Dinda tidak pernah lapar seumur hidupnya tapi sekarang rasa lapar membantu mata nya terbuka.Ada rintihan kecil di mulutnya.
"Ibu, ibu sudah bangun?"
Dinda mendengar itu tapi dia tidak menjawab.Hati nya sedih dan pilu abis.
Kemaren dia baru saja duduk di ruang kerjanya .Dia harus lembur malam ini karena waktu yang mepet.
Keluarga meminta dia pulang akhir pekan karena dia kencan buta.Dinda membuat seribu alasan untuk menolak tapi dia masih harus pulang setelah nya.
Adapun lembur,ini karena dia harus kejar target.
Mungkin karena kelelahan,dia tertidur.Tapi siapa sangka ketika bangun dia sudah berpindah tempat.
Dia sekarang bukan Dinda lagi tapi nyonya Ding yang berusia 34 tahun.
Ingatan tubuh masih ada, jadi dia mengingat nya.
Nyonya Ding adalah janda dengan tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan.Dia menikah di usia 15 tahun.Sekarang anak tertuanya sudah berusia 17 tahun dan memiliki seorang istri yang sedang hamil.
OMG...
Dinda merasa ingin menangis. aorang lain yang mengalami kelahiran kembali , terkadang menjadi seorang ratu ,selir atau seorang gadis petani. Tapi ketika tiba giliran ini adalah seorang wanita tua yang bahkan sebentar lagi akan menjadi seorang nenek.
Bayangkan itu.
Dulu dia sudah menolak beberapa perjodohan keluarga,dia berusia tua tapi pada dasarnya dia adalah seorang perawan.
Entah apa yang terjad sekarang ini, pada kenyataannya dia sebenarnya sedang memakai tubuh seorang wanita tua.
Wanita tua....
Dinda ingin menangis darah.
"Ibu...apa yang harus aku lakukan.Ibu..."
Adinda membuka matanya dengan lebar.Ada tiga laki-laki yang sedang berlutut di bawah ranjangnya.
Adinda tau, mereka adalah anak dari pemilik tubuh.
Ding Ruiliang ,Anak pertama, laki-laki, 17 tahun, menikah dengan Lin Meiyu (16 tahun), yang sedang hamil 2 bulan.
Ding Yue ,Anak kedua, perempuan, 14 tahun.
Ding Ruilong : Anak ketiga, laki-laki, 12 tahun.
Ding Rui'an : Anak keempat, laki-laki, 9 tahun.
"Ibu ..apa yang kau rasakan?"
Adinda boleh nggak, seorang ibu tua sedang sekarat tapi anak-anaknya malah bertanya apa yang harus dilakukan.
Anak bodoh ,bukankah seharusnya dia pergi mencari dokter atau semacamnya.
Ehhh...
Tapi anak-anak ini tidak bisa disalahkan. Semua uang di bawah kekuasaan ibu tua. yang lebih penting pada saat ini di keluarga ini sangat miskin sampai mereka tidak memiliki satu set.
Jika sudah tidak memiliki uang, apa yang bisa mereka lakukan selain daripada bertanya.
Segera seorang gadis yang memakai pakaian compang-camping masuk ke dalam ruangan dan dia membawa semangkuk air putih.
Diketahui gadis ini adalah menantu perempuan yang baru saja hamil 2 bulan.
Dia di sebut dengan Ami.
"ibu mertua silakan minum air dulu" katanya dengan gugup.
Ami tahu ibu mertuanya sangat lapar tapi dia baru saja bangun dari pingsannya setelah 2 hari. Hal terbaik adalah minum terlebih dahulu.
Dinda bagaimana tidak tahu harus berkata apa. Sudah dua hari Dia tiba di tempat yang asing ini.
Dia yang tidak pernah menikah bahkan tidak pernah melahirkan. Saat ini dia tiba-tiba mendapatkan 4 anak gratis tanpa rasa sakit.
Haruskah dia bersyukur?
Dinda bangkit dan mengambil mangkuk yang diserahkan oleh menantu perempuannya. Dia menghisapnya sampai habis sampai ada setitik air pun di sana
"Ibu apa kita harus memanggil dokter?"
Pria muda yang menyapa pertama kali adalah putra pertamanya yang dipanggil dengan arui.
Usianya baru 17 tahun, tapi tubuhnya kurus kering dan terlihat begitu tua tidak sesuai dengan usia.
Dalam ingatannya Dinda menyadari jika saat ini mereka adalah penduduk miskin di desa Dingzhau.
Alasan tubuh meninggal karena dia lapar.Mal nutrisi membuat staminanya menurun dengan cepat.
Kemarin dia menjual putra bungsu di gunung, tapi ketahuan oleh ibu mertua.Ibu mertua sama miskin nya tapi dia memiliki mulut pisau hati tahu.Putra nya meninggal ,dia hanya punya anak anak ini sebagai gantinya.Karena beberapa alasan,dia tidak bisa menampung cucu cucu ini tapi bukan berarti dia acuh tak acuh.
Melihat cucu laki-laki nya akan di jual oleh menantu perempuan,dia marah dan mereka bertengkar di gunung.
Sementara Adinda adalah labu yang membosankan.Dia tidak melawan mertua saat itu.
