Pagi menjelang siang, seorang gadis kecil yang bernama jihan, sedang bermain sendirian di halaman depan warung mi ayam milik lian ayahnya.
Nampak sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang memasuki kawasan perumahan di daerah tersebut.
Mobil tersebut membawa peralatan rumah tangga, milik salah satu keluarga yang baru saja pindah, dari daerah lain dan akan tinggal di kawasan tersebut.
"Bruuaaaak, Cit" sang pengemudi menginjak rem secara mendadak, karena melintasi polisi tidur, bersamaan dengan adanya salah satu barang yang jatuh, akibat guncangan yang cukup keras dari mobil pickup tersebut, tepat di warung pak lian.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi, Jihan, apa kamu baik-baik saja" ucap salah seorang dari dalam kedai dan langsung berlari begitu saja, menuju sumber suara, pria itu tidak lain adalah Lian, ayah dari gadis kecil itu.
"Astaghfirullah, kalian tunggu disini, biar aku lihat dulu" ucap sang supir bergegas turun menghampiri gadis kecil yang terlihat shock dan kini sudah bersama dengan ayahnya.
"apa kamu terluka, nak". Tanya sang supir.
"Tidak apa-apa, anak saya baik-baik saja, maaf kalau mengganggu perjalanan anda" ucap lian.
"Seharusnya aku yang minta maaf, karena meletakkan sebagian barang begitu saja, dalam mobil ini, hingga sampai ada yang terjatuh" ucap pria itu tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, lagi pula, tidak ada yang terluka" ucap lian. "sekali lagi saya minta maaf, apa ini warung mi ayam anda" sahut pria itu kembali meminta maaf.
"iya, ini hanya warung mi ayam milik saya, hanya warung kecil, perkenalkan aku lian" ucap pria itu merendah.
"Oh, aku hari, aku baru saja pindah ke daerah ini, dan akan menempati rumah nomor 23" sahutnya kemudian mereka saling berjabat tangan.
"Oh, jadi anda tetangga yang akan tinggal di rumah itu, jadi, sekarang kita bertetangga, rumahku di nomor 22" sahut lian.
"Benar sekali, bagaimana pak lian bisa tau, kalau kami akan tinggal di rumah itu" ucap pria itu.
"Bu, Fani tetangga sekitar, yang memberi tahu, kalau ada orang yang akan menempati rumah itu, biasalah komunitas ibu-ibu, berita sekecil apapun, pasti akan cepat tersebar di sini" ucap pak lian menjelaskan panjang lebar.
"Iya pak, saya dan keluarga akan tinggal disini, karena saya baru saja pindah kerja dan dimutasi didaerah ini, dan jangan sungkan untuk mengarahkan kami, agar bisa berkomunikasi dengan tetangga yang lainya". ucap pak hari.
"Tentu saja, kita akan saling membantu". Jawab lian.
"Papa, kami sudah kepanasan di dalam mobil, ayo segera pulang, dan membereskan barang-barang" ucap wanita yang berada di dalam mobil.
"Oh iya, sampai lupa, kenalkan itu istri saya, namanya Titin, dan itu anak laki-laki saya saya, namanya Rangga" sahut pria itu memperkenalkan keluarga kecilnya.
"Masyaallah, dia anak yang lucu, Jihan, ucapkan salam pada mereka" ucap lian meminta anaknya mengucapkan salam pada mereka yang berada didalam mobil.
"Assalamualaikum bibi". ucap Jihan
"Waalaikum salam, sayang, terimakasih ya, kamu baik sekali". jawab bu titin dari dalam mobil.
"Maaf, ya, kami harus segera pergi, ada banyak barang yang harus segera kami turunkan nanti". ucap pak hari. kemudian mengambil benda yang jatuh dan meletakkan kembali dalam mobil miliknya, lalu masuk dalam mobil.
"Wah banyak sekali barangnya, bagaimana kalau aku datang, untuk membantu menurunkan semua barangnya" ucap pak lian memberikan bantuan.
"Terimakasih pak, sudah merepotkan, saya rasa tidak perlu" tolak pria itu tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, kita kan bertetangga, harus saling membantu" ucap pria itu sedikit memaksa.
