NovelToon NovelToon

My Cold Guardian Angel

Prolog

"Hosh ... hosh ... hosh ...."

Gadis itu menghentakkan kakinya begitu cepat untuk kabur dari seseorang yang mengejarnya. Mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari sejauh mungkin, pandangannya lurus ke depan.

Nafasnya sudah hampir habis, ia kesulitan mencari jalan lain untuk kabur hingga bayangan itu menangkapnya dari belakang dengan mengalungkan tangannya mengelilingi tubuh kecil gadis itu.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" serunya bersikeras meminta dilepaskan. Air matanya tak dapat dibendung lagi, mengalir dari porosnya dengan deras, berusaha melakukan segala pukulan agar dilepaskan. Malangnya, tubuh pria itu terlalu kuat.

Tak ada balasan apa pun dari pihak yang berlawanan, ia hanya mengangkat tubuh gadis itu dengan ringan tanpa adanya beban dan membawanya pergi dari lorong sempit. Tubuh tinggi dan kekarnya menyaingi tubuh kecil nan ramping gadis itu.

"Apa maumu padaku?! Aku tak ingin kembali ke rumah penuh kejahatan itu lagi. Aku bukan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan dipermainkan!" Lagi-lagi mencurahkan isi hatinya kepada pria asing tak bernama itu, ia pun dibawa kepada seorang wanita paruh baya yang sudah menunggu di ujung jalan setempat itu.

"Terima kasih telah menemukan nona muda, kami akan membayarmu dengan bayaran yang telah dijanjikan sejak awal perjanjian," ujar wanita itu seraya mendekap tubuh kecil gadis itu dengan senyum palsunya.

Pria yang sempurna tertutup dengan jubah hitam itu pun mengangguk dan berbalik arah, meninggalkan gadis yang nyaris kabur meninggalkan semua penderitaannya.

Percuma saja meminta tolong padanya, ternyata ia dibayar oleh keluarganya untuk mendapatkannya kembali. "Hey!" panggil gadis itu padanya hingga pria setinggi 190cm itu menoleh menatapnya.

Tidak ada pantulan wajah yang dapat dilihat meski lampu jalan menyinarinya, seluruhnya tertutup oleh penutup hitam yang hanya memperlihatkan kedua sorot mata tajamnya.

"Suatu saat, ketika aku kabur lagi, kau harus membantuku untuk kabur. Aku akan mengingatmu hari ini, dan aku tidak akan memaafkanmu jika kau menangkapku dan membawaku kembali ke keluargaku lagi," ancam gadis itu sebelum dibawa pergi oleh pelayan di rumahnya.

Pria itu tampak tak peduli dengan kata-katanya dan hanya meninggalkannya saja, gadis itu frustasi ketika melihat reaksinya. Ia pun dibawa pulang ke dalam penderitaannya lagi, jauh dari kebahagiaan yang seharusnya ia rasakan di umurnya yang masih muda.

Suara langkah kaki dari kedua arah menjauh, pria itu pergi dengan sebongkah emas batangan yang ia genggam dengan tangan kekarnya. Suara yang ia dengarkan dari gadis itu terus terngiang di kepalanya, ia menoleh ke belakang dan tak melihatnya lagi.

Masalahmu dan penderitaanmu itu tak berada jauh di atas kekuatanmu. Kau akan mendapatkan balasan atas apa yang sudah kau lakukan, ujar pria itu dalam hatinya tanpa mengatakan apa pun.

Ia pergi melompat tinggi ke suatu bangunan ke bangunan lain, tampak seperti bukan manusia biasa. Suhu dingin dan angin membawanya pergi serta.

...♡♡♡...

Malam yang dingin, pintu besar berwarna hitam terbuka hingga mengeluarkan suara iringan kuno ketika terbuka melebar. Pelayan itu masih membawa gadis kecil bertubuh ramping yang agaknya adalah nona muda dari rumah itu.

Benar, nona muda. Ada apa gerangan hingga gadis itu kabur dari rumahnya? Apa yang ia alami hingga dunia mempertanyakannya begitu rupa?

Hanya seisi rumah itu yang tahu, apa yang terjadi dengan nona muda keluarga terpandang di kota besar bernama Ellgyon. Seluruh penduduk seharusnya mengenalnya dan mengelu-elukan nama keluarga itu sebagai keluarga besar yang mengharumkan nama kota ini.

Siapa sangka, mereka memiliki kekelaman yang menyebabkan putri keluarga mereka ini mengalami penderitaan yang membuatnya ingin meninggalkan rumah besar yang didambakan semua orang ini.