Akibatnya adinda terguling beberapa kali di tanah dan mengalami luka yang berakibat fatal.
"Sialan,Mak siapa yang menjual anak seharga lima kilogram beras?"kata Dinda dalam hati.Dia kesal dengan pemilik asli tapi mau bagaimana,dia yang sekarang harus menanggung akibatnya.
Hah...
Tidak ada yang mengeluarkan suara di dalam kamar ini.Di era ini, semua orang mengandalkan kata bakti. Itulah kenapa anak-anak menjadi lebih patuh.
Lihat saja, pemilik tubuh berusaha menjual putranya untuk diganti dengan beras. Tindakan kecil itu tidak membuat anak-anak sakit hati dan membencinya.
Malah mereka masih menunggunya yang sekarang di tempat tidur.
"Ibu..."
Sebuah pertanyaan dilontarkan lagi oleh anak-anak yang datang dari langit. Dinda menatap mereka satu persatu.
Tapi anak-anak dia sendiri juga sebenarnya sangat lapar.Tapi ingatan pemilik tubuh menyebutkan jika tidak ada bahan makanan apapun di rumah.
Sudah beberapa bulan tidak turun hujan.Ada juga sumur desa yang di andal kan untuk semua kebutuhan.Tapi untuk menyiram padi di ladang,ini tidak akan mungkin.
Akhir akhir ini, debit air sudah turun dan ini sangat mengkhawatirkan.
Akibatnya ada kekurangan makanan di mana mana.
Untuk membuat mereka bisa makan, menantu perempuan dan Putri satu-satunya harus bergegas pergi ke gunung untuk menggali sayuran liar.
Jadi bisa dikatakan hal yang bisa dimasak malam ini hanyalah sayuran liar.
Adinda tahu jika anak-anak mematuhi perintah dari ibu tua. Jadi dia berkata dengan suara serak,"Ami Pergilah memasak, setelah makan, Ayo pergi ke gunung untuk mencari sesuatu"
Aan yang baru usia 9 tahun langsung menegang mendengar Ibu mengajaknya ke gunung.
Kemaren mereka sedang mencari sayuran liar di gunung. Tiba-tiba saja bertemu dengan seseorang dan orang itu menawarkan mengganti dirinya dengan beberapa kg beras.
Tanpa pikir panjang ibu bersedia.
Aan jelas menangis dan memohon agar dirinya tidak di usir begitu saja .Dia juga berkata akan menghemat makanan di rumah jika dirinya tidak diusir pergi.Tapi ibu sama sekali tidak peduli sampailah nenek datang tiba-tiba.
Nenek juga pergi mencari sayuran liar di pegunungan dan kebetulan saja mendengar kisah itu. Jadi dia maju dan memarahi Ibu sedemikian.
Entah bagaimana Ibu tiba-tiba terjatuh dan berguling-guling di kaki bukit. Setelah itu dia tidak sadarkan diri dan bangun saat ini.
Aan antara takut dan rasa bersalah ,dia tidak bisa menatap ke arah ibunya.
Jika dia lebih patuh untuk pergi mengikuti orang itu bagaimana mungkin sang Ibu bisa jatuh.
Dinda seperti bisa membaca mimik wajah anak itu. Anak 9 tahun yang tidak memiliki rasa kebebasan yang seharusnya dia miliki.
Dinda tahu ini hanyalah korban kemiskinan.
Dia berkata dengan berbisik,"Aan Ibu tidak akan menjual mu"
Aan yang sepanjang waktu hanya menundukkan kepala tiba-tiba mengangkat dan melihat wajah ibunya dengan serius. Sedikit harapan mulai terpancar di dalam matanya .Dia berkata ,"Apakah ibu berjanji?"
Dinda bukanlah ibunya yang asli tapi dia juga tidak memiliki perilaku untuk menukar anak demi makanan.
Jadi dia mengangguk kepala dan meminta semua orang untuk keluar dari ruangan.
Aan tidak mengucapkan terima kasih Tapi dia memandang ibunya dan berharap jika Ini adalah sebuah kenyataan.
Meskipun mereka hidup dalam kemiskinan dengan memakan sayuran liar, Tapi menurutnya ini adalah sebuah rumah.
Jauh di dalam hati aan berjanji ,dia tidak akan makan banyak , dan bekerja lebih rajin,agar ibu merasa dirinya juga berguna meskipun masih anak-anak.
Dinda mulai merasakan ruangan yang sepi lagi. Sakit kepalanya datang tiba-tiba. Dan dia tidak tahu harus melakukan apa dengan kondisi kehidupan yang seperti ini.
Awalnya Dia adalah seorang gadis yang bekerja di kantor. Setelah menyelesaikan kuliah dia hidup sendiri mengandalkan gaji yang didapatkan.
Meski tidak banyak tapi dia hidup sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Membeli apapun dengan uangnya dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Namun dia sama saya tidak pernah merasakan apa artinya lapar.
Tapi sekarang....Kruk ...kruk...
Oh Tuhan.
Dinda yang kelaparan tiba-tiba merasa seperti seorang narapidana yang dijatuhi hukuman mati tanpa kesalahan yang jelas.
Sudah miskin,tua lagi.
Kau tau, pada usia 35 tahun di era modern tidak akan ada orang menyebutnya tua. Sama seperti dirinya yang saat itu bahkan belum memiliki pasangan hidup.
Tapi di era ini dengan usia yang sama dia sudah memiliki calon cucu.
("Ding, pemilik akun dengan no xxxxx,di ikat , pengikatan sukses")
Dinda yang sedang menutup matanya tiba-tiba jatuh ke lantai. Ketika dirinya membuka mata Hal pertama yang dilihat adalah sebuah objek yang familiar.
Ini adalah sebuah layar sederhana.
Pada saat dia masih SMA, Dinda sering membaca novel online. Itulah sebabnya kenapa dia bisa menerima kenyataan dengan transmigrasi ini.
Dia sedang dilanda nestapa karena transmigrasi yang dirasakan tidak adil. Tapi melihat kenyataan yang terjadi di depan dia mulai sadar , selain transmigrasi dia juga mendapatkan jari emas sebagai kompensasi.
Oh kompensasi ini berupa layar di depannya.
Layar ini berwarna biru. Tidak banyak yang tertulis di layar ini hanya beberapa data dirinya.
Sebagai seorang pengguna telepon genggam dia tahu apa yang harus buat.
Ada sesuatu di sana, ketika di sentuh, layar berubah adalah halaman web jual beli.
Dinda sedang lapar , tentu saja dia mengklik di layar untuk pembelian. segala sesuatu dijual di sini dan mereka terbuka untuk pembelian.
Dinda kembali ke layar awal untuk mengecek saldo yang dia miliki.
Dinda yang bersemangat sebenarnya sangat sedih karena akunnya kosong.Untung saja ada tulisan besar di bawahnya.
Sebagai pengguna awal ia juga mendapatkan hadiah kecil.
Dinda bisa membeli barang dengan harga lima sen.
Berbekal dengan lima sen ,dinda membeli sepotong roti kukus besar seharga satu sen.
Tanpa di duga, tiba-tiba saja ada sebuah roti kukus besar di tangan nya dan empat sen penuh.
Rupanya, sistem tidak akan menyimpan uang yang didapatkan di sini namun diberikannya secara otomatis.
Hebat.
Dinda melihat sebuah berkah melalui sistem yang didapat. Dia yang awalnya merasa sedih sekarang bersemangat dan langsung menggigit roti kukus.
Um roti kukusan sangat lembut dan masih panas. Saat ini isiannya adalah daging.
Dinda dulu memandang remeh roti semacam ini. Tapi saat ini barangnya terasa enak dan nyaman di perut. Mungkin ini efek kelaparan yang berkepanjangan.
"Ibu...
Dinda yang baru saja menyelesaikan sebuah roti kukus besar , hampir tersedak mendengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamar.
Kamar tidak memiliki kunci sama sekali. Jadi siapapun bisa dengan bebas keluar masuk.
Ayue , Putri satu-satunya masuk dan berkata," Apakah ibu mau makan sekarang?"
Dinda setelah menyantap sepotong besar dikukus. Tapi mengingat mereka hanya merebus beberapa sayuran liar dengan garam biar langsung tidak merasa ingin makan.
"aku tidak lapar , jangan tunggu aku kakak-kakakmu akan pergi ke ladang."
Ayue sangat patuh dan dia keluar lagi dari dalam kamar meninggalkan Dinda sendirian.
Hanya setelah anak itu keluar atau Dinda baru bisa menarik nafas lega.
"untungnya..."
Dinda berbaring lagi dengan perut setengah. Belajar dari pengalaman tadi dia mulai berpikir apa yang harus dilakukan agar dia bisa makan dengan terang-terangan.
Sebagai seorang ibu mertua, Dia memiliki hak untuk memerintah semua anak-anak. Kekuatan keuangan juga berada di tangannya.
Hanya pada saat inilah dia mulai menyadari kegunaan dari transmigrasi menjadi seorang ibu tua.
Dia bisa menghindar menjadi seorang anak yang hanya patuh kepada ibu dan ayah. Dia juga tidak perlu melayani seorang suami yang siap pakai.
Jadi transmigrasi menjadi seorang ibu tua sebenarnya tidak begitu buruk.
Kurang dari lima menit kemudian ,arui masuk dengan kepala yang menunduk. Dia tidak berani menatap langsung ke arah mata ibunya.
Kemudian dia berkata," ibu aku akan berangkat ke ladang, tapi Ibu makan dulu ya!"
Dalam hati,anak pertama merasa ibunya sedang merajuk. Itulah kenapa dia menolak makanan.
Adinda tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pria ini tapi dia mengeluarkan 4 koin yang barusan dia dapat. dengan cepat dia menyerahkannya kepada Arui seraya berkata ,"ambil uang ini dan beli makanan"
"Ahh... empat sen?" tanya Arui terkejut.
Empat sen tidak banyak tapi ini sudah sungguh luar biasa dalam keluarga mereka.
Biasanya Ibu hanya mengeluarkan satu sen demi membeli beras hitam.Beras hitam adalah beras tahun lalu.
Pengadilan menyimpan beras tapi menjualnya tahun depan bumi mengganti beras yang baru. Akibatnya beras yang dikeluarkan dari gudang penyimpanan adalah beras yang biasanya sudah menghitam menggumpal dan juga terkadang memiliki kutu.
