Hari ini menjadi hari yang menentukan buat Raisa,setelah gagal menikah dengan kekasihnya dua tahun lalu akhirnya Raisa kembali menemukan tambatan hatinya.Terbukti hari ini adalah hari pernikahannya dengan kekasihnya yang perkenalkan oleh saudara perempuannya.
Setelah gagal menikah Raisa sempat menutup diri,hanya berada dirumah dan pergi kekantor.Meski punya darah keturunan ustad tidak serta merta membuatnya tertarik terjun kedunia dakwah namun dengan begitu Raisa masih menjunjung tinggi adab dan ilmu.
Menjelang siang hari sang pengantin laki-laki belum juga muncul,padahal para tamu sudah banyak,bahkan Bos Raisa sudah duduk manis dikursi tamu bersama dengan asistennya.
Tamu undangan sudah memenuhi kursi yang tersedia dibawah tenda,undangan kali ini banyak disebar karena Abah Raisa adalah orang yang paling dihormati di wilayahnya.
Terlihat dari jauh sebuah mobil memasuki area,namun tidak ada yang turun sama sekali hanya Pak Sopir yang turun membawa secarik kertas dan memberikan kepada Abah.Setelah memberikan kepada Abah Pak sopir itu kembali pergi meninggalkan acara.
Abah terduduk lemas setelah selesai membaca surat tersebut,inti dalam surat tersebut pernikahan dibatalkan karena pihak laki-laki tidak mencintai Raisa.
Raisa hanya tersenyum nyengir mendengarnya,alasan apa itu?sangat tidak masuk akal karena Raisa dan Ramadhan sudah sering bertemu dan keduanya juga ada ketertarikan satu sama lain.
"Aku tetap akan menikah hari ini."kata Raisa
"Sa,sudah nduk.ayo masuk kembali kedalam."ajak Umi
Raisa menghapus air matanya,berdiri mengambil beberapa kuntum bunga hias yang menghiasi beberapa sudut.Dia berjalan diantara para tamu dan berhenti sejenak,melirik kearah Satria Bos dikantornya.
Raisa menghadap Satria dan memberikan bunga yang dibawanya,tentu saja Satria bingung dengan cara Raisa.
"Bos,menikahlah denganku."kata Raisa
Asisten Bos yang bernama Sean melongo sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya,banyak pasang mata yang mengambil video mereka.
Satria terseyum nyengir membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Bos,ayo terima ini."kata Raisa
Karena tidak ada respon dari Satria membuat Raisa berfikir bagaimana caranya agar dia bisa menikah dengan Bos yang satu ini.
"Bos maaf kalau aku melibatkanmu dalam hal ini,maaf jika aku egois."kata Raisa
Rasia maju beberapa langkah mendekati Satria dan dengan sengaja menarik lengan baju Satria dan menggenggam tangannya.
"Maaf Abah,putrimu sudah bersentuhan dengan laki-laki makanya cepat nikahkan kami berdua."kata Rasia
Wajah Abah sangat marah saat ini,namun tidak bisa berbuat apa karena kali ini menjadi pilihannya meski kejadiannya sangat memalukan.
Akhirnya Abah menikahkan putrinya dengan Bos dikantornya,Satria sendiri tidak membawa apa-apa hanya ada uang lima ratus ribu didompetnya.
Pernikahan selesai dilaksanakan,wajah Raisa mulai tegang saat ini berbeda dengan tadi saat meminta Satria menikah dengannya.Satria hanya tersenyum melihatnya,meski dia juga tegang tadi tapi saat ini justru merasa lega,entah kenapa.
Raisa langsung bersembunyi dikamar mandi dengan mengunci pintu,rasanya takut mau keluar .Takut Satria akan sangat marah padanya,bisa jadi akan terjadi kekerasan dalam rumah tangga.Apalagi Raisa juga tahu bahwa Satria memiliki pacar yang sering dibawanya kekantor namanya Rega.
