NovelToon NovelToon

New Journey Of The Legendary King

Bangkit Dari Kematian

"Jay... Jay.. Jay..!!

Bangunlah Jay, aku tidak mau kehilangan kamu huhuhuhu... Jay, cepat bangun Jay.. !"

Ratih terus menangis tersedu-sedu sambil mengguncang tubuh Jay yang telah dingin. Kekasih Jayendra Maheswara ini masih tak bisa menerima kenyataan bahwa lelaki yang sangat dicintainya selama dua tahun terakhir itu kini telah terbujur kaku di ruang jenazah Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo.

"Sudahlah Ratih, ikhlaskan kepergian Jayendra. Biarkan dia kini tenang di alam sana, jangan bebani kepergian nya dengan tangisan mu itu. Kasihan saudara Jay jika ia tahu bahwa orang yang dicintainya masih belum mengikhlaskan nya", hibur Dokter Bayu, sahabat dekat Jay dan Ratih sejak mereka masih sama-sama mengenyam pendidikan di salah satu universitas negeri terkemuka dj kota pahlawan itu. Dokter Bayu jugalah yang menangani Jay saat di bawa masuk ke UGD usai mengalami kecelakaan fatal di sebuah jalan tol.

"Tapi Bayu, dia masih punya janji yang belum ia tepati. Jay bilang akan menikahi ku setelah tabungan nya cukup.

Dia tidak boleh mengingkari nya Bayu, tidak boleh! Jay harus melaksanakan janjinya huhuhuhu.. ", air mata Ratih Kumalasari terus saja tumpah membasahi pipi nya sambil memeluk mayat Jay.

" Iya aku tahu itu, Ratih. Tapi aku juga tidak berdaya untuk menyelamatkan nyawa nya. Dia adalah sahabat ku satu-satunya yang terus menyemangati ku saat aku terpuruk oleh perceraian orang tua ku. Dia juga yang membantu ku agar aku bisa masuk fakultas kedokteran. Apa kau pikir aku juga tidak kehilangan Jay hah?!

Andai saja bisa menukarkan nyawa ku dengan Jay, aku rela melakukan nya, Ratih. Tapi kita juga harus menerima kenyataan bahwa Jay sudah tiada saat ini", mata Dokter Bayu berkaca-kaca sambil berbicara. Segera ia melepaskan kacamata nya dan mengusap bulir air mata yang perlahan menetes disana. Dia sungguh sedih melihat nasib yang kini menimpa sahabat terbaik nya itu.

Saat keduanya sedang meratapi kematian Jay yang begitu tragis, di suatu tempat yang disebut sebagai Alam Awang-uwung, alam kekosongan yang merupakan alam menuju tempat keabadian sejati, seorang lelaki paruh baya dengan tubuh gagah dan berwibawa serta mengenakan pakaian mewah seperti seorang raja dari jaman dulu lengkap dengan mahkota dan sumping telinga dari emas berjalan menuju ke sebuah gapura alam keabadian sejati.

Tetapi belum sempat ia menapaki tangga gapura, cahaya menyilaukan mata menghalangi jalan lelaki paruh baya itu.

"Kau mau kemana, hei Prabu Jayabaya?!", terdengar suara agung yang membuat lelaki paruh baya yang disebut sebagai Prabu Jayabaya itu segera berlutut dan menyembah.

" Mohon ampun, Wahai Sang Penguasa Alam Semesta. Tugas hamba sebagai pemimpin rakyat Panjalu sudah selesai, sudah saatnya hamba beristirahat dan menghuni alam keabadian sejati sebagai akhir dari perjalanan setiap umat manusia", tutur Prabu Jayabaya dengan penuh hormat.

"Prabu Jayabaya oh Prabu Jayabaya..

Sebagai titah, kau terlalu sombong karena dianugerahi kemampuan untuk melihat masa depan. Tugas mu sebagai raja memang sudah purna, tetapi masa pengabdian mu sebagai raja pandita mengapa kau tinggalkan? Sebelum mencapai batas usia mu, seharusnya kau mengabdikan sisa hidup dengan berbakti kepada Ku.

Tetapi kau malah lebih dulu mengambil jalan moksa sebelum waktunya, Prabu Jayabaya. Oleh karena itu kau tidak Ku izinkan untuk masuk ke dalam alam keabadian sejati", ucap suara agung itu membahana.

"Ampuni dosa hamba dengan segala kelancangan yang hamba lakukan", kembali Prabu Jayabaya berlutut untuk meminta pengampunan.