Orang kaya tidak ingin membeli beras semacam ini tapi orang miskin seperti mereka menganggap ini sudah bagus.
Beras baru harga nya dua sen perkg, sedang kan beras hitam harganya dua sen sepuluh kg.
Jadi satu sen anda hanya bisa membeli setengah kilo saja. Tapi dengan empat sen,dia mampu menyelamatkan 20 kg beras hitam.
Artinya, mereka bisa makan bubur dari beras ini selama hampir satu minggu.
Hebat.
Belum sempat Putra pertama mengeluarkan kegembiraannya tiba-tiba Dinda berkata," jangan beli beras hitam, beli beras putih"
"Ahh beras putih?" arui terkejut tapi dia tidak berpikir ingin melawan ibunya.
"Setelah hari ini aku tidak ingin makan beras hitam, mengerti?" kata adinda.
"Ya Bu tapi... harga beras putih mungkin naik lagi.Ku dengar,ada masalah di perbatasan "
Arui mengerti jika ibunya jarang keluar dari desa tapi dia sudah beberapa kali pergi ke kota. Termasuk kemarin sebelum ibunya pingsan.
Ada sedikit pergolakan di perbatasan. pada begitu banyak spekulasi yang terjadi karena pergolakan tersebut. Para pedagang khawatir akan terjadi perang seperti beberapa tahun.
Karena itu beberapa pedagang jahat mulai menimbun barang yang membuat harga naik secara signifikan.
Adinda mendengar itu dan menahan nafasnya dengan khawatir.
Setelah merasa dirinya jatuh dalam kubangan kemiskinan yang berakhir menjadi seorang nenek tua. Kemudian dia mendapat kabar jika negara ini akan mengalami yang namanya peperangan.
Apa ini?
Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Tapi ngomong-ngomong Dia memiliki jari emas. Apapun yang terjadi dia harus mengatasi kelaparan ini terlebih dahulu.
Lagi pula dia harus menyelidiki kelebihan dan kekurangan dari sistem nya.
"Jika begitu, beli saja jagung dan tulang babi.Nanti biar istrimu merebusnya untuk makan malam" kata adinda.
Arui menatap empat sen dengan begitu banyak pemikiran.
Empat sen sebenarnya bisa membeli begitu banyak hal. Satu sen bisa membeli 10 kg jagung kering. Tapi dengan harga yang sekarang mungkin dia bisa membeli setengahnya.Tapi tulang babi sangat murah. Terkadang dengan satu sen dia bisa membeli begitu banyak. Jika beruntung Anda bisa menemukan sedikit daging di sela sela tulang.
Oh ibu sebenarnya masih bijaksana.
Empat sen dia bisa makan untuk beberapa hari lagi.
Arui masih tertawa bodoh dengan empat sen di tangan.Dia langsung minta izin pergi.
Adinda sudah penuh dengan energi karena memakan roti daging barusan. jadi dia keluar dari kamarnya dengan mantap.
Baru setelah melangkah keluar dari ruangan dia menyadari spesifik umum dari tubuh yang sekarang dia pakai.
Usia tubuh sekitar 35 tahun tapi karena kemiskinan Dia memiliki tubuh yang lebih tua dari usia. Tidak memiliki ubanan tapi memiliki tubuh hitam legam dan begitu banyak kerutan dan juga flek.
Efek dari penuaan dini.
Dinda mengeluh di dalam hati begitu dia menyadari bagaimana penampilan dirinya saat ini.
Bener-bener tua banget dan menjijikan. Untung saja dia masih memiliki gigi yang lengkap.
Jika tidak ini akan menjadi hal yang paling mengecewakan sekali.
Tiga anak lelaki tidak ada di rumah menyisakan ami dan ayue. Karena adinda meminta mereka berdua untuk pergi ke gunung jadi mereka sudah bersiap dengan keranjang di belakang punggung.
"Ibu mertua...
"Ibu...
Ami memandang wajah Ibu mertuanya yang terlihat cemberut. Hatinya deg-degan dan tidak nyaman karena itulah dia menggenggam erat pakaiannya. Dia pikir ibu tua sedang marah. Mana dia tahu jika sebenarnya, ibu mertua ini tidak nyaman dipanggil sebagai ibu mertua.
Dinda belum sepenuhnya menerima takdir sebagai seorang ibu tua. Tapi dia hanya bisa menelan kekesalannya di dalam hati.
Hal yang paling penting saat ini bukan tentang identitas melainkan tentang bagaimana cara mengisi perut mu.
Adinda berjalan dengan cepat ke depan.Untung saja tubuh ini adalah petani miskin.Jadi dia tidak begitu capek ketika berjalan kaki sejauh itu.
Hampir satu jam kemudian baru lah adinda tiba di kaki bukit.
Bukit belakang sesuai namanya.Dia begitu tinggi menjulang. Melihatnya saja adinda sudah sangat bersemangat sekali.
Kata orang anda tidak perlu tidak kekurangan makanan jika tinggal di gunung.
Lalu kenapa, penduduk desa bisa terlihat seperti orang kekurangan gizi.
"Nyonya Ding, Apa kau sudah baikan sekarang?"
Dinda terus saja berjalan tidak memperdulikan sapaan beberapa orang. Hal ini membuat beberapa orang khawatir dengannya.
Sementara Dinda sendiri bukannya sombong tapi dia tidak sadar jika orang sedang menyapanya saat itu.
Maklum aja, dari Dinda menjadi nyonya tua.
Karena ibunya tidak menjawab sapaan orang ,ayue berinisiatif untuk menjawab dengan berkata ,"Ibu sedang sedang tidak sehat tapi memaksakan diri untuk mencari sayuran liar"
"Ayu, Ami, kalian tidak bisa menyalakan ibumu. Siapa yang mau menjual anak sendiri terlebih lagi itu adalah anak laki-laki ,ckck,kemiskinan adalah sebuah dosa" kata orang yang bertanya tadi.
"Ya , jika ibumu tidak memiliki hati mungkin dia lebih baik menjual dirimu dibanding adik mu kan.Ah kemaren Jiang tua juga menjual dua putri nya.Mereka juga tidak berdaya " kata yang lain.
"Setelah anak dijual mereka mungkin bisa makan setelah itu, tapi siapa ini saya tahu masa depan"
Hampir semua orang yang berbicara tentang kehidupan. Mereka mungkin enggan menjual anak sendiri tapi jika anak itu tetap bersama besar kemungkinan mereka juga akan mati kelaparan. Lebih baik menjualnya pada orang kaya Meskipun mereka kelak akan menjadi budak tapi mereka masih memiliki kemungkinan untuk makan.
Dengan pemikiran seperti itu mereka lebih menyalahkan kemiskinan dibanding dengan keegoisan orang tua yang menjual anak tersebut. Sementara anak-anak yang dijual kehidupan mereka masih tergantung dengan takdir.
Adinda tidak mendengar pembicaraan mereka karena hatinya saat ini sedang berbunga-bunga.
Sistemnya berdengung secara tiba-tiba setiap kali menemukan sesuatu.
Misalnya jamur kuping.
("menemukan jamur kuping, apakah di jual?")
Adinda melirik layar di depannya yang menyebutkan bentuk dan lokasi spesifik dari jamur kuping. Jaraknya hanya 5 langkah saja dari di tempat di mana Dia sedang berdiri.
Pada saat itu Adinda sedang berpikir, apakah sistemnya bisa menentukan hal-hal yang bisa dijual di platform ini. Jika seperti itu bukankah artinya ini seperti memiliki pemindaian pribadi.
Tapi dia masih belum bisa mempercayai fenomena ini.
Tapi jamur kuping adalah hal yang bisa dimakan.
Lalu dia berjalan 5 langkah ke depan dan menemukan hal yang ditargetkan oleh sistem.
Di kaki bukit, suasana begitu sejuk tidak begitu sejuk namun ada beberapa jamur di sekitar memang tidak banyak tapi cukup memuaskan jika hanya ingin mengisi perutmu.
Dengan cepat adinda mengambil jamur itu dan mengoleksinya hampir 1 kiloan. Aneh saja di sini tidak ada penduduk yang mencoba mengambil jamur seperti yang sedang dia lakukan.
Ayu yang baru saja memetik beberapa pakis bergegas menuju ke arah ibunya ketika dia melihat ibu tua memetik jamur yang tidak diketahui. Dia mulai merengek dan menarik pakaian ibunya dengan cepat.
Ibu jamur ini beracun.
Ayu dan penduduk desa sama sekali tidak pernah memakan jamur semacam ini. Dulu pernah ada keluarga yang mencoba memakan jamur namun mereka didapati meninggal pada pagi harinya.
Pada saat itulah penduduk menyadari jamur adalah sesuatu hal yang sangat beracun.
Hanya setelah mendengar pembicaraan ayu Dinda mulai menyadari jika sebenarnya penduduk desa ,bukan tidak ingin memetik jamur. Tapi mereka tidak mengerti jamur mana yang bisa dimakan dan jamur mana yang tidak bisa dimakan.
Dinda tersenyum dan berkata aku bisa mengenali jamur mana yang bisa dimakan dan yang tidak. Jangan khawatir paling-paling kita cuman diare.
Ami yang mendengar itu langsung pucat .Dia pikir sang Ibu kemarin begitu frustasi mungkinkah ,dia sedang mencoba untuk bunuh diri dengan mengkonsumsi jamur secara berlebihan.
Entahlah dia sebagai seorang menantu perempuan tidak memiliki hak untuk mengkritik Ibu mertuanya .Jadi dia mulai kepikiran untuk melaporkan masalah ini kepada sang suami ketika sang suaminya kembali dari ladang.
Dinda tidak menyadari kekhawatiran mereka berdua tapi dia terus saja memetik jamur kuping dengan senang hati.
Selesai memetik jamur kuping yang berserakan di bawah pohon tersebut dia mulai bangkit dan melirik ke berbagai arah mencoba mencari keberuntungan lain.
Jika orang lain tidak ingin memakan jamur maka ini akan menjadi murah untuk dirinya sendiri.
Apalagi ketika dia memiliki sistem yang bisa memindai beberapa hal. Dengan begitu dia bisa menentukan mana jamur yang bisa dimakan mana yang tidak.
Dinda mulai masuk ke dalam hutan sedikit lebih jauh untung saja masih ada beberapa penduduk yang berkeliaran di sana.
Baru saat itu sistem menyebutkan jika ada jamur tiram putih dan jamur Enoki yang enak.
Dinda menarik Putri dan menantunya agar sama-sama memanen dua model jamur ini.
Berbanding terbalik dengan ayue dan Ami, Dinda merasa begitu puas sekali.
Gunung benar-benar memberikan begitu banyak makanan untuk manusia.
Ah senang nya.
Tapi hal yang membahagiakan adalah ketika dia menjual setengah dari hasil panen secara diam-diam.
Dinda diam-diam melirik layar dan menjual hal ini.Dengan beberapa pon jamur kuping,dia menghasilkan dua puluh satu sen.
Adapun jamur Enoki,dia masih menghasilkan 15 sen.
Jadi panen hari ini tidak sia sia,dia masih mendapatkan tiga puluh enam sen yang langsung masuk ke dalam kantong nya.
Dinda sengaja membawa kantong kecil bersamanya. Dia tahu sistem akan memberikan dia uang secara langsung ketika menjual barang.
Tidak mungkin dia menerimanya dengan tangan kosong . Hal ini akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu.
Jadi Dinda yang sedang miskin sebenarnya memiliki uang besar secara tiba-tiba.
Ketika anda membaca sebuah novel yang bergenre transmigrasi ,apa yang disukai sebenarnya adalah ruang angkasa.
Adinda tau dia tidak bisa serakah ketika mendapatkan sebuah sistem yang bagus. Tapi matanya tidak bergerak ketika melihat ruang jual beli di mana ada sebuah loker khusus.
Namanya loker jadi tidak begitu besar.
Ruang ini hanya satu kali satu meter saja. Tapi menurut deskripsi hal itu bisa dikembangkan di masa depan dengan beberapa persyaratan.
Syaratnya tentu saja adalah uang.
Baya pembeliannya cukup besar, sekitar lima perak yang sama seperti lima ribuan sen.
Belajar dari pengalaman sebelumnya,dia harus membawa kantong uang ke mana-mana. Alangkah bagusnya tidak memiliki loker sendiri jika tidak bisa menyimpan hal-hal yang besar ,dia masih bisa menyimpan uang di dalam loker dengan ukuran itu.
Saat ini yang paling berharga di tubuh seseorang adalah uang.
Jadi dia tidak begitu mempedulikan hal-hal yang di luar itu.
Hanya saja harga pembelian loker sangat mahal.Dinda hanya bisa memandang uang yang ada di dalam kantongnya dan membandingkan dengan harga loker.
Hati nya mencelos.
Ami dan ayu nggak tahu apa yang dipikirkan oleh ibu mereka tapi mereka hanya berpikir tentang apa yang akan dimakan malam ini.
Sudah cukup banyak pakis liar yang mereka petik.Tapi Ibu masih menggendong sekeranjang jamur yang tidak bisa dimakan.
Tapi ibu yang mereka pikirkan sebenarnya berhenti di sudut lahan.Ini adalah ladang sayur warga.
Ada lobak dan kubis tua.
"Ibu..maaf kebun sayur kita sudah habis.Tapi jangan khawatir Ibu setelah ini kita akan menanam lagi. Sekarang kita hanya bisa memakan pakis liar" keluh ayu.
Kebun pribadi tidak besar dan mereka sudah habis bulan lalu.Ibu menanam lagi tapi kondisi cuaca yang buruk membuat kebun sayur terlihat buruk.
Ayu bersedih tapi disini Dinda sama sekali tidak mendengar perkataan nya.Dia sedikit bengong karena di matanya ada layar yang berkedip-kedip dengan warna merah.
Tulisan merah berkedip-kedip di bawah layar"temukan lobak dan kubis murni tanpa kimia, apakah akan di jual?"
Sebenarnya sistem menawarkan diri untuk membeli produk.Wah rupanya begini lah cara untuk menghasilkan uang keras.
Dia menjual dan sistem membeli.
Bagus lah.
Dinda merasa kubis ini terlihat jelek. Wajar saja karena mereka tidak memakai zat kimia apapun. Tapi orang di era modern sangat menghargai sayur-sayuran tanpa pestisida. Jadi wajar jika kubis yang terlihat jelek Ini juga dihargai oleh sistem.
Dinda melirik harga yang tertera di layar.Satu kg kubis sebenar adalah dua sen.Dan wortel adalah dua sen untuk dua kg.
Dinda menelan ludah.
Semua adalah uang,uang.. hahaha.
"Ami temukan pemilik ladang ini dan tanyakan apakah mereka dijual?" kata Adinda dengan ceria.
Dia gembira tapi Mia dan ayu tercengang mendengarnya. Di desa ini siapa yang tidak menanam kubis dan wortel.Mereka juga memiliki sepetak kebun kemarin.Hal ini sangat umum di desa kan,tapi kenapa ibu terlihat lapar melihat itu.
Kubis adalah hal yang paling tidak berharga di desa.Tapi ibu mau membeli? pertanyaan nya, apakah ibu masih punya uang.
Jika punya, kenapa kemaren malah menjual anak bungsu.
Ada beberapa pertanyaan yang mengalir tiba-tiba di benak mereka berdua. Hanya saja mereka berdua tidak berani untuk bertanya.
Jadi Ami segera pergi sesuai diperintahkan Ibu terlepas dari Ibu memiliki uang atau tidak.