"Aaarrrrhhhhggg,mengapa aku tadi nekad sih?lirihnya
"Sa,bisa buka pintunya gak.Aku mau pipis."kata Satria mengetuk beberapa kali.
"Gak mau,nanti kamu pasti marah."jawab Raisa
"Buka dulu abis itu kita bicara,ok."kata Satria lagi
"Janji dulu."kata Risa
"Iya,iya.Cepat nanti aku keburu pipis disini."kata Satria
Akhirnya pintu dibuka pelan-pelan,Raisa melihat sekeliling ternyata ada Abah,umi dan asisten Sean.Raisa keluar dari kamar mandi dengan baju pengantin sedikit basah,Umi memberikan handuk dan membantu melepaskan aksesoris yang menghiasi kepalanya
Sean dan Abah keluar menutup pintu,Satria juga sudah keluar dari kamar mandi.
Raisa memeluk erat Umi karena sangat takut Satria akan marah kepadanya.
"Dengar Sa,dia suamimu sekarang."kata Umi
Raisa melepaskan pelukannya dan menggenggam kedua tangannya,sementara Satria malah dengan percaya diri merebahkan tubuhnya diatas ranjang milik Raisa.
"Kenapa kamu takut?aku tidak akan menggigitmu tapi aku siap untuk melahapmu."kata Satria membisikkan ditelinga Raisa
"Maafkan aku Bos."kata Raisa
"Gak ada kata maaf."kata Satria
Satria melepaskan satu persatu jarum yang menempel pada hijab Raisa,Selama ini dia mengenal Raisa sangat kalem namun kejadian tadi entah seperti kesurupan Raisa bisa berbuat nekad.
Raisa berdiri karena ingin pergi kekamar mandi,namun dengan sigap Satria menarik tangannya dan membawa kedalam pangkuannya.Raisa sangat tahu selama ini Bos adalah laki-laki yang memiliki banyak kekasih,dalam satu minggu selalu berganti dengan siapa dia kencan
"Aku mau mandi dulu."kata Raisa
"Jangan lama-lama,jangan mengurung diri dikamar mandi lagi."kata Satria
Kata-kata Satria mengandung perhatian meski sedikit,begitu masuk kamar mandi lagi Raisa berusaha menghembus nafas dari mulutnya.
Karena lupa membawa baju dan hanya ada handuk Raisa memberanikan diri keluar meski hanya memakai handuk sebatas dada.Dia keluar pelan-pelan dari kamar mandi,namun ternyata Satria sudah menunggunya didepan pintu.
Satria sangat tertegun akan kecantikan istrinya,baru kali ini melihatnya tanpa hijab.Ternyata sesuatu yang tertutup itu terkadang lebih cantik,dibanding dengan yang cantik terbuka.Dunia Satria adalah wanita cantik dengan postur tubuh ideal itu bagi dia yang bisa memuaskannya,namun saat ini melihat istrinya sendiri sudah membuat darahnya bergemuruh panas dingin,jika bukan karena ranjangnya mungkin Satria sudah mengerjai istrinya beberapa kali.
"Cepat pakai bajumu."kata Satria berbalik badan
"Iya."jawab Raisa
"Sudah?"tanya Satria
"Sebentar."jawab Raisa
Raisa menepuk pundak Bos dengan lembut,Satria berbalik menghadap istrinya yang sudah berpakaian lengkap dengan hijabnya.Wajahnya sangat cantik dan mungil,kemana aja dia selama ini sampai membiarkan sosok Raisa?
"Kamu sangat cantik."kata Satria mengusap wajahnya
Satria memberanikan diri mendekat,perasaannya sangat kaku kali ini tidak seperti biasanya saat memangsa para gadis.
Bahkan untuk sekedar mencium bibir saja Satria sangat ragu,mungkin karena Raisa seperti barang langka yang harus dilindungi bukan untuk dipajang.
Raisa merasa suaminya tidak mau menyentuhnya namun mau menggoda,ditinggalkan Satria begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.
