NovelToon NovelToon

Stalker Penolong

Bab 1

*Haii guys😊 Ini adalah novel kedua saya setelah novel 'Dosenku Sahabatku'.

Saya masih penulis pemula. Saya harap kalian dapat menyukai karya saya, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan ini🙏

Happy reading guys😉*

.

.

.

Clarisa Stewarts, seorang gadis berumur 19 tahun. Clarisa dikenal sebagai gadis yang periang dan juga mudah bergaul. Saat ini ia berkuliah di salah satu Universitas di California, Amerika.

Clarisa merupakan seorang anak broken home. Dimana ayah dan ibunya bercerai saat Clarisa berusia 10 tahun. Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya dan lebih memilih wanita lain. Sejak saat itu, Clarisa hanya hidup berdua dengan ibunya. Hari-hari yang dilewatinya sangat berat.

Setelah ditinggalkan ayahnya, ibunya berubah menjadi sosok yang berbeda. Ibunya sering melakukan kekerasan fisik maupun mental dan ibunya juga kerap membawa laki-laki di rumah mereka, karena bekerja sebagai wanita malam.

Sejak Clarisa berumur 10 tahun, ia sudah menjadi anak yang mandiri dan selalu menyiapkan keperluannya sendiri bahkan keperluan ibunya juga.

Sebelum berangkat ke sekolah, biasanya Clarisa membuat sarapan untuk dirinya dan sup penghilang mabuk untuk ibunya. Ya, karena ibunya selalu mabuk saat pulang. Sepulang sekolah Clarisa bahkan jarang bermain dengan teman-temannya. Saat anak seusianya hanya memikirkan bermain, beda halnya dengan Clarisa yang harus membersihkan pekerjaan rumah seperti orang dewasa. Jika ditanya kenapa Clarisa melakukan semua pekerjaan rumah, hal itu dikarenakan ibunya merasa bahwa dia lah yang mencari nafkah, jadi sebagai gantinya Clarisa wajib mengerjakan pekerjaan di rumah.

.

.

.

Pukul 2 malam, Clarisa sedang asyik menonton tv yang menampilkan acara kesukaannya. Ia belum merasa mengantuk sehingga memilih untuk menonton terlebih dahulu.

Brak

Terdengar suara pintu dibuka, Clarisa yang tengah menonton TV segera menoleh ke sumber suara dan mendapati ibunya lagi-lagi membawa laki-laki ke rumah.

Mereka bahkan berciuman di depan Clarisa seakan-akan Clarisa tidak ada disana. Melihat hal itu, Clarisa langsung berlari ke kamarnya.

"Ayo sayang" terdengar suara ibu Clarisa memanggil seorang pria ke kamarnya.

Beberapa saat kemudian terdengar suara desahan di kamar ibunya itu. Hampir setiap malam, Clarisa selalu mendengar suara-suara desahan itu. Ia selalu menutup telinga berharap suara-suara itu akan hilang, namun tetap saja itu tidak berhasil. Clarisa hanya bisa menangis setiap saat hal itu terjadi.

Jika kebanyakan orang merasa rumah adalah tempat paling nyaman, lain halnya dengan Clarisa.

Clarisa merasa rumah adalah tempat dimana ia bisa mati kapan saja saat ibunya memukulnya. Karena saat ibunya mabuk, Clarisa selalu menjadi objek kekesalan ibunya. Ibunya selalu memukul, menendang, bahkan mencekik Clarisa sampai ia hampir kehabisan napas.

Disetiap mabuk, ibunya selalu menyalahkannya sebagai anak yang tidak berguna dan tidak diinginkannya untuk lahir. Tentu saja Clarisa selalu merasa sedih dan kecewa dengan sikap ibunya.

Walaupun memiliki kehidupan yang kelam, anehnya saat Clarisa di kampus atau dimana pun, ia merupakan sosok yang periang dan mudah bergaul dengan siapa saja. Seakan-akan hal buruk tidak pernah terjadi padanya.

Clarisa mulai bekerja part time saat berusia 16 tahun, tanpa sepengetahuan ibunya. Ia bertekad ingin keluar dari rumah itu saat uangnya sudah cukup untuk menghidupi dirinya sendiri.

Pada saat Clarisa mulai bekerja part time, ia mulai merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang. Awalnya Clarisa mengira itu hanya perasaanya saja. Namun, semakin lama ia semakin jelas menyadari bahwa memang ada seorang pria yang sedang mengikutinya kemana pun ia pergi ke luar rumah. Clarisa menyebut orang itu sebagai 'Stalker'.

