NovelToon NovelToon

DIARI CINTA

Prolog

Malam yang gelap, di sertai awan tipis berwarna hitam, menutupi cahaya sinar rembulan. Bahkan  bintang-bintang enggan menunjukan dirinya yang indah, bersembunyi di balik layar, seolah  tak ingin ikut menghiasi langit di malam itu. 

Hembusan angin yang mulai bertiup kencang, meniup daun-daun hijau pepohonan.  Hujan gerimis seraya tak ingin sosok yang disayangi, untuk pergi menjauh dari pandangan mata. 

Hari demi hari berlalu, hidup bagaikan seorang pengembara yang berjalan di gurun pasir tak berujung, tak tau kemana arah dan tujuan, tak tau siapa kawan dan lawan.

Bejuta cobaan dan rintangan yang dihadapi, membuat dirinya merasa lelah dengan semua yang ada. Ingin menyerah, namun hati tidak sanggup merelakan kepergian mereka yang dicintainya.

Mencoba untuk mengembalikan semua keadaan yang ia idam-idamkan, tapi sayangnya nasi sudah menjadi bubur dan bubur selamanya tidak akan pernah bisa kembali menjadi nasi.

Mereka yang pergi untuk selamanya, hanya meninggalkan berbagai kenangan masa lalu, yang kelak akan di lupakan seiring berjalannya waktu yang ada.

Kisah yang seharusnya tidak pernah ada, muncul ke permukaan mengisi lembaran kosong tak berpenghuni. Lembaran-lembaran itu akhirnya berubah menjadi sebuah buku dan bertemu kembali dengan sosok yang ditakdirkan.

Ini adalah kisah tentang seorang wanita, yang kehilangan ingatannya akibat sebuah insiden pembunuhan. Setelah insiden itu, roda kehidupan kembali berputar mengiringi ke mana arus membawanya.

Perkenalan karakter

Cinta

Seorang artis sekaligus model pendatang baru, yang sangat terkenal, ia memulai debut pertamanya 3 tahun yang lalu. Berumur 25 tahun berparas cantik dan sangat hebat dalam berakting. Bersikap cuek terhadap setiap lelaki yang mendekati, demi melindungi dirinya dari masalah publik yang bisa menjatuhkan kariernya.

Tina 

Manager Cinta yang sudah menganggap satu sama lain, seperti kakak-adik. Berumur 21 tahun sedikit polos dan baik hati. Terkadang suka marah-marah karena mengkhawatirkan kondisi kakaknya. Tina seorang yatim piatu, yang pernah Dia tolong. Bersama Cinta membangun kariernya dari nol hingga menjadi artis terkenal.

Rangga Prasetya

CEO tampan berumur 28 tahun. Terkenal sebagai penggila kerja dan anti wanita, namun ternyata ia duda beranak satu. Dada bidang, dengan tubuh yang berotot, serta kaya raya sebagai nilai tambah yang membuat semua wanita jatuh hati padanya. Ia menganggap Cinta sebagai istrinya, yang sudah pergi meninggalkannya.

Razi Prasetya

Bocah tampan berumur 5 tahun. Ia cerdas namun kurang kasih sayang orang tua, sedikit bertingkah nakal untuk menarik perhatian ayah dan ibunya.

Daren Kusuma

Asisten Rangga yang terkenal sebagai tangan kanannya. Berumur 28 tahun. Dia dan Rangga sudah berteman sejak kecil. Dia juga seorang anti wanita.

Randi

Seorang sutradara dan teman masa kecil Cinta. Randilah yang membantu Cinta untuk menjadi seorang artis terkenal.

Seli 

Adiknya Daren yang tergila-gila dengan Rangga. Seli adalah teman baik Zira yang merupakan istri Rangga. Diam-diam menyukainya, tanpa ada seorang pun yang tau.

Hana

Ibunya Cinta yang tidak pernah peduli padanya. Yang ada di pikirannya hanyalah uang untuk kesenangan pribadinya. Suaminya meninggal saat Cinta masih berusia 10 tahun, semenjak itu yang bisa ia lakukan hanyalah berfoya-foya.

🌺🌺

Halo sobat salam dari Aki Chan 😃

ini adalah novel perdanaku, Aki harap para pembaca memberi kritik, dan saran yang membangun untuk karya ini.

