NovelToon NovelToon

Suamiku Playboy

minta izin menikah lagi

Hati wanita manakah yang tak akan sakit. Mendengar penuturan suaminya kalau suaminya mencintai wanita lain dan dia ingin menikahi wanita itu.

Sungguh perih rasanya. Hati wanita itu sangatlah rapuh. Dan luka wanita itu,sangatlah susah untuk di sembuhkan

Memiliki madu.

Apa yang akan kalian fikirkan?

Yah, memang inilah kehidupan yang tersulit untuk seorang wanita. Memliki madu, dan hidup dengan suami yang terbagi. Namun bukan ini yang Andira inginkan. Dia menginginkan kalau dia mendapatkan seorang suami yang utuh tanpa harus ada kata berbagi.

Memiliki madu, bayangan itu yang yang terus menghantui fikiran Andira Edista Amalia. Bayangan itu terus merasuk dalam dirinya.

Andira masih memikirkan ucapan suaminya, yang katanya dia akan menikah lagi dengan kekasih yang di cintainya.

Apakah dia tidak menyadari, kalau di sisinya ada hati yang terluka.

Berpoligami. Akankah Gilang bisa adil dengan istri-istrinya nanti.

Andira merasa begitu tersakiti. Dia sama sekali tak menyangka dengan suaminya itu.

Di hari ulang tahun pernikahan yang ke satu tahun, seharusnya hari itu adalah hari kebahagiaan pasangan suami istri itu. Namun tidak dengan Andira. Andira harus menelan kepahitan. Andira harus di hadapkan oleh sesuatu yang sangat sulit. Suaminya meminta izin untuk menikah lagi.

Andira Pov.

Malam ini, kami sedang menikmati malam yang sangat romantis. Aku bersama Gilang masih setia bersantap di ruang makan. Kami sangat menikmati makan malam ini.

Malam ini, hanya ada canda tawa yang memecah kesunyian di rumah kami.

Aku memasakan untuknya makanan ke sukaannya. Dan akupun memesan sebuah kue tart untuk merayakan hari jadi kita. Betapa bahagiannya aku, sekarang aku telah menjadi seorang istri dari suami yang aku cintai.

"Sayang..." Gilang menyentuh tangan ku. Dia menggenggamnya erat-erat.

Yah memang begitulah dia, dia adalah sosok lelaki yang sangat romantis.

"Kamu cantik sekali malam ini sayang." Pujinya, membuat hati ku terasa melayang.

Akupun tersenyum.

Gilang mengecup punggung tanganku.

"Aku punya sesuatu buatmu." Ucap Gilang.

"Apa sayang?" tanya ku penasaran.

Gilang memberikan sebuah kotak kecil, dan dia memberikannya padaku.

Akupun meraihnya. Aku buka kotak itu perlahan. Dan ternyata itu adalah kotak

kalung berlian yang sangat indah.

"Wah, bagus banget sayang. Aku suka banget, kalung ini indah banget sayang!." Aku begitu bahagia.

Gilang kemudian memasangkan kalung itu di leherku. Gilang begitu sangat romantis malam ini.

Dia memeluk ku dari belakang, Dia menciumi bagian belakang leherku. Membuat aku berdebar di buatnya.

Namun aku belum menyadari apa yang akan dia katakan.

Gilang kemudian duduk kembali di sampingku.

Gilang mengambil satu kotak lagi.

Dan kotak itu berisi sebuah cincin berlian yang berkilauan. Akupun menyunggingkan senyum.

"Sayang, kamu romantis banget. Kamu udah mau memberikan aku kalung dan cincin untuk ku. Aku sangat bahagia sayang."

Gilang memegang kotak cincin itu.

"Ini cincin yang akan aku pakaikan pada Rani nanti." Ucap Gilang mengejutkan.

Deg.

Kata-katanya begitu sangat menyayat hatiku. Tubuhku dan hatiku rasanya seperti akan hancur berkeping-keping.

Rani? siapa Rani? aku pun tak tahu.

Air mataku pun mulai menetes. Tak terasa aku seperti sudah mati. Semua menjadi gelap. Akupun ambruk di meja makan malam itu.

***

Saat aku tersadar, aku sudah ada di atas tempat tidur. Gilang tersenyum padaku tanpa dosa.

Aku menghela nafas dalam. Mencoba memberi kekuatan pada diriku sendiri.

"Aku akan menikahi Rani. Sudah lama aku mencintainya sayang. Dan sekarang, aku benar-benar akan menghalalkannya." Kata Gilang menuturkan.

Ucapannya begitu sangat memukul hatiku.

Perih rasanya. Bahkan jantung inipun seperti ingin berhenti berdetak seketika itu juga.

"Kenapa kamu mau menikah lagi Mas? apa salah ku selama ini? apa kekurangan ku? aku sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu."

"Kamu sempurna untuk ku sayang."

"Kenapa kamu mau menerima perjodohan ini Mas, kalau pada akhirnya kamu akan menyakitiku." Ratap ku sembari menahan air mata yang akan terjatuh dari pelupuk mata ku.

"Sayang, aku menerimamu karena aku tidak mau mengecewakan kedua orang tuaku."

"Lantas, kenapa kamu mau menikah lagi? apa kamu belum bisa mencintaiku?" tanyaku.

"Aku sangat mencintaimu sayang. Tapi aku juga mencintai Rani. Bahkan aku lebih lama mencintai Rani."

"Aku nggak mau berbagi suami Mas. Kalau kamu mau menikah lagi, maka ceraikanlah aku!" kataku sebisa mungkin untuk tenang.

"Tidak! aku tidak mau kehilanganmu juga. Aku pun mencintaimu juga sayang."

"Serakah kamu Mas! tapi aku nggak mau berbagi cinta Mas. Ceraikan aku atau kau tinggalkan dia! " pintaku.

"Keputusanku nggak, dua-duanya..." Katanya yang beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamarku meninggalkan aku sendiri.

***

Author pov.

Andira masih menangis di kamar. Dia terduduk di lantai sembari memeