdir langsung berpaling, merengkuh tubuh Miko. "Iya, Miko, ini Ibu," ucap wanita itu dengan suara bergetar.
"Seruni, dia..."
"Bukan urusanmu!" balas wanita yang sedang berusaha melepas ikatan anaknya.
"Seruni..."
"Jangan sentuh aku!" wanita itu kembali membentak kala dia merasakan pundaknya di sentuh oleh sang presdir.
Sang presdir dan orang-orang yang masih setia menyaksikan mereka, kembali dibuat terkejut.
"Sini, Tante, biar aku bantu," ucap seseorang yang secara mengejutkan keluar dari kerumunan, mendekat ke arah Seruni dan Miko.
Wanita itu bahkan melambaikan tangannya ke salah satu arah, dan munculah dua pria muda mendekat ke arah mereka.
"Tolong, antar Miko ke rumah sakit, cepat!" titah Seruni pada dua teman Miko.
"Baik, Tante."
Merekalah yang diam-diam memberi kabar kepada Seruni tentang keadaan Miko saat ini.
Ketiga anak muda itu adalah orang yang paling dekat dengan Miko. Mereka hanya berani menunjukkan keakraban mereka saat berada di luar kampus.
Namun saat di dalam kampus, mereka sepakat untuk bertindak seperti orang asing dengan tujuan saling melindungi dari si anak presdir.
Kali ini mereka berani menunjukan diri, karena tidak sanggup menyaksikan Miko yang terus diperlakukan sangat buruk. Beruntung Seruni segera datang, jika tidak, entah, hal buruk apa lagi yang akan terjadi pada Miko.
"Maaf, Tuan," ucap wanita muda yang tadi membantu Seruni. "Seharusnya, anda mencari kebenarannya terlebih dahulu, alasan Miko menyerang putra anda."
"Percuma kamu ngomong kaya gitu sama dia, Bel," celetuk.
Seruni. "Di mata Tante, dia hanya orang bodoh yang hanya percaya dengan ucapan orang yang dia percaya," ucap wanita itu penuh kebencian.
Wanita muda bernama Belinda itu nampak terkejut mendengar hinaan yang keluar dari mulut Seruni
Begitu juga dengan beberapa orang yang mendengar ucapan Seruni, mereka benar-benar dibuat tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Sungguh, baru kali ini ada seseorang yang berani memaki dan menghina orang yang paling dihormati.
"Bel, tolong jaga Miko dulu ya?"
"Tante nggak ikut?" Belinda terlihat heran.
"Nanti Tante menyusul. Ada masalah yang harus Tante selesaikan dengan orang ini," ucap Seruni yang sedari menatap tajam pria yang juga menatapnya.
"Baik, Tante hati-hati ya?"
Seruni mengangguk. Belinda lantas pergi menyusul dua rekannya yang sudah berada di dalam mobil bersama Miko.
Semua mata masih keheranan dengan apa yang mereka saksikan.
"Dad," panggil si anak presdir kala anak itu mendekat.
"Daddy?" Seruni tersenyum sinis. "Kamu yakin dia anakmu?" nampak sekali kalau Seruni sedang menahan amarahnya.
"Kamu siapa, hah!" bentak Kelvin.
"Kamu yang siapa!" Seruni balas membentak. "Kamu pikir aku takut sama kamu! Anak manja, yang beraninya ngadu sama ayahnya."
"Kau..."
"Apa!" Seruni semakin membentak.
Mata Kelvin membulat, seketika tangannya hendak dilayangkan ke pipi Seruni. Namun Kelvin terlihat syok, kala tangannya dicengkram kuat oleh pria yang dipanggilnya Daddy.
"Lepaskan, Dad," rengek Kelvin kesal.
Seruni tersenyum sinis. "Apa kamu ingin aku mengucapkan terima kasih?" ucapnya kepada sang presdir.
"Run..."
"Stop! Nggak usah kamu nyebut namaku dengan mulutmu! Aku jijik," bentak Seruni.
"Dan kau," Seruni menuding si anak presdir. "Hanya karena cewekmu memuji ketampanan anakku, kamu tak henti-hentinya membully Miko? Apa kamu merasa hebat, hah!"
"Membully?" Sang presdir terperangah.
"Ya!" bentak Seruni.
"Tidak, Dad, tidak, itu, bohong," Kelvin nampak gelagapan.
"Dia dengan seenaknya membully semua mahasiswa yang dianggapnya layak untuk dibully!" teriak Seruni. "Anda tidak tahu kan, Tuan Wiliam?"
"Dia bohong, Dad, dia bohong!" Kelvin malah panik sendiri karena sang ayah melayangkan tatapan tajam kepadanya.
"Sudah saya duga, anda pasti tidak tahu kelakuan anak kesayanganmu di belakangmu, Tuan William," "Ternyata udah setua ini, kamu masih bodoh." ucap Seruni penuh penekanan di akhir kalimat.
"Run..."
"Nggak usah nyebut namaku!" bentak Seruni lagi. "Apa kamu pengin tahu, kebodohan kamu yang lainnya, Tuan William?"
Seruni merogoh isi tas yang dia bawa. "Kamu masih ingat benda ini bukan?" Seruni menunjukan sebuah ponsel keluaran beberapa tahun yang lalu dengan simbol khas jabatan tangan pada layarnya.
"Pasti kamu masih ingat dan aku yakin kamu terkejut karena aku masih menyimpannya," Seruni meraih tangan William.
"Nih, aku kembalikan, dan lihatlah, apa yang berhasil aku dapatkan, sebagai bukti tentang kebodohan kamu selama ini."
Setelah mengatakan semua itu, Seruni langsung pergi, meninggalkan William yang mematung sembari menatap ponsel yang memiliki kenangan masa lalunya bersama wanita itu.
"Dad," Kelvin kembali bersuara lirih. "Daddy percaya sama aku kan? Daddy tahu kan, aku nggak mungkin melakukan hal yang membuat nama Daddy tercemar."
William langsung menatap tajam pada pria muda di hadapannya.
"Thomas!" teriak William, memanggil sang asisten.
"Ya, Tuan?" balas Thomas setalah dia berdiri tepat di sisi kanan William.
"Minta semua hasil rekaman kamera pengawas kampus!"
Kelvin langsung terperanjat.
Kali ini pihak kampus benar-benar dibuat dilema. Mereka bingung hendak berpihak pada siapa atas insiden yang terjadi di kampus, yang namanya sudah terkenal di seluruh penjuru negeri.
Sementara itu di ruang utama kampus, seorang presdir, penyumbang terbesar dana kampus swasta tersebut, saat ini sedang duduk di kursi yang disediakan khusus untuknya.
Pria paling dihormati setiap petinggi kampus, menatap tajam bebeberapa orang penting yang mengelola kampus tersebut.
Bukan hanya pihak kampus saja yang merasakan dilema, pria muda yang terkenal arogan dengan berlindung di bawah kekuasaan ayahnya, juga terlihat panik dan dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebenarnya pria muda yang biasa dipanggil Kelvin itu sudah berusaha membujuk dengan berbagai cara agar sang presdir mengurungkan niatnya untuk memeriksa kamera pengawas kampus.
Namun apa daya, untuk kali ini, tidak seperti biasanya, sang presdir sama sekali tidak menunjukan kalau dia percaya pada semua ucapan Kelvin. Sang presdir tetap teguh pendirian untuk memeriksa kamera pengawas kampus.
"Tuan, ini, hasil rekaman kamera pengawas yang anda minta," ucap sang asisten pribadi sembari menyerahkan laptop yang sudah terisi beberapa video, hasil yang dia ambil dari pusat pengendali keamanan kampus.
Seketika suasana semakin tegang dan mereka hanya bisa saling tatap satu sama lain tanpa ada berani menghentikan sang presdir.
Sang presdir pun mulai memeriksa satu video. Saat ini itu juga sang presdir dibuat tercengang, dan seketika raut wajahnya berubah, membuat siapa pun yang melihatnya langsung ketakutan.
Satu persatu, sang presdir memeriksa video sembari mendengarkan penjelasan dari asisten kepercayaannya. Setiap remakan yang dia tonton, semakin membakar amarah sang presdir.
Bukan hanya rekaman kamera pengawas kampus saja yang membuat amarah sang presdir menyala. Di sana, di dalam layar laptop juga berderet beberapa rekaman ponsel yang dia terima dari wanita bernama Seruni.
Amarah sang presdir semakin berkobar dan dia langsung melempar tatapan tajam ke arah Kelvin.
"Kau! Sini!" titah sang presdir. Seketika wajah Kelvin langsung memucat. "Cepat!" Sang presdir sampai bangkit dari duduknya.
Tubuh Kelvin menegang. Tapi dia tidak bisa menghindari kemarahan ayahnya.
"Dad, aku bisa..."
Dak!
"Harusnya kamu yang aku hajar!"
Dak!
"Anak kurang ajar!"
Dak
"Berani-beraninya kamu mencoreng nama baikku, hah!"
Dak!
"Kamu pikir kamu siapa, hah! Kamu pikir kamu siapa!"
Dak!
Semau mata kembali dibuat tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Sang presdir, yang terkenal sangat menyayangi anaknya, justru menghajar Kelvin dengan beringas.
"Ampun, Daddy, ampun. Aku tidak salah," si anak berusaha membela diri.
"Bahkan kamu tidak mau mengakui kesalahanmu! Kurang ajar!" Sang presdir semakin emosi.
Dak!
"Thomas! Cabut semua fasilitas yang digunakan anak ini dan perintahkan seluruh keluarga untuk berkumpul di rumah besar, termasuk John dan Daniel!"
"Baik, Tuan!"
"Dan kalian!" Sang presdir kini menatap semua jajaran kampus. "Karena kalian telah sepakat melindungi kejahatan anak ini, maka mulai hari ini saya tidak akan menjadi donatur utama kampus kalian."
