NovelToon NovelToon

Struggle Of Lingga Sari

Bab. 1.

Di sebuah kamar kecil nan sederhana seorang perempuan cantik dengan rambut panjang tergerai, dan tubuh molek nya terbalut kain batik dari batas dada atas hingga mata kaki, sedang berbaring sambil menepuk nepuk pantat anak kecil nan comel maksimal berusia kira kira tiga tahun kurang..

PUK

PUK

PUK

“Windy sudah tidur, biar aku lihat ayahnya dulu..” gumam perempuan cantik yang bernama Lingga Sari, itu. Dia adalah makluk astral yang bisa berwujud menjadi seorang perempuan nan cantik jelita namun juga bisa menjadi sosok monyet putih nan besar..

“Beyum Ibu.. atu beyum tidul...” suara imut bocil yang diberi nama Windy Wanandi .. dia adalah anak Lingga Sari dengan suaminya yang bernama Wanandi, Wanandi adalah seorang manusia biasa, pemuda tani dari desa Luh Sari di bumi. Dan Windy adalah makluk campuran dari Ibu yang makluk astral dan Ayah yang manusia biasa.

Windy meskipun rambut nya berwarna putih alami dan juga ada bulu bulu putih halus tumbuh di seluruh permukaan tubuhnya tetapi wajah anak itu sangat mulus, tampan dan imut bagai wajah anak manusia pada umumnya. Tubuh Windy juga seperti anak pada umumnya tetapi dia memiliki ekor meskipun tidak se panjang ekor ekor monyet pada umumnya. Dan ekor itu selalu disembunyikan dibalik popok karena Windy malu.

“Hmmm Ibu kira kamu sudah tidur Windy.. kok mata kamu sudah terpejam rapat dan diam saja sejak tadi..” ucap Lingga Sari dan terus menepuk nepuk pantat Windy lagi agar segera tidur.

PUK

PUK

PUK

“Atu mau tidul kalau ayah cudah di cini Ibu, tidul belcama tita beltiga .” suara imut Windy lagi yang kini kedua mata nya terbuka berkedip kedip satu tangan mungilnya terangkat sambil menunjukkan tiga jarinya. Jari tengah mewakili ayahnya jari manis mewakili ibu nya dan kelingking imut nya mewakili dirinya.

“Ayah masih galau dia tidak bisa tidur setiap malam, dia mau tinggal di bumi karena tidak kerasan tinggal di sini, selalu diperintah oleh Sang Ratu.”

“Iya Ibu kata na Ayah juga lindu cuala adan belkumandang.. di cini tidak ada cuala adan belkumandang.. atu juga pelnah dengal cuala adan waktu atu belmain main di bumi.. cuala na cangat meldu membuat hati tentelam Ibu.. ” suara imut Windy sambil mata berkedap kedip menatap wajah cantik Ibu nya.

“Ibu mau lihat ayah dulu, kamu tidur ya..” ucap Lingga Sari sambil mengusap usap lembut kening Windy agar kedua mata Windy terpejam lagi dan tertidur tetapi kedua mata Windy masih saja berbinar binar

“Atu itut Ibu..” suara imut Windy lagi..

Lingga Sari lalu menggendong tubuh mungil Windy yang hanya mengenakan popok kain putih, Lingga Sari melangkah keluar dari kamar menuju ke ruang depan. Di ruang depan tampak seorang pemuda nan tampan duduk gelisah di kursi kayu. Tubuh nya semakin hari semakin terlihat kurus..

“Ayah... jika ayah tidak kerasan biarlah Ayah pulang ke desa. Nanti aku dan Windy akan datang ke rumah Ayah kalau diizinkan Sang Ratu.” Ucap Lingga Sari sambil duduk di samping suaminya..

“Aku tidak tega meninggalkan kalian, aku sangat sayang dan cinta pada kalian berdua.. tetapi hatiku juga sangat mencintai Allah ku aku sangat rindu Dia, aku sangat rindu masuk ke rumah Nya.. Bagaimana kalau kalian juga ikut tinggal di bumi? Aku juga kasihan pada Nenek nya Windy yang seorang diri di rumah pasti sangat kesepian.” tanya Wanandi sambil mengusap puncak kepala Windy.. karena di kerajaan dunia astral itu tidak ada mushola apalagi masjid besar. Dan orang tua Wanandi tinggal satu Ibunya yang masih hidup tinggal sendirian di bumi.

“Sang Ratu tidak mengizinkan .. aku takut kalau aku nekat, kemarahan nya malah bisa mencelakakan hidup anak kita yang sangat kita cintai.” Ucap Lingga Sari dengan nada sedih, wajah comel Windy pun juga tampak sedih dia ingin selalu tinggal bersama Ayah dan Ibunya tercinta..

“Ayah tapi atu mayas tinggal di lumah Nenek, kalena anak anak di cana mengejek atu yang punya ekol belakang Ayah. “ suara imut Windy yang masih bernada sedih kedua matanya berkedip kedip dan ekspresi wajah nya tampak sedih dan berpikir keras bagaimana agar mereka bisa tinggal bersama.

“Kalau begitu biarlah aku setiap hari sabtu dan minggu datang ke sini mengunjungi kalian berdua. Bagaimana? Di bumi juga banyak yang seperti itu Ayah kerja di kota satu minggu sekali pulang...” ucap Wanandi sambil menatap Lingga Sari dan Windy penuh cinta..

“Baiklah Ayah.. biar Ayah tinggal di desa di bumi rumah Nenek ya... nanti setiap hari sabtu dan minggu akan datang ke sini..” ucap Lingga Sari sambil mengusap puncak kepala Windy yang dia pangku..

“Iya Ibu.. bial Ayah tidak galo..” ucap Windy yang bisa memahami perasaan Ayahnya yang merupakan manusia biasa. Windy memang anak yang sangat pintar.

“Terima kasih Nak..” ucap Wanandi sambil mencium pipi Windy. Wanandi lalu menggendong tubuh mungil Windy dan melangkah menuju ke kamar. Mereka bertiga tidur di atas tempat tidur beralas tikar anyaman daun pandan.

Di pagi buta waktu alam gaib.. keluarga kecil itu sudah bangun dan siap siap akan mengantar Wanandi sampai di danau yang merupakan portal penghubung kerajaan alam gaib dan alam nyata di bumi..

“Ayah jangan lupa untuk datang ke cini cetiap hali cabtu dan minggu ya..” suara imut Windy yang digendong oleh Sang Ayah..

“Pasti Sayang.. Ayah akan selalu datang mengunjungi kalian, Ayah akan bawakan buah buahan kesukaan kamu dan Ibu..” ucap Wanandi melangkah di samping Lingga Sari sang istri.

Mereka terus melangkah di jalan perkampungan di alam gaib. Perkampungan itu rumah rumah tempat tinggal khusus untuk abdi abdi Sang Ratu Kerajaan Alam Gaib.

Dan tidak lama kemudian mereka sudah sampai pintu belakang kerajaan yang berpagar tembok kokoh dan tinggi. Lingga Sari tampak berbicara pada laki laki penjaga pintu gerbang.. Seorang laki laki muda dengan pakaian atasan berwarna hitam lengan panjang dan bawah nya tampak kain tenun dua lapis, satu lapis atas kain tenun untuk sabuk dari perut sampai paha bawah dan lapis dalam macam kain sarung hingga mata kaki. Tampak ada senjata pusaka terselip di sabuk kain itu. Laki laki muda itu pun memakai ikat kepala tampak sangat gagah.

“Terima kasih Paman..” ucap Lingga Sari saat pintu belakang kerajaan itu sudah dibuka oleh laki laki penjaga pintu gerbang bagian belakang.

“Telima kacih Paman..” suara imut Windy ikut ikut Ibu nya.. Laki penjaga pintu gerbang itu menganggukkan kepalanya.

Wanandi terus melangkah di samping Sang Istri.. Mereka melangkah menuju ke tepi danau... hari masih sangat pagi, danau yang sangat luas dan indah dengan bunga teratai bermekaran masih terlihat remang remang.