01 | Kabar Luar Biasa Lagi

1 Hari yang Lalu.

Tok. Tok. Tok.

"Selamat pagi, Nona Muda. Sudah waktunya bagi anda untuk bangun."

Terdengar suara dari salah satu pelayan yang ada di dalam rumah yang sudah kerap kali menyambut setiap pagi Elisabeth. Gadis itu membuka kedua kelopak matanya bagaikan bunga yang baru saja mekar, menatap sinar matahari yang sedikit tersirat dari balik tirai yang belum dibuka sama sekali.

Rambut panjang hitam kecoklatan-nya menyibak ketika dirinya bangkit dari kasur, kedua tangannya menutupi wajahnya karena silau matahari.

"Mengapa ini sudah hari Senin lagi?" gerutunya seraya berdiri dari kasur. Suara ketukan pintu dari pelayannya juga tetap terdengar. "Aku sudah bangun, Bi!" seru gadis itu supaya suara ketukan pintu terhenti.

"Baiklah, Nak. Bibi tunggu di ruang makan."

Kakinya melangkah menuju ke kamar mandinya, menyiapkan segala sesuatu untuk merapikan dirinya.

Pintu kamarnya terbuka, keluarlah dirinya lengkap dengan seragam yang rapi. Keluarga kecilnya yang lengkap sudah menunggunya di meja makan, menatapnya dengan elegan dan menunggunya untuk mengisi bangku terakhir di meja itu.

"Kau terlambat bangun lagi," cibir seorang kakak laki-laki yang sangat menyebalkan dan selalu berhasil merusak mood pagi gadis itu. Ia tak menghiraukannya dan duduk di sebelah Ibunya.

"Ada kabar apa hingga bangun sepagi ini?" tanya gadis itu ketika melihat waktu yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Seorang wanita setengah baya berambut hitam kecoklatan itu menatap putrinya, ia meletakkan peralatan makan setelah memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Coba Ibu tanya sekarang, berapa umurmu?" tanya wanita itu hingga membuat raut wajah putrinya menjadi semakin masam.

"Aku 16 tahun," jawab gadis itu tanpa ingin mengatakan hal yang muncul di benaknya. Apakah Ibuku sendiri bahkan melupakan umurku?

"Ibu hanya ingin menegaskan umurmu saat ini, kau sudah akan menjadi gadis yang dewasa. Akan datang di mana kau sudah akan siap menjalani pernikahan," sahut wanita itu tanpa rasa bersalah mengatakan hal yang mengejutkan.

Begitu mengejutkan hingga saudara laki-laki dari keluarga Ellgyon itu tertawa dengan kencang. "Haha! Akhirnya kau akan mendahuluiku menikah dan memiliki keluarga di usia muda. Malang sekali nasibmu."

Suasana menjadi hening, Apa maksudnya? Jadi kabar buruk pagi ini adalah menikah? Kapan kekonyolan ini akan berakhir? pikir gadis itu dalam hatinya.

"Nak, kini Ibumu bukan hanya bercanda. Ia berkata hal yang sebenarnya. Kau akan segera menikah dengan seseorang yang kami jodohkan padamu," timpal seorang pria setengah baya yang memiliki warna rambut sama dengan putrinya itu.

Apa saja kabar yang mengejutkan? Kemarin lusa adalah kabar bahwa ia akan segera pindah ke sekolah baru dengan merayu seorang pria tua, kemarin adalah kabar bahwa ia akan memiliki seorang adik angkat jika ia membantu menangkap anak itu, dan hari ini adalah kabar bahwa ia akan dijodohkan dan menikah muda.

Sungguh kehidupan yang sangat aneh, gadis itu bahkan merutuki nama keluarganya di dalam hati dan menyesal terlahir di keluarga yang tidak biasa ini. "Lalu mengapa aku harus menikah di usia dini di mana seharusnya saat ini adalah saat di mana aku harus menempuh pendidikan?!"

Suasana menjadi semakin hening ketika bentakan itu keluar, saudara laki-laki dekil itu bahkan menatapnya terkejut meski menertawakannya di dalam hati.

"Hal itu karena Ibu dan Ayah hanya memiliki putri berpendidikan dan bermoral baik sepertimu di keluarga ini. Kami berdua akan kehilangan jati diri jika kakak laki-lakimu yang 'seperti ini' yang nantinya menikah," jawab ibu dari gadis itu dengan percaya diri.