Jika berkenan silahkan di vote. 💐

Chapter 1 Cinta

Berbalut cahaya lampu yang gemerlap, di tengah suasana hening seorang pria dan wanita berdiri saling berhadapan. Pria itu meraih tangannya, dengan suara yang lembut ia berkata, "Aku ingin kau selalu ada di sampingku, menemaniku di kala senang, sedih, dan sakit hingga aku tua nanti. Maukah kau menjadi istriku?"

Wanita itu menitikan air mata sambil tersenyum. "Maaf aku tidak bisa, aku sudah menganggapmu sebagai Kakakku." 

"Kumohon terimalah aku, kita ini hanya saudara tiri. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai Adiku, aku selalu menganggapmu sebagai Wanitaku." Sambil memaksa memeluknya.

Wanita itu melepaskan pelukannya lalu menampar pria itu dengan kuat hingga terdengar suara baaakk….

"Cutt …," teriak Sutradara.

"Wah … akting kak Cinta benar-benar bagus, lebih bagus dari naskah aslinya," saut salah satu kru.

"Sudah menamparku dibilang bagus. Pipi tampanku jadi bengkak, ni!" tegas Willi.

Seorang pria datang menghampirinya sambil memberikan sebuah kantung pengompres es. "Sabar Bang, yang penting cita-cita Abang jadi artis terkenal bakalan terwujud."

Sambil memandangi mereka dari jauh. "Lihat tu dia sama manegernya cekikikan, mereka sengaja dari awal mau menamparku. Dasar rubah bersaudara!" kesalnya.

"Kalau Abang sudah jadi artis terkenal, perbuatan mereka tadi, bisa kita balas berkali-kali lipat, Bang."

"Mereka pikir gue bakalan diam aja diperlakukan seperti ini! awas aja mereka nanti, orang kampung kayak mereka tu, gak cocok ada di kota!" ungkapnya.

Di lain sisi

"Hahaha lihat gak tadi ekspresi marahnya, hampir aja gak bisa nahan tawa waktuku gampar dia," ungkap Cinta.

"Bu.. bukannya kakak tadi terlalu berlebihan," sahut Tina.

"Pria playboy sepertinya memang cocok digituin, Tin. Kamu tu terlalu baik, jadi cewek tu, kalau ada pria brengsek deketin ya kita harus bisa jaga diri."

Teringat kejadian kemarin, ketika Willi nembak Tina di lokasi syuting dengan alasan sedang latihan akting. Tina hanya bisa diam dan menahan rasa malunya.

"Bukan gitu kak, Tina yakin setiap perbuatan pasti ada balasannya."

"Hmm kamu tu ya bisa aja ngelesnya, sudah la yang tadi anggap aja sebagai ganjaran untuknya. Apa jadwal kita selanjutnya?"

"Hari ini sudah selesai, besok CEO perusahaan fashion meminta Kakak untuk datang."

"CEO?" tanyanya.

"Benar, CEO yang memeluk Kakak saat pertama kali kalian bertemu," bisik Tina.

"Ooh pria brengsek itu! Aku belum membalasnya kemarin, lihat aja nanti akan kubalas dia."

"Dari tampangnya, sepertinya dia bukan pria brengsek Kak," jawab Tina.

"Eh… kenapa kau membelanya, apa jangan-jangan kau suka pria hidung belang seperti dia. Hah Tina-Tina." Sambil beranjak pergi meninggalkannya.

"Bu-bukan begitu. Tunggu aku, Kak!" teriak Tina

~

Dipinggir jalan di sebuah kota kecil, seorang wanita korban tabrak lari, bersimpah darah sambil memegang tangan wanita yang berada di sampingnya, ia berkata dengan suara lirih, "Ma-maafkan aku, hanya ini yang bisa ku lakukan untukmu A-dik-ku."

"Tidakk ...!" teriaknya.

Terbangun dari mimpi buruk dengan air mata membasahi pipinya. "Mimpi, ternyata hanya mimpi."

Semenjak Cinta mulai bekerja sebagai model di sebuah perusahaan besar di bidang fashion, ia mulai merasa sering bermimpi buruk, tanpa ia sadari mimpinya itu bukanlah mimpi biasa.

