" Nin, mau Nanda temani ke makam kakek ?" tanya Nanda cucu satu satunya Nin kasih.
" iya Bu, Nanda dan Zoya akan menemani ibu ke makam ayah hari ini " ucap Zoya putri satu satunya Nin kasih yang saat ini sudah berusia dua puluh tujuh tahun.
" tidak usah, Nin bisa sendiri "
" kamu juga pasti masih sibuk dengan semua pesanan kue yang sedang kamu buat " ucap Nin kasih yang sepertinya sedang ingin menikmati kesendirian di makam suaminya yang bahkan sudah dua puluh tahun meninggalkan dirinya .
Nin Kasih adalah seorang wanita paruh baya karena saat ini usianya sudah memasuki lima puluh tahun, Nin Kasih juga seorang janda yang sudah di tinggal meninggal suaminya dua puluh tahun lalu, tapi meski hidup dengan kesendirian setelah kepergian suaminya tak pernah sekalipun terpikir dalam benak Nin Kasih untuk kembali menikah bahkan saat usianya masih tergolong muda.
" ya sudah jika ibu maunya seperti itu, tapi cepat hubungi Zoya jika terjadi sesuatu sama ibu di jalan nanti " ucap Zoya yang selalu mengkhawatirkan ibunya.
" kamu tenang saja, ibu pasti akan baik baik saja " ucap Nin Kasih yang tau bagaimana khawatirnya Zoya pada dirinya akhir akhir ini.
Hanya butuh waktu tiga puluh untuk Nin Kasih agar bisa sampai ke pemakaman yang selalu Nin Kasih datangi setiap bulannya, tapi saat Nin Kasih sampai di makam suaminya terdengar suara tangis seorang anak kecil meski hanya terdengar samar samar di telinga Nin kasih.
" suara itu ? "
" mana mungkin ada anak kecil menangis di tengah pemakaman seperti ini ? " tanya Nin Kasih yang bukannya takut tapi malah penasaran dengan suara tangisan yang semakin terdengar jelas telinga Nin Kasih.
Nin kasih mulai menyisir seluruh pemakaman dengan matanya tapi Nin Kasih tak menemukan dimana asal suara itu, hingga suara dedaunan yang bersenggolan mengalihkan perhatian Nin kasih dan disana Nin Kasih melihat seorang anak kecil yang seusia dengan cucunya Nanda.
" hai nak, sedang apa kamu di pemakaman seperti ini ?" tanya Nin Kasih yang langsung berjalan menghampiri anak laki laki yang terlihat sedang ketakutan bahkan tak segan anak laki laki itu memeluk Nin Kasih begitu erat seolah menemukan tempat ternyaman untuk menyalurkan rasa takutnya saat ini.
" tolong nek, Dewa mau di culik " Ucap Dewa penuh ketakutan.
" di culik ? "
" bagaimana bisa ?"
" siapa yang menculik mu ?" tanya Nin Kasih berturut turut tapi hanya gelengan kepala yang Nin Kasih dapatkan dari anak laki laki yang ada di hadapannya.
" ada yang bisa nenek hubungi untuk bisa menjemputmu disini ?" tanya Nin Kasih yang memang tak mengenal bahkan baru kali ini bertemu dengan bocah laki laki ini.
" kakek Wirya" ucap bocah kecil itu yang entah hanya memiliki kakeknya atau hanya kakaknya yang bisa iya ingat dalam kepanikan seperti ini.
" apa kamu tau nomor handphone kakekmu ?" tanya Nin kasih yang tak menaruh curiga sedikitpun saat mendengar nama itu karena Nin Kasih percaya jika dunia ini sangat luas dan banyak orang di dunia ini yang bernama sama dengan orang di masa lalu nya.
Bocah kecil itu pun menyebut nomor yang selalu kakeknya ingatkan jika dirinya sedang membutuhkan bantuan ataupun sedang merindukan dirinya.
" baiklah, nenek hubungi kakek mu dulu agar kakekmu bisa menjemput mu di sini " ucap Nin Kasih yang tanpa pikir panjang langsung menghubungi nomor yang di berikan bocah laki laki itu.
" oh iya siapa nama mu nak ?" tanya Nin Kasih pada bocah kecil yang hingga saat ini belum diketahui namanya.
" Dirga Wiratama " baru juga Nin Kasih akan berkomentar tentang nama bocah laki laki itu, sambungan teleponnya sudah di angkat dan tanpa mendengar suara dari seberang sana Nin Kasih langsung memberikan handphone nya ke bocah laki laki itu.
" sepertinya kakekmu sudah mengangkat sambungan teleponnya " ucap Nin kasih yang masih terdengar di sambungan telepon meski samar.
" kakek, tolong jemput Dirga " ucap Dirga di sela Isak tangisnya saat mendengar suara kakeknya dari balik sambungan telepon.
" sayang, jagoan kakek tenang ya "
" coba jelaskan kamu dimana sekarang ?" tanya kakeknya Dirga yang tak tau dimana harus menjemput Dirga jika Dirga tak menjelaskan dimana posisinya saat ini.
" Dirga di pemakaman .." Dirga melihat ke arah Nin Kasih seolah bertanya nama pemakaman tempat mereka berada saat ini.
" pemakaman Senopati " ucap Nin Kasih tapi matanya melihat beberapa orang yang terlihat berpenampilan seram memasuki area pemakaman.
" Dirga tutup teleponnya mereka ada disini " ucap Nin Kasih yang langsung menarik Dirga agar bersembunyi di balik pohon Kamboja yang cukup besar.
Bukan hanya Nin Kasih yang panik saat orang orang yang mungkin saja penculik berjalan mendekat ke arah mereka, begitu juga dengan kakeknya Dirga yang bergegas menuju pemakaman Senopati yang setidaknya butuh waktu empat puluh lima menit untuk bisa sampai ke pemakaman itu.
" ya tuhan, tolong lindungi cucu ku dimana pun dan dengan siapapun dia berada saat ini" ucap kakeknya Dirga yang saat ini masih mengemudikan mobilnya menuju jalan Senopati.
Berbeda dengan Nin Kasih dan juga Dirga yang semakin ketakutan karena pada penjahat itu semakin dekat dengan lokasi mereka saat ini.
" nek, Dirga takut " ucap Dirga pelan tapi masih terdengar di telinga Nin Kasih.
" nenek juga takut tapi kamu harus percaya jika tuhan tak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kita " Ucap Nin kasih yang sejujurnya kata kata itu bukan hanya di tujukan untuk Dirga tapi juga untuk dirinya karena Nin Kasih bahkan tak percaya di usianya yang tak lagi muda harus menghadapi situasi menegangkan seperti saat ini.
" sepertinya anak itu tak ada di sini bos " ucap salah satu anak buah para penjahat yang masih menyisir setiap sudut makam.
" kita cari ketempat lain sebelum bocah itu berhasil meminta bantuan warga sekitar " ucap laki laki yang jika di perhatikan seperti pemimpin dari orang orang jahat itu.
Setelah yakin para penjabat itu pergi, Nin Kasih dan juga Dirga baru bisa bernafas lega setidaknya saat ini mereka berdua selamat.
" kita jalan ke depan ya agar kakekmu bisa melihat kamu " ucap Nin kasih yang tak ingin lebih lama lagi di tempat ini.
Nin kasih dan Dirga pun berjalan keluar dari tempat pemakaman itu setelah memastikan jika para penjahat itu sudah pergi dan tak butuh waktu lama sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari posisi mereka saat ini.
" itu mobil kakek " tunjuk Dirga saat seorang laki laki paruh baya yang bahkan masih terlihat gagah turun dari dalam mobilnya.
" dia... Apa mungkin itu memang dia ?" tanya Nin kasih yang masih tak percaya harus bertemu dengan laki laki yang memberinya luka yang hingga saat ini tak akan bisa iya lupakan selama hidupnya.
" ayo nek, Dirga kenalkan sama kakek "
✍️✍️✍️ Hai hai hai... ketemu lagi sama R-kha author receh yang kali ini mengangkat cinta di usia yang tak muda lagi dan R-kha harap kalian suka dan selalu mensupport R-kha
Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Dan jadikan R-kha author favorit kalian agar kalian tak ketinggalan update setiap episode nya
Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Love you moreee 😘😘😘
Tiga puluh tahun lalu dimana saat itu Nin Kasih masih sangat muda dan di saat yang sama Nin Kasih baru saja mengenal cinta, dialah laki laki yang berhasil memikat hatinya.
" mas, bukankah yang kita lakukan saat ini salah ?" tanya Kasih saat mereka berdua baru saja melewati segala batasan dalam hubungan mereka yang bahkan baru saja menginjak satu bulan.