02 | Ancaman Berturut-turut

"Hey, Ibu. Mengapa menghinaku seperti itu? Maupun begitu, tampang dan wajahku ini juga rupawan, bukan?" sahut Erick France Ellgyon itu kepada sosok wanita yang mengandungnya selama sembilan bulan.

Elisabeth sudah tidak tahan lagi, ia ingin segera meninggalkan ruang makan penuh hawa jahat ini. Dirinya hampir meluruskan kakinya untuk berdiri, namun sorot tajam seseorang kini tengah menatapnya dan menghentikan aktivitasnya.

Siapa lagi jika bukan pelayan rumahnya yang juga sungguh mengabdi tuan rumah mereka dengan setia? Gadis itu rasanya ingin melempari wajah itu dengan sepatu yang ia kenakan sekarang.

"Sudahlah, jangan banyak basa-basi. Yang terpenting, kau dapat melakukannya untuk kebaikan keluarga ini, bukan, Elisabeth?" timpal seorang kepala keluarga berkumis tipis yang duduk di tengah-tengah meja makan.

Elisabeth menatapnya ngeri, seluruh mata juga kini menatapnya. Lagi-lagi dirinya tak dapat menolak, ada sesuatu yang membuatnya tak dapat menolak semua permintaan keluarga jahanam ini.

Namun dengan tekad dan keberanian, gadis itu membuka mulut walau akan mendapat hukuman jika mengatakan penolakan meski tak secara terang-terangan. "Apa hukuman yang aku dapatkan jika aku menolaknya?" tanya gadis itu.

Hening selama beberapa detik, sang ibu berdiri dari tempatnya dan beranjak menuju ke tempat di mana putrinya duduk. Ia mengitari kursi tinggi mewah yang menjadi tempat duduk Elisabeth dan menariknya secara sengaja hingga gadis itu jatuh.

Brak!

Akh! Gadis itu berseru kesakitan di dalam hatinya. Tak hanya sekali saja ia begini, namun sudah berkali-kali merasakannya hingga lihai menyembunyikan erangan sakit yang ia rasakan.

"Kau berani menolak? Apakah hukuman terakhir kurang memuaskanmu?" sahut wanita ular itu tanpa ada rasa menyesal setelah mengatakannya. Semua hal itu membuatnya muak, ditambah tawa hina dari kedua sosok pria yang ada di meja makan itu—ayah dan kakak laki-lakinya.

Ya Tuhan, kapan aku bisa terbebas dari keluarga ini? tangis gadis itu di dalam hati. Ia kembali berdiri dari tempatnya dengan lemas dan duduk di kursinya. "Tidak, hukuman itu sudah cukup," sahut gadis itu menjawab ibunya.

Lorraine nampak tersenyum menyeringai, ia melipat kedua tangannya dan mengeluarkan tusuk gigi dari sakunya untuk menggunakannya. "Kalau begitu, apakah kau setuju atas permintaan kami? Ini semua untuk kebaikan keluarga kami dalam menjalin hubungan dengan perusahaan lain," tanya wanita itu.

Elisabeth mau tak mau pura-pura menyetujuinya sebelum mencari cara untuk pergi meninggalkan tempat yang menjeratnya dan membuatnya menderita. "Baiklah," jawabnya.

"Bagus! Kau akan menikah minggu depan. Jika kau mencoba untuk kabur lagi seperti yang terakhir kalinya, kami akan membuatmu tak dapat berdiri selama seminggu penuh," ancam wanita itu seolah-olah dirinya adalah penguasa di dalam keluarga itu.

Sarapan pagi itu selesai dengan damai tanpa ada sesuatu buruk yang terjadi, hanya tersisa Elisabeth yang tengah menunduk menatap ke meja dengan makanannya yang masih setengah habis. Air matanya membasahi piring, seluruh tubuhnya gemetar dahsyat.

"Aku harus pergi dari sini, aku akan benar-benar disiksa hingga mati tanpa bisa memejamkan mataku jika tidak meninggalkan keluarga ini," gumam gadis itu tanpa diketahui oleh siapa pun, hanya dirinya dan Tuhan saja.

Pelayan yang sedari tadi menatapnya pun menghampirinya dan mengantarnya ke rumah tamu dengan senyuman damai pada wajahnya, penuh tipu muslihat, jahat, kejam.

"Nona, jaga diri di sekolah. Belajarlah dengan baik dan dapatkan nilai yang memuaskan jika tidak ingin dihukum oleh Nyonya," bisik pelayan bertubuh gemuk dan berwajah ibu-ibu itu. Sorot matanya membelalak, senyumnya menyeringai, benar-benar terlihat seperti setan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!