Seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun, sedang sibuk dengan segala macam pekerjaan di harapannya.
"Kerjaan enggak selesai-selesai huh,"keluh gadis itu. Sebuah ketukan membuyarkan konsentrasi gadis itu.
"Masuk!" titah gadis itu. Masuklah tiga gadis cantik ke ruangan itu.
"Manda udah waktunya istirahat loh, masih kerja mulu. Nanti aja kita lanjutin kerjanya, sekarang yuk cari makan siang," ajak salah satu dari mereka.
Gadis yang sibuk dengan pekerjaannya adalah Amanda Stevani Ferlando, kini gadis itu bekerja sebagai CEO di perusahaan peninggalan mendiang eyangnya. Manda yang memang sudah menjadi haknya untuk memimpin sendiri perusahaan keluarganya, ia tidak punya alasan menolak.
Manda menjadi CEO sekaligus Owner ASF Corp, awal mulanya bukan itu nama perusahaannya. Namun, semenjak Manda yang memegang kendali. Manda sengaja menggantinya. Rezka tidak masalah, ia akan menyetujui keputusan putrinya asalnya keputusannya benar.
Manda mengajak ketiga sahabatnya sejak SMA untuk bekerja di perusahaannya, mereka tidak menolak malah senang sekali dengan tawaran Manda. Jadi mereka bisa terus bersama, sejak SMA, kuliah pun di kampus yang sama walau fakultas berbeda. Lalu sekarang kerja di tempat yang sama.
Manda memberikan kerjaan pada sahabatnya sesuai dengan kemampuan mereka, tidak hanya asal. Tentu saja Manda menginginkan perusahaan bisa maju saat ia pegang, bukan malah hancur karena ulahnya. Manda memang baru satu tahun lebih memegang kendali perusahaannya, tetapi Manda sudah mempelajari soal perusahaan sejak lulus SMA.
Manda juga kuliah jurusan bisnis, sengaja agar ilmu dapat ia gunakan untuk perusahaannya. Tanpa paksaan dari siapapun, semenjak kedatangan Emma yang ingin merebut semua milik Manda. Rezka dan Lea menjelaskan bahwa apa saja harta peninggalan Stella yang akan menjadi milik Manda, saat 17 tahunlah semuanya resmi menjadi milik Manda. Saat itu perusahaan masih dipegang oleh orang kepercayaan Stella, tetapi jika ada apa-apa tetap harus menginformasikan pada Manda dan keluarganya. Dulu hanya menginformasikan pada Rezka, untung saja perusahaan tetap berjalan walau di kelola orang kepercayaan Stella saja.
Orang kepercayaan Stella adalah orang yang sangat jujur, Manda tidak lupa dengan jasa beliau. Untuk jabatan Manda menjadikannya wakil direktur utama, tidak lupa memberikan 10% saham perusahaan.
Selain menjadi CEO, Manda tidak mengabaikan pendidikannya. Setelah lulus S1, kini Manda sedang menjalani program kuliah S2.
"Ayolah, nanti sakit loh gara-gara telat makan. Emang kamu mau Manda? Enggak boleh kerja lagi sama Aunty Lea, karena kamu terlalu forsir tubuh kamu," bujuk Zatta. Manda membenarkan ucapan sahabatnya, Mommynya memang sangat protektif, selalu mengingatkan Manda makan. Kalau Manda sakit gara-gara telat makan, ya jelas tidak akan ada izin untuk Manda kerja lagi.
Menurut Lea, toh ia dan dirinya masih sanggup membiayai anak-anaknya. Jadi Manda tak perlu kerja pun semua keinginan Manda bisa Lea berikan.
Akhirnya Manda mengalah, ia langsung membereskan berkas-berkas pentingnya. Lalu pergi bersama sahabatnya untuk mencari makan siang.
Saat jalan keluar kantor, tiba-tiba ponsel Manda yang ada di tas Manda berbunyi.
"Aku angkat telfon bentar ya, kalian duluan aja ke mobilku," ujar Manda, sahabatnya menuruti ucapan Manda. Manda mengangkat telfon, ternyata yang menelfonnya adalah Lea -Mommnynya.