" Kau harus di hukum untuk sifat sembrono mu itu, heh Prabu Jayabaya", usai kata itu terucap, tiba-tiba sepasang tangan gaib muncul dan segera memisahkan raga dan roh Prabu Jayabaya.

"Jalani hukuman mu, Prabu Jayabaya. Bila tiba masa pengampunan mu, kau akan bersatu lagi dengan raga mu untuk memasuki alam keabadian sejati", setelah kata-kata ini terdengar, roh Prabu Jayabaya tertarik oleh sesuatu yang kuat kebawah. Seketika itu juga, roh itu melesat cepat dan masuk ke dalam tubuh Jayendra Maheswara.

Dan....

Uhukkk uhukkk uhukkk...!

Suara batuk-batuk beberapa kali terdengar dari mulut Jay. Seketika itu juga Dokter Bayu melotot matanya melihat Jay kawan karib nya yang sudah dinyatakan meninggal dunia 3 jam yang lalu, kini bangun dari ranjang kematiannya.

Dua suster yang sedari tadi menemani Dokter Bayu langsung ketakutan dan pingsan seketika melihat Jay yang duduk di ranjang. Sementara Dokter Bayu sendiri lemas dengkul nya melihat kawan nya hidup lagi.

Sedangkan Ratih yang baru saja menangisi Jay langsung kehabisan kata-kata. Perempuan cantik itu segera menutup mulutnya yang melongo karena melihat keajaiban terjadi di depan matanya.

"Ini ada dimana? Kenapa semua nya terasa aneh begini? ", ucap Prabu Jayabaya sembari memperhatikan keadaan sekitar. Jelas bahwa pemandangan dunia modern saat ini sangat asing bagi orang yang hidup 900 tahun yang lalu itu.

" Jay Jay, k-kau masih hidup? Kau beneran masih hidup kan? Ini bukan hantu mu kan? ", berondongan pertanyaan terlontar dari mulut Dokter Bayu.

" Jay Jay Jay, yang sopan kalau berbicara pada seorang r..... Aaaarrrgggggghhhhh!!! ", belum selesai Prabu Jayabaya bicara, kepala nya berdenyut sakit sekali. Dan ingatan asing tentang dunia ini muncul satu persatu hingga membuatnya pusing sekali.

Melihat Jay sedang meringis kesakitan, Dokter Bayu langsung mengambil suntikan di saku jas nya. Dia bergegas untuk menyuntik obat penenang pada orang yang baru saja dinyatakan meninggal dunia itu.

Creeeeppppppphhh..

Setelah suntikan obat penenang diberikan, Prabu Jayabaya merasa pusing lalu hilang kesadaran dan langsung terbaring kembali. Dua suster yang sempat pingsan langsung mendorong ranjang tempat Jay ke salah satu bangsal perawatan di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo bersama dengan Dokter Bayu dan Ratih.

4 jam kemudian..

'I-ini ada dimana? Kenapa kepala ku penuh dengan ingatan yang aku sendiri tidak pernah melakukan nya? ', Prabu Jayabaya yang siuman dari pengaruh obat penenang, bangkit dari ranjang rumah sakit sambil memegangi pelipisnya.

"Jay, kau sudah sadar? Syukurlah, akhirnya kau sadar juga. Aku sangat mencemaskan mu", ujar Ratih yang terbangun dari tidur nya di samping Prabu Jayabaya.

" Kau ini siapa? Kenapa kamu terus memanggil ku Jay? ", tanya Prabu Jayabaya seraya menatap wajah Ratih yang bulat telur dengan penuh heran.

Ratih pun tak segera menjawabnya. Dokter Bayu tadi mengatakan bahwa ada kemungkinan Jay kehilangan ingatannya untuk sementara waktu akibat kematiannya yang berlangsung selama tiga jam tadi. Jadi Dokter Bayu pun berpesan pada Ratih agar tidak salah sangka dan memberikan penjelasan pada Jay secara bertahap untuk mengembalikan ingatannya seperti semula.

"Kau ini Jayendra Maheswara, biasa orang memanggil mu Jay. Kau ini anak angkat Pak Hendro dan Bu Hendro dari panti asuhan di kawasan pinggiran Kota Surabaya. Kau lulusan terbaik Universitas Airlangga jurusan Antropologi dan saat ini menjadi seorang pengajar di SMA negeri terbaik di kota ini.

Masih kurang jelas aku menjelaskan tentang dirimu? ", tutur Ratih dengan sedikit tinggi nada bicara.

Aaaaaaarrrggggghhhhh!

Kembali Prabu Jayabaya merasakan sakit pada kepalanya yang dibalut perban. Potongan demi potongan ingatan asing itu terus membanjiri kepalanya.

" Kau jangan salah sangka, Nisanak! Aku ini adalah Pra.... ", Prabu Jayabaya tak bisa meneruskan omongan nya kala ia tak sengaja melihat ke arah cermin di sudut ruang rawat khusus rumah sakit itu. Sekilas wajah orang di cermin itu memang dirinya namun beberapa perbedaan besar jelas terlihat. Selain alis mata yang lebih tipis, lelaki ini juga tidak memiliki kumis lebat yang menjadi kebanggaan pada masanya.

Cepat-cepat Prabu Jayabaya menepuk wajah itu dan merasakan sakit. Jelas ini bukanlah mimpi melainkan kenyataan yang sedang berlangsung. Ia hidup kembali dengan wajah dan tubuh baru yang jauh lebih muda.

"Ini aku? ", Prabu Jayabaya menunjuk ke arah dirinya sendiri seolah-olah tak percaya dengan apa yang terjadi. Ratih menganggukkan kepala dengan cepat.

Prabu Jayabaya melongo sambil meremas rambutnya sendiri. Ternyata Hyang Penguasa Alam Semesta tidak main-main dengan ucapan nya dan benar-benar menghukum Prabu Jayabaya dengan menjadi sosok baru di dunia modern. Dia benar-benar tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi sekarang.

Melihat Jay sudah lebih tenang dari sebelumnya, Ratih menarik nafas lega.

"Jay, coba sekarang kau ingat-ingat lagi apa yang menjadi penyebab kecelakaan mu? Polisi hanya menyimpulkan bahwa kau kecelakaan tunggal karena rem motor mu blong hingga kau menabrak pembatas jalan", tanya Ratih dengan lembut.

Potongan ingatan sang pemilik tubuh asli pun mulai terlihat satu persatu. Prabu Jayabaya yang bijak pun menggabungkannya menjadi satu rangkaian peristiwa yang ia alami.

" Aku ingat rem ku tiba-tiba tidak berfungsi padahal sedang dalam kecepatan tinggi. Sebelumnya ada dua orang sedang menduduki motor ku di parkiran swalayan. Apa itu mungkin penyebab kecelakaan ku? ", tanya Prabu Jayabaya sembari menatap wajah Ratih.

"Ini mencurigakan. Bisa jadi ada orang yang berniat untuk mencelakai mu, Jay. Mungkin dua orang itu bisa menjadi petunjuk siapa pelaku sebenarnya. Kau harus cukup istirahat untuk mengembalikan keadaan mu Jay, sebelum mencari tahu tentang orang itu", balas Ratih dengan senyuman manis terukir jelas.

'Jayendra Maheswara, kasihan sekali hidup mu. Kau mati tanpa tahu siapa orang yang mencelakai mu. Tapi jangan khawatir Jay, mulai sekarang aku akan menjadi dirimu dan menemukan dalang dari pelaku pembunuhan mu', batin Prabu Jayabaya sembari mengepal erat.

'Mulai sekarang aku adalah Jay'

Tuan Besar

Tujuh hari sudah Prabu Jayabaya atau Jayendra Maheswara berada di rumah sakit. Dalam waktu itu, Ratih dengan telaten merawat Jay sambil membantu Jay mengingat siapa dirinya.

Dalam waktu itu, Prabu Jayabaya alias Jayendra Maheswara mempelajari segala sesuatu tentang dunia modern dari Ratih. Dia sudah mirip sekali dengan orang kampung yang tidak tersentuh dunia modern sama sekali hingga Ratih pun sampai ngakak banget kala melihat nya kebingungan dengan smartphone yang bisa digunakan untuk berbicara dengan orang.

Sikap Ratih yang lembut dan penuh rasa keibuan inilah yang membuat Prabu Jayabaya alias Jay, menaruh perasaan suka pada nya meskipun ia tahu bahwa Ratih ini adalah tunangan Jayendra Maheswara sebelumnya.

'Tubuh ini sangat lemah. Tak bisa digunakan untuk mengendalikan tenaga dalam dari ilmu kanuragan ku jika dibutuhkan. Harus ada cara untuk membuat tubuh ini menjadi kuat dan mampu bertahan dari serangan musuh dengan menggunakan ilmu bela diri yang aku kuasai. Tapi bagaimana caranya? ', gumam Jay yang sedang duduk bersila diatas ranjang rumah sakit.

Padahal tujuh hari kemarin, ada beberapa luka yang cukup besar di tubuh Jay. Beberapa tulang tubuhnya juga patah dan kata Dokter Bayu butuh beberapa bulan untuk sembuh. Akan tetapi, Prabu Jayabaya memaksa menggunakan Ajian Pancadriya, sebuah ilmu kanuragan yang bisa digunakan untuk memulihkan keadaan tubuh seperti sedia kala meskipun mengalami luka parah dalam waktu singkat.

Hanya sayangnya, tubuh Jayendra Maheswara sama sekali memiliki budidaya tenaga dalam sama sekali hingga meskipun sudah menggunakan ilmu kesaktian tingkat tinggi sekalipun, proses penyembuhan nya pun sangat lambat hingga butuh waktu berhari-hari agar bisa sembuh.

Suara pintu kamar rawat inap terdengar hendak di buka. Jay yang tak ingin rahasia nya di ketahui semua orang pun segera merebahkan tubuhnya di ranjang.

Ceklekkkk..

Begitu pintu kamar rawat inap terbuka, wajah Dokter Bayu muncul bersama dengan seorang perawat dan Ratih yang membawa kantong plastik berisi beberapa barang. Dokter Bayu pun segera mendekat ke arah Jay.

"Bagaimana perasaan mu hari ini Jay? Sudah mendingan? ", tanya Dokter Bayu sambil meletakkan stetoskop nya ke arah dada kawan karibnya itu.

" Sudah lebih baik, Dokter. Kapan kira-kira aku bisa pulang? ", Jay menatap wajah Dokter Bayu yang sedang memperhatikan catatan yang diberikan oleh perawat.

" Tunggu sampai nanti sore. Setelah check up mu beres, kau bisa pulang.

Aku sungguh sangat kagum dengan daya tahan tubuh mu. Beberapa fraktur tulang di tubuh mu seolah-olah tidak pernah terjadi. Luka-luka bekas kecelakaan pun juga sembuh dengan cepat. Kau ini masih manusia atau bukan sih? ", seloroh Dokter Bayu sambil memeriksa foto rontgen yang diberikan oleh perawat. Dia nampak membanding-bandingkan nya dengan foto rontgen awal dari tubuh Jay sehari setelah kecelakaan itu terjadi.

" Kalau aku ini hantu, aku pasti sudah mencekik mu sampai mati karena membiarkan ku mati begitu saja tanpa pertolongan ".

Mendengar jawaban Jay, Dokter Bayu melongo. Jay yang sebelumnya sangat sulit diajak bercanda karena ia selalu serius dalam hal pekerjaan nya sebagai pegawai salah satu lembaga cagar budaya. Beberapa kawan yang menjenguk dua hari yang lalu juga mengatakan hal itu.

"Dasar culun bego! Mana pernah aku membiarkan mu luka tanpa aku rawat?!

Kau ini balik dari kematian malah omongan mu makin ngaco. Sudah, aku malas meladeni orang hilang ingatan seperti mu. Suster, kalau di rewel terus minta pulang, jangan kasih persetujuan. Biar tau rasanya berlama-lama di rumah sakit ", omel Dokter Bayu yang membuat Ratih mau tidak mau turun tangan juga.

" Jangan gitu dong, Bayu..

Dia itu kawan baik mu satu-satunya. Kalian sama-sama berasal dari satu panti asuhan. Kau paham sendiri kenapa Jay tidak mau berlama-lama di rumah sakit? Ayolah jangan ngambek hanya karena omongan nya yang gak bener itu ", bujuk Ratih segera.

" Untung ya kamu punya tunangan sebaik Ratih. Kalau tidak, sudah ku masukkan kau ke ruang isolasi khusus biar tahu rasa. Suster, minta bagian administrasi untuk secepatnya mengurus orang gila ini. Aku ga mau dia berlama-lama disini", omel Dokter Bayu sambil melengos pergi meninggalkan Ratih yang terkekeh kecil melihat kelakuan dua sahabat karib yang mirip kucing dan tikus itu.

Siang hari itu juga, Jay akhirnya diperbolehkan pulang setelah seminggu penuh dirawat di Rumah Sakit Dr. Soetomo. Meskipun masih belum sembuh benar, Jay sudah mampu berdiri dan berjalan meskipun masih tertatih-tatih. Ratih dengan telaten memapah Jay ke taksi online yang ia pesan untuk kepulangan kekasihnya.

Sepanjang perjalanan pulang, Jay tak banyak bicara tetapi terus memperhatikan gedung gedung pencakar langit yang banyak menghiasi jalanan. Kala taksi online itu melewati rel kereta api, Jay terbeliak kaget juga.

"Rupa-rupanya ramalan ku tentang masa depan akhirnya terjadi juga", gumam Jay yang membuat Ratih segera menyenggol nya.

" Kau bilang apa tadi Jay? ", tanya Ratih segera.

" Ah eh tidak apa-apa. Hanya ramalan Prabu Jayabaya sebagian besar telah terwujud di jaman sekarang ini.

Sepertinya masa ini benar-benar memasuki Jaman Kalabendu", ujar Jay sambil menghela napas panjang.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Jay. Jangan menggunakan istilah yang tidak aku mengerti. Kau tahu sendiri aku sama sekali tidak paham dengan istilah-istilah dari mata kuliah mu itu", tutur Ratih yang membuat Jay kembali diam.

Sesampainya di kontrakan, Ratih membantu Jay turun setelah membayar taksi online. Begitu memasuki rumah, Jay nampak mengamati seluruh bangunan seolah mencoba untuk menelusuri seisi rumah. Mata Jay langsung tertuju pada pot bunga di teras.

Jay segera mencabut bunga krisan yang ada dalam pot bunga itu dan melemparkan nya ke halaman kontrakan rumah. Ratih terkejut melihat tingkah Jay yang dirasa aneh.

"Apa yang kau lakukan Jay? ", tanya Ratih sambil bergegas mendekat ke arah pot bunga.

" Coba kau lihat apa yang ada di dalam pot bunga itu", tanpa menunggu dua kali perintah Jay, Ratih segera melongok ke dalam pot bunga dari plastik berwarna hitam ini.

Betapa terkejutnya Ratih melihat ada sebuah benda aneh berwujud seperti boneka yang terbungkus kain mori terikat tiga mirip dengan tata cara ikatan pada jenazah sebelum dimakamkan.

"I-ini apa Jay? Bagaimana bisa ada benda seperti ini disini? ", Ratih sangat kebingungan.

'Hemmmm, jelas-jelas ada orang yang ingin mencelakai si pemilik tubuh ini dengan cara licik menggunakan ilmu hitam seperti ini. Teka-teki ini sungguh menarik', batin Jay.

" Itu adalah ilmu hitam, Ratih. Ada orang yang ingin mencelakai ku dengan memasang golek kayu teluh di depan rumah.

Tetapi kau jangan khawatir. Itu semua tak ada gunanya buat menyerang ku", Jay lalu mengambil golek kayu itu. Mulutnya komat-kamit merapal sesuatu. Tiba-tiba saja muncul asap hitam dari tangan kiri Jay. Dengan sekuat tenaga, Jay meremas golek kayu teluh itu yang segera hancur menjadi abu.

Di suatu tempat lain..

Hoooooeeeeeeeggghhhhh!!

Seorang lelaki paruh baya dengan jenggot panjang yang ditumbuhi uban muntah darah segar. Rasa sakit seperti di hantam batu besar terasa sangat menyesakkan dada.

"Kurang ajar!! Siapa yang berani mengganggu pekerjaan ku?!! Akan ku lihat, siapa yang begitu sombongnya mengembalikan teluh ku.. ", dengan langkah terseok-seok, lelaki paruh baya itu melangkah ke arah sebuah kuali besar berisi air dan bebungaan di pojokan ruangan.

Mulut lelaki paruh itu segera komat kamit. Lalu meraih bubuk putih di dekatnya dan melemparkan nya ke dalam kuali besar itu. Dari dalam kuali muncul gambar Jay yang juga sedang menatap ke arahnya.

Terlihat Jay melemparkan abu dari bekas boneka teluh itu ke udara. Dan di detik berikutnya, lelaki paruh baya itu kembali terhempas ke belakang dan jatuh di lantai ruangan itu dengan keras. Seketika itu juga, bayangan Jay pun tak ada lagi dalam kuali besar.

Lelaki tua itu berusia bangkit sembari memegangi dadanya yang sakit sekali. Dua kali ia menerima balasan dari Jay yang jelas-jelas mampu mematahkan ilmu hitam nya.