Ayu tidak tinggal dia juga menyusul kakak iparnya dengan cepat. Entah kenapa ibu terlihat aneh saat ini. Setelah bangun dari pingsannya, dia terlihat sangat berbeda. Karena itu ayu secara otomatis tidak ingin tinggal berdua dengan ibu yang aneh.
Adinda masih saja melirik layar yang tertempel di depan matanya, saat menantu perempuan dan anak gadisnya datang bersama seorang wanita separuh baya.
"Nyonya ding ,Apa yang kau lakukan di kebun sayur ku?" baru tiba dia sudah teriak seperti mercon.Ada banyak kosa kata yang tidak bisa di jelaskan disini karena terlalu vulgar.
Dinda sedikit tidak sabar mendengar tata bahasa yang kurang ajar dari wanita separuh baya itu. Tapi kemudian mendapatkan informasi dari pemilik tubuh di mana mereka sebenarnya satu generasi.
Namanya nyonya wu.
Pemilik tubuh tidak pandai berbicara dan selalu disalah artikan oleh warga desa.Melihat Dinda yang bengong Nyonya wu tidak bisa tidak, meremehkan Dinda.
Masih labu kuning yang membosankan.
"Nyonya wu, Aku hanya ingin bertanya apa kau menjual sayuran? jika mau aku akan kembali semuanya ,tetapkan harga oke"kata Adinda kesal.
Bukan bahagia mendapat tawaran itu, Nyonya wu tertawa terpingkal pingkal. Siapapun di desa mengetahui jika keluarga ini sangatlah miskin sampai dia terpaksa menjual anak demi mengisi perut.
Tapi apa katanya sekarang.
Dia ingin membeli sayuran, hahaha.
Membeli atau meminta?
"Nyonya ding ,Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Sayuranku ini sangat mahal, tapi aku tidak menerima putra orang lain karena aku sudah memiliki Putra ku sendiri,kau tau!"
Adinda masih belum sadar dengan kondisi. Tapi setelah mendengar perkataan itu ,dia mulai mengerti arah pembicaraan wanita di depannya ini.
Rupanya dia berpikir jika adinda adalah orang yang miskin.
Memang seperti itu aslinya tapi itu sebelum dia datang. Sekarang dia adalah orang berbeda dengan sistem yang bagus.
"jual atau tidak, jika tidak sudahlah aku akan mencari orang lain" Kata adinda kesal.
Nyonya wu merasa muak dengan kepura-puraan Nyonya ding. Tapi dia meletakkan kedua tangannya di pinggul dan berkata," jika kau mau membeli tidak apa-apa tapi semuanya adalah 4 sen, Apa kau sanggup?"
Haaaa...
Ami dan ayu menahan nafas mendengar harganya. Empat sen sangat mahal ,hanya orang bodoh yang akan membeli sayur-sayuran yang tidak berharga itu.
Tapi ini bukan giliran mereka untuk mencegah ibu membeli.
Hanya saja ini adalah empat sen yang berharga.
Nyonya wu tertawa senang di dalam hati ,karena dia sudah meletakkan harga setinggi langit.Sayuran nya saat ini sedikit layu dan sepertinya akan mati. Ada beberapa daun yang menguning di sana sini. Biasanya mereka warga desa terkadang memberikan sedikit jika ada tetangga yang meminta.
Tapi ini adalah nyonya ding yang bodoh dan labu yang membosankan. Dia tidak mungkin membelinya karena tidak punya uang.
Tapi dia tidak tahu jika adinda saat ini malah merasa seperti kejatuhan Pai dari langit.
Ladang sayur tidak besar tapi paling tidak ini ada puluhan kg.Empat sen bukanlah cuman beberapa kg lobak.
Wah .
Jika dia bisa menjualnya kepada sistem dia akan mendapatkan keuntungan yang besar.Hanya saja dia tidak bisa memamerkan kekayaan begitu saja.
"Tiga sen, jika mau,aku bayar sekarang"katanya.
Giliran nyonya wu yang tercengang.
Labu kuning ini benar-benar ingin membeli sayuran busuk.Apakah kuping nya sedang bermasalah.
Sementara itu Ami dan ayu merasa ingin pingsan mendengarnya.
Ibu,tiga sen Bu.
Ayu menarik tangan ibunya dan berbisik," Ibu sayuran ini sudah tua, lagi pula kita tidak punya tiga sen "
"Ibu..ini.."
"Nyonya wu sebenarnya hanya bercanda. Dia tidak benar-benar ingin menjual sayurannya dan berpikir akan membawa beberapa anak-anak untuk membersihkan ladang. Sayuran nya terlalu tua dan tidak enak.
Tapi..
"Oke,tiga sen cukup bagus.Tapi bayar di tempat" katanya.
Tiga sen lumayan.Bisa beli banyak beras hitam.Adinda setuju tapi dia minta agar sayuran di kirim ke pintu. Setelah naik gunung dan memetik beberapa jamur ,sebenarnya punggungnya sudah sekarat.
Dulu dia berpikir , meskipun datang dengan tubuh wanita tua sebenarnya dia masih bisa begitu energi. Tapi sekarang dia mulai menyadari jika usia tidak pernah berbohong.