"Baiklah, terimakasih atas bantuannya, lagi pula, dengan banyaknya barang ini aku juga tidak bisa menurunkan sendirian" ucap pak hari setelah melihat kembali isi barang yang dibawanya, merupakan barang yang sangat berat, dan harus diangkat oleh dua orang.
"Kalau begitu, saya pamit dulu, mau beres-beres, biar cepat istirahat" sahutnya lagi kemudian masuk dalam mobil.
"Pergilah, hati-hati, nanti saya akan menyusul" sahut lian, masuk dalam warung, setelah mobil yang dikendarai pak hari, melaju meninggalkan mereka.
"Jihan kita punya tetangga baru, apa kamu senang" ucap pria itu sesaat setelah berada di dalam warung.
"Iya, aku senang" jawabnya
"Oh iya, kamu tadi belum menghabiskan makananmu, bagaimana kamu bisa berada di luar" ucap lian.
"Aku belum selesai menggambar, tadi baru saja mau menggambar". Ucap Jihan.
"Menggambar" sahut pria itu lalu kembali ke luar diikuti putri kecilnya melihat gambar, yang berada di halaman warung makan miliknya.
"Gambar yang bagus" pujinya sambil tersenyum dan mengacungkan dua jempol nya.
"Kamu akan mendapat hadiah, untuk gambar yang sebagus ini" sambungnya.
"Iya, ayah" ucap gadis itu tersenyum bahagia dan mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu, hadiahnya es krim" ucapnya.
"Aku mau dua". sahut jihan sambil mengacungkan tiga jarinya.
"Kamu mau dua, nah ini baru dua". ucap pria itu membenarkan jari yang yang semula tiga, kini menjadi dua.
"Baiklah" sambungnya kemudian menggendong putrinya dan kembali masuk ke dalam warung.
"tapi sebelum mendapatkanya, kamu harus selesaikan makan lebih dulu" pinta sang ayah.
"Baik ayah" sahu Jihan, melanjutkan makan dengan dengan perlahan.
Beberapa saat kemudian, sesuai janjinya pak lian memberikan dua es krim pada putrinya, lalu pergi ke rumah pak hari untuk membantu menurunkan barang dari mobil dan memindahkan ke tempat yang semestinya di rumah yang akan ditempatkan pak hari dan keluarganya.
Tidak hanya pak lian, banyak tetangga sekitar yang juga ikut membantu, bahu membahu memindahkan barang, menyambut kedatangan keluarganya sebagai tetangga baru, didaerah tersebut. Tak lama kemudian kegiatan yang menguras tenaga selesai, para tetangga, yang antusias membantu akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
"Akhirnya selesai juga, jujur saja lampu di rumah ini sekarang jauh lebih terang dari sebelumnya. Tetangga di sini juga baik-baik, seperti bu fani, dia sampai mau memberi soto ayam lengkap dengan nasinya" ucap pak hari sambil memasang dan merakit kipas angin diruang tengah.
"Iya, saat mama mengantarkan bu fani keluar, dia memberitahu bahwa tetangga kita yang bernama lian, istrinya meninggal tahun lalu, dia juga memberitahu, jangan bertanya tentang hal itu saat bertemu dengannya". ucap bu titin.
"oke" jawab pak hari.
"Tapi, bagaimana istrinya bisa meninggal" tanyanya lagi.
"Menurutnya saat hamil enam bulan, istrinya di diagnosa hipertensi, dokter menyarankan untuk melahirkan dengan induksi, tapi istrinya tidak melakukan apa yang disarankan, dia tidak peduli dengan penyakitnya, keluarganya membujuk untuk melakukan pengobatan, namun tidak berhasil, jadi setelah istrinya melahirkan, istrinya meninggal, dan itu terjadi pada bulan Juli tahun lalu" ucap bu titin sambil meletakkan vas bunga di meja.
Bersambung
Oh, begitu, lalu, gadis yang bersamanya harus kehilangan ibunya saat masih kecil, sungguh sangat di sayangkan" ucap pria itu yang memasangkan baut pada kipas angin.
"Aku pikir keluarga kita, yang tidak lebih baik, dan hal itu benar-benar sangat di sayangkan" ucap wanita itu menyambar plastik pembungkus vas bunga yang berada dimeja, meremasnya serta membuangnya di tempat sampah dengan kasar.
Mendengar hal tersebut, pria itu terdiam sesaat, lalu mencoba mengalihkan perhatian sang istri.
"Sayang, lihatlah, kipas anginnya, sudah dirakit, coba kamu gunakan, biar tidak kepanasan" ucap pria itu bergegas menyambungkan kabel colokan pada listrik.
"Nah sudah, cobalah, pilih angka yang tertinggi" sahutnya lagi sambil mengarahkan kipas angin tersebut pada istrinya.
"Bagaimana, sudah sejukkan" ucapnya tersenyum kemudian menghela nafas pelan.
"Sayang, kita baru saja pindah disini, dan selesai beres-beres, kamu pasti capek, sekarang istirahatlah dan jangan berfikir yang berlebihan, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk urusan perpindahan mutasi kerja, dan akan pulang, setelah semua selesai" ucap pria itu pada sang istri
"Nanti kalau pulang belikan bebek goreng kesukaan Rangga" pinta wanita itu.
"Pasti" jawabnya kemudian berlalu menuju kamar mandi untuk mandi terlebih dahulu agar lebih segar setelah itu pergi ke kantor.
"Rangga" panggil bu titin pada putranya
"Iya, ma, sebentar" jawab Rangga yang berada di dalam kamar barunya.
Saat semua orang berlalu lalang, memindahkan semua barang, Rangga hanya duduk diam dalam kamar, sesekali membantu orang membersihkan dan merapikan barang-barang yang masuk di kamarnya dan saat mendengar panggilan dari sang mama ia bergegas memasukkan sebuah album foto kenangan dirinya bersama keluarga kecilnya dimana didalamnya ada foto sang adik diwaktu masih hidup.
Album tersebut ia masukkan dalam sebuah kardus dan secepat mungkin dimasukkan dalam lemari dan langsung menguncinya, sebelum sang mama masuk dalam kamarnya.
"Iya, ma, aku baru saja selesai merapikan meja" jawabnya beranjak berdiri dan membelakangi lemari.
"Apa yang kamu masukkan tadi" tanya wanita itu, setelah tau bahwa putranya tampak tergesa-gesa menutup lemari.
"tidak ma bukan apa-apa, aku hanya memasukkan komik milikku dalam lemari" jawabnya gugup.
"Minggir, biar mama pastikan kalau itu benar komik" ucapnya sambil meletakkan tas ransel yang dibawanya, tas ransel itu berisi baju Rangga, wanita itu kemudian melangkah hendak menuju lemari untuk membukanya, namun Rangga masih mematung dan enggan beranjak dari tempatnya.
"Rangga" ucap wanita itu memberi tanda agar putranya segera menyingkir.
Rangga menghela nafas dan tetap berdiri membelakangi lemari miliknya.
"Minggir" perintahnya tegas.
Rangga pun menyingkir dan membiarkan sang mama membuka lemarinya.
Setelah membuka lemari betapa terkejutnya bu titin, ia langsung menumpahkan air matanya, kala melihat mainan anak-anak dan album foto keluarga kecilnya dimana ada anak perempuan kecil dalam gendongan sang mama.
Ya, anak perempuan yang dalam gendongan itu adalah adik Rangga, yang sudah meninggal akibat sakit yang di deritanya.
"apa ini?.. apa ini yang namanya komik?" ucap bu titin sambil menahan air matanya.
"Ma, maaf, aku sudah berbohong" ucap Rangga sambil menunduk.
Karena tidak sanggup untuk berkata-kata lagi dan tidak sanggup jika harus terus mengingat putrinya yang telah tiada, bu titin kemudian mengambil foto kenangan itu lalu merobeknya dan mengambil mainan anak-anak itu lalu bergegas keluar rumah untuk membuang semua kenangan itu, ditempat sampah yang berada di pinggir jalan depan rumahnya.
"Bibi" panggil jihan lalu menghampiri bu titin yang hendak masuk kembali dalam rumah setelah membuang album kenangan dan mainan anak-anak dalam tempat sampah.
"Kamu, anak pemilik warung mi ayam itu bukan!" ucapnya pelan.
"Iya, bibi, apa kak Rangga ada di rumah" tanya gadis itu polos.
"Kenapa kamu mencarinya" tanya wanita itu.
"Aku membelikan es krim untuknya" jawabnya menunjukkan es krim yang dibawanya.
"Terimakasih dan tidak perlu, dia tidak suka es krim" jawabnya ketus, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu seorang diri.
Jihan mengurungkan niatnya untuk memberikan es krim itu, lalu ia menoleh dan mendekati tempat dimana mamanya kak Rangga membuang sesuatu di tempat itu.
Menjelang malam hari, lampu-lampu disetiap rumah, sudah mulai dinyalakan.
Dirumah keluarga Jihan, seperti biasa, pak lian membuatkan menu makan malam untuk dirinya dan putri kecilnya.
"Jihan, waktunya makan" ucap pak lian memanggil putrinya untuk makan malam.
"Jihan hari ini kita makan, dengan lauk sate ayam kesukaanmu" ucap pria itu lagi.
Karena tak kunjung datang, ia mencoba menghampiri putrinya yang mungkin masih berada di kamarnya.
"tok,, tok,, tok,,, Jihan waktunya makan" sahutnya langsung membuka pintu kamar mengajak putrinya untuk makan malam terlebih dahulu.
"Ayah" panggil gadis itu.
"Ada apa nak" tanya pria itu menghampiri putrinya yang terlihat mengotak-atik sesuatu di kamarnya.
"Ayah, sepertinya kak Rangga punya adik" ucap gadis itu menunjukkan lembaran foto yang telah robek menjadi beberapa bagian.
"Dari mana kamu mendapatkan ini" tanya pria itu.
"Dari mamanya kak Rangga, tadi ia membuangnya dan ada juga mainan yang banyak sekali, jadi aku mengambilnya" jawab gadis itu sambil menunjukkan kardus yang berisi mainan.
"Astaghfirullah, nak, ini sudah dibuang, kamu tidak boleh mengambilnya, lebih baik dibuang saja, nanti ayah akan membelikan mainan yang baru untukmu" ucap pria mengambil kardus berisi mainan dan hendak membuangnya kembali.
"Jangan ayah, ini semua sudah kuambil dan menjadi milikku sekarang" ucap jihan merebut kembali kardus dari ayahnya.
"Jihan, sini, dengarkan ayah, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain yang sudah dibuang apalagi ini milik adiknya" sahut pak lian menjelaskan.
"Kenapa tidak boleh diambil ayah" tanyanya.
"karena mereka tidak ingin mengingatnya kembali dan Rangga sekarang sudah tidak punya adik lagi" jawab pak lian datar.
"Apa ini sama seperti ibuku, dia sudah meninggal" ucap gadis itu.
"Mungkin saja, bisa juga saat ini dia sedang bermain di kolam susu menjadi peri yang cantik" jawab pria itu sambil tersenyum.
"Lalu, apakah ibuku akan kembali ayah" tanyanya
"Tidak, nak, ibu tidak akan kembali, dia akan tinggal di sana selamanya untuk menjadi peri, tapi, tidak apa-apa sayang, suatu saat nanti kita semua pasti akan kesana dan berkumpul kembali dengan kelurga yang kita sayangi" ucap pak lian menjelaskan.
"Berapa lama kita akan kesana ayah"
"Hem,, mungkin sampai kamu sudah menjadi nenek-nenek, atau mungkin juga sampai kamu menjadi buyut hingga kamu hanya bisa berjalan dengan membungkuk" sahutnya tersenyum sambil mencolek hidung Jihan yang terus-menerus bertanya.
"Oh begini, seperti ini ya, tahu goreng, tahu goreng, hei anak muda apakah kamu mau beli tahu goreng" ucap jihan sambil memperagakan nenek-nenek yang berjalan dengan membungkuk.
"Ha ha ha, bolehkah saya mencobanya lebih dulu" ucap pak lian
"Boleh anak muda coba saja pasti rasanya enak" jawab Jihan
Begitulah mereka, selalu ada canda tawa antara ayah dan anak. pak lian kemudian memperagakan cara makan tahu goreng yang rasanya sangat enak.
"Sudah-sudah, sekarang, waktunya kita makan malam, jangan bermain lagi, tapi sebelum itu, ayah mau membuang ini dulu" ucap pria itu mengajak Jihan pergi ke meja makan sambil membawa kardus yang berisi beberapa mainan yang dibawa Jihan sebelumnya. Namun dengan sigap Jihan menyambar kembali kardus itu dan secepat mungkin memasukkannya dalam lemari miliknya.
"Ayah, aku sudah mencoba melupakan semuanya termasuk ibu, tapi untuk yang ini izinkan aku memilikinya" ucap gadis itu sambil memeluk erat sang ayah seraya memohon.
"Hem,, baiklah kalau begitu" ucap pak lian sambil menghela nafas pelan dan juga membalas pelukan putrinya.
"Untuk sementara ayah tidak akan membuangnya, sekarang, cuci tangan, lalu kita pergi makan" sahutnya lagi.
"Baik ayah" jawab gadis itu
karena sudah di izinkan untuk memiliki mainan itu Jihan bergegas ke dapur untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan.
Sebelum beranjak dari kamar putrinya, pak lian melihat foto yang telah robek dan beliau mencoba menyatukan kembali foto tersebut.
Pagi hari di warung mi ayam pak lian.
"Assalamualaikum, lian, lian" panggil bu Kiki dengan nafas tersengal mencari keberadaan lian di warung mi ayam milikinya.
"Waalaikum salam, selamat pagi, bu ada apa" tanya pria itu.
"Astaghfirullah, lian, kenapa masih menggunakan baju seperti ini, kenapa tidak ganti pakaian yang lebih bagus" ucap bu Kiki panik.
"Bu, kenapa saya baru saja berganti pakaian dan menurutku pakaian ini bagus dan bersih" sahutnya datar.
Saat bu kiki datang, jihan sedang asik bermain dengan mainan terbarunya, sedangkan lian sedang mengelap salah satu meja yang tersedia.
Bu kiki adalah ibunya lian dan neneknya jihan.
"Begini lian, saat kamu hendak, bertemu dengan seseorang pertama kalinya, bukankah seharusnya kamu memberikan kesan yang terbaik" ucap bu kiki.
"Hem, melihat seseorang itu tidak harus dari pakaiannya bu" jawab lian santai.
"Ya sudahlah, terserah kalau begitu, cepatlah pergi, jangan sampai seorang wanita sampai di sana lebih dulu, itu merupakan hal buruk jika dia harus menunggu terlalu lama" ucap bu kiki pasrah.
"Baiklah, saya akan bersiap-siap dulu" jawab pria itu.
"Nenek, kita mau kemana" tanya jihan.
"Jihan, kita akan pergi ke taman bermain untuk bermain disana" jawab bu kiki.
"Pergi ke taman! asik, aku boleh memancing ikan yang ada di sana, dan bermain sepuasnya" tanya jihan sambil melompat kegirangan
"Boleh, jihan boleh bermain sepuasnya" jawab bu kiki sambil mengelus rambut sang cucu.
"Ayo, bu, aku sudah siap" ucap lian mengajak ibu dan anaknya pergi ke taman.
"Pak, anwar saya pergi dulu, ya, jaga warung, mi nya sudah saya siapkan di tempat biasanya" ucap lian pamit pada salah satu karyawannya.
"Iya, pak, semoga sukses kencannya" jawab karyawan itu.
Ditanam bermain.
"Assalamualaikum, maya, ini jihan putrinya yang sering aku ceritakan padamu sebelumnya" ucap bu kiki memperkenalkan cucunya.
"Waalaikum salam bu" jawab maya yang terlihat sambil menggandeng putranya.
"Astaga kalian ini, bukankah sebelumnya kalian sudah saling kenal" sahut bu kiki.
"Bibi bisa saja, kenalkan mas ini anakku namanya zidan" ucap maya.
"zidan beri salam pada nenek dan paman" perintah maya pada putranya.