Sudah 3 tahun stalker itu mengikuti kemana pun Clarisa pergi. Awalnya Clarisa merasa takut karena ada orang yang mengikutinya, akan tetapi ia sadar bahwa stalker itu tidak pernah menerornya atau melakukan sesuatu hal yang berbahaya kepadanya. Jadi, Clarisa mencoba tidak peduli dengan keberadaan stalker itu.

Saat akan menuju ke tempat kerjanya, Clarisa lagi-lagi bertemu stalker itu.

Apa dia cuma punya 2 pakaian saja. Batin Clarisa.

Ya, Selama 3 tahun, stalker itu hanya memakai hodie berwarna hitam atau tidak hodie berwarna abu-abu dan tidak lupa dia selalu memakai masker untuk menutupi wajahnya.

Setibanya di tempat kerja, Clarisa langsung berganti pakaian kerja dan memulai pekerjaannya. Ia bekerja sebagai pelayan restoran.

Sesekali Clarisa melihat ke arah luar. Stalker itu masih setia menunggunya. Sofia tersenyum, entah kenapa ia selalu merasa aman jika stalker itu mengawasinya.

Selesai kerja Clarisa pun pulang ke rumah. Dilihatnya rumahnya sangat berantakan. Piring kotor menumpuk, bungkus makanan berserakan dimana-mana, bau rokok yang memenuhi ruangan dan pakaian yang berhamburan dimana-mana. Clarisa hanya dapat menghela napas berat.

Padahal aku sudah membersihkannya sejak pagi. Batin Clarisa.

Clarisa mulai membersihkan kembali rumah itu, padahal saat ini ia sangat lelah karena baru selesai kuliah dan kerja.

"Oh kamu baru pulang" ujar ibunya yang sedang bersiap untuk pergi kerja.

Clarisa melihat ibunya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rambut panjang berwarna merah, baju ketat dengan belahan dada rendah dan sepatu hak tinggi. Begitulah pakaian ibunya setiap kali pergi kerja. Selalu berpenampilan sexy.

"Ibu sudah mau pergi?" tanya Clarisa.

"Iya. Bersihkan rumah ini sampai bersih" kata ibu Clarisa sangat ketus.

Clarisa hanya mengangguk dan segera melanjutkan bersih-bersih.

Suatu hari, ibunya mengajak seorang laki-laki paruh baya untuk tinggal bersama dengan mereka. Ibunya berkata bahwa laki-laki itu akan menjadi ayah baru untuk Clarisa. Clarisa hanya mengangguk, ia tahu jika mencoba menolak maka ia akan ditampar oleh ibunya.

Sejak laki-laki itu menjadi ayah angkatnya, ibunya hampir tidak pernah lagi memukulnya dan bahkan ibunya sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai wanita malam.

Melihat perubahan ibunya, membuat Clarisa sangat senang dengan keberadaan ayah angkatnya itu. Menurut Clarisa ayah angkatnya seperti membawa pengaruh baik di keluarganya. Bahkan ayahnya sangat bertanggung jawab karena mau menafkahi dirinya dan ibunya dan juga sangat sayang pada mereka berdua.

Ayah angkatnya bekerja di sebuah mebel, yang dikelolanya sendiri. Setiap pagi mereka bertiga selalu sarapan bersama, layaknya keluarga yang sangat harmonis.

Ibunya sudah mulai mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan ibunya mulai berbicara dengan lembut padanya. Sungguh hal itu membuat Clarisa sangat bahagia. Ia tidak menyangka ibunya yang sangat kejam berubah seketika menjadi sosok yang sangat baik.

Clarisa akhirnya mulai mengurungkan niatnya untuk pindah ke tempat lain, padahal uang tabungannya yang sudah dikumpulkan sejak 3 tahun itu sudah cukup untuk membiayai hidupnya dan kuliahnya. Tapi melihat keluarganya yang membaik, membuat Clarisa berpikir kembali untuk pindah dari rumah itu.

Ini tokoh Clarisa Stewarts😊

Bab 2

*Untuk para pembaca, tolong jangan dibaca setengah-setengah ya🙏 author takut, kalian akan salah paham dengan ceritanya kalau tidak dibaca keseluruhan😊

Terima kasih semua*💕

.

