NovelToon NovelToon

Ternyata Anak Sultan

Bab 1

"Heh! Sini kamu, enak sekali duduk santai." Kata Riska.

Sabila menahan sakit, karena cubitan kakak iparnya.

"Sana! Bersihkan dapur ini, jangan taunya cuma makan, duduk, tidur." Kata Riska, sambil mendorong Sabila.

Saat di dalam tadi Sabila juga sedang mengerjakan sesuatu. Dia hanya istirahat sebentar, sebelum melanjutkan pekerjaannya.

"Tapi mbak, kerjaan Bila di dalam belum selesai." Kata Sabila.

"Kamu itu banyak alasan ya." Kata Riska.

" Mbak! Urusan di dapur kan bisa dikerjakan sama bibi. Bila, mau selesaikan kerjaan yang di dalam dulu." Kata Sabila.

Riska menjambak rambut Sabila.

"Auu.." teriak Sabila.

"Diam! Sudah berani melawan kamu ya." Kata Riska.

"Terus kalo ada bibi, kamu mau duduk santai kayak tadi." Bentak Riska, sambil melepas tangannya dari rambut Sabila.

Sabila menggeleng. Air matanya mulai luruh. Tak pernah menyangka bahwa keluarga suaminya begitu kejam. Mereka akan menghukumnya, jika berani mengadu pada suaminya.

"Nangis saja bisanya. Mau cari perhatian sama siapa kamu?" Sentak Riska.

"Ada apa Riska? Suara kamu itu bisa dikecilkan tidak." Kata Bu Wati, mertua Sabila.

"Ini Bu, Sabila! Orang sibuk kerja, dia asik duduk santai, sambil makan enak." Adu Riska.

"Betul itu Bila?" Tanya Bu Wati.

"Tidak Bu. Bila tadi cuma istirahat sebentar." Sabila membela diri.

"Liat ini Bu. Tadi aku liat dia makan ini. Masih ngelak juga." Kata Riska

Riska menunjukkan kue, yang dia sembunyikan sejak tadi dibalik bajunya. Dia mengkambing hitamkan Sabila.

"Astaga Bila..! Kue ini mau disajikan buat tamu-tamu ibu. Kok kamu makan." Sentak Bu Wati.

"Nggak Bu. Bukan Bila yang makan, Bu." Kata Sabila.

"Sudah Bila. Ibu gak suka kamu membantah terus. Tinggal diakui saja susah." Bentak Bu Wati.

Dia memperhatikan penampilan Sabila. Menantunya itu lumayan cantik, tapi sayang miskin. Sabila tidak suka berdandan, berbanding terbalik dengan keluarga suaminya.

"Kamu itu ya! Dasar miskin, gembel. Kamu urus dapur ini, tidak usah ikut keluar. Bikin malu saja." Kata Bu Wati.

Deg...

Sabila terdiam. Apa kata tetangganya kalau dia tidak muncul di acara. Pasti dia akan menjadi bahan gosip.

"Bu! Apa kata orang nanti? Keluarga Bila ada acara, tapi aku gak ikut bantuin di luar." Kata Sabila.

"Keluarga apaan! Gak ya, kami gak mau punya keluarga gembel kayak kamu. Bagusan baju pengemis, daripada baju mu." Kata Riska.

"Dah lah Bu, kita ke depan." Ajak Riska.

Bu Wati kembali menatap tajam Sabila.

"Ingat ya. Ibu belum kasih kamu hukuman, karena memakan kue ibu." Kata Wati.

...****************...

Di luar tamu sudah berdatangan. Hari ini acara lamaran adik ipar Sabila.

"Bu! Sabila mana?" Tanya Hendra, suami Sabila.

"Tadi istri mu asik makan di belakang. Ibu ajak keluar jemput tamu, nda mau." Bohong Bu Wati.

"Aku panggil Bila dulu Bu." Kata Hendra.

Takut kalau sampai kebohongannya terungkap, Riska dan Bu Wati menahan Hendra dengan alasan tamu sudah datang.

"Nanti saja. Kamu tidak liat itu, rombongannya sudah dekat." Tahan Riska.

"Tadi istrimu sudah diajak kemari, tapi kami dibentaknya." Imbuh Riska.