“Itu Kakek sudah ada.” Ucap Lingga Sari saat melihat perahu bersandar di tepi danau dan ada seorang kakek di atas perahu..

Mereka terus melangkah mendekati perahu yang akan mengantar Wanandi pulang ke alam nyata di bumi..

“Kek tolong antar suami ku ya Kek, dan tolong juga dia diantar kalau mau berkunjung ke sini..” ucap Lingga Sari..

“Ayo aku antar. apa kalian bercerai?” tanya Kakek sambil bangkit berdiri dan menatap keluarga kecil itu.

“Tidak Kek, tidak cerai hanya Ayah nya Windy mau tinggal di bumi dan akan datang seminggu sekali..” ucap Lingga Sari sambil mengambil alih tubuh mungil Windy..

“Oooo syukurlah kalau kalian tidak bercerai.” Ucap Sang Kakek sebab di kerajaan alam gaib itu banyak juga penghuni alam gaib yang menikah dengan manusia biasa dan berakhir dengan perpisahan.

Wanandi mencium kedua pipi Windy berkali kali rasanya dia sangat berat meninggalkan anak semata wayangnya itu.. Wanandi pun mencium kening Lingga Sari..

“Jaga diri baik baik dan jaga anak kita ya...” ucap Wanandi dengan nada lembut..

“Iya Ayah.. Ayah juga hati hati..” ucap Lingga Sari yang kini menggendong tubuh mungil Windy..

Wanandi pun terus melangkah dan naik ke atas perahu..

“Dadah... Ayah... dadah ayah...” suara imut Windy sambil melambai lambaikan tangan mungilnya.. Lingga Sari dan Windy terus menatap perahu itu sampai hilang dari pandangan matanya..

Sementara itu perahu terus melaju membelah permukaan air danau yang tenang.. hingga akhirnya sampai di seberang di tepi danau.. perahu pun menepi di bibir pantai di tanah alam nyata. Setelah menyampaikan terima kasih Wanandi turun dari perahu.. dia terus berjalan untuk menuju ke desa asalnya..

Dalam menuju ke desa asalnya Wanandi melewati desa Atsari yang merupakan suatu desa yang dihuni oleh makluk gaib tetapi desa itu benar benar ada di alam nyata di bumi.. di desa atsari itu juga dulu Wanandi bertemu dengan Lingga Sari perempuan cantik yang membeli buah buahan dan sayur sayuran hasil kebunnya dan akhirnya mereka berdua saling jatuh hati.. Wanandi yang seorang pemuda petani dulu membawa hasil bumi nya untuk dijual di desa atsari itu, dan Lingga Sari saat itu disuruh oleh Sang Ratu untuk belanja keperluan kerajaan.

Wanandi terus melangkah menuju ke desa Luh Sari yang merupakan desa manusia biasa..

Setelah perjalanan dua jam dengan berjalan kaki akhirnya Wanandi sampai di desanya..

Sesaat ada suara seorang perempuan memanggil manggil namanya..

“Kakak.. Kakak Wanandi...” teriak suara perempuan itu sambil berlari dari halaman rumahnya mendekati Wanandi..

Wanandi pun menoleh.. tampak seorang perempuan muda bahenol dengan make up tebal berlari lari kecil di belakangnya..

“Mona? Kamu pulang kampung?” tanya Wanandi pada perempuan tetangga nya yang kerja sebagai asisten rumah tangga di Jawa..

Bsb. 2.

“Iya Kakak, disuruh pulang oleh Ama dan Ina. ( bapak dan Ibu). Katanya disuruh pulang agar cepat kawin. Kalau terlalu lama kerja di Jawa takut nya jadi perawan tua atau aku kecantol laki laki jawa dan tidak pulang lagi ke kampung halaman.” Ucap Mona sambil terus melangkah di samping Wanandi.

“Hmmm..” gumam Wanandi sambil terus melangkah menuju ke rumah nya..

“Kakak kok pulang sendirian, mana istri dan anak Kakak?” tanya Mona yang tahu Wanandi sudah menikah dengan perempuan cantik jadi jadian.

“Tidak ikut, aku pulang hanya sebentar dan akan kembali bersama mereka.” Ucap Wanandi tidak suka ditanya tanya tentang anak dan istrinya, apalagi Mona sejak dulu mengejar ngejar cintanya. Mona pergi ke Jawa setelah Wanandi menikah dengan Lingga Sari. Banyak yang bilang Mona pergi karena patah hati.

“Ooo aku kira Kakak Wanandi akan lama tinggal di sini.” Ucap Mona tampak kecewa..

Wanandi mempercepat langkahnya, dia sebenarnya risi juga karena Mona terus saja mengikuti dirinya.. Tidak lama kemudian Wanandi sudah sampai di rumahnya, rumah dari dinding papan kayu yang kuat..

“Ina.. ( Ibu). ” teriak Wanandi saat melangkah masuk ke dalam rumah yang pintu nya terbuka..

Tidak lama kemudian muncul seorang perempuan setengah baya, rambut digelung dan memakai baju kain panjang. Bibirnya berwarna merah karena sirih pinang..

“Kamu pulang Wan, mana Windy cucuku, aku sudah sangat rindu pada nya..” ucap perempuan setengah baya yang dipanggil Ina oleh Wanandi. Dia adalah Ibu kandung Wanandi yang masih hidup, sedang Ayah nya Wanandi sudah meninggal dunia.

Windy sudah pernah beberapa kali diajak menjenguk Sang Nenek. Nenek pun sangat menyayangi Windy meski pun dia tidak merestui pernikahan Wanandi dan Lingga Sari.

“Tidak ikut, Sang Ratu tidak mengizinkan..” ucap Wanandi dan segera melangkah menuju ke belakang dia akan bersuci dan akan segera menuju ke masjid tempat yang sudah sangat dia rindukan.

“Oooo...” ucap Nenek dengan nada kecewa..

“Pasti dia juga malas ke sini karena banyak anak anak nakal yang mengejek dirinya. Saat itu dia pernah kencing di halaman depan ada anak anak kecil yang melihat ekor Windy.. “ ucap Nenek dengan nada sedih..

Sesaat Mona juga ikut masuk ke dalam rumah orang tua Wanandi..

“Mona, kamu tahu saja Wanandi pulang.” Ucap Nenek lalu kembali masuk ke dalam untuk menyiapkan makanan buat Wanandi.

“Iya, Ina aku lihat Kakak saat lewat di depan rumah..” ucap Mona lalu ikut membantu Nenek menyiapkan makanan. Nenek dulu memang lebih setuju jika Wanandi menikah dengan Mona yang perempuan manusia biasa. Tetapi Wanandi sangat mencintai Lingga Sari.

“Kata Ina kamu, sudah banyak laki laki yang melamar kamu Mona?” tanya Nenek sambil terus menyiapkan makanan.

“Iya Ina, tapi aku tidak tertarik pada mereka semua, hatiku hanya untuk Kakak Wanandi, tetapi seperti nya Kakak Wanandi tidak suka pada aku..”

“Bukalah hati kamu buat laki laki lain Mona, kalau Wanandi tidak cinta kamu bagaimana lagi.. apalagi Wanandi sudah punya anak. Windy sangat ganteng dan sangat pintar, meskipun aku dulu tidak merestui mereka, tetapi dengan lahirnya Windy hatiku luluh juga.. setiap waktu aku merindukan Windy tetapi sayang aturan Sang Ratu sangat ketat, apalagi anak anak di sini selalu mengejek Windy.” Ucap Nenek yang tadi berbinar binar matanya saat membayangkan wajah imut Windy langsung meredup saat ingat Windy tidak setiap waktu boleh menemui dirinya..

Sesaat muncul sosok Wanandi yang sudah memakai sarung dan kemeja rapi, rambut sudah disisir rapi dan aroma harum parfum menguar dari tubuhnya..

“Ina aku mau ke masjid dulu.” Ucap Wanandi dan terus melangkah keluar rumah, karena adzan dzuhur sudah mulai berkumandang. Mona pun juga pamit pergi, telinga Mona terasa panas karena Nenek memuji muji Windy anak Lingga Sari..