Keduanya salah paham tentang perasaan,bahasa tubuh yang berbeda membuat keduannya hanya diam
Raisa membawa makan malam kedalam kamarnya karena diluar masih banyak tamu,banyak sekali ucapan yang tidak perlu didengar.
"Bos,kamu makan dulu ini."Raisa menawarkan
"Buat kamu mana?"tanya Satria
"Aku tidak lapar."jawab Raisa
"Ini aku suapin."kata Satria
Raisa tersenyum dengan setitik perhatian suaminya,mereka makan sepiring berdua,Raisa tahu makanan yang dia bawa tidak cocok dengan lidah Satria yang selalu menjaga pola makan.
"Adanya seperti ini."kata Raisa
"Tidak masalah,sesekali aku makan makanan bersantan."kata Satria
"Aku senang kamu menyukainya."kata Raisa
Terdengar langkah kaki yang semakin jelas ternyata Sean sudah berada diluar,Raisa membuka pintu bersamaan dengan Sean mengangkat tangan karena ingin mengetuk pintu.Tangan Raisa membawa piring dan gelas kotor mau dibawa kebelakang.
"Maaf Mbak,saya mengantar baju ganti buat Presdir."kata Sean pelan
"Masuklah,aku tinggal kebelakang."jawab Raisa
Sean masuk kedalam kamar milik Raisa,ruangannya sangat sederhana namun tetap bersih beda jauh dengan kamar milik Bos.Sean melirik kearah Satria tidak ada tanda-tanda dia kesal apalagi marah,yang ada hanya wajah dengan senyum yang belum pernah dia lihat selama ini.
"Bos,kamu nyaman sama dia?"tanya Sean
"Gak tahu."jawabnya singkat
"Bagaimana dengan Rega?"tanya Sean
"Tutup mulutmu,hati-hati bicara."kata Satria menutup mulut Sean dengan tangannya.
Raisa mendengar percakapan mereka berdua,kebetulan pintu kamarnya terbuka.Ada rasa bersalah menghantuinya saat ini,namun mengapa tadi Satria tidak menolaknya,harusnya jika tidak mau dia bisa langsung pergi meninggalkan acara.
Raisa meninggalkan mereka berdua yang masih bicara,masa bodoh dengan kata-kata Sean,lebih baik tidak mendengarnya secara langsung.
Raisa duduk dimeja makan sendiri,Abah dan Umi masih sibuk dengan beberapa tamu yang masih betah disini.
Sean menghampiri Raisa dan ikut duduk didepannya,dia menuangkan air dalam gelas dan meneguknya.
"Kamu sudah makan?"tanya Raisa
"Belum."jawab Sean
Raisa beranjak dari kursi dan berjalan kearah dapur,dia kembali dengan membawa piring.Dimeja masih ada beberapa hidangan hanya saja sudah tidak hangat lagi.
"Apa perlu dihangati?"tanya Raisa
"Tidak usah,nasi hangat sudah cukup."jawab Sean
"Maaf atas kejadian hari ini,mungkin kejadian tadi bisa membuatmu sakit kepala."kata Raisa
"Presdir sendiri tidak keberatan,apalah aku yang cuma asistennya."kata Sean
Raisa tersenyum mendengar kata-kata Sean,saat ingin kembali kedalam kamar tiba-tiba terdengar ribut-ribut diluar.Ada suara gaduh seperti orang sedang bertengkar,Raisa keluar melihat keadaan dan betapa terkejutnya melihat Ramadhan datang dengan memakai baju pengantin pria.
"Sa,maafin aku.Aku dijebak oleh saudaramu."kata Ramadhan berusaha memegang tangan Raisa
Raisa mundur tanpa melihat kebelakang,ternyata Satria sudah berdiri dibelakangnya dengan handuk dilehernya.Dengan spontan Satria merangkul Raisa dan mengajaknya masuk kedalam,Raisa berusaha menahan namun takut mendengar penjelasan dari Ramadhan.
Abah dan keluarga mengajak Ramadhan untuk duduk dan berbicara baik-baik.
Raut wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang amat besar kepada keluarga Raisa.
"Jadi apa alasanmu membatalkan pernikahan tadi?"tanya Abah
"Bukan aku Bah,semua itu karena Isna."jawab Ramadhan
"Isna?apa hubungannya dengan kalian?"tanya Abah
"Selama ini Isna berusaha menyingkirkan Raisa Bah,karena dia merasa tidak diperdulikan."kata Ramadhan
Abah hanya memejamkan mata menghirup nafas dalam dan menghembuskan perlahan-lahan.
Isna adalah saudara sepupu Raisa yang memperkenalkan Ramadhan dan Raisa.Orang tua Isna sudah tiada jadi Abah dan Umi yang merawatnya dari kecil.
"Saat ini Raisa sudah menikah dengan laki-laki pilihannya,jadi kamu silahkan kembali.Maafkan Abah,tapi siang tadi keluargamu juga tidak hadir itu tandanya mereka mendukung Isna."kata Abah
Abah menyuruh orang kepercayaannya untuk mengantar Ramadhan pulang,dengan kondsi seperti ini tidak mungkin Abah melepaskannya menyetir sendiri.
Raisa termenung disudut ranjang,kedua tangannya terus memeluk bantal.Matanya sembab karena terus mengeluarkan air mata,Satria menghampiri berusaha menghiburnya namun tidak tahu mengapa seluruh tubuhnya jadi kaku,lidahnya menjadi kelu tidak bisa bicara.
Satu-satunya cara hanya duduk disamping Raisa,saat Raisa memandangnya dia hanya menepuk bahu meminta Raisa bersandar.
Raisa tersenyum malah dia menenggelamkan kepalanya lebih dalam didada Satria.
"Tidak apa-apa kalau kamu mau menangis,menangislah jika itu bisa membuatmu lega."kata Satria
Sesaat terdengar isak tangis semakin lama semakin keras,Satria memeluknya dengan erat menepuk-nepuk punggungnya.
Satria sendiri merasa dirinya sangat aneh,biasanya dia paling tidak tahan menghadapi wanita menangis karena baginya menangis itu lemah.
"Terimakasih."kata Raisa
"Untuk apa?"tanya Satria
"Kamu sudah menghiburku."jawab Raisa menghapus air matanya dan mulai tersenyum
"Tidurlah besok kita pulang kerumah."kata Satria
Raisa beranjak dari tempat tidurnya,namun tangan Satria menahannya.
"Jangan kemana-mana,tidur disini."kata Satria
"Aku mau ganti baju dulu,tidak mungkin aku tidur dengan baju kayak gini."kata Raisa
Melihat Raisa masih memakai baju lengkap membuat Satria mengendurkan tangannya,melepaskan pelukan dan membiarkan Raisa bangkit.
Raisa mengambil baju ganti dari lemari,terlihat memilih baju yang nyaman dipakai lalu berjalan kearah kamar mandi.
Satria terus menatap pintu kamar mandi menunggu istrinya keluar,saat pintu dibuka Raisa keluar dengan penampilan yang sangat berbeda,bahkan dia berani memakai lingerie warna navy yang sangat cocok dengan kulitnya.
Satria menunduk tidak berani lagi menatap,darahnya kembali bergemuruh,jantungnya bedetak dengan kencang.Pura-pura merebahkan diri dan memejamkan mata,Raisa mendekat ikut merebahkan tubuhnya disamping suaminya.
***
Rega membuka matanya pelan setelah semalam mengadakan pesta,badannya terasa kaku karena permainan liarnya dengan beberapa laki-laki.Disampingnya masih ada laki-laki yang tertidur pulas,sementara beberapa temannya juga masih terlihat lemas disetiap sudut ruangan.
Rega pergi kekamar mandi membersihkan diri,hari ini adalah hari terakhir dia tinggal di kota L.Senyumnya mengembang karena dia akan kembali kekota asal dan bertemu dengan kekasihnya.
"Hari ini kita akan bertemu sayang."kata Rega lirih
Rega bersiap-siap tanpa memperdulikan yang lain,dia langsung pergi ke Bandara.Saat menunggu dia mencoba membuka ponselnya namun karena semalam teler ponselnya kehabisan daya.
"Lihatlah,aku salut dengan pengantin wanitanya sangat berani melamar Bos dikantornya."kata seseorang yang duduk didekat Rega
"Iya,dia sangat cantik dan si Bos juga sangat tampan."kata satu orang lagi.
Rega tidak menanggapi berita yang lagi viral karena baginya itu tidak penting,yang terpenting sekarang adalah segera kembali dan menemui kekasihnya.
****
Raisa membuka mata saat dini hari,badannya terasa terbebani dengan tangan dan kaki Satria yang menimpanya.Perlahan dia singkirkan tangan dan kaki Satria,dan bangun karena harus sholat malam.
Selesai melaksanakan sholat malam Raisa keluar dari kamarnya dengan memakai mukena,mengambil dua botol air dan kembali membawa kedalam kamar.
Raisa kembali duduk diatas ranjang,mencoba membuka ponselnya yang dari kemarin tergeletak diatas meja.
Banyak pesan masuk dari teman dan juga saudara jauh,mereka mengirimi gambar dan video yang sama saat Raisa meminta Bos untuk menikah.Baginya itu sangat tidak menarik karena terjadi begitu saja.
Satria terbangun karena lampunya menyala,dia ikut duduk didekat istrinya.
"Ah,maaf kamu jadi bangun."kata Raisa
"Tidak apa,lampunya menyala jadi aku terbangun."kata Satria
Satria melihat Raisa meneguk minuman,beberapa tetes keluar dari bibirnya.
"Apa?kamu mau minum?"tanya Raisa
Satria mengangguk namun menolak botol yang diberikan oleh Raisa,tanpa berkata langsung saja Satria menjilat tetesan air yang mengalir keleher Raisa,dari leher naik keatas hingga kebibir dan menghisapnya dalam,Raisa berusaha mendorong namun tangannya ditahan oleh Satria.
Satria tersadar dan menghentikan cumbuan,ini kamar Raisa yang masih berbagi tembok dengan Abah dan Umi,bukan kamar hotel yang sering disewanya,jika dilanjutkan bisa-bisa ranjangnya ikut menjerit.
Satria kembali tidur dengan memunggungi Raisa,ingin sekali dia menimpuknya dengan bantal namun diurungkan.
"Bos kamu tidur lagi ya?"tanya Raisa
"He ehm."jawab Satria
"Tidur tapi ditanya jawab."kata Raisa
"Sa,bisa gak kamu gak goda saat ini?"tanya Satria
"Siapa yang godain?"tanya Raisa
Satria membalikkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu ditelingannya,senyumnya mengembang sesaat setelah tahu alasan mengapa Satria menghentikan saat sudah mulai panas.
Langsung di tariknya selimut menutupi seluruh badannya.
Karena tidak bisa memejamkan matanya kembali Rasa memilih membersihkan diri dan keluar dari kamar menemani Abah dan Umi.
"Kamu sudah bangun?"tanya Umi
"Dari jam tiga tadi."jawab Raisa
"Sa,sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu dan Isna?"tanya Abah
Raisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi selama ini,banyak hal yang dia sembunyikan dari Abah dan Umi.
Abah hanya termenung mendengarnya,tidak menyangka Isna yang sudah dibesarkan seperti anak sendiri ternyata memiliki perilaku seperti itu.
"Itu sebabnya aku lebih memilih bekerja kantoran daripada disini Bah."kata Raisa
"Ya sudah,semoga pilihanmu kali ini lebih indah dari pilihan Abah dan Umi."kata Abah menasehati
"Abah,bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa saat dia kembali."kata Raisa
"Tentu saja,ajari suamimu itu sholat dan ngaji pelan-pelan."kata Abah
Suara adzan subuh terdengar membuyarkan obrolan mereka bertiga,Abah dan Umi bergegas pergi keMasjid sementara Raisa kembali masuk kamar.