"Assalamualaikum Manda sayang,"salam Lea
"Waalaikum salam Mom."
"Udah waktunya istirahat kan? Jangan lupa makan ya sayang, Mommy enggak mau kamu sakit gara-gara telat makan. Maafin Mommy ya tadi enggak sempat buatin kamu bekal."
"Iya, Mom. Ini Manda sama sahabat Manda mau keluar kantor. Cari restoran buat makan siang."
"Yaudah, hati-hati sayang. Mommy tutup ya telfonnya."
Setelah Lea menutup telfonnya, Manda langsung memasukkan ponselnya ke tas. Manda menyusul sahabatnya yang sudah lebih dulu masuk mobil.
"Udah selesai telfonnya?" tanya Shena pada sahabatnya.
"Udah," balas Manda.
"Siapa yang nelpon?"Kali ini yang bertanya adakah Sheira, memang terkesan kepo. Namun, Sheira juga tidak akan memaksa jika Manda menolak menjawab pertanyaannya.
"Mommy ku."
"Tuh kan benar, untung kamu udah langsung mau makan siang. Kalau enggak mau ditelfon pasti ngomel tuh ke kamu Manda," oceh Zatta.
"Iya, Nyonya. Kita ke Abraham Resto aja ya," kata Manda saat sudah ada dibalik kemudi. Ketiga sahabat itu setuju dengan usulan Manda, toh makanan di Abraham Resto juga enak. Manda mengendarai mobilnya ke Abraham Resto.
Mereka sampai di Abraham Resto, lalu mencari meja kosong. Beruntung masih ada meja kosong, karena Abraham Resto hari ini sangat ramai. Sheira memanggil pelayan lalu memesankan makanan untuk dirinya sekalian dengan ketiga sahabatnya, ponsel Manda berbunyi.
Manda langsung mengangkat video call masuk, tidak lain dari pria yang Manda cintai.
"Assalamualaikum cantiknya Abang."
Terlihat wajah tampan yang sangat Manda rindukan sedang tersenyum, Manda juga membalas senyuman pria tampan itu.
"Waalaikum salam Bang."
"Lagi apa nih cantik? Ini kamu lagi istirahat kan? Abang enggak ganggu kamu lagi kerjakan?"
"Manda lagi makan siang nih, sama sahabat Manda. Iya lagi istirahat hehehe, sama sekali enggak ganggu."
Yang memvideo call Manda ada Digo, pria yang Manda cintai.
Ketiga sahabat Manda tersenyum melihat interaksi Manda dan Digo, sejak dulu mereka memang tidak punya hubungan spesial. Namun, mereka sangat dekat melebihi orang yang berpacaran. Lebih tepatnya pacaran LDR, karena Digo sedang ada di London. Digo juga sudah lulus kuliah, tetapi belum bisa kembali lagi ke Indonesia. Digo juga sebentar lagi lulus kuliah S2, selain kuliah Digo juga bekerja di perusahaan Daddynya yang ada di London sebagai Direktur Utama.
"Haii Zatta, Shena, Sheira. Gimana keadaan kalian?"
Digo menyapa ketiga sahabat gadis yang ia cintai, Manda langsung memberikan ponselnya pada ketiga sahabatnya.
"Alhamdulilah kita baik kok Bang. Abang juga baik-baik kan di sana?," balas mereka kompak.
Manda cemberut, Digo langsung menyadarinya.
"Kenapa cantiknya Abang? Kok cemberut sih, kamu cemburu ya cantik, karena Abang nyapa sahabat kamu?" Digo bertanya sekaligus menggoda Manda, karena Digo yakin Manda tidak akan cemburu dengan sahabatnya sendiri. Apalagi Digo juga memang sejak dulu sudah akrab dengan ketiga sahabat Manda, jadi hanya menyapa saja tentu tidak membuat Manda cemburu.
"Enggak cemburu kok, siapa juga yang cemburu? Manda tuh kesel sama Abang, masa sahabat Manda ditanyain keadaannya sedangkan Manda enggak ditanya ih nyebelin, " rengek Manda manja.
"Owh karena itu, kan Abang udah liat cantiknya Abang baik-baik aja. Benar kan yang Abang bilang? Cantiknya Abang baik keadaannya. Soalnya kalau kamu kenapa-napa ya pasti Abang kerasa dong. Kan kamu separuh jiwanya Abang, cantik."
Mendengar perkataan Digo, Manda langsung tersenyum. Ketiga sahabatnya juga langsung mencie-ciekan mereka, sontak membuat pipi Manda merona karena malu.
"Abang gombal banget sih."
"Emang siapa yang gombal? Padahal Abang serius loh."
Makanan pesanan mereka sudah sampai, Manda ingin mematikan video callnya karena mau makan.
"Iyain, biar Abang seneng. Oh iya Bang, Manda matiin dulu ya Video callnya, Manda mau makan siang dulu. Laper soalnya."
"Jangan dimatiin dong cantik. Abang tuh masih kangen banget, kan beberapa hari ini enggak video call soalnya kita berdua sama-sama sibuk. Enggak papa, kamu makan aja biar Abang liatin kamu sama sahabat kamu makan," tolak Digo, mendengar penolakan Digo. Manda tidak jadi memastikan video callnya. Ia menaruh ponselnya di meja, sedangkan ia dan sahabatnya makan siang. Digo jauh di sana memperhatikan Manda tanpa kedip, ia sangat merindukan Manda. Ingin sekali cepat menyelesaikan kuliahnya, agar bisa cepat kembali ke Indonesia. Dan bisa menikahi Manda, Digo tidak sabar waktu itu tiba.
Enam tahun lebih di luar negri, Digo memang agak jarang pulang ke Indonesia. Keluarganyalah yang datang ke London untuk menjenguknya. Jika Manda ada waktu, Manda juga ikut ke London agar bisa bertemu dengan Digo. Rezka jelas mengizinkannya, kan Manda perginya dengan Rakha dan Trissya, Kakak ipar Rezka sendiri. Mereka juga pasti akan menjaga Manda dengan baik.
Selesai makan, Video call Digo belum Manda matikan. Manda ingin ke kasir untuk membayar makananya.
"Biar aku aja yang bayar, aku yang traktir kalian bertiga hari ini," kata Sheira, ketiga sahabatnya tentu sangat senang karena ditraktir.
Setelah Sheira membayar, mereka akan bangkit dari kursi mereka. Mereka akan segera pergi dari Abraham Resto, video call masih tersambung. Tiba-tiba ada yang menelfon Manda, Manda meminta Digo mematikan video callnya. Agar Manda bisa menerima telfonnya, siapa tau penting. Digo hanya bisa menuruti Manda, lalu mematikan video callnya padahal masih belum puas video callnya.
Ternyata Keiralah yang menelfon Manda.
"Assalamualaikum Aunty Kei, ada apa ya?" Manda memang langsung tanya ada apa, karena tidak biasanya Aunty Keinya menelfonnya apalagi siang-siang gini.
"Manda hiks-hiks." Manda bingung, yang ia dengar Auntynya memanggil namanya lalu menangis. Manda semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
"Aunty kenapa? Ada masalah? Cerita aja sama Manda, pasti Manda dengerin kok. Kalau butuh bantuan Manda, pasti Manda bantu kok."
"Nanti Aunty ceritain semua ke kamu sayang, sekarang kamu segera datang ke alamat yang Aunty kirim." Setelah mengucapkan hal itu Keira menutup telfon, notif chat berbunyi. Tertera nama Aunty Keira, Keira mengirimkan alamat di chat. Manda membaca dengan seksama alamat yang Keira kirim, ternyata adalah alamat sebuah rumah sakit di Bandung.
"Guys kayaknya kalian aja yang balik ke kantor pakai mobilku, soalnya aku ada urusan harus ke Bandung sekarang juga," titah Manda. Ketiga sahabat Manda menurut, ia melihat Manda panik. Jadi tidak ingin bertanya apa-apa dulu.
Manda menaiki taksi online yang sudah ia pesan ke Bandara, sebelum itu Manda sudah menghubungi kedua orang tuanya memintanya datang ke rumah sakit Bandung juga. Agar semuanya tahu apa yang terjadi pada Keira sebenarnya.
***
Keira menangis di pelukan suaminya, di depan tunggu rumah sakit. Manda dan orang tuanya menghampiri Keira dan Aldo.
"Sebenarnya apa yang terjadi Aunty," tanya Manda to the point. Tanpa lama-lama Keira menceritakan semua yang terjadi pada Kaira, ternyata Kaira sedang sakit kanker darah sejak lama. Namun, Aldo dan Keira sebagai orang tua tidak tahu apapun. Mereka berdua sangat sibuk dengan bisnis, sampai lalai tidak memperhatikan Kiara putri mereka.
Kiara sendiri memilih tinggal di Bandung hanya berdua dengan Naina, asisten Kiara. Keira memang sengaja mempekerjakan seorang asisten untuk Kiara, agar bisa menemani sekaligus membantu Kiara saat Kiara membutuhkan bantuan. Kiara sendiri tidak mau memberitahukan penyakitnya pada orang tuanya, karena tidak mengingkan orang tuanya khawatir dengan keadaannya.
***
"Bang, aku mohon banget sama Abang. Mau menikah sama Kak Ara," mohon seorang gadis pada pria yang ada di depannya.
"Kamu gila tau nggak, aku nggak mau menikah dengan Ara. Aku cuma mau menikah sama kamu, bukan orang lain. Dengar itu!" bentak pria itu.
Siapa yang tidak emosi, saat gadis yang ia cinta malah memintanya sepupu dari gadis itu. Padahal yang ia inginkan menjadi istrinya adalah gadis itu sendiri, bukan sepupu gadis itu atau gadis lain.
"Kak Ara lagi sakit Bang, Kak Ara pasti akan lebih semangat buat sembuh. Kalau Abang jadi suami Kak Ara, mau ya Bang."
"Aku nggak perduli, mau Kiara lagi sakit apa nggak. Intinya aku nggak mau menilah sama Kiara titik, jangan paksa aku. Cukup kamu dulu, paksa aku menerima Kiara jadi pacarku. Tapi untuk jadi istriku, aku tidak mau. Aku mau kamu yanh menjadi istri, bukan Kiara. Kamu selalu egois, hanya memikirkan perasaan Kiara. Tanpa mau memikirkan perasaanmu, dan juga perasaanku. Aku juga punya perasaan, aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku cinta. Apa aku salah, aku ingin menikahi gadis yang aku cinta. Gadis itu kamu!" Pria itu menumpahkan emosi yang selama ini ia pendam, ia tidak bisa dipaksa lagi. Ia tidak mau menuruti kemauan gadis yang ia cinta.
Gadis itu hanya menangis, ia tau ia salah sudah memaksakan kehendaknya. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Karena dengan menikah dengan pria yang ada di depannya, sepupunya akam bangkit dari keterpurukkan akan lebih semangat sembuh dari sakitnya.
Pria itu sebenarnya tak ingin membentak gadisnya, kini ia malah merasa bersalah melihat gadisnya menangis. Apalagi gadisnya menangis akibat ulahnya.
"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia hanya akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, ia tahu gadis yang ada di depannya. Gadis yang sangat ia cintai, tidak akan mau menerima syarat gila yang ia berikan. Dengan begitu, gadis itu tidak akan memaksanya untuk menikahi Kiara. Karena yang ingin ia nikahi hanya gadis yang ada di depan, bukan orang lain.
"Aku mau Bang!" putus gadis itu. Pria itu sangat terkejut, mendengar gadis yang ia cinta mau menerima ide gilanya. Ya, tidak ada pilihan lain selain menerima syarat gila dari pria yang ia cinta. Gadis itu memang mencintai pria yang sepupunya cintai, tetapi ia harus ikhlas melihat pria yang ia cintai menikah dengan sepupunya.