Akhirnya Hendra mengikuti kata-kata Ibu dan Kakaknya. Dia juga merasa kesal, tidak habis pikir dengan tingkah istrinya.

Acara lamaran sudah di mulai. Para tamu mulai menikmati hidangan yang disiapkan.

"Bila! Tolong tambahkan kuah sup di depan. Sudah mau habis soalnya." Kata Riska.

"Tapi Mbak. Kan ada bibi yang bisa bawa ke depan. Aku masih harus beresin dapur." Kata Sabila.

Riska melihat siluet adiknya akan masuk ke dapur. Dia mulai bersandiwara agar Sabila disalahkan.

"Ya sudah Bila, kalau kamu gak bisa bantu. Biar mbak saja yang kerjakan." Kata Riska.

"Ma...," Ucapan Sabila terpotong...

"Kenapa mbak?" Tanya Hendra.

"Ini loh Istrimu. Mbak minta tolong bantu bawain kuah soto ke depan. Dia gak mau." Kata Riska.

"Loh Mbak, bukan gak mau. Bila mau...." Ucapan Sabila kembali terpotong.

"Iya. Mbak sudah tau, kamu mau istirahat. Gak apa, nanti Mbak sama Bibi yang beres-beres." kata Riska.

"Ya Allah. Pintar sekali Mbak Riska bersilat lidah." gumam Sabila.

"Mending antar istri kamu ke kamar, Hen. Mungkin dia capek. Mbak mau ke depan dulu." Kata Riska.

Setelah Mbak Riska tidak terlihat lagi, Hendra segera menegur Sabila.

"Bila! Kita ini di rumah Ibu, jadi tolong jaga sikap kamu. Jangan buat malu aku dan keluarga." Kata Hendra.

"Naiklah ke kamar kalau memang kamu lelah, istirahat. Mas mau ke depan dulu." Imbuhnya.

"Bagaimana caranya agar kamu tahu, sikap busuk keluargamu mas." Kata Sabila dalam hati.

"Aku mau selesaikan kerjaan disini dulu." Jawab Sabila datar.

"Sudahlah Bila. Gak usah sok rajin di depan ku, tapi malas di depan keluargaku." Bentak Hendra.

"Ya Allah Mas. Kamu gak bisa membela istrimu, tapi setidaknya percayalah." Gumam Sabila.

Sabila meninggalkan dapur, dia memilih masuk ke kamarnya. Berdebat dengan suaminya, tak kan membuahkan hasil.

Hendra yang kesal, tidak mengejar Sabila. Dia memilih kembali berkumpul dengan keluarganya.

"Itu Hendra! Bentar ya Maya, Tante panggil dulu." Kata Bu Wati.

"Gak usah Tante, Maya malu. Gak enak nanti diliat orang." Kata Maya.

"Kamu ini. Bertegur sapa kan wajar saja." Kata Bu Wati.

Maya yang di mulutnya menolak, justru di hatinya kegirangan. Sudah Sejak lama dia mendambakan Hendra. Sayang dia berlabuh pada wanita lain.

"Hendra kamu ini dari mana?" Tanya Bu Wati.

"Dari belakang Bu. Habis negur Sabila, dia malas sekali." Kata Hendra kesal.

"Memang dia malas, tapi Ibu gak pernah aja bilang sama kamu. Nanti dibilang ibu kompor." Kata Bu Wati memanasi Hendra.

"Eh sana. Tadi Maya nanyain kamu. Temenin dia ngobrol dulu." Kata Bu Wati.

"Gak enak Bu, diliat orang. Aku kan sudah ada istri." Tolak Hendra.

"Tadi juga Maya bilang gitu. Kan gak enak, tuan rumah biarin tamunya sendiri." Kata Bu Wati.

"Ya sudah, Aku temenin ngobrol dulu." Kata Hendra.

Melihat Hendra dan Maya yang sedang asik mengobrol. Bu Wati pergi mencari Sabila di dapur.

"Kemana anak itu. Dapur berantakan begini, dia pasti asik-asik tidur di kamar." Kata Bu Wati.

Pintu kamar Sabila tidak terkunci. Bu Wati masuk tanpa permisi.

"Astaga Ibu ngagetin Bila saja. Ibu masuk kok nda ketuk pintu dulu." Kata Sabila.

"Rumah saya kok harus pake permisi." Ketus Bu Wati.

Bu Wati mulai mencari-cari alasan untuk memarahi Sabila. "Kamu ini bagaimana Bila, Dapur berantakan malah asik di kamar." Kata Bu Wati.

"Tadi Mas Hendra dan Mbah Riska yang nyuruh aku istirahat Bu." Kata Sabila.

"Halah kamu itu makin banyak saja bicaranya. Cepat sana bawa kue ke depan, banyak yang kosong." Bentak Bu Wati.

"Iya Bu." Sabila mengikuti perintah ibu mertuanya.

Sabila membawa nampan berisi kue ke depan. Tak sengaja matanya melihat Hendra, sedang ngobrol dengan wanita cantik.

Bu Wati yang memang sengaja membuat Sabila melihat momen Hendra bersama Maya, semakin memanasi hati Sabila.

"Kamu liat apa? Dia itu Maya calon masa depan Hendra." Kata Bu Wati.

Hati Sabila terasa sakit, sebenci itukah mertuanya pada dirinya sampai tidak ada rasa malu mengucapkan hal seperti itu. "Maksud Ibu apa? Mas Hendra itu suami ku Bu, kok bisa ibu bicara seperti ini." Kata Sabila, dengan menahan amarahnya.

"Kamu memang istri Hendra, tapi tidak ada masa depan yang menjanjikan. Hendra nikah sama kamu, bukannya kaya tambah melarat." Hina Bu Wati.**

Bab 2

"Kamu memang istri Hendra, tapi tidak ada masa depan yang menjanjikan. Hendra nikah sama kamu, bukannya kaya tambah melarat." Hina Bu Wati.

"Ya Allah Bu!" Kata Sabila, mengelus dada.

Segera dia meninggalkan mertuanya, dan mengisi kue-kue yang kosong.

Sungguh hatinya terasa sakit, tapi dia masih menghargai keluarga suaminya. Dia yakin Hendra tidak akan menjadikan Maya madunya.

"Loh Sabila! Memangnya tidak ada orang lain, sampai harus kamu yang menyajikan makanan." Kata seorang tamu.

"Gak papa Bu. Semuanya sibuk, jadi saya ikut bantuin." Kata Sabila dengan senyum manis.

Ibu itu merasa bahwa Bu Wati adalah mertua yang sangat beruntung, karena memiliki menantu seperti Sabila. Bahkan dia merasa iri.

"Beruntung sekali Bu Wati, punya mantu kayak kamu." Ibu juga rasanya kalau punya mantu, mau yang kayak kamu saja." Kata Ibu itu. Sabila hanya tersenyum menanggapinya.

Entah sejak kapan, Maya berdiri di belakang Sabila. Dia membawa gelas berisi minuman.

Saat Sabila berbalik, tidak sengaja menabraknya. Pakaian Maya basah karena ketumpahan minuman.

"Brugh..!" Suara tabrakan Sabila dan Maya.

"Ahh.. Aduh..! Basah deh.." Kata Maya.

"Maaf Maya, aku gak sengaja. Aku gak tau kalo kamu ada di belakangku." Kata Sabila.

Riska yang melihat kejadian, datang dan langsung membentak Sabila. "Kamu ini gimana sih Bila. Gak bisa apa hati-hati jalannya." Bentak Riska.

Bu Wati yang ada disana turut serta menyalahkan Sabila. "Duh Maya bajunya basah. Masuk dulu nak, dikeringkan." Kemudian menoleh pada Sabila, "Kamu ini Bila! Gimana harus bicara sama kamu." Kata Bu Wati.

"Bu Wati sama Riska gimana sih. Namanya juga tidak sengaja Bu, saya lihat kok tadi." Bela Bu Mirna.

"Iya tante, Sabila gak sengaja nabrak aku." Kata Maya.

Hendra yang melihat kejadian itu, mendekati Maya.

"Kamu gak papa? Keringkan saja dulu bajumu di dalam May." Kata Hendra.

Maya mengangguk. Kemudian masuk bersama Bu Wati dan Riska. Sedangkan Hendra, dia mengajak Sabila ke dapur.

"Mau kamu apa si Bila? Tadi bilang mau istirahat, sekarang berkeliaran di luar bikin ribut. Kamu mau buat keluarga ku malu!" Bentak Hendra.

"Aku tadi di kamar mau istirahat, tapi Ibu datang. Ibu minta aku buat bawa kue keluar." Kata Sabila.

"Kamu itu selalu saja, Ibu, Mbak Riska, Winda lah. Selalu saja mereka yang kamu jadikan alasan." Kata Hendra.

Sabila tak tau lagi harus bicara apa pada Hendra. Tidak ada sedikitpun kepercayaan yang diberikan padanya.

"Kamu memang gak pernah percaya sama aku Mas. Selalu saja aku yang salah." Kata Sabila, menahan air matanya.

"Kenyataan memang seperti itu, Bila." Kata Hendra dan segera pergi meninggalkan Sabila sendiri di dapur.

"Kenyataan ya Mas. Kamu bahkan tidak tau kenyataan yang aku alami." Gumam Sabila.

Akhirnya Sabila memutuskan untuk pulang ke kontrakannya. Dia tidak memberitahu siapa pun.

Tiba di kontrakan sederhananya, Sabila membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya.

Karena sejak pagi di rumah mertuanya Sabila tidak diberi makan. Dia memutuskan membuat mie goreng.

"Masakin Mas Hendra gak ya? Nanti dimasakin bilangnya boros, gak dimasakin bilang gak peduli sama suami. Serba salah!" Gumam Sabila.

Hendra bekerja di sebuah perusahaan swasta. Dia bekerja sudah 6 bulan, direkomendasikan oleh suami Mbak Riska. Tepatnya saat pertama kali Hendra berpacaran dengan Sabila.

Gaji Hendra tidak bisa dikatakan banyak, karena Sabila harus berbagi dengan Ibu mertuanya.

Sedari awal Hendra mengingatkan Sabila, bahwa Ibunya adalah tanggung jawabnya. Sabila harus bisa memahaminya.

Usia pernikahan Sabila baru 2 bulan, tapi dia sudah menerima kenyataan sepahit ini. Ibunya bukan hanya tidak menyukainya, bahkan dengan terus terang meyakinkan Sabila untuk berpisah dari Hendra.

"Bu! Kalau bisa milih, Sabila bakalan minta pisah sama mas Hendra. Tapi orang pasti akan mencemooh. Pernikahan baru seumur jagung, sudah kandas." Gumam Sabila.

"Huft..!" Sabila membuang nafas kasar.

Dia melupakan sejenak masalah yang dia hadapi. Dia mulai menyalakan televisi, dan menyantap sepiring mie goreng buatannya.

"Memang ya kata orang, Lebih baik di rumah sendiri makan sama garam, Ketimbang di rumah orang makan hati." Kata Sabila.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.45 tapi Hendra tak kunjung pulang.

"Apa Mas Hendra nginep ya? Terserah dia lah, rumah ibunya. Kalo di rumah si Maya itu baru salah." Kata Sabila.

Sabila memilih tidur, malam juga sudah larut.

...****************...

Rumah Bu Wati

Jam menunjukkan pukul 21.30, acara juga sudah selesai. Hendra masuk ke kamar yang dia tempati bersama istrinya.

"Ceklek..!" Suara handle pintu.

"Keterlaluan sekali kamu Bila. Di luar ada acara, kamu asik tidur di kamar. Apa kamu tidak sadar, yang kukatakan tadi hanya sindiran untukmu." Gerutu Hendra.

Karena merasa gerah, Hendra memilih masuk kamar mandi membersihkan diri.

Setelahnya dia berbaring disamping wanita yang dia kira istrinya. Hendra tidak tau bahwa wanita, yang di kamarnya bukanlah Sabila.

Sampai saat wanita itu menggeliat, dan berbalik ke arah Hendra.

"Ahhh.. Astaga!" Seru keduanya.

"Mas Hendra. Kamu kok disini?" Tanya Maya.

"Ini kamar aku dan Sabila. Kamu yang kenapa bisa disini?" Kata Hendra.

"Mungkin aku salah masuk Mas. Tapi aku gak liat Sabila dari tadi. Aku juga belum lama masuk kesini, numpang rebahan." Kata Maya.

"Maaf Mas aku keluar dulu." Kata Maya.

Saat Maya hendak berdiri, selimut yang dia pakai tertindis oleh Hendra. Akhirnya dia terjatuh, refleks Hendra menangkap tubuh Maya.