Raisa melaksanakan sholat Subuh dan berusaha membangunkan Satria,awalnya dia ragu namun dicoba menepuk bahunya.
Satria membuka mata perlahan-lahan,memandang wajah manis yang membangunkan tidurnya,selama ini tidak ada yang berani membangunkannya saat dia tidur karena dia akan melempari dengan apa yang ada di depannya.
"Bos,ayo bangun."kata Raisa
"He hem."Satria mengangguk
Satria duduk sebentar dan bangkit dari kasur,pergi kekamar mandi.Raisa membereskan bantal dan melipat selimut,lalu buru-buru menyusul Satria yang masih berada dikamar mandi.
Tanpa mengetuk pintu Raisa membuka pintu dan melihat suaminya sedang melepas baju.
"Sorry."kata Raisa membalik badan
"Tidak masalah,kalau kamu mau kita bisa melakukannya disini."canda Satria
"Sudah pakai bajunya?"tanya Raisa
"Belum,bisa bantuin."jawab Satria.
Raisa menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan,dia berbalik kearah suaminya dan membantu memakai bajunya kembali.
Raisa mengajarkan bagaimana caranya berwudhu.
Satria langsung melakukan apa yang sudah diajarkan Raisa,selama ini tidak pernah ada yang mengajarkan apa itu ibadah,terlahir dari kedua orang tua dengan perbedaan membuatnya sampai saat ini belum bisa memutuskan,namun setelah Raisa meminta menikahinya membuatnya harus punya pilihan.
"Bagus untuk pemula."kata Raisa
"Benarkah?"tanya Satria dengan semangat
"He hem."tanggap Raisa dengan anggukan kepala
"Ayo."ajak Raisa
"Ayo kemana?tanya Satria
"Aku ajari kamu sholat."jawab Raisa
Diawal Raisa hanya mengajari gerakannya,dia sangat ingin membuat pasangannya nyaman lebih dahulu tidak menuntut lebih apalagi sempurna.
Satria mengelus-elus kepalanya karena sedikit pening, Raisa membantunya memijat dititik tertentu dan itu bisa membuatnya rileks.
"Kerjaanmu terlalu banyak tekanan."kata Raisa
"Kamu benar,baru semalam aku bisa tidur nyenyak."kata Raisa
Raisa tidak ingin menanggapi kata-kata Bos,biarlah selama bersamanya Satria bisa berubah,masa lalunya biar dia yang menanggungnya.
"Apa sudah baikan?"tanya Raisa
"Belum"jawab Satria
"Sudah mandi sana,abis itu sarapan."kata Raisa
"Iya."jawabnya dengan malas bangkit
Satria kembali masuk kekamar mandi,Raisa menyiapkan baju yang semalam dibawa oleh Sean.
Setelah pamitan Raisa,Satria dan Sean masuk dalam mobil,meninggalkan rumah Raisa yang masih ada tenda dan kursi,janur kuning juga masih melambai-lambai.
****
Mobil membelah lalu lintas pagi,sebenarnya rumah Raisa tidak terlalu jauh dari pusat kota hanya saja harus berputar karena adanya bukit yang memisahkan rumah dan tempat kerjanya.
Rega sudah menunggu didepan gedung,meski begitu dia masih berada didalam mobilnya.Panggilan berkali-kali keponsel Satria tidak diangkatnya,itu yang membuat Rega frustrasi.Kredit Card milik Satria tidak bisa dipakai lagi karena sudah melebihi,atau malah sudah diblokir.Belum lagi cicilan mobil dan rumah yang sudah menunggak selama dua bulan.
Satria meminta kepada Sean untuk mengantarnya kerumah,setelah makan siang baru dia akan pergi kekantor.
Sean mengerti dan memutar balik kearah rumah milik pribadi Satria.
Mobil memasuki kawasan elit,deretan rumah besar,mewah dengan desain modern dan warna yang sama.