"Bangsaaaat!!! Darimana bocah busuk ini bisa membalikkan ilmu hitam ku? Uhukkk uhhuuukkk..

Tidak, ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Tuan besar harus segera tahu hal ini", ucap lelaki paruh baya itu sambil berusaha untuk keluar dari ruangan itu meskipun dengan susah payah.

Lelaki tua itu segera menuju ke arah mejanya dimana sebuah telepon pintar tergeletak di atas nya. Ia segera mencari sebuah nama pada layar kontak. Begitu nama Tuan Besar ketemu, segera ia memencetnya.

Thhhuuuuuutttt thhhuuuuuutttt...

Cekleekkk!

"Halo Mbah Dirgo, ada apa kau menelpon ku? Bukankah uang bayaran mu sudah ku tranfer ke rekening mu kemarin?", terdengar suara lelaki disana.

" B-bukan masalah transferan nya, Tuan. Te-tetapi ilmu teluh saya telah di balikkan oleh orang yang tuan besar maksudkan. Gara-gara itu, saya mengalami luka dalam parah sekarang uhukkk uhhuuukkk.. ", jawab lelaki paruh baya yang disebut sebagai Mbah Dirgo itu sambil batuk-batuk.

" Apaaaa??!!! Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Bocah itu masih hidup?! Bukankah anggota Geng Macan Hitam sudah berhasil menyabotase motornya hingga dia kecelakaan.

Sekarang dia mampu mengembalikan teluh mu dengan mudah. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? ", suara di seberang telepon terdengar kaget.

" Saya juga tidak tahu, Tuan Besar. Satu gerakan pemuda itu sanggup membuat ilmu hitam saya menyerang balik.

Sepertinya dia telah menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya ", lanjut Mbah Dirgo kemudian.

" Brengsek! Sungguh-sungguh brengsek!!

Masalah sepele seperti ini kenapa jadi runyam sekarang? Untuk sementara kau jangan bergerak dulu, biar Geng Macan Hitam saja yang bertindak", perintah terdengar dari suara di seberang telepon.

Mbah Dirgo pun langsung patuh sambil menjawab,

"Siap Tuan Besar... "

Geng Macan Hitam

Di sudut utara Kota Surabaya...

Seorang lelaki berwajah seram sedang asyik menenggak minuman keras dari sebuah merk dagang ternama di temani oleh dua gadis muda yang cantik dan menggoda. Beberapa kawan nya juga melakukan hal serupa dan berada tak jauh dari tempat sang lelaki berkumis tipis itu. Mereka sedang berpesta di sebuah bar yang khusus diperuntukkan bagi kaum berduit yang ingin mencari kesenangan sesaat.

Lelaki ini memiliki alis mata yang tebal dan terdapat satu bekas luka memanjang dari dahi hingga kiri yang sepertinya merupakan bekas pertarungan. Rambutnya lelaki ini juga di cat warna pirang mirip dengan bulu harimau dan jika diperhatikan dengan seksama, rata-rata orang yang ada dalam ruangan itu juga memiliki tampilan nyeleneh seperti orang ini.

Ada yang rambutnya di cat seperti bulu macan tutul, ada yang hitam pekat seperti bulu macan kumbang, ada yang mirip pula dengan warna bulu cheetah. Kesemua tampilan itu rupanya merupakan identitas khusus yang dimiliki oleh kelompok ini yang menamakan dirinya sebagai Geng Macan Hitam.

Geng Macan Hitam adalah kelompok bawah tanah yang menguasai dunia hitam di Kota Surabaya. Mereka mengendalikan sebagian besar peredaran barang selundupan dari luar negeri seperti obat-obatan terlarang, miras, senjata api, barang curian mewah hingga perdagangan manusia untuk kebutuhan dunia malam di seluruh wilayah Indonesia Timur. Tak ayal lagi mereka menjadi kelompok gangster kaya dengan aset ratusan milyar rupiah yang tersebar dari Jawa hingga ke Papua.

Berkolusi dengan beberapa pejabat tinggi negara termasuk beberapa petinggi polisi dan tentara, mereka dapat bergerak leluasa tanpa harus takut pada bayang-bayang hukum yang ada dalam Negara Republik Indonesia. Dari kerjasama itu, mereka bisa mendirikan beberapa perusahaan publik yang legal sebagai tempat pencucian uang mereka. Perusahaan perusahaan ini berkembang pesat dengan cepat disebabkan oleh dukungan finansial tinggi dari Geng Macan Hitam juga perlindungan yang sempurna hingga tak satupun berani mengusik perusahaan itu karena takut bahaya yang ditimbulkan. Meskipun beberapa perusahaan ini telah bolak balik melakukan pelanggaran pada lingkungan, hak asasi manusia juga pajak.

Orang yang disebut pada awal tadi adalah Reynold Waseso, putra sulung dari Arnold Waseso seorang petinggi Geng Macan Hitam dengan pangkat wakil pimpinan. Arnold Waseso juga merupakan direktur utama PT Semesta Biru Perkasa, salah satu perusahaan legal Geng Macan Hitam di bawah induk Semesta Grup. Dia punya julukan khusus di Geng Macan Hitam sebagai Nomor Dua.

Sedangkan Reynold Waseso sendiri merupakan pimpinan Geng Macan Hitam wilayah Surabaya yang bertugas sebagai ketua pengamanan dari seluruh perusahaan di bawah naungan Semesta Grup. Pusat markas besar Geng Macan Hitam sebenarnya ada di salah satu kota di wilayah Jawa Tengah.

Dua perempuan cantik asal Uzbekistan itu terus meliuk-liuk memamerkan lekuk tubuhnya di hadapan Reynold Waseso, seolah-olah memancing birahi dari sang pimpinan wilayah Geng Macan Hitam. Jika mereka bisa menarik Reynold Waseso ke atas ranjang, sudah barang tentu hidup mereka akan lebih mudah untuk kedepannya. Selain perlindungan keamanan, iming-iming uang berlimpah pun juga tak sulit didapatkan.

Sedangkan Reynold sendiri masih belum menentukan siapa yang akan ia jadikan teman kencan nya siang itu meskipun sudah menenggak minuman keras yang bisa memancing birahinya seperti biasa.

Tiba-tiba....

Thhhuuuuuutttt thhhuuuuuutttt...

Thhhuuuuuutttt thhhuuuuuutttt...

Dering ponsel pintar milik Reynold Waseso dalam saku jas mewahnya membuat sang empunya segera meletakkan rokok putih ke mulut dan merogoh ponsel. Dalam keremangan cahaya bar itu, Reynold melihat jelas siapa nama yang tertera di layar ponsel pintar itu.

Seketika Reynold Waseso bangkit dari sofa tempat duduknya yang membuat operator mematikan lagu dari DJ terkenal. Semua orang langsung terdiam tanpa bersuara sedikitpun. Membuat suara sekecil apapun saat seperti ini jelas bisa berbahaya bagi mereka.

"H-halo Tu-tuan Besar... Ada perintah untuk saya? ", ucap Reynold Waseso dengan nada bergetar ketakutan. Panggilan itu memang berasal dari Tuan Besar, pucuk pimpinan tertinggi Geng Macan Hitam.

Selain ayahnya dan Nomor Satu, tak seorangpun dalam keanggotaan Geng Macan Hitam yang tidak ketakutan dengan Sang Tuan Besar yang terkenal kejam dan bengis. Sedikit saja membuat kesalahan dalam tugas, bisa-bisa mereka akan binasa dalam kemarahan sang pucuk pimpinan.

"Reynold Waseso, apa kau sudah menyelesaikan tugas yang ku berikan? ", suara berat nan berwibawa di seberang telepon ibarat suara dewa kematian di telinga Reynold.

" S-sudah Tuan Besar. Henry dan Ferdy tangan kanan saya yang menjalankan tugas itu. Mereka bahkan sudah memastikan bahwa target itu sudah mengalami kecelakaan setelah rem motor nya blong hingga menabrak sebuah pembatas jalan.

Henry dan Ferdy juga melihat orang itu sudah dalam keadaan sekarat saat di bawa ambulan Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo. Bahkan Ferdy dan Henry juga mengikuti ke rumah sakit dan memastikan bahwa orang yang diinginkan oleh Tuan Besar untuk menemui ajalnya sudah mati", lapor Reynold Waseso dengan cepat.

"Hemmmmmmmm....

Kau yakin dengan hal itu, Reynold Waseso? ", kembali suara penuh penekanan dari seberang telepon terdengar. Reynold Waseso langsung berkeringat dingin karena nya.

" Yakin Tuan Besar. Henry dan Ferdy adalah orang kepercayaan saya, mereka tidak berani untuk berbohong pada saya", tegas Reynold segera.