.

.

Clarisa akhirnya mulai mengurungkan niatnya untuk pindah ke tempat lain, padahal uang tabungannya yang sudah dikumpulkan sejak 3 tahun itu sudah cukup untuk membiayai hidupnya dan kuliahnya. Tapi melihat keluarganya yang membaik, membuat Clarisa berpikir kembali untuk pindah dari rumah itu.

Keesokan harinya seperti biasa Clarisa bersiap untuk ke kampus, tetapi kali ini ia berniat untuk datang 1 jam lebih cepat dari biasanya.

Saat keluar dari rumah, Clarisa melihat stalker itu sudah ada dan menatap Clarisa dari kejauhan. Seperti biasa pria itu menggunakan masker dan kali ini dia memakai hodie berwarna abu-abu.

Wah apa dia menginap disekitar sini, kenapa sepagi ini dia sudah datang. Gumam Clarisa terlihat kagum dengan kesetiaan stalkernya itu.

Clarisa berjalan melewati stalker itu seakan-akan tidak mengetahui keberadaan dia. Clarisa mencoba menahan tawanya, sebab ia merasa lucu setiap kali memikirkan hubungannya dengan stalker itu seperti sedang bermain petak umpet.

Sesampainya di kampus, Clarisa bergegas ke perpustakaan untuk bertemu dengan sahabatnya yaitu Viona.

Viona merupakan satu-satunya sahabat Clarisa sejak mereka SD hingga sekarang dan merupakan satu-satunya orang yang mengetahui Clarisa memiliki Stalker selama 3 tahun ini. Tentu saja Viona juga mengetahui perlakuan ibu Clarisa yang sangat buruk kepada Clarisa sejak SD.

"Wah ternyata kamu beneran cepat datang nih. Apa stalker mu terkecoh?" tanya Viona mencoba menggoda Clarisa.

"Apanya yang terkecoh, aku keluar dari pintu, dia sudah menatapku dari kejauhan" ujar Clarisa.

"Wah luar biasa. Dia harusnya diberi penghargaan. Selama 3 tahun dia tidak pernah bosan mengikutimu ckck" kata Viona sangat kagum.

"Ngomong-ngomong kamu nggak penasaran dengan wajahnya? dan juga namanya?" tanya Viona.

"Penasaran sih, tapi setiap aku berjalan mendekatinya dia mulai menjauh seakan-akan tidak ingin berbicara denganku".

"Kamu bilang dia tidak pernah muncul setiap kamu berada di rumah kan? tapi setiap keluar, dia selalu muncul?" tanya Viona mencoba mengintrogasi Clarisa.

"Iya benar" angguk Clarisa.

"Aku punya ide supaya stalker kamu itu terkecoh. Mau dengar nggak?" tawar Viona.

Clarisa penasaran dengan tawaran Viona dan mengiyakan tawaran sahabatnya itu.

"Begini, kamu kan setiap hari aktivitasnya selalu monoton. Pergi kampus, ke tempat kerja, belanja kebutuhan dapur seminggu sekali, terus pulang kan?" kata Viona

"Jadi, karena kamu sampai di rumah stalker itu sudah tidak ikut lagi, nanti malam itu juga aku jemput kamu dirumah dan kamu menginap di rumah aku. Pasti besok pagi stalker kamu gelagapan nyariin kamu hahaha" Viona tertawa puas memikirkan idenya sendiri.

"Dasar, kamu jahat banget" Clarisa tertawa kecil. Ia mulai memikirkan tawaran Viona. Menurutnya, tidak ada salahnya menerima tawaran itu. Ia ingin tahu seberapa tanggap stalker itu padanya.

"Gimana? mau nggak?" tanya Viona.

"Baiklah, tapi aku bilang ke mama dan papa dulu" ujar Clarisa.

"Oh iya, gimana sama mama kamu? dia sudah tidak pernah pukul kamu lagi kan?"

"Sudah tidak. Semenjak papa tiri ku muncul, mama sangat berubah 180 derajat" kata Clarisa sangat senang.

"Untung lah papa tiri mu sangat baik. Semoga selalu harmonis"

"Iya semoga saja"

"Baiklah ayo kita ke kelas. Sebentar lagi sudah mau mulai pelajarannya" ajak Viona. Mereka berdua pun meninggalkan perpustakaan dan segera menuju ke kelas.