Dan para petinggi kampus langsung terperanjat bersamaan.
Sang presdir langsung pergi, disusul Thomas yang kembali membawa laptop, karena dia tahu, apa yang akan dilakukan sang presdir sampai meminta, semua orang berkumpul di rumah."
"Bagaimana keadaan anak Seruni, Thom?" tanya sang presdir, begitu dirinya sudah berada di dalam mobil.
"Harusnya dia terluka parah, Tuan, tapi sepertinya dia anak yang kuat," jawab Thomas, membuat sang presdir tersenyum tipis.
"Benar kata Seruni, ternyata selama ini, aku lah yang bodoh," ujar sang presdir. Matanya menerawang, menatap pemandangan di sepanjang jalan.
Thomas memilih diam. Dia hanya tersenyum tanpa mengeluarkan satu katapun.
"Tetap awasi Seruni, Thom, jangan sampai kita kehilangan jejak dia."
"Baik, Tuan!"
Sang presdir pun terdiam dengan pikiran berkelana.
#####
Hingga tiba saatnya, kini semua keluarga sang presdir sudah berkumpul termasuk dua sahabatnya, John dan Daniel. Mereka cukup penasaran, apa yang akan dilakukan William sampai meminta mereka untuk berkumpul.
"Apa ada masalah serius, Will? Sampai kamu nyuruh kita berkumpul?" tanya pria tua kepada sang presdir.
William mengangguk. "Ada sesuatu yang harus aku sampaikan, Dad."
"Apa ada hubungannya dengan kelakuan kamu terhadap Kelvin?" tanya pria yang sama.
William mengangguk dengan tenang.
"Tapi tidak seharusnya kamu menghajar anak kita, Will," murka seorang wanita yang tak lain istri William.
Wiliam menatap sinis pada wanita itu. "Dia sangat pantas mendapatnya dan saya sangat jijik memiliki anak seperti itu."
"Apa maksud kamu?" Sang istri terperangah mendengar ucapan suaminya.
"Lihat saja kelakuan hasil didikanmu itu," William langsung menyalakan televisi layar lebar dan semua mata langsung menatap ke arah televisi tersebut.
Televisi itu sudah terhubung ke layar laptop yang kini ada di hadapan William. Awalnya semua nampak biasa saja saat menyaksikan satu video yang diputar oleh William.
Namun, beberapa detik kemudiaan, semua mata melebar. Mereka terperangah dengan apa yang dilakukan Kelvin saat berada di kampus.
Semua mata kini menatap tajam pada anak muda yang wajahnya terdapat memar.
Semua makin terperangah kala satu persatu video ditayangkan. Mereka benar-benar tak menyangka, kalau anak yang dikenal sebagai penerus keluarga justru melakukan tindakan yang memalukan
"Bagaiamana? Apa dia masih pantas disebut anak?" ucap William.
"Tapi dia masih muda, Will, wajar kalau dia berbuat seperti itu," tentu sang istri akan membela anaknya.
"Wajar? Kamu bilang itu perbuatan wajar?" tanya seorang wanita yan tak lain adalah Ibunya William.
"Ya emang wajar kan, Mom? Bukankah William waktu muda juga seperti itu?" si istri tetap teguh pada pembelaan anaknya.
"Tapi kami justru menghukum William, bukan membela seperti kamu!" balas sang Mommy kesal sampai tangannya menunjuk wajah menantunya. "Anak salah kok dibela."
"Sudah, Mom, kita lihat, video berikutnya," ucap William.
Sang istri yang hendak membalas ucapan mertuanya terpaksa diam dengan dada yang cukup bergemuruh. Dengan terpaksa dia pun ikut kembali melempar pandangan ke layar televisi.
Begitu video berikutnya diputar, semua mata yang menyaksikan kembali dibuat terperangah dan merasa tak percaya dengan apa yang mereka dengar dan mereka saksikan saat ini.
Semua mata langsung tertuju pada tiga sosok yang wajahnya seketika berubah panik
"Jadi Kelvin bukan anaknya William?" seru sang Mommy. "Renata, Daniel, John, bisa kalian jelaskan?"
"Itu bohong, Mom, itu nggak benar. Video itu bohong," bantah sang menantu.
"Itu bohong, itu pasti rekayasa, kita tidak pernah ngomong kaya gitu," ucap pria bernama Daniel.
"Iya, Will, percaya sama kita, itu pasti hanya rekayasa," John ikut berbicara.
"Bohong?" Wiliam menyeringai. "Berarti benar, selama ini kalian menganggap aku bodoh. Hahaha..."
"Will..."
"Jangan sentuh aku wanita murah!" Bentak William pada istrinya. "Ternyata benar kata Seruni, selama ini aku adalah pria bodoh."
"Seruni?" ucap Renata.
"Ya, Seruni!" seru William. "Kenapa? Kalian kaget mendengar Seruni masih hidup?"
John, Daniel dan Renata kembali terperanjat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!