" kamu tenang saja, hal seperti ini sangat umum di lakukan di masyarakat kita " ucap Wirya tanpa berpikir jika apa yang iya katakan sangat menyakiti hati Kasih.
" maksud kamu aku sama seperti wanita wanita di luaran sana yang dengan mudah menyerahkan hal yang sangat berharga dalam hidup ku ?" tanya kasih yang saat ini sedang mengenakan kembali pakaiannya yang berserakan di lantai kosan Wirya.
" sudahlah jangan mempermasalahkan apa yang tak perlu di permasalahkan " ucap Wirya enteng.
" lagi pula tak mungkin baru satu kali kita melakukan itu bisa membuat kamu hamil " ucap Wirya lagi semakin tak berperasaan.
" tapi tetap saja tak ada yang tak mungkin jika tuhan mentakdirkan aku hamil meski kita hanya melakukannya satu kali " ucap kasih yang kini sudah benar benar kecewa kenapa bisa terbuai dalam rayuan laki laki yang ternyata tak tulus mencintainya.
" jika sampai kamu hamil, kita bisa menggugurkan anak itu karena aku tak mungkin bisa menikahi mu "
" masa depan ku masih sangat panjang dan aku juga belum bekerja jadi tak mungkin jika kita harus menikah muda " ucap Wirya yang juga kembali menggunakan pakaiannya kembali karena teman temannya sudah menunggunya di tempat tongkrongan mereka seperti biasa.
" apa kamu pikir aku juga tak memikirkan masa depan ku ? " ucap kasih
" atau mungkin apa yang teman teman mu katakan itu benar jika kamu menjadikan ku barang taruhan yang bisa kamu renggut kesuciannya ?" tanya kasih yang memang pernah mendengar selentingan seperti itu dari salah satu teman nongkrong Wirya.
Deggg
Wirya terdiam karena memang apa yang kasih katakan benar tapi juga tak sepenuhnya benar, melihat sikap diam Wirya membuat Kasih sadar jika memang apa yang coba iya pungkiri ternyata benar adanya.
" kita putus dan aku harap aku tak akan pernah bertemu lagi dengan kamu seumur hidupku " ucap Kasih yang memilih pergi dari kosan kekasihnya dan berharap apa yang mereka lakukan tak akan membuahkan hasil.
Wirya terdiam karena cinta yang iya rasakan untuk Kasih memang nyata adanya tapi tuntutan dari taruhan teman temannya membuatnya tak mungkin iya abaikan karena untuk anak seusianya ego dan harga diri jauh di atas segalanya.
" sudah lah, aku yakin saat ini dia hanya sedang marah nanti setelah satu Minggu aku yakin kemarahannya akan mereda dan perlahan akan aku jelaskan semuanya " ucap Wirya yang lebih memilih untuk bertemu dengan teman temannya dari pada mengejar Kasih yang kini semakin yakin jika Wirya tak pernah mencintainya sebesar dirinya.
Rintik hujan yang menyambutnya saat keluar dari kosan Wirya malah semakin besar dan saat ini sudah berganti jadi guyuran hujan yang cukup deras tapi tak menyurutkan Kasih untuk tetap berjalan dalam hujan yang semakin lama semakin lebat.
" maafkan aku tuhan "
" aku begitu bodoh karena terbuai dengan kata kata masih mas Wirya yang bahkan sudah pernah di ingatkan oleh Riana jika mas Wirya tak setulus yang terlihat " gumam Kasih terlihat semakin menggigil di terpaksa guyuran hujan.
" bunda, maafkan Kasih yang tak bisa menjaga diri dan sudah mengkhianati kepercayaan bunda pada kasih selama ini "
" sekarang bagaimana Kasih harus menghadapi bunda " Gumam Kasih.
Guyuran hujan yang menerpa tubuhnya menyadarkan Nin Kasih dari lamunannya tentang bagaimana rasa sakit yang di tinggalkan laki laki yang kini sudah berjalan ke arahnya dengan membawa payung.
" kakek " Dirga memeluk kakeknya begitu erat seolah ingin menghilangkan rasa takut yang masih di rasakan Dirga saat ini.
" apa kamu baik baik saja jagoan ?" tanya Wirya pada cucunya.
" Dirga baik dan itu semua berkat nenek itu " tunjuk Dirga pada Nin Kasih yang saat ini sudah berjalan meninggalkan Dirga dan laki laki masa lalunya seolah tak ingin bertemu bahkan sekedar menyerahkan Dirga pada kakeknya.
" nek ..." panggil Dirga yang tak di jawab oleh nin Kasih yang lebih memilih pergi meski hujan semakin lebat.
" kamu tunggu di mobilnya, biar kakek yang mengejar wanita yang sudah membantumu lolos dari para penculik tadi " ucap Wirya yang tak ingin sampai kehilangan jejak wanita yang pernah iya beri luka di masa lalu.
Setelah Dirga masuk ke dalam mobil, Wirya mengejar Nin Kasih tapi ternyata takdir tak berpihak padanya karena Nin Kasih sudah tak terlihat lagi, entah sudah meninggalkan area pemakaman atau masih bersembunyi di sekitar pemakaman.
" kamu dimana Kasih ?" tanya Wirya sambil terus menyisir setiap area sekitar pemakaman tapi tetap saja tak bisa menemukan sosok yang iya cari.
Setelah yakin jika Kasih sudah tak ada di sekitar pemakaman dan di tambah hujan yang semakin deras membuat Wirya memilih kembali ke dalam mobil karena tak bisa meninggalkan Dirga cukup lama di dalam mobil karena apapun bisa saja terjadi.
Berbeda dengan Nin Kasih yang ternyata masih berada di area pemakaman hanya saja Nin Kasih sengaja bersembunyi di balik tembok pagar yang cukup lebar sehingga Wirya tak melihat dirinya.
" kenapa aku harus kembali bertemu dengan dia tuhan !" ucap Nin Kasih yang mulai kedinginan karena hujan terasa semakin deras.
" tapi syukurlah dia sudah pergi dari sini dan aku harap ini pertama dan terakhir kami bertemu dan apapun yang terjadi di masa lalu tak akan pernah terbongkar apalagi di hadapan Zoya " ucap Nin Kasih saat melihat mobil Wirya yang sudah meninggalkan area pemakaman.
" aku harus mencari ojek karena tak mungkin aku pulang menggunakan taksi karena tubuhku sudah basah kuyup seperti ini " ucap Nin Kasih yang tak memperdulikan jika nanti dirinya sakit jika tubuhnya terus terkena hujan, dan hanya butuh waktu dua puluh menit karena jalanan yang cukup lenggang membuat Nin Kasih sampai dengan cepat di rumah.
" bunda ? "
" Kenapa bunda hujan hujanan seperti ini ?" tanya Zoya yang langsung mengambil handuk untuk membantu ibunya agar tubuhnya sedikit lebih hangat.
" tunggu, Zoya masakkan air panas untuk bunda mandi ya " ucap Zoya yang tak ingin ibunya yang sudah tak muda lagi sampai sakit.
" tidak usah, bunda mandi pakai air biasa saja" ucap Nin Kasih yang langsung menuju kamarnya karena tak ingin Zoya sadar dengan muka sembabnya.
" bunda baik baik saja ? " tanya Zoya yang merasa ada yang ibunya sembunyikan setelah pulang dari makam ayahnya.
" bunda baik baik saja, kamu tak usah khawatir " ucap Nin Kasih yang bahkan tak melihat ke arah putrinya dan itu adalah hal yang tak pernah Nin kasih lakukan selama ini.
" aku yakin ada yang terjadi saat bunda ke pemakaman ayah, tapi apapun itu Zoya harap bunda akan cerita pada Zoya karena Zoya hanya punya bunda di dunia ini selain Nanda dan mas Prabu "
✍️✍️✍️ Bagaimana jika Zoya tau siapa yang di temui ibunya di makam ayahnya ? Dan sampai kapan rahasia masa lalu Nin Kasih akan tersimpan.
Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya
love you moreee 😘 😘 😘
Penyesalan memang selalu datang terlambat, dan itu juga yang di rasakan oleh kakek Wirya yang mana hingga saat ini tak pernah sekalipun tak mencari Kasih wanita yang sudah iya rusak demi uang taruhan lima belas juta dari teman temannya.
" kek, apa kakek kenal dengan nenek tadi ?" tanya Dirga yang entah kenapa begitu nyaman saat bisa memeluk Nin kasih.
" kenapa kamu bertanya seperti itu ?"
" apa nenek itu mengatakan sesuatu ?" tanya Wirya yang melihat sekilas ke arah kakeknya tapi kembali fokus pada kemudi mobilnya.
" tidak " ucap Dirga sambil menggelengkan kepalanya.
" hanya saja saat kakek turun Dirga seperti mendengar nenek itu mengucapkan sesuatu, tapi Dirga tidak mendengar dengan jelas apa yang nenek itu katakan " ucap Dirga yang semakin membuat Wirya yakin jika yang iya temui tadi memang Kasih wanita yang selama tiga puluh tahun ini iya cari.
" coba kamu ingatkan apa yang nenek itu katakan " ucap Wirya yang hanya butuh satu lagi bukti jika wanita tadi memang Kasih.
" akan Dirga tanyakan nanti sama nenek tadi" ucap Dirga enteng tapi karena hal itu membuat Wirya menghentikan mobilnya secara mendadak.
" kek !! " Teriak Dirga yang cukup terkejut karena kakeknya menghentikan mobil secara tiba tiba.
" kenapa kakek menghentikan mobilnya secara mendadak ?" tanya Dirga yang sangat terkejut dengan apa yang kakeknya lakukan.
" bagaimana kamu menghubungi nenek itu ?" tanya Wirya yang tiba tiba saja menjadi bodoh jika sudah menyangkut tentang Kasih.
" nenek tadi kan menghubungi nomor kakek, jadi kita bisa telpon balik padanya dan memintanya untuk kembali bertemu dengan kita sebagai ucapan terima kasih Dirga pada nenek tadi " ucap Dirga yang menurut Wirya ada benarnya.
" ternyata cucu kake ini sangat pintar " ucap Wirya yang memilih kembali mengemudikan mobilnya baru setelah mereka sampai di rumah baru Wirya akan mencoba menghubungi nomor yang Wirya yakini adalah Kasih.
Berbeda dengan Kasih yang saat masuk ke dalam kamar bukannya membersikan diri tapi termenung melihat Poto mendiang suaminya yang sudah sangat lama meninggalkan dirinya.
" apa mas tau siapa yang Kasih temui hari ini ?" tanya Kasih seperti berbicara pada seseorang tapi sebenarnya berbicara pada sebuah Poto yang tak akan mungkin menjawab atau pun memberi solusi pada setiap pertanyaan kasih.
" kenapa harus dia !"
" bukankah dunia ini luas tapi kenapa harus Kasih yang membantu Dirga lepas dari penculik hingga akhirnya kasih harus kembali bertemu dengan laki laki jahat itu " ucap Kasih yang malah menyesali pertemuan dirinya dengan Dirga di pemakaman tadi.
" Bun... bunda... " Zoya yang sejak tadi mengkhawatirkan ibunya memanggil ibunya yang hingga saat ini belum kembali keluar dari kamar.
" ya sayang " jawab Kasih yang masih menggunakan pakaian yang sama yang terkena guyuran hujan.
" bunda... Sebenarnya bunda kenapa ?"
" apa bunda tak merasa kedinginan ?" tanya Zoya sambil memegang perut dan tangan ibunya yang terasa dingin lebih dari biasanya.
" bunda baru saja akan mandi, tapi bunda sedikit bercerita pada ayah mu " ucap Kasih yang terlihat menghindari tatapan putrinya.
" tapi kenapa Zoya merasa jika bunda sedang memikirkan sesuatu ?" tanya zoya yang semakin yakin jika ibu ya sedang menyembunyikan sesuatu.
" baiklah jika bunda tak ingin bercerita pada Zoya, tapi Zoya akan mencari tau sendiri apa yang mengganggu pikiran ibu saat ini " ucap Zoya yang tak ingin memaksa ibunya menceritakan semuanya pada dirinya.
" sayang, maafkan bunda karena tak bisa bercerita langsung sama kamu sekarang " Laila
" ngga papa bunda tapi jika bunda sudah siap bercerita kapan pun, Zoya siap mendengarkan semuanya " ucap Zoya yang hanya bisa menghormati keputusan ibunya yang mungkin saja memiliki alasan dibalik semua ini.
Baru saja ibu dan anak menyelesaikan pembicaraannya dering ponsel Nin Kasih menyita perhatian keduanya.
" biar Zoya yang angkat, bunda mandi saja karena Zoya ngga mau kalo bunda sampai sakit " ucap Zoya sambil mengambil handphone Nin Kasih dari dalam tas yang beruntungnya tidak sampai lembut terkena basah air hujan.
Tak berpikir macam macam Nin Kasih memilih berjalan menuju kamar mandi karena memang Tubuhnya sudah semakin menggigil kedinginan.
" halo maaf dengan siapa ?" tanya Zoya saat melihat jika yang menghubungi ibunya adalah nomor yang tidak di kenal.
" apa benar ini nomor Kasih ?" tanya seseorang yang membuat Zoya melihat ke arah ibunya yang baru saja akan masuk ke kamar mandi.
" ya benar, tapi maaf ini siapa ?" tanya Zoya karena mulai merasakan sesuatu yang sulit untuk di jelaskan.
" saya Wirya "
" Wirya ? " ucap Zoya yang berhasil menghentikan Nin Kasih yang baru saja akan menutup pintu kamar mandi.
Tak ingin Wirya berbicara yang macam macam saat berbicara dengan Zoya, Nin Kasih memilih untuk kembali menghampiri Zoya dan tanpa Zoya duga jika ibunya akan merebut handphone nya itu dari tangannya dan hal itu semakin membuat Zoya yakin jika ada yang di sembunyikan ibunya dari dirinya dan itu pasti sangat penting.
Tanpa ingin berbicara pada seseorang yang menghubungi saat ini, Nin kasih memilih menutup sambungan teleponnya tepat di hadapan Zoya.
" Bun.. siapa dia ? " tanya Zoya yang sebenarnya tak akan memiliki masalah jika ibunya ingin membuka hati untuk laki laki lain setelah kepergian ayahnya, bahkan Zoya pernah meminta ibunya untuk menikah kembali tapi malah di tolak mentah mentah oleh Nin Kasih saat itu.
" orang yang menawarkan asuransi " ucap Nin Kasih yang tak memiliki cara lain untuk bisa membohongi putrinya.
" tapi, jika benar itu orang asuransi lalu kenapa bunda sampai terlihat gugup dan tak tenang seperti itu ?" tanya Zoya yang hanya ingin kejujuran dari ibunya tak lebih dari itu.
" kalaupun dia bukan orang asuransi tapi dia orang yang ingin mencoba mendekati bunda, Zoya tak akan melarang selama bunda bahagia " ucap Zoya yang tak ingin ibunya tak bahagia di hari tuanya.
" kamu ini bicara apa ?" tanya Nin Kasih yang merasa Zoya berpikir terlalu jauh pada dirinya.
" bun, ayah pergi sudah sangat lama " ucap Zoya yang sepertinya lupa jika ibunya sejak tadi sedang kedinginan.
"jadi jika bunda ingin kembali membuka hati atau sudah menemukan laki laki yang menurut bunda bisa membahagiakan bunda, Zoya pasti akan mendukungnya dan Zoya tak akan melarang saat bunda ingin menikah dengan dia " ucap Zoya yang sudah berpikir terlalu jauh menurut Nin Kasih.
" dia bukan siapa siapa dan bunda tak pernah ingin kembali menikah " ucap Nin Kasih sambil kembali berjalan menuju kamar mandi.
" lalu jika dia bukan siapa siapa kenapa bunda sepertinya tak nyaman saat menjelaskan semua ini pada Zoya ?" tanya Zoya pada ibunya yang lagi lagi menghentikan langkah Nin Kasih untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Belum juga Nin Kasih menjawab pertanyaan putrinya sebuah pesan masuk ke handphone Nin Kasih dan hal itu terbaca jelas oleh Zoya yang semakin curiga pada sosok yang menghubungi ibunya saat ini.
" aku tau ini nomor mu kasih, tolong beri kesempatan aku untuk menjelaskan semua kesalahpahaman kita di masa lalu, akan aku luruskan semuanya baru setelah itu kamu bisa putuskan semuanya " Ucap Zoya yang sengaja membacakan semua itu agar ibunya tidak bisa mengelak lagi.
" apa ini bunda ? "
"siapa dia sebenarnya ?"
✍️✍️✍️ apakah rahasia itu harus terbongkar bahkan sebelum kesalahpahaman antara kasih dan Wirya di luruskan.
Pantengin terus ya ceritanya biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Jangan lupa like dan tinggalkan jejak biar R-kha lebih semangat lagi update nya
Love you moreee 😘 😘 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!