Selesai perkuliahan, Clarisa menuju ke tempat kerjanya. Seperti biasa saat sedang bekerja, ia melihat stalker itu sedang menatap nya dari kejauhan.

Setelah Clarisa mendapat izin dari ibu dan ayah tirinya untuk menginap di rumah Viona. Maka malam ini juga, Viona dan Clarisa akan melaksanakan aksi mereka.

Saat dilihatnya stalker itu sudah pergi meninggalkan sekitar rumahnya, Clarisa mulai mengirimkan pesan kepada Viona untuk menjemputnya.

Dia sudah pergi. Begitulah isi pesan Clarisa. Tidak lama, Viona membalas pesan Clarisa dengan mengirimkan emoticon tanda bahwa ia mengerti.

Beberapa saat kemudian, mobil Viona sudah datang. Segera Clarisa masuk ke dalam mobil itu seperti sedang dikejar seseorang.

"Wah, kenapa aku seperti pencuri yang sedang bersembunyi begini" ucap Clarisa mencoba mengatur kembali napasnya.

"Kau tahu, aku merasa seperti sedang berada di sebuah film kejar-kejaran" ujar Viona yang sedang berkendara.

"Kau yakin stalker itu tadi sudah pergi?" lanjut Viona.

"Iya aku yakin. Aku melihatnya pergi kok" jawab Clarisa.

"Kalau dia mengetahui keberadaanmu bagaimana?"

"Jika dia tahu, aku harus mendaftarkannya di museum pemecah rekor sebagai stalker terbaik sepanjang masa" mereka tertawa bersama membayangkan hal yang menurut mereka konyol itu.

Tanpa Viona dan Clarisa sadari, stalker itu melihat kejadian tadi dan membuntuti mereka berdua dari jarak yang agak jauh.

Sesampainya di apartemen Viona, mereka berdua memutuskan untuk menonton film bersama sambil curhat satu sama lain. Ya, Viona memang tinggal sendiri di apartemen, sehingga tidak ada yang mengganggu mereka saat itu.

Saat ingin tidur, Clarisa berencana untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Saat akan ke kamar mandi, Clarisa tidak sengaja melihat ke arah jendela. Tiba-tiba saja Clarisa berteriak, membuat Viona terkejut dan segera menghampiri Clarisa.

"Kamu kenapa berteriak Cla?" tanya Viona.

"It..itu, stalkernya ada di seberang apartemen kamu" kata Clarisa. Ia tidak percaya stalker itu akan menemukannya saat ini juga.

"Fix kamu harus laporin dia ke polisi. Dia pasti sudah lacak hp kamu sehingga dia tahu kamu kesini" ujar Viona.

"Hah? kok sampai ke polisi sih" Clarisa sedikit takut jika hal seperti ini harus dilaporkan ke polisi.

"Kamu nggak lihat apa? dia itu sudah menganggu kenyamanan. Bisa saja nanti dia menjadi ancaman buat kamu Cla".

"Iya nanti aku akan pikirkan itu. Sekarang kita tidur dulu" ujae Clarisa.

Sebelum masuk ke kamar, Clarisa kembali melihat ke arah jendela. Matanya dan stalker itu seakan sedang bertatapan saat ini.

Sebenarnya kau siapa? kenapa selalu mengikutiku selama 3 tahun ini. Batin Clarisa.

Keesokan harinya, Clarisa dan Viona pergi bersama ke kampus. Saat keluar dari parkiran, lagi-lagi mereka melihat stalker itu sedang menatap dari kejauhan.

"Wah apa dia tidak ada pekerjaan? kenapa 24 jam selalu mengikutimu" kata Viona merasa kesal.

"Entahlah. Antara dia tidak mempunyai pekerjaan, atau dia kaya tujuh turunan sehingga tidak perlu kerja lagi." ucap Clarisa sedikit tertawa.

"Iya ya. Aneh banget sumpah. Kalau aku jadi kamu Cla, sudah lama aku laporin orang itu ke polisi"

"Entahlah Vi. Aku merasa lega setiap dia mengawasiku. Apa mungkin karena sudah 3 tahun seperti ini ya?" tanya Clarisa.

Viona terkejut mendengar perkataan sahabatnya itu. "Sepertinya aku harus membawamu ke rumah sakit, otakmu jadi gagal berfungsi karena stalker itu"

Clarisa hanya menarik napas dan menatap kosong ke arah jendela mobil. Ia sendiri bingung kenapa perasaannya seperti ini.