Kebiasaan Cinta saat terbangun dari mimpi buruknya, ia membaca dan membolak balik buku diarinya. "Hari ini ulang tahunku yang ke 12, tapi ibu tidak pernah membelikanku hadiah apapun, sebenarnya aku hanya ingin ibu datang di hari kelulusanku nanti."

"Aku tidak tau kenapa ibu tidak pernah menyayangiku, yang ibu pedulikan hanyalah uang. Apa aku hanya beban di mata ibu? Yang ku inginkan hanya satu, yaitu kasih sayang seorang ibu." 

"Aku menyayangi ibu, tapi ibu tidak pernah menyayangiku. Sebenarnya untuk apa aku ada?" Sambil membaca ia pun merasa mengantuk dan akhirnya tertidur dengan lelap.

"Bangun… bangun Kak Cinta, kita terlambat!" teriak Tina.

"Nyam… nyam." Masih terlelap.

"Malinggg…," teriak Tina sekuat-kuatnya.

"Ha mana malingnya?" Ia pun langsung terbangun sambil mengangkat tangan, bersiap untuk memukul.

"Hahaha dasar Kak Cinta, bisa aja pagi-pagi buat Tina tertawa."

"Is kamu sih suka iseng."

"Iya maaf-maaf, ayo cepat Kak satu jam lagi kita pergi."

"Kamu aja yang pergi!" tegasnya lalu kembali tidur.

"Kakak… rumornya pak Rangga itu di siplin waktu. Emang Kakak mau nanti terlambat lalu tiba-tiba dipeluk lagi sama pak-"

"Iya iya, kamu tu ya dari tadi." 

Cinta terdiam sejenak sambil membayangkan sosok pria itu. "Oh jadi namanya Rangga, tapi kalau diingat-ingat wajahnya tampan juga," pikir Cinta.

"Eh wajah kak Cinta memerah, apa Kakak sedang demam?" Sambil meraih dahi Cinta.

"Bukan, cuacanya mulai panas. "Sambil mengipasi wajah dengan tangan lalu beranjak pergi karena malu.

"Apa AC di kamar kak Cinta rusak ya, memang agak sedikit panas sih," gumam Tina.

Menaiki lift menuju lantai 30, terlihat Cinta, Tina dan seorang pegawai kantor yang sedang mengantar mereka menuju ke ruangan Rangga. Cinta dan Tina saling berbisik satu sama lain. "Kak, ibu Kakak menanyakan kabar Kakak." Sambil melihat hpnya.

"Transfer 20 juta padanya sekarang juga." 

"Sekarang? Tapi kemarin baru saja…."

"Sudahlah kirimkan saja."

"Baiklah Kak."

Pintu lift pun terbuka. "Ahem... Mbak Cinta silahkan lewat sini," kata pegawai itu.

Dengan sedikit anggukan mereka pun mulai berjalan. "Kak, sepertinya dia mendengar percakapan kita."

"Sst sudahlah jangan berisik lagi!"

Di sebuah ruangan yang luas, terdapat meja, kursi tamu dan sebuah meja khusus yang tidak terlalu jauh. Di atas meja tersebut terlihat sebuah papan nama yang bertuliskan CEO Rangga Prasetya.

"Silahkan tunggu di sini, pak Rangga sebentar lagi akan sampai, saya permisi dulu." Pegawai itu pun pergi meninggalkan mereka.

Sambil duduk, Tina melihat-lihat sekelilingnya. "Wah... Kak, ruangan ini sangat besar untuk satu orang."

"Namanya juga ruangan pemilik perusahaan. Ruangan ini mencerminkan seberapa bagusnya perusahaan mereka," ungkap Cinta.

"Ohh begitu rupanya," saut Tina. Tring suara pesan masuk. "Pesan dari ibu Kakak." Sambil memberikan hpnya.

Cinta melihat isi pesan itu, "Ibu sayang kamu, terima kasih," tulisnya.

Setelah melihat isi pesan itu, ia terdiam dan tenggelam dalam pikirannya sendiri, "Ibu tidak pernah berubah, hanya menganggapku sebagi mesin pencari uang. Apa sesulit itu untuk bisa tulus menyayangi putrinya sendiri?"

Melihat Cinta termenung, Tina merasa gelisah. "Apa Kakak baik-baik saja?" 

"Tak apa, aku sudah terbiasa dengan itu," ungkapnya.

"Ibu Kak Cinta keterlaluan!" 

"Sudahlah dari dulu ibu memang seperti itu. Jadi, tolong jangan di bahas lagi. Kita lagi di luar gak enak kalau ada yang dengar." 

"Baiklah Kak, maafkan Tina," sautnya.

Cinta melihat wajah Tina yang tulus mengkhawatirkan dirinya. "Maaf Tina, kakak hanya tidak ingin membahas wanita itu denganmu. Kakak tidak ingin kau merasakan apa yang Kakak rasakan," pikirnya.

Hal yang paling di inginkan seorang anak, hanyalah kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.

 🌺🌺

Halo sobat salam dari Aki Chan 😃

ini adalah novel perdanaku, Aki harap para pembaca memberi kritik, dan saran yang membangun untuk karya ini.

Jika berkenan silahkan di vote.💐

Chapter 2 Putra

Tidak lama kemudian, ada seorang anak kecil masuk sambil menangis dan berlari menghampiri Cinta lalu memeluknya yang sedang duduk. "Ibu… akhirnya kau kembali!"

"Ibu?" tanya Cinta yang kebingungan.

Cinta dan Tina saling bertatapan melihat kelakuan anak itu. "Tina, kok rasanya seperti dejavu ya," bisik Cinta.

"Kak, aku juga merasakan hal yang sama," jawab Tina.

"Hei Adik kecil, sepertinya kau salah orang. Nama Kakak Cinta, dan Kakak belum punya suami apalagi anak!" Cinta melepaskan pelukannya.

Razi mulai menangis dan berbicara dengan terbata-bata. "Ke-kenapa ibu melupakan Razi dan ayah, Ra-Razi kangen sama Ibu." 

Cinta teringat kemarin malam ia membaca diarinya, di situ tertulis menggunakan tinta warna yang berbeda. "Aku ingin kasih sayang seorang ibu, aku ingin dicintai!" 

Tanpa pikir panjang, ia pun akhirnya langsung memutuskan. "Karena aku ini Ibumu, Ibu tidak ingin anak manis sepertimu menangis lagi, bisakan?"

"Bi-bisa Bu," jawab Razi.

"Bagus, jangan nangis lagi ya. "Sambil mengusap air matanya.

Setelah beberapa menit menunggu, sosok yang mereka tunggupun datang, dengan wajah tampan memancarkan sikap berwibawa, datang bersama dengan sekretarisnya. "Maaf, sudah membuat kalian menunggu. Sebenarnya saya sedang mencari putraku, dia sedikit nakal dan pergi meninggalkan pengasuhnya." Sambil melihat Cinta dan menunggu tanggapannya.

"Putra?" saut Cinta dan Tina bersamaan.

Razipun keluar dari belakang Cinta. "Ayah!"

Melihat putranya bersembunyi, Rangga menahan amarahnya sambil menyilangkan tangan. "Razi!" tegasnya.

Dengan rasa takut Razipun kembali bersembunyi di belakang Cinta. "Maaf Pak Rangga, saya tidak bermaksud ikut campur, tapi anak kecil seperti Razi bersikap nakal hanya untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya." 

Mendengar perkataan Cinta, Rangga terlihat semakin marah. "Daren, bawa Razi dan Tina ke lobi. Aku ingin berbicara berdua dengan Cinta."

Cinta pun mengangguk pada Tina tanda setuju.

"Baik, Pak," jawab Daren.

Setelah mereka pergi dan suasana menjadi hening, hanya Rangga dan Cinta dalam ruangan besar tersebut. Pandangan matanya pun berubah marah dan sedih bercampur aduk. "Kenapa?" tanyanya.

Cinta kebingungan, dari maksud pertanyaan yang dilontarkan Rangga, "Apa maksud-" belum selesai Cinta bertanya Rangga kembali bertanya. "Kenapa kau peduli pada Razi? Kenapa kau pergi meninggalkan kami?"

Cinta semakin kebingungan, melihat reaksi Cinta, Rangga semakin tidak sabaran, ia pun mencengkeram tangan Cinta dengan kuat.

"Sa-sakit, saya sama sekali tidak mengerti perkataan Bapak. Perkataan saya tadi, merupakan pengalaman pribadi saya sendiri, jadi saya harap Bapak tidak salah paham terhadap saya."

Rangga merasa kecewa mendengar perkataan Cinta. "Maaf … maaf sudah lancang." Sambil melepaskan tangan Cinta.

"Ada apa dengannya? Dari tatapannya, dia terlihat tidak sedang bercanda. Apa dia mengidap gangguan sejenis bipolar?" pikir Cinta.

"Sebenarnya saya mengidap penyakit BPD atau gangguan kepribadian ambang. Penyakit ini di sebabkan karena keluarga saya mengabaikan dan meninggalkan saya. Saya tidak ingin Razi mengalami hal yang sama sepertiku, jadi bisakah kamu membantuku?"

"Kok dia bisa tau isi pikiranku," pikir Cinta. "Ehem kenapa harus saya?" tanyanya.

"Itu karena kamu sangat mirip dengan ibunya Razi. Anak itu takut padaku, tapi tadi bisa dilihat, kalau dia tidak takut padamu. Anak itu tidak pernah bisa sedekat itu dengan orang lain, jadi kumohon bantuanmu, biarkan dia tinggal bersamamu selama sebulan. Apapun keinginanmu akan kuberikan, asalkan kamu mau membantuku."

Cinta terdiam dan berpikir sejenak. "Asalkan ibu tidak datang ke rumah, kurasa tidak masalah, jika ibu sampai tau harta pak Rangga bisa diperas sampai habis. Aku tidak ingin terlibat masalah dengan pengusaha yang kepribadiannya terganggu, karierku bisa hancur."

"Baiklah saya akan bantu, tapi dengan satu syarat," kata Cinta.

"Hahaha bagus… ehem maksud saya apa syaratnya?"

"Jangan sampai media tau tentang hal ini dan kalau ada yang bertanya tentang Razi, bilang saja dia sepupu Tina."

"Baiklah, tidak masalah. Saya akan menyuruh Daren mengantarkan barang-barang Razi nanti malam."

Cinta mengangguk. "Kalau tidak ada hal lain, saya permisi." Sambil beranjak pergi.

Sesampainya di lobi Tina duduk dengan gelisah menunggu kedatangan Cinta, "Bagaimana keadaan kak Cinta? Bisa gawat kalau kak Cinta sampai kenapa-kenapa," gumam Tina.

"Kakak tenang saja, ayahku tidak akan menyakiti ibu. Selama ini, ayah selalu menunggu ibu pulang," saut Razi.

"Adik kecil, dari perkataanmu membuatku semakin khawatir," jawab Tina.

"Tina!" panggil Cinta.

Tina pun langsung menoleh ke arah sumber suara. "Kak Cinta! Kakak lama sekali. Ada apa sebenarnya? Kakak tidak diapa-apain kan?" Sambil melihat-lihat sekeliling Cinta.

"Jangan khawatir, aku tidak apa-apa," jawab Cinta.

Tina sedikit kesal. "Bukannya Kakak bilang mau membalasnya! Ceritakan pada Tina apa yang sebenarnya terjadi di dalam?"

"Iya iya, sebenarnya tadi ...." Sambil menceritakan kejadian dari awal hingga akhir.

"Apa!! Sebulan? Bagaimana kalau media sampai tau?" tanya Tina.

"Makanya jangan sampai ada yang tau, terutama ibu. Kalau kita ada kegiatan di luar ruangan, bilang aja dia sepupumu ya, pleasee ...." Dengan wajah memohon.

"Baiklah terserah Kakak, tapi kalau terjadi sesuatu Tina gak mau tau, tetap harus mementingkan diri sendiri terlebih dulu," kata Tina.

"Oke jangan khawatir, itu pasti," saut Cinta. Lalu dia meraih tangan Razi sambil tersenyum. "Kalau begitu ayo kita pulang ke rumah ibu."

Razi pun membalas senyumannya dengan gembira, tanpa mereka sadari, dari awal mereka berbicara, ada sesosok pria yang mengawasi dari kejauhan.

Malam pun tiba waktunya makan malam, sesuai janji, Daren datang mengantarkan perlengkapan Razi.

"Mba Cinta, pak Rangga mengucapkan banyak terima kasih, karena sudah mau membantunya merawat Razi. Semoga Razi tidak membuat masalah untuk Mba nantinya, kalau terjadi sesuatu Mba bisa menghubungi saya" sambil memberikan kartu namanya.

Cinta pun memandang kartu nama itu cukup lama. "Daren Kusuma," gumamnya.

"Ada apa,Mba? Apa ada yang salah dengan kartu nama saya?" tanya Daren.

"Bukan, sepertinya aku pernah dengar nama ini di suatu tempat," jawab Cinta sambil memegang dagunya dan berpikir dengan serius. Seketika pandangan Daren berubah menjadi tatapan tajam.

"Hmm wajahmu cukup tampan, apa kau pernah jadi model?" tanya Cinta. Tatapan Daren pun berubah, ia kembali tersenyum ketika Cinta melihatnya.

"Tidak pernah, jadi model cukup merepotkan. Apalagi para penggemar wanita," jawabnya.

"Sepertinya, aku sedikit mengerti perasaanmu. Oh ya bagaimana kalau kamu ikut makan malam bersama kami?" tanyanya.

"Tidak usah repot-repot, saya sudah makan. Kalau begitu saya permisi dulu, Mba." Sambil  beranjak pergi dengan cepat

"Kenapa dia buru-buru begitu ya, jangan-jangan pak Rangga terlalu memaksa semua karyawannya kerja lembur. Hii.. aku kok, merinding ya." Sambil menutup pintu rumahnya.

Tina sedang mempersiapkan bahan makanan. "Siapa yang datang tadi, Kak?" tanya Tina

"Oh itu, asistennya Pak Rangga. Tin, bawakan barang-barang yang di bawa Daren ke kamar Razi. Hari ini biar kakak yang masak."

"Baik, Kak." Tina terdiam sejenak. " Tapi si Daren itu, tadi siang nampaknya agak sedikit aneh," sambung Tina.

"Tadi juga gelagatnya cukup aneh. Tatapannya berubah-ubah ketika sedang berbicara denganku dan dia buru-buru pergi, saat kakak mengundangnya makan bersama. Mungkin dia tidak tau, kalau kakak menyadari gerak geriknya atau mungkin dia sengaja melakukannya." 

"Tina pikir hanya perasaan Tina aja, rupanya Kakak juga merasakan hal yang sama. Jangan-jangan dia itu punya penyakit aneh sama seperti Pak Rangga."

"Bisa jadi," saut Cinta sambil memasak.

"Ibu!" panggil Razi

Cinta sedikit terkejut mendengar panggilan Razi, ia masih belum terbiasa dipanggil ibu olehnya. "A-ada apa?" tanya Cinta.

"Apa ibu tidak suka pada ayah?"

"Anak ini cukup pintar untuk mencerna perkataan orang dewasa, sepertinya lain kali tidak boleh sembarangan menyebut nama ayahnya," pikir Cinta.

"Kenapa ibu diam saja?" tanyanya lagi.

"Ahh itu … mustahil ibu tidak menyukai ayahmu. Keberadaan Razi adalah bukti kalau kami saling menyukai," jawab Cinta.

Tina memandang Cinta dengan heran sambil memberikan isyarat. "Kenapa kakak bilang begitu?" Dia pun membalas isyaratnya, "Mau bagaimana lagi, anak ini cukup pintar."

Razipun bingung melihat gerak gerik mereka. "Kenapa ibu mengedipkan mata Ibu seperti itu?" tanyanya.

"Sepertinya kemasukan sesuatu."

"Tina, cepat bawa barang-barang Razi!" perintah Cinta.

"Oh baik, Kak," saut Tina.

Berhati-hatilahlah ketika melakukan dan mengatakan sesuatu di depan anak kecil, karena setiap perkataan dan perbuatan orang-orang di sekitarnya merupakan contoh baginya.

 🌺🌺

Halo sobat salam dari Aki Chan 😃

ini adalah novel perdanaku, Aki harap para pembaca memberi kritik, dan saran yang membangun untuk karya ini.

Jika berkenan silahkan di vote.💐

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!