Mereka berdua yang sedang berdebat adalah Manda dan Digo, Mandalah yang meminta Digo kembali ke Jakarta hari itu juga. Digo sendiri tidak menolak permintaan Manda, walau tidak tahu alasan dirinya harus pulang ke Indonesia. Namun, demi Manda ia akan melakukan apapun. Seperti sekarang, ia harus menikah dengan Kiara semuanya demi Manda.
Digo harus ikhlas, ia melakukannya agar ia juga bisa menikah dengan Manda. Karena jika menolak, Manda pun pasti akan menolak menikah dengannya.
Manda melakukan ini demi Kiara, Kiara sangat membutuhkan Digo dalam keadaannya sekarang. Kiara sedang sakit parah, tidak memiliki semangat hidup. Manda tiba-tiba teringat Digo, Manda berfikir mungkin jika Kiara menikah dengan Digo, Kiara bisa mempunyai semangat hidup. Agar bisa cepat sembuh juga, walau memang agak sulit. Namun, jika mukjizat datang siapa yang bisa menolaknya.
"Ayo sekarang kita menemui orang tua kamu Manda, Abang akan melamar kamu sekarang juga pada orang tua kamu untuk yang kedua kalinya," ajak Digo. Digo memang sudah pernah melamar Manda sebelumnya, tepatnya sebelum Digo pergi ke luar negri. Digo sengaja melakukan hal itu, karena takut saat ia pergi keluar negri Manda malah menikah dengan pria lain. Digo tidak sanggup jika itu terjadi.
Orang tua Manda sudah setuju, mereka berdua sangat yakin putrinya juga akan menerima lamaran Digo. Untuk pernikahan Digo tidak mau buru-buru awalnya, Digo akan menunggu Manda siap. Mungkin sekaranglah waktunya Manda siap untuk ia nikahi.
Manda menurut, tanpa mengucapkan sepatah katapun saat Digo menarik tangannya. Manda naik mobil bersama Digo menuju rumah Rezka, Digo sudah menanyakan keberadaan orang tua Manda terlebih dahulu di telfon. Ternyata orang tua Manda sudah ada di jakarta, tepatnya rumah mereka. Orang tua Digo pun akan menyusul ke rumah Rezka membawa seserahan yang semestinya mereka bawa untuk gadis pujaan putranya.
Tak perlu waktu lama, mereka berdua sampai rumah Rezka. Lea menyambut mereka di depan pintu, Lea mempersilakan Digo masuk dan ia membawa Manda ke kamar untuk ia dandani agar terlihat sangat cantik waktu lamarannya.
Keluarga Digo baru saja sampai di rumah Rezka, Art keluarga Rezka langsung mempersilakan mereka masuk.
Di kamar Lea sedang merias putrinya, ia senang sekaligus sedih. Senang karena putrinya akan segera menikah, sedih saat harus berpisah dengan putrinya. Ketika Manda menikah, pasti Manda akan tinggal bersama dengan suaminya. Tidak tinggal lagi dengannya.
"Cantik banget sih kamu, sayang, " puji Lea pada putrinya.
"Makasih Mom, Mommy juga cantik banget hehehe. Kita sama-sama cantik dong," canda Manda.
"Putri kesayangan Mommy sudah dewasa ya, sebentar lagi menikah lagi. Mommy sedih deh, soalnya kamu enggak akan tinggal lagi di rumah ini sama Mommy. Kalau kamu udah menikah, sering-sering ya main ke sini buat jengukkin Mommy sama Daddy kamu," pinta Lea, tiba-tiba air mata mengalir dari mata Lea. Manda langsung menghapus air mata Mommynya.
"Mommy jangan sedih dong, kayak aku nikahnya sama siapa aja. Kan aku nikahnya sama Bang Digoloh Mom, keponakan Mommy sendiri bukan orang lain. Kalau Mommy mau aku juga bisa minta Bang Digo tinggal di rumah ini aja, Bang Digo juga enggak akan nolak. Kalaupun enggak bisa tinggal di sini, Bang Digo enggak akan melarang aku ke sini sekalipun tiap hari. Jadi Mommy enggak usah khawatir ya." Manda berusaha membuat sang Mommy tenang setelah mendengar penjelasannya. Padahal Manda sendiri tidak tau bagaimana nasib pernikahannya setelah ini. Bagaimana tidak, yang menjadi istri Digo bukan hanya dirinya. Namun, Kiara juga.
"Ya tetap saja sayang, yaudah yuk keluar semuanya pasti udah nungguin kamu deh," ajak Lea. Manda keluar kamar dituntun oleh Lea, semua mata tertuju pada Manda. Manda terlihat sangat cantik sekali, bak bidadari.
Manda dan Lea duduk di kursi kosong.
"Semuanya sudah hadir, langsung kita mulai saja lamaran resminya," ujar Rezka. Semua mengangguk setuju dengan ucapan Rezka selaku tuan rumah.
"Saya Rakha Axelio Revano datang ke rumah ini dengan niat baik, saya datang bersama keluarga saya untuk melamar putri rumah ini untuk putra saya Arieldigo Arendra Revano," kata Rakha.
"Saya Rezka Steven Ferlando di sini sebagai Daddy Amanda Stevani Ferlando, sangat senang dengan kedatangan kalian. Saya sebagai orang tua Manda, menyerahkan semua keputusannya kepada putri kami," balas Rezka.
"Bagaimana Nak Manda? Apakah Nak Manda menerima lamaran dari putra kami?" Kali ini Trissya sebagai Mommy Digolah yang bertanya kepada Manda.
Manda tersenyum lalu menjawab, "Bismillah dengan izin dan restu Daddy Mommy, saya Amanda Stevani Ferlando menerima lamaran untuk menjadi pendamping hidup Bang Digo."
Seluruh keluarga kedua belah pihak yang hadir di rumah Rezka sangat bahagia, mendengar lamaran Digo diterima oleh Manda. Walau mereka sudah menduga Manda tidak akan menolak Digo.
Mereka langsung membahas tanggal yang bagus, untuk pernikahan Manda dan Digo. Lalu tiba-tiba Digo mengintrupsi agar semua orang melihat ke arahnya dan mendengarkannya.
"Mohon maaf semuanya, Digo menginginkan pernikahan Digo dan Manda segera di laksanakan. Paling lama seminggu lagi." Semua kaget mendengar permintaan Digo, yang menginginkan menikah dalam waktu cepat. Yang tidak akan mungkin bisa terjadi, karena mengurus surat dan persiapannya jelas membutuhkan waktu.
"Sebenarnya Aunty tidak keberatan dengan permintaan kamu Digo, tapi apa lebih baik kamu pikirkan ulang semua untuk menikah dalam waktu cepat? Kamu taukan keluarga kita itu besar, mengumpulkan mereka secara dadakkan akan sangat sulit? Kalian juga punya pesta pernikahan impian kan? Tentu menyiapkannya tidak bisa sekejab mata." Lea berpendapat, Manda adalah putri pertamanya jelas ia ingin menikahkan Manda secara mewah dan megah. Agar pernikahannya tidak terlupakan terlebih untuk sang pengantin.
"Ini semua permintaan Manda Aunty, Digo hanya menurutinya. Manda ingin kami segera menikah, karena setelah itu Digo akan menikah dengan Kiara," kata Digo, tentu saja semakin membuat semua orang terkejut.
"Maksudnya apa Digo?" tanya Rakha, ia berusaha menelaah ucapab putranya, tetapi tetap saja ia tidak mengerti apa yang sebenarnya Digo dan Manda inginkan.
"Biar Manda yang menjelaskan semua." Semua menunggu Manda menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi, Manda mengambil nafas panjang sebelum menceritakan semuanya. "Kak Kiara sakit parah, tidak punya semangat hidup, semangat untuk sembuh. Manda sangat tahu dari dulu sampai sekarang Kak Kiara sangat mencintai Bang Digo. Manda meminta Bang Digo pulang ke Indonesia, untuk menikah dengan Manda. Manda tau, Manda sangat egois memaksakan kehendak Manda. Tapi Manda enggak ada pilihan lain, Manda mau Kak Kiara sembuh dan sehat seperti sediakala."
Belum selesai cerita saja, mereka menggeleng tidak habis fikir dengan Manda.
Digolah yang melanjutkan ceritanya. "Digo jelas menolak, karena Digo tidak mau menikah gadis yang tidak dicintainya. Sejak dulu Digo tidak mencintai, perasaan Digo dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Digo masih sangat mencintai Manda, Mandalah yang Digo inginkan untuk menjadi pendamping hidup Digo, bukan Kiara atau gadis lain. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala Digo, Digo mengatakan akan menikahi Kiara dengan syarat. Syaratnya Manda tetap jadi istri Digo, istri pertama Digo sedangkan Kiara hanya akan menjadi istri kedua Digo. Tidak Digo sangka, ternyata Manda menyetujui syarat itu."
Mendengar cerita Manda saja mereka tidak habis pikir, sekarang tambah lagi. Manda dan Digo sangat keterlaluan bagi mereka.
"Ini pernikahan, bukan hanya sebuah permainan. Kalian tidak seharusnya mempermainkan pernikahan, jika karena itu saya tidak akan memberikan restu." Trissya angkat suara langsung menentang kemauan Digo dan Manda, semuanya juga setuju untuk menentang Digo dan Manda.
Manda menangis menjelaskannya semua agar mereka semua mau mengerti kemauannya, ini semua karena rasa sayangnya pada Kiara. Ia menginginkan Kiara bisa semangat hidup lagi.
"Daddy tau maksud Manda baik, tetapi kita enggak bisa melakukan itu. Kalau Manda mau menikah sama Digo, kami semua senang pasti akan memberikan restu. Tapi Daddy tidak ingin syarat yang Digo katakan kalian lakukan, kita bisa cari lain untuk membuat Kiara punya semangat hidup dan semangat untuk sembuh lagi," ujar Rezka lembut.
"Atau kita carikan saja Kiara jodoh, pria yang bisa mencintai dan menerima Kiara apa adanya. Pria itu pasti bisa membuat Kiara semangat hidup." Lea memberikan saran yang sebenarnya bagus.
"Enggak ada cara lain lagi Dad, Mom. Selain itu, kalau carikan Kak Ara jodoh itu akan membutuhkan waktu lama. Keadaan Kak Ara saja semakin lama, semakin memburuk. Daddy sama Mommy kan lihat Kak Ara sangat kurus, benar-benar tidak memiliki semangat hidup. Sejak lulus SMA Kak Ara orangnya menutup diri, jadi Kak Ara enggak pernah dekat sama pria lain, sengaja menutup diri. Lagi-lagi karena Kak Ara mengharapkan Bang Digolah yang akan menjadi suaminya." Manda tau itu semua karena mendengar cerita dari Naina, setelah dari rumah sakit. Manda bahkan pergi ke Apartemen Kiara bersama Naina. Di kamar Kiara Manda menemukkan sebuah buku diary, di sana tertulis bertapa cintanya Kiara pada Digo.
Setelah perdebatan sengit, akhirnya Manda dan Digo sudah bisa membuat keluarga mereka setuju. Mereka hanya pasrah, karena Manda dan Digolah yang akan menjalaninya. Mereka tentu mendo'akan ketiganya bahagia dalam pernikahan mereka.
Sekarang PR merekalah adalah meyakinkan orang tua Kiara, mereka tentu harus meminta izin orang tua Kiara juga. Orang tua Kiara baru saja sampai rumah Rezka.
"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian semua kumpul di sini? Lalu menyuruh aku dan Mas Aldo buat buru-buru datang ke sini, sampai harus meninggalkan Kiara di rumah sakit," tanya Keira to the point. Mereka meminta Keira dan Aldo duduk dulu, sebelum Manda dan Digo menjelaskan semua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!