Hendra terkejut ternyata Maya hanya mengenakan atasan bagian dalam saja.

"Ahh...Maaf Mas Baju aku tadi kotor, jadi aku cuci dan masih dikeringkan." Kata Maya dengan wajah tertunduk.

"A..a..ku Aku yang minta maaf Maya, tubuh mu begitu indah...eh. Maksud ku aku gak sengaja. Maaf!" Kata Hendra, dia merutuki dirinya yang keceplosan.

Seringai jahat terbit dibibir Maya. Dia merasa Hendra sudah sedikit terjerat olehnya.

"Mas!" Panggil Maya, dengan suara yang lembut.

Dia mendekatkan wajahnya pada Hendra, kemudian mengecup pipi Hendra.

"Maaf mas aku gak akan ngulang ini, dari dulu sampai sekarang aku tetap mencintaimu." Kata Maya dan hendak pergi.

Hendra menahan tangan Maya. Hasratnya seketika memuncak.

Hendra mengulum bibir Maya, menyesapnya. Maya pun tampak membiarkan Hendra mengeksplore bibirnya.

"Apakah kamu tidak menyesal Maya? Aku sudah menikah." Tanya Hendra.

"Aku rela jadi yang ke dua, tapi tetap kau nomor satukan." Kata Maya, sembari terkekeh kecil.

"Benarkah! Tapi aku tidak bisa menikahi mu. Kau tau pernikahan ku dengan Sabila baru 2 bulan." Kata Hendra.

"Aku tau mas. Aku tidak apa-apa, asal bisa menjadi milikmu." Kata Maya.

Setelahnya tak bisa di elakkan ya reader. Terjadi perang di atas kasur.

Sedangkan diluar kamar. Bu Wati dan Riska sedang menguping. sampai akhirnya telinga mereka mendengar suara lenguhan khas malam pertama.

"Wah Bu. Maya jago juga gombal Hendra." Kata Riska, tersenyum lebar.

"Iya. Ayo kita tinggal, biar mereka main sampai puas." Kata Bu Wati, yang senyumannya tak kalah lebar dari Riska.

Bab 3

"Iya. Ayo kita tinggal, biar mereka main sampai puas." Kata Bu Wati, yang senyumannya tak kalah lebar dari Riska.

****************

Kontrakan Sabila

Adzan Subuh berkumandang, Sabila terbangun. Celingukan mencari keberadaan Hendra.

"Berarti Mas Hendra nginep beneran. Kirain mau nyusul pulang, untung semalam gak ku masakin." Monolog Sabila.

Sabila segera mandi, dan melaksanakan sholat subuh. Setelahnya dia berkutat dengan segala pekerjaan yang ada di rumah.

Tengah asik memasak, Sabila dikagetkan dengan suara pintu yang dibanting.

"Braakkk!"

Sabila berlari keluar, melihat siapa yang sudah mendobrak pintu rumahnya.

"Astaghfirullah Mas! Kalo masuk tu ucap salam, bukan malah banting pintu." Kata Sabila, ternyata Hendra pelakunya.

"Kamu itu kenapa sih, Bila? Pulang gak bilang-bilang!" Kata Hendra emosi.

"Aku minta maaf Mas." Kata Sabila.

Hendra semakin geram saat mendengar ucapan maaf, Sabila. "Apa karena banyak lelaki yang pergi sholat subuh, lantas kamu juga sok. Kamu ikut mereka, biar dibilang taat beribadah." Bentak Hendra.

"Astaghfirullah Mas! Aku tu pulang dari tadi malam, sholat subuh pun aku di rumah Mas." Bela Sabila.

"Halah kamu itu kebanyakan alasan. Cuma disuruh bantu buat sarapan di rumah Ibu saja, kamu gak mau. Menantu macam apa kamu?" Cecar Hendra.

"Maya yang bukan siapa-siapa saja, mau bantuin ibu di dapur masak. Lah kamu!" Kata Hendra.

Sabila menggelengkan kepala, sungguh tidak percaya Hendra membandingkannya dengan wanita lain.

"Kok kamu tega Mas, bandingkan aku sama Maya. Aku ini istri kamu!" Kata Sabila.

"Istri apa yang gak nurut sama suami? Istri apa kerjaannya cuma bikin malu keluarga? Istri apa yang gak bisa punya anak? Istri apa yang kerjanya cuman nyusahin aja?" Kata Hendra, yang tak memikirkan perasaan Sabila.

Deg

"Aku kurang nurut apa sama kamu Mas? Aku sampai berhenti kerja atas permintaan mu."

"Aku bikin malu! Keluargamu menjadikan ku pembantu disana. Kalian yang bikin aku malu, Mas. Sebelumnya aku seorang sekretaris sebuah perusahaan ternama, nikah sama kamu, aku dijadikan pembantu, gak dianggap, gak dihargai."

"Aku gak bisa punya anak! Coba pikir selama 2 bulan pernikahan, pernah gak kamu nyentuh aku. Itu karena kamu dengar kata-kata Ibu, kamu gak mau nyentuh aku."

"Aku nyusahin! Saat kamu gajian, bahkan gaji kamu gak ada setengahnya yang kamu berikan ke aku mas. Itu karena kamu mau memberi ke Ibu. Uang yang kamu kasi ke aku 1.800.000, dipake bayar kontrakan 800.000. Uang sejuta untuk sebulan mas." Kata Bela dengan derai air mata.

"Saat aku kerja, aku bisa ngirim uang buat Ibu ku di kampung. Bahkan sisanya lebih banyak dari uang bulanan yang kamu beri mas. Yang nyusahin siapa Mas? Kamu yang buat aku susah." Imbuh Sabila.

Hendra membenarkan sebagian perkataan Sabila, tapi karena ego yang tinggi dia menutup telinganya untuk mendengar keluhan sang Istri.

"Jadi kamu menyesal menikah sama aku gitu." Kata Hendra.

"Aku gak Menyesal Mas, Aku kecewa dengan sikap kamu." Kata Sabila, sambil kembali ke dapur melihat masakannya.

"Ini.. Dari Ibu makanan. Kamu gak usah masak." Kata Hendra, menyodorkan kresek berisi makanan.

"Aku mau mandi dulu, hari ini harus masuk kantor." Kata Hendra.

"Bukannya kamu cuti 3 hari Mas. Ini baru ke pake sehari." Kata Sabila.

"Iya! Tapi ada kegiatan penting di kantor, aku harus ikut serta." Bohong Hendra.

"Ya udah aku siapkan, pakaian kamu Mas." Kata Sabila.

"Tidak usah Sabila. Kami dapat baju seragam dari Bos." Tolak Hendra.

Sabila menyimpan makanan yang diberikan mertuanya di kulkas. Dia justru menikmati makanan yang dia masak sendiri, karena sudah terlanjur jadi.

Melihat suaminya yang sudah selesai mandi, Sabila mempercepat makannya. Dia ingin membantu suaminya, yang bersiap ke kantor.

"Halo! Iya Bu. Ini aku juga baru habis mandi, sebentar lagi aku ke tempat Ibu." Kata Hendra.

"Enak Bu apem nya, pengen nambah terus." Kata Hendra.

"Aku siap-siap dulu Bu. Nanti terlambat. Makanannya udah aku kasi ke Sabila." Kata Hendra.

Sabila tidak tau apa yang dikatakan Ibu mertuanya. Mendengar dari jawaban Hendra, sepertinya Bu Wati membuatkan kue apem untuk suaminya.

"Mas Hendra suka apem ya! Nanti aku bikinin deh kalo pulang dinas." Kata Sabila dalam hati.

****************

Setelah Hendra pergi, kembali Sabila membereskan kamarnya. Dari tempat tidur, ternyata Hendra menaruh sembarang handuk bekas mandinya.

"Mas Hendra ini kebiasaan. Kalo sudah mandi handuknya gak di jemur." Kata Sabila.

Beres dengan tempat tidur, Sabila ingin menyimpan pakaian yang sudah dia lipat kemarin.

Saat membuka lemari, dia melihat lipatan yang berantakan.

"Mas Hendra ni gimana sih, Pakaian udah rapi diberantakin lagi." Keluh Sabila, sambil mengeluarkan pakaian yang berantakan.

Sabila melihat slip gaji suaminya, yang terselip di lipatan baju. Alangkah terkejutnya Sabila, mengetahui gaji Hendra.

"Ya Allah! Gaji sebanyak ini aku cuma dikasi Sejuta lebih. Aku harus menghemat mati-matian, sedangkan dia bisa foya-foya." Kata Sabila.

Pasalnya dia melihat struk pembayaran di rumah makan. Sekali makan bisa sampai lima ratus ribu.

"Aku mau liat sampai mana kamu bohongi aku mas." Kata Sabila kecewa.

Hendra kini di rumah Ibunya. Ternyata dia membohongi Sabila, perkara dinas.

"Lama banget si kamu, Hen! Nanti kita terlambat." Kata Bu Wati.

"Terlambat apanya si Bu! Kita kan janjiannya jam 10, ini baru jam 7." Kata Hendra.

"Maya gimana, apa masih sakit?" Tanya Bu Wati.

"Perih Bu." Kata Maya.

"Hendra! Bantu Maya sana, kan kamu yang bikin dia sampai begitu." Kata Bu Wati, sembari tersenyum.

Hendra pun menggendong Maya ala bridal style. Tak sengaja kejadian itu terlihat oleh tetangga Bu Wati.

"Astaghfirullah! Itu kan Hendra, kenapa coba dia gendong perempuan kecentilan itu." Kata tetangga Bu Wati.

"Apa nda ingat istri di rumah?" Imbuhnya.

Hendra dan keluarganya, menaiki mobil Riska. Mereka pergi bersama, tanpa memikirkan perasaan Sabila jika mengetahui kebenarannya.

Sekitar satu jam berkendara, Hendra dan rombongan sampai di sebuah rumah Mewah dan luas.

"Gimana perjalanannya lancar?" Sapa seorang lelaki paruh baya, ketika Bu Wati keluar dari mobil.

"Mas Syarif! Alhamdulillah lancar mas. Nih buktinya kami sampai dengan selamat." Kata Bu Wati.

"Loh kok di gendong!" Kata Syarif.

"Maya tadi jatuh Yah!" Bohong Maya.

"Tapi gak kenapa-kenapa kan sayang." Tanya Syarif khawatir.

"Gak kok Yah. Istirahat satu dua hari, juga baikan." Kata Maya.

"Mbak Rani mana, Mas? Kok gak keliatan." Kata Bu Wati.

"Di kamar, Istirahat. Sejak kena struk, Rani sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Hanya baring, pagi berjemur." Jelas Syarif.

"Kasihan sekali laki-laki tajir begini di anggur in. Aku aja mau jadi yang kedua, masih keren gini tampilannya." Kata Bu Wati dalam hati.

"Aduh mana gak bawa buah tangan lagi buat jenguk Mbak Rani." Sesal Bu Wati.

"Sudah tidak perlu. Kalian datang untuk menjenguk saja kami sudah senang." Kata Syarif.

Mereka semua masuk ke dalam rumah mewah Maya. Mata Wati jadi terbelalak, rumahnya juga besar tapi tidak semewah ini.

"Terimakasih karena sudah berkenan mengantar Maya sampai rumah." Kata Syarif.

"Maya kan sakitnya pas di rumah kami, jadi wajar kalau kami mengantarnya pulang." Kata Bu Wati tulus.

"Wah Maya! Seandainya kamu bisa dapat mertua kayak Bu Wati, pasti kamu jadi menantu paling beruntung." Kata Syarif.

Semua yang di ruangan tamu tersenyum. Tidak termasuk Hendra.

"Tapi...Sayang Bu Wati cuma punya satu anak lelaki. Hehe..Sudah sold out lagi." Imbuh Syarif.

Seketika wajah Bu Wati dan keluarga berubah menjadi sendu. Seolah mereka mempunyai masalah yang sangat besar.

"Ah iya! Mas Syarif benar, Anak laki-laki saya cuma Hendra. Tapi ya gitu lah Mas, masalah dalam rumah tangga selalu ada." Kata Bu Wati.

"Hendra lagi ada masalah sama istrinya! Kok bisa Hen?" Tanya Syarif.

"Mmm.. Istri saya tidak mau diajak berhubungan suami istri, Om." Bohong Hendra.

"Iya Yah! Masa di depan orang, aku disuruh jadi istri Mas Hendra. Aku syok Yah, sampai jatuh begini." Maya menambah bumbu kebohongan.

"Istri macam apa dia itu? Jadi selama ini kamu gak pernah nyentuh istri kamu, Hen?" Kata Syarif.*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!