Sampai diujung jalan mobil berbelok dan masuk kedalam rumah yang tidak kalah mewah dari rumah sebelumnya,bangunanya berbeda dari rumah yang lain,menurut Raisa lebih maskulin.
"Ini rumah kamu Bos?"tanya Raisa
"Bisa gak jangan panggil aku Bos lagi.jawab Satria
"Lalu aku harus panggil apa?"tanya Satria
"Apa aja,panggil nama langsung juga gak papa atau mau panggil sayang."jawab Satria
Sean hanya tersenyum melihat keduanya,Bos Satria yang terkenal suka gonta ganti cewek dan terkadang kasar ternyata bisa bertekuk lutut kepada sosok gadis pendiam dikantornya.
Sean merasa senang dengan perubahan yang luar biasa namun hatinya juga deg-degan mengingat Rega yang bisa melakukan apa saja nantinya.
"Bos saya langsung kekantor ya,pagi ini ada meeting dengan para pimpinan."kata Sean
"Iya,hati-hati nanti siang aku menyusul."kata Satria
Sean langsung memutar balik mobilnya setelah menurunkan Bos dan istrinya.
Raisa melihat sekitar rumah dan masuk mengikuti Satria,dirumahnya ada banyak pembantu yang melayani,wajar rumah segitu besar tidak cukup waktu jika hanya memiliki lima pembantu.
"Tuan sudah kembali?"tanya salah satunya
"Bagaimana?sudah siap?tanya Satria
"Sudah Tuan."
"Ini Raisa istriku,mulai saat ini akan tinggal disini dan kamu Bi Lis yang aku tunjuk bertanggung jawab membantunya."kata Satria
Satria mengandeng tangan Raisa meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya,saat melihat perubahan pada kamarnya Satria tersenyum puas,semua diganti dengan warna yang lebih kalem tidak seperti sebelumnya didominasi warna hitam.
Disana juga ditambah lemari baju dan sepatu milik Raisa,ada beberapa barang dengan brand terkenal.
Raisa berjalan mendekati jendela dan melipat kedua tangannya dibawah dada,melihat jauh keluar sana.Hari ini dia bisa merasakan tinggal dirumah mewah,kasur yang nyaman berbeda dari semalam.
Satria melepas setelah jas dan menggantungnya,melihat istrinya melamun dia mencoba mendekatinya.
"Kamu melamun?"tanya Satria
"Ah,tidak."jawab Raisa tersenyum
Tidak ada ucapan atau kata-kata terucap,Satria sendiri bingung mau memulai darimana.Berada didekat Raisa membuatnya kikuk,namun dia berhasil memecahkan suasana yang tadinya hening menjadi ceria lagi.
"Jadi ini rumah pribadimu?"tanya Raisa lebih dulu
"Iya,aku merombak total bangunannya."jawab Satria.
"Pantas rumahnya berbeda dari yang lain."kata Raisa
Banyak obrolan yang mereka berdua bicarakan,terkadang bercanda,masalah kerjaan bahkan tentang pacar juga mereka bicarakan.Tanpa terasa waktu sudah menjelang siang,saat pintu diketuk oleh Bi Lis.
Raisa membuka pintu dan terlihat Bibi Lis berdiri disana.
"Nyonya makan siang sudah siap."kata Bi Lis
"Panggil aku Mbak saja ya Bi."kata Raisa
"Baik Mbak."kata Bi Lis menunduk
Raisa kembali menutup pintu dan mendekati Satria,menyentuh bahu dan menatap matanya.
"Waktunya makan siang,bukankah kamu mau pergi kekantor siang ini."kata Raisa.
Raisa hendak menyiapkan baju yang akan dipakai Satria siang ini,namun tangan Satria meraih tubuh Raisa kedalam pelukannya.
"Sebentar saja,jangan kemana-mana."kata Satria
Raisa membalas pelukannya,dalam pantulan cermin didepannya Raisa bisa melihat suaminya memejamkan mata,Satria bisa membandingkan pelukan hangat seorang istri dengan kekasihnya sebelumnya,pelan -pelan melepaskan dan tersenyum.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!