Bab 3

Clarisa hanya menarik napas dan menatap kosong ke arah jendela mobil. Ia sendiri bingung kenapa perasaannya seperti ini.

Selama perkuliahan berlangsung, pikiran Clarisa melayang-layang entah kemana. Ia sibuk memikirkan perkataan Viona untuk melaporkan stalker itu ke polisi.

Apa aku harus melaporkannya? melihat stalker itu mengetahui keberadaanku tadi malam, membuatku sedikit takut. Tapi kan dia tidak mengancamku atau menerorku, haruskah aku berlebihan seperti ini? batin Clarisa bertanya-tanya di dalam hati.

Selesai perkuliahan, Clarisa meminta izin dengan alasan sakit kepada manager tempatnya bekerja.

Ia memutuskan untuk melaporkan stalker itu, ditemani oleh Viona. Viona yang mendengar keputusan Clarisa untuk melaporkan stalker itu ke kepolisian merasa lega, Viona merasa keputusan yang diambil Clarisa itu sudah benar.

Sesampainya di kepolisian, Clarisa segera menceritakan semua yang dialaminya selama 3 tahun ini kepada polisi. Ekspresi dari polisi itu tidak terbaca, entah polisi itu menganggap cerita Clarisa sebagai lelucon atau serius.

"Jadi maksud anda, stalker itu terus mengikuti selama 3 tahun? tapi dia tidak pernah mengancam atau meneror kan?" tanya polisi itu.

"Iya pak dia tidak mengancam ataupun meneror" jawab Clarisa. Ia sudah menduga akan seperti ini jika ia melaporkannya kepada polisi. Karena memang tidak ada unsur ancaman bahkan teror terhadap dirinya, jadi kepolisian pasti tidak akan mengurus hal ini.

"Maaf nona Clarisa, karena tidak ada ancaman baik secara fisik maupun verbal terhadap anda, jadi kami tidak bisa mengusut masalah ini"

"Tapi pak, dia sudah mengganggu kenyamanan teman saya selama 3 tahun ini" ujar Viona yang sejak tadi hanya diam.

"Sekali lagi saya minta maaf, tapi kami tidak bisa melakukannya. Anggap saja stalker itu hanya lah fans fanatik nona Clarisa" kata polisi.

"Apakah saya harus melihat teman saya terluka baru kalian akan mengusut masalah ini? hukum macam apa yang berlaku disini!" Viona sangat kesal dengan jawaban polisi itu, yang terlihat sangat santai menanggapi permasalahan sahabatnya.

"Sudahlah Vi jangan ribut disini. Ayo kita pergi" ajak Clarisa.

"Kami permisi, pak". Lanjut Clarisa sambil menarik lengan sahabatnya untuk keluar dari ruangan itu.

"Kenapa kamu malah tarik aku sih? Polisi itu harusnya mengusut masalah kamu. Ini bisa jadi masalah serius lo Cla" kesal Viona.

"Tapi kan tadi polisinya bilang nggak bisa. Sudah kita pulang saja ya" kata Clarisa.

Saat Clarisa ingin masuk ke mobil, Clarisa sempat melihat stalker itu sedang menatapnya dari kejauhan.

Apa dia tahu kalau aku datang untuk melaporkannya ya. Gumam Clarisa.

"Kenapa bengong Fi? ayo masuk" kata Viona membuyarkan lamunannya. "Eh iya..iya".

Keesokan paginya, seperti biasa Sofia bersiap untuk pergi ke kampus. Tidak lupa ia sarapan terlebih dahulu bersama ibu dan ayah tirinya.

"Bagaimana kuliah kamu sayang? lancar?" tanya ayah Clarisa. Ya, ayahnya memang sering memanggilnya dengan panggilan sayang atau cantik. Kata ayahnya, itu panggilan khusus untuk anak semata wayangnya, walaupun dia bukan ayah kandung Clarisa tapi dia sangat menyayangi Clarisa seperti anaknya sendiri.

"Iya yah, lancar kok" jawab Clarisa yang sedang memakan rotinya.

"Semangat kuliah ya, biar cepat lulus" ujar ayahnya.

Clarisa mengangguk dan tersenyum. Ia merasa senang, karena selama ini ia sudah lama tidak merasakan sosok seorang ayah.