Nyonya wu merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tapi ketika melihat tiga sen tergeletak dengan rapi di tangannya ,baru dia menyadari keseriusan masalah ini. khawatir jika nyonya ding berubah pikiran. Dia buru-buru memanggil anak-anaknya untuk bekerja sama mengemas ladang sayur.
Sejatinya mereka akan mengemas ladang ini besok pagi. Tapi karena uang sudah ada di tangan ,lalu kenapa dia harus menunggunya.
Ini hanya masalah mempercepat waktu.
Adinda tidak mau tahu bagaimana caranya keluarga itu mengemas ladang sayur. Pada saat ini dia dengan cepat ingin kembali ke rumah dan beristirahat karena pinggangnya serasa ingin patah.
Huhuhu, kenapa tidak nyaman menjadi orang tua.
Setelah tiba di rumah, adinda langsung meminta Ami memanaskan air karena dia ingin mandi.
Dia adalah orang modern yang tidak bisa berbaring di ranjang dengan tubuh sekotor itu.
Ami dengan cepat melakukannya.Dia dibantu oleh ayu mengemas barang-barang yang mereka dapatkan di gunung.
Nanti mereka juga harus mulai menyiapkan makan malam.Jadi keduanya bekerja sama dengan cepat.
Hanya adinda yang bersandar di dinding rumah sementara menunggu air mandinya siap.
Sambil bersandar dia memikirkan bagaimana cara menjual lobak dan kubis itu . Ada begitu banyak lobak dan kubis yang bisa dia jual namun jika barang-barang itu menghilang begitu, saja bagaimana bisa menjelaskan kepada anak-anak.
Sistem adalah rahasia terbesarnya dan dia tidak ingin mengungkapkan begitu saja di depan orang lain.Termasuk dengan anak anak nya.
Toh dia belum begitu mengenal mereka.
Lama bersandar, Dinda di kejutkan dengan suara keras.
"Nyonya ding Apa kau Apa yang kau lakukan?"
"Ahh , kakak ipar, Aku baru saja turun gunung . Jadi hanya bersandar sebentar karena lelah" katanya.
Wanita di depan ini, masih di keluarga ding. Jadi dia harus menyebutnya sebagai kakak ipar Ding.
Kakak ipar ding seolah-olah tidak peduli dia langsung masuk ke halaman dan duduk di sampingnya seraya berkata dengan lirih."aku mendengar kau membeli sayuran busuk dari keluarga wu, apa itu benar?"
Dinda terkejut sesaat.
Rupanya informasi dari mulut ke mulut,masih lebih cepat dari bandingkan dengan internet. Tapi adinda tidak menyembunyikannya sama sekali.
"Aku kemarin begitu dibutakan oleh lemak babi. Hanya karena beberapa kg beras aku tega menjual putraku sendiri. Tapi kemudian sadar jika aku salah dan sekarang aku akan menjalani hidup yang baik dengan anak-anakku. Kakak ipar,ada sedikit uang di rumah dan aku tidak akan menyimpannya kecuali dalam kondisi terdesak"
"Jadi apa yang kau lakukan dengan sayuran sebanyak itu?"tanya nya.
"kakak ipar selagi memiliki uang, ku pikir aku akan membeli dan mengeringkan sayuran itu terlebih dahulu. Kami bisa memakannya perlahan-lahan kan"jawab adinda.
"Tidak ada apapun di dapur, dengan acar lobak, anak-anak masih bisa mengunyah kan"Tambah nya lagi.
Beberapa hari yang lalu, makanan habis.Keluarga ini hanya bertahan dari acar lobak dari ibu mertua.Pemilik asli sangat pemalu,dia tidak bisa membuka mulut karena kemiskinan.Jadi datang lagi ide untuk menjual anak.
"Tapi tiga sen itu sangat mahal, lagi pula sayurannya sudah menguning dan membusuk. Kenapa kau tidak katakan sebelumnya ,jika kau ingin membeli, beli saja sayuran ku. Memang tidak banyak tapi dia sen cukup "
Baru adalah adinda faham tentang tujuan lawan bicaranya.Tapi bagus juga, semakin banyak lobak makan semakin banyak uang yang dia dapatkan.
"Bisa , berapa?" kata Adinda cepat.
Wajah kakak ipar segera cerah.Memang sayuran di ladang pribadi penting untuk menambah makanan.Tapi ini bisa di ganti dengan sayuran liar.
Jika sayuran pribadi bisa di ubah menjadi uang, dia bisa meminta anak anaknya mencari sayuran gratis di gunung sebagai gantinya.
Ini dua sen lho.
"Punya ku lebih banyak dan lebih bagus,ada kacang polong juga jika kau mau ada juga daun bawang. Bagaimana jika empat sen? tidak..aku juga akan mengantar sampai ke pintu,Bagaimana?"
Adinda segera berbinar mendengar nya.Katanya dia punya lebih banyak dari hal di bandingkan dengan keluarga wu.Artinya dia bisa menghasilkan uang lagi.
"Oke , antar saja,ada barang baru ada uang"
Kakak ipar tersenyum , dia tidak tinggal lama.Jadi dia segera pulang mengemas ladang sayur nya.
Jarang ada orang bodoh yang mau membeli hal yang sia sia seperti yang di lakukan oleh Dinda.
Cepat, sebelum si bodoh berubah pikiran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!