"Tapi mengapa orang itu masih hidup dan sehat bahkan mampu melukai orang ku hah?! Apa kau pikir aku bodoh dengan percaya sepenuhnya pada bualan tolol mu itu?!!

Kalau kau bukan anak Si Nomor Dua, saat ini kau pasti tahu apa yang terjadi pada orang yang telah mengecewakan ku bukan? Sekarang cari orang itu dan selesaikan tugas itu secepatnya!! ", gertak suara di seberang telepon yang membuat Reynold semakin ketakutan.

" B-baik Tuan Besar, segera saya laksanakan.. ", begitu jawaban itu terdengar, panggilan telepon itu segera ditutup dan Reynold Waseso langsung menghela nafas lega. Setelah itu ia segera melambaikan tangannya.

" HENRY..! FERDY..!!! KEMARI KALIAN..!!! "

Dua orang bertubuh kekar dengan rambut gondrong lengkap dengan anting-anting dan tatoo seram pada lengannya segera mendekati Arnold Waseso setelah mendengar teriakan itu.

"Ada apa bos? Ada tugas untuk kami? ", tanya Henry dengan patuh. Dan...

Plllaaaakkkkk plllllaaaaaaaaakkkk!!!!!

Dua tamparan keras Reynold langsung menghajar pipi kanan Henry dan pipi kiri Ferdy. Bibir mereka berdua langsung mengeluarkan darah segar.

" Apa salah kami bos?", tanya Ferdy dengan penuh ketakutan.

"Apa salah kalian?! Kalian mengapa berani berbohong pada ku? Apa kalian sudah bosan hidup hah?!! ", bentak Reynold Waseso keras.

" Bohong soal apa bos? Kami ini selalu jujur pada bos, tidak pernah berdusta sekalipun ", ucap Henry sambil memegangi pipinya yang bengkak.

" Orang yang aku suruh kalian celakai masih hidup dan bahkan mampu melukai orang kepercayaan Tuan Besar. Bagaimana kalian menjelaskan itu semua hah?!! ", bentak Reynold Waseso dengan garang nya. Dia benar-benar mencari pelampiasan amarah karena takut pada Sang Tuan Besar.

" Orang itu sudah mati Bos, saya dan Ferdy melihatnya dengan mata kepala sendiri bahwa orang itu telah diantar ke ruang jenazah rumah sakit. Tidak mungkin orang itu hidup lagi", ucap Henry penuh keyakinan.

"Aku gak butuh alasan kalian berdua. Sekarang temukan orang itu dan cari cara untuk menghabisinya. Aku gak mau lagi mendengar omelan Tuan Besar soal ini lagi. Kalau perlu bawa kawan-kawan mu untuk menemukan nya hari ini juga dan segera habisi dia.

Kalau sampai gagal, tanggung sendiri akibatnya ", perintah Reynold Waseso yang membuat Henry dan Ferdy langsung berbalik badan. Bersama-sama dengan semua orang yang ada di bar, mereka berdua langsung bergerak mencari keberadaan Jay.

Kemampuan Prabu Jayabaya yang tahu sebelum kejadian ternyata tidak hilang meskipun dalam tubuh Jayendra Maheswara. Berbekal ilmu ini, Prabu Jayabaya yang kini telah menjadi seorang Jay, bisa melihat hal-hal sebelum terjadi. Meskipun tak bisa menerawang jauh hingga jarak ratusan tahun seperti dulu, ia masih bisa melihat kejadian yang akan terjadi hingga 3 bulan ke depan.

Sore itu, Jay ditemani oleh Ratih berbelanja di sebuah minimarket yang berada tak jauh dari kediaman Jay. Sejak awal mereka masuk, dua orang lelaki yang sedang duduk menghisap rokok di teras minimarket itu terus memperhatikan mereka berdua. Ini juga disadari oleh Jay.

Sambil berpura-pura memilih barang di rak minimarket itu, Jay berbisik lirih di telinga Ratih.

"Kita sedang diawasi oleh seseorang. Dua orang di luar itu adalah anak buah nya", Ratih hendak mendongak untuk melihat orang yang dimaksud oleh Jay, tetapi Jay dengan cepat mencegah.

" Jangan kau lihat mereka. Biarkan saja, bersikap lah seperti sedang tidak tahu apa apa. Nanti mereka curiga ", bisik Jay kembali yang membuat Ratih pun segera bertanya,

"Lantas apa yang harus kita lakukan? "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!