"Wah pagi-pagi sudah pada ngobrol nih, ngobrolin apa?" tiba-tiba ibunya muncul dari arah kamar. Ya, ibunya sekarang sudah menjadi sosok yang lembut dan sangat baik kepada Clarisa.

"Papa tanya kuliahnya Clarisa sekarang lancar atau nggak" ujar Clarisa.

"Ohh. Iya kamu harus rajin ya kuliahnya, biar cepat lulus terus nikah deh. Iya kan pa?" tanya ibunya kepada suaminya. Ayah tiri Clarisa hanya mengangguk sambil tersenyum.

Mereka melalui sarapan hari ini dengan penuh canda tawa dan saling mengobrol.

Tiba saatnya Clarisa ingin pergi ke kampus, dibukanya pintu rumahnya. Seperti biasa, sebelum berangkat ke kampus Clarisa mengedarkan pandangannya untuk mencari stalkernya itu. Tapi ada yang aneh hari ini, stalker yang selalu mengikuti Clarisa selama 3 tahun ini tiba-tiba tidak muncul.

Dalam 3 tahun stalker itu mengikuti Clarisa, baru kali ini ia tidak melihat stalker itu muncul.

Tumben dia tidak disini. Ada dimana dia? apa jangan-jangan dia tidak lagi mengikuti aku karena dia melihatku ke polisi ya" Batin Clarisa.

Selama perjalanan ke kampus, Clarisa tidak henti-hentinya bertanya di dalam hatinya. Seperti ada perang batin di dalam dirinya.

Tapi kan seharusnya aku senang, berarti dia tidak akan mengganggu kenyamanan aku lagi. Tapi kenapa aku merasa hampa saat dia tidak mengikutiku? Apa dia sakit? Wah benar kata Viona, sepertinya aku mulai gila sekarang. Clarisa mencoba menyadarkan dirinya agar tetap berpikir logis.

Sesampainya Clarisa di kampus, ia segera menceritakan kejadian hari ini kepada sahabatnya itu.

"Kamu serius Cla? dia sudah tidak muncul lagi? berarti dia memang takut kau mau melaporkannya ke polisi. Kenapa tidak dari dulu kita coba melaporkannya ya" ujar Viona merasa lega.

"Tapi, kenapa aku merasa hampa ya kalau dia tidak ada? bahkan aku merasa takut jika tidak diawasi" jawab Clarisa sambil tertunduk.

"Besok kita ke dokter, sepertinya otak mu perlu diperbaharui" jawab Viona merasa aneh dengan sikap Clarisa.

Sudah 3 hari stalker itu tidak mengikuti Clarisa lagi. Hari-hari yang dilewati Clarisa dengan perasaan hampa, biasanya ia selalu menertawakan stalker itu karena selalu bersembunyi seakan-akan Clarisa tidak mengetahui keberadaannya. Tetapi sekarang, hal itu tidak terjadi lagi.

Clarisa pulang ke rumah sudah larut malam. Ia baru pulang selarut ini karena harus lembur.

Kali ini Clarisa memilih berjalan kaki melewati gang yang cukup gelap, karena lebih dekat dari rumahnya. Ia ingin cepat-cepat pulang dan membaringkan tubuhnya yang dirasanya sudah remuk.

Saat tengah berjalan, tiba-tiba Clarisa di hadang oleh 2 orang laki-laki yang tidak dikenalinya. Clarisa mencoba mundur karena mereka mulai mendekatinya. Saat ia berusaha lari, tanganya ditahan oleh seorang pria bertubuh besar dan pria satunya lagi mencoba ingin membuka baju Clarisa.

Clarisa mencoba memberontak dan berteriak meminta tolong, sayangnya gang itu sangat sepi dan jarang dilewati saat malam hari.

Tiba-tiba muncul pria dari arah lain dan segera memukul kedua pria yang mencoba memperkosa Clarisa.

Clarisa terkejut melihat orang yang menolongnya yaitu stalkernya yang selama 3 hari ini tidak mengikutinya.

Stalker itu mulai berkelahi, terlihat ia sangat lihai dalam menghindari pukulan. Tiba-tiba salah seorang pria menarik masker yang digunakan stalker itu.

Samar-samar Clarisa melihat wajah stalker itu dibawah lampu yang remang. Walaupun tidak terlalu jelas karena stalker itu segera menutup kembali maskernya, tetapi yang ia tahu stalker itu memiliki hidung yang mancung dan mata yang tajam.

Dia terlihat tampan. Gumam Clarisa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!