Detik berganti detik, menit berganti menit jam berganti jam, hari berganti hari.. Waktu pun terus berlalu di hari sabtu pagi kira kira jam delapan Wanandi sudah bersiap siap akan mengunjungi anak istrinya.. dua keranjang besar nya yang biasa dia pakai untuk memanen dan berdagang sudah terisi penuh dengan buah buahan hasil kebun..

“Ini aku titip buat cucuku Windy..” ucap Nenek sambil membawa satu kantung plastik dodol rumput laut yang dibeli Nenek di pasar.

“Iya Ina, Windy pasti senang di sana tidak ada dodol rumput laut.” Ucap Wanandi menaruh kantong plastik berisi dodol rumput laut itu pada keranjang nya.

“Aku pamit ya Ina, hari senin aku akan datang lagi ke sini.” Ucap Wanandi sambil mencium punggung tangan Ibu nya..

“Iya hati hati salam buat anak dan istri kamu, aku berharap Sang Ratu mengizinkan kamu membawa Windy..” ucap Sang Nenek. Wanandi lalu memikul dua keranjang yang berisi penuh oleh oleh untuk anak dan istrinya.. Wanandi pun terus melangkah dengan penuh semangat karena dia sudah sangat rindu dengan anak istrinya..

Di saat melangkah di depan rumah Mona. Mona yang duduk di dalam rumahnya melihat Wanandi yang berjalan tergesa gesa membawa satu pikul buah buahan..

“Mau ke mana dia mau ke pasar menjual buah?” gumam Mona sambil berdiri menatap Wanandi..

“Sudahlah Mona jangan kamu pikirkan Wanandi. Kamu pilih saja salah satu laki laki yang sudah melamar kamu.” Ucap seorang perempuan setengah baya Ibunya Mona.

“Tidak Ina, aku yakin Kakak Wanandi tidak kerasan di kerajaan gaib itu, lama lama dia akan lupa pada anak dan istrinya. Aku punya cara agar Kakak Wanandi jatuh cinta pada ku dan melupakan istrinya yang makluk siluman, makluk jadi jadian itu.” Ucap Mona sambil tersenyum miring.

“Majikanku di Jawa punya dukun sangat sakti, pasti dengan guna guna Kakak Wanandi akan jatuh hati pada ku.. ..” gumam Mona di dalam hati sambil terus tersenyum miring .

Sedangkan Wanandi terus melangkah jalan berkilo kilo dengan memikul beban berat tidak dirasa.. bibir Wanandi terus tersenyum membayangkan anak dan istrinya akan menyambut hangat kedatangannya..

Sementara itu di kerajaan alam astral waktu menunjukkan dini hari jam tiga pagi.. Ada perbedaan waktu antara di alam nyata dan alam astral.

“Ibu hali ini cudah hali cabtu, Ayah pasti cudah mau ke cini Ibu, ayo kita ke danau menjemput ayah, Ibu..” suara imut Windy yang sudah terbangun dia tidak bisa tidur nyenyak karena terus saja menunggu nunggu hari sabtu tiba..

“Ya sudah ayo kita ke danau menyambut kedatangan Ayah..” ucap Lingga Sari. Ibu dan Anak itu pun lalu melangkah meninggalkan rumah untuk menuju ke tepi danau..

Tidak lama kemudian Lingga Sari dan Windy sudah sampai di tepi Danau.. pandangan mata kedua nya terus tertuju ke pantai tempat perahu Kakek menepi..

“Kok yama ya Ibu .. ayah beyum datang... atu cudah cangat lindu...” suara imut Windy yang berdiri di samping Lingga Sari

Bab. 3.

Beberapa menit kemudian...

“Lihat itu Windy...” ucap Lingga Sari sambil telunjuk tangannya menunjuk ke arah danau.. terlihat sebuah perahu sedang berlayar membelah permukaan air danau.

“Yeeaaa.... ayah datang ayah datang.. ayah datang..” teriak Windy sambil melompat lompat kegirangan kedua tangan mungil nya bertepuk tangan .. saat melihat dari kejauhan ada perahu Kakek pengantar yang membawa Ayah yang begitu dia rindukan..

Tangan Wanandi pun melambai lambai ke arah Lingga Sari dan Windy.. bibirnya tersenyum lebar..

“Ayo kita mendekat..” ucap Lingga Sari sambil menggandeng tangan mungil Windy.. Windy melangkah dengan cepat di samping Sang Ibu..

“Yeeaaa ayah membawa banak oyeh oyeh...” teriak Windy saat perahu sudah semakin mendekat dan di atas perahu tampak satu pikulan alias dua keranjang berisi buah buahan segar kesukaan Windy ..

Tidak lama kemudian perahu itu sudah benar benar menepi..

“Terima kasih Kek..” ucap Lingga Sari agak keras..

“Telima kacih Kek.. cudah mengantal ayah tu..” teriak Windy pula.. Kakek itu tampak menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Wanandi pun mengucapkan terima kasih pada Sang Kakek , lalu turun dari perahu dan memikul dua keranjang besar berisi buah buahan.. Wanandi melangkah ke daratan alam gaib untuk menemui anak dan istrinya..

“Ayahhh...” ucap Lingga Sari dan Windy.. Wanandi menaruh pikulan nya lalu mengangkat tubuh mungil Windy dan menciumi kedua pipi Windy berkali kali..

“Atu cangat lindu Ayah.. nanti tita cembayang belcama ya Ayah.. atu diajali lagi ya Ayah...” suara imut Windy..

“Iya Sayang Ayah juga sangat rindu, Ayah sangat suka kalau kamu juga sembahyang seperti Ayah..” ucap Wanandi lalu menurunkan tubuh mungil Windy dan selanjutnya memeluk tubuh istri tercinta dan mencium keningnya penuh kasih sayang dan cinta.. keluarga kecil itu pun melangkah menuju ke rumah mereka.. melepas rindu melakukan Quality time bersama..

Begitu lah setiap hari sabtu dan minggu Wanandi datang berkunjung dan tinggal di alam astral bersama anak dan istrinya.. hari senin pagi dia kembali ke bumi untuk bekerja dan melakukan aktifitas seperti masyakarat desa lainnya..

Lima bulan sudah berlalu.. akan tetapi menginjak masuk ke bulan ke enam sejak Wanandi tinggal di desa berpisah dengan anak istrinya.

Di suatu hari sabtu hingga matahari bersinar sangat terik Lingga Sari dan Windy masih berdiri menunggu..

“Ibu.. ayah kenapa belum datang.. aku sudah tidak celat lagi aku akan tunjukkan pada ayah kalau aku sudah bisa mengucapkan ayah... aku sangat rindu pada ayah.. dan aku akan katakan Kalau aku sudah bisa sembahyang.. ” suara imut Windy dengan nada kecewa dan sedih.. ekspresi wajah Windy pun sudah kiwih kiwih.. wajah memerah kedua mata sudah penuh air mata dalam satu kedipan saja air mata itu jatuh pada kedua pipi nya yang putih halus dan bersih

“Kita tunggu sayang mungkin ayah banyak pekerjaan panenan..” ucap Lingga Sari dan mereka berdua terus menunggu hingga matahari sudah condong ke barat. Windy pun sudah tampak lelah dan minta digendong..

“Kita pulang ya.. nanti kalau Ayah datang pasti Ayah akan langsung ke rumah.” Ucap Lingga Sari dan Windy pun menganggukkan kepalanya pelan. Lingga Sari yang menggendong Windy melangkah sambil terus menghibur Windy..

Akan tetapi hingga malam hari Wanandi sang Ayah yang ditunggu tunggu tidak datang juga..

“Hiks... hiks... hiks... Ayah kenapa sampai malam tidak juga datang Ibu..” suara imut Windy yang duduk di depan pintu rumah sambil berderai berlinangan air mata nya..

“Sayang. Mungkin panenan Ayah hari ini sangat banyak mungkin besok pagi baru tiba di sini.. sekarang Windy bobok ya...” ucap Lingga Sari melangkah mendekati anak semata wayangnya.. lalu duduk dan memangku tubuh mungil Windy..

“Ibu bagaimana kalau Ayah sakit hu... hu... hu.... hu... Ibu antar aku ke tempat Ayah Ibu, aku mau tinggal bersama Ayah hu... hu...” suara imut Windy menangis tersedu sedu di pangkuan Sang Ibu kedua tangan mungilnya sibuk menghapus air mata yang terus meleleh.

“Besok kalau Ayah tidak datang kita izin pada Sang Ratu untuk datang ke tempat ayah di bumi..” ucap Lingga Sari sambil membelai rambut Windy yang sudah agak panjang karena Windy tidak mau dipotong rambut kepalanya..

“Ayo tidur Nak, sudah malam agar besok pagi pagi kita bisa bangun dan menjemput Ayah di danau.” Ucap Lingga Sari sambil menggendong tubuh mungil Windy yang tampak sangat lelah karena seharian capek menunggu kedatangan Sang Ayah tercinta.

Lingga Sari dan Windy pun membaringkan tubuhnya dia atas tempat tidur, keduanya tidak bisa tidur dengan nyenyak.. di pagi hari yang masih gelap keduanya cepat cepat keluar dari rumah dan pergi ke danau..

“Semoga Ayah sudah tiba di danau ya Ibu...” suara imut Windy yang berada di dalam gendongan Lingga Sari..

“Iya Sayang...” ucap Lingga Sari yang juga penuh harap Sang Suami tercinta sudah tiba di danau.. Perasaan Lingga Sari pun seperti Windy ada kekhawatiran Sang Suami sedang sakit..

“Tapi seminggu lalu dia masih sehat dan baik baik saja." Gumam Lingga Sari di dalam hati menepis kekhawatirannya..

Lingga Sari dan Windy berdiri di tepi danau terus menunggu munculnya perahu yang mengantar Wanandi..

Sesaat Windy dan Lingga Sari melihat ada perahu dari kejauhan membelah permukaan air danau..

“Ibu itu perahu Kakek...” suara imut Windy ekspresi wajah lelah nya akibat kurang tidur pun langsung tampak bahagia..

“Iya Sayang itu perahu Kakek..” ucap Lingga Sari dan menajamkan penglihatan nya.. akan tetapi Lingga Sari menelan kekecewaan lagi karena dia yang sangat hafal dengan sosok sang suami bisa melihat jika yang berada di atas perahu Kakek bukan suaminya..

“Sayang bukan ayah yang dibawa perahu Kakek tetapi orang lain mungkin mengantar pesanan belanjaan Nyi Dasih..” ucap Lingga Sari sambil mengusap kepala Windy..

“Kenapa Ayah belum juga datang Ibu.. coba nanti tanya Kakek dan orang yang dibawa di perahu itu apa mereka melihat Ayah..” suara imut Windy terdengar nada sedih dan kecewa lagi..

“Iya Sayang kita tunggu hingga siang kalau Ayah belum datang kita menghadap Sang Ratu...” ucap Lingga Sari..

Dan benar setelah perahu itu menepi yang turun dari perahu bukan Wanandi tetapi laki laki lain yang datang mengantar kebutuhan dapur istana..

“Paman apa kamu melihat ayahku.. Ayah ku bernama Wanandi dia juga sering menjual hasil kebun di pasar seperti Paman membawa dua keranjang besar dipikul.” Suara imut Windy sambil menatap laki laki yang juga memikul dua keranjang besar sayur sayuran..

“Maaf aku tidak melihat Ayah kamu..” jawab laki laki itu dan terus melangkah menuju ke istana gaib lewat pintu gerbang belakang..

Lingga Sari dan Windy menunggu hingga matahari tepat di atas kepala, Wanandi yang ditunggu tunggu tetap tidak datang juga..

“Ayo Ibu kita menghadap Sang Ratu dan kita datang ke bumi untuk melihat Ayah..” suara imut Windy ..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!