"Assalamualaikum, paman, assalamualaikum nenek" ucap zidan polos sambil mencium tangan keduanya
"Waalaikum salam" jawabnya beriringan
"Anak yang pintar, berapa umurmu nak" tanya lian.
"Tujuh tahun, paman" jawabnya.
"Oh, tujuh tahun, kenalkan ini putri paman, namanya jihan, usianya lima tahun" ucap lian pada bocah itu.
Melihat ayahnya begitu akrab dengan orang lain yang menurutnya asing jihan sangat kesal menekuk wajahnya disamping neneknya
"Jihan ayo berkenakan dengan kak zidan" ucap lian meminta putrinya berkenalan.
"Tidak mau" tolak gadis itu berlari menjauh dari semuanya.
"Jihan, jihan" panggil lian pada putrinya.
"Sudah lian, biar ibu saja yang menemani jihan, kalian ngobrol saja, saling mengenal satu sama lain" ucap bu kiki.
"Iya bu, titip jihan" ucap lian.
"Jihan sayang, tunggu nenek sayang" panggil bu kiki sambil berlari kecil mengejar jihan.
"Apa kamu juga ingin bermain, nak" tanya maya pada zidan putranya.
"Iya, bu" jawab bocah itu.
"Iya nak, ajaklah adikmu itu bermain" sahut lian menyebut jihan adalah adik bocah itu.
Mendengar hal tersebut membuat maya memandang lian dengan mata berkaca-kaca dan dipenuhi tanda tanya.
"He, he he, akhirnya semua pergi, Maaf, anak-anak masih kecil tidak mengerti" ucap lian tersenyum bahagia tanpa beban.
"Disana ada tempat duduk, bagaimana kalau kita duduk disana" sahut maya.
"Iya, duduklah" ucap lian sesampainya di sebuah kafe yang ada di tanam tersebut.
"Santai saja, namanya juga anak-anak" jawab maya kikuk.
"Eh, mbak saya pesan es campur nya dua" ucap lian pada pelayan kafe yang kebetulan melintas
"Iya, ditunggu sebentar" jawabnya.
Sesaat kemudian tidak obrolan yang keluar diantara mereka berdua, keduanya hanya diam sambil sesekali menatap kemudian menunduk lagi. maya adalah sahabat lian sewaktu masih bersekolah, tak lama kemudian pesanan es campur telah sampai.
"Ini mas, mbak pesanan es campur nya" ucap pelayan meletakkan dua gelas es campur di meja kemudian berlalu.
"Terimakasih" ucap mereka berdua kikuk.
"Dari apa yang dikatakan ibu, istrimu meninggal karena sakit, ya" ucap maya membuka obrolan.
"Benar" jawab lian singkat.
"dan meninggalnya masih belum lama" ucap wanita itu.
"Ya, begitulah, ibuku, selalu saja mencarikanku seorang istri, tepatnya empat puluh hari setelah istriku meninggal, tapi sampai sekarang masih belum ada yang cocok" jawab lian.
"Aku mengerti" ucap maya mengangguk.
"Orang tua, pasti menyarankan anaknya untuk hidup dengan memiliki pasangan dari pada hidup melajang atau menduda. Itu sebenarnya saran yang bagus dari pada supaya kita terhindar dari hal-hal yang dilarang agama seperti berzina misalnya" ucap maya panjang lebar.
"Hem,, Benar" jawab lian sambil menghela nafas pelan.
"Kalau boleh tau apa kesukaanmu" tanya maya.
"Kesukaan, oh, iya, aku suka memasak" jawab lian salah tingkah.
"Memasak" ucap maya lagi heran.
"Ya, memasak, kebetulan aku punya warung mi ayam, dan biasa masak sendiri, walaupun kadang sering juga, dibantu ibu" jawab lian kikuk.
"Apakah ada yang lain" tanya maya lagi.
"Yang lain, sepertinya tidak ada, soal nya aku hanya sibuk di warung" jawabnya.
"Hem, bagaimana denganmu, apa yang kamu suka" tanya lian salah tingkah.
"Kalau aku suka membaca tentang kehidupan para remaja, dan kehidupan dalam berumah tangga, selain itu aku juga suka menulis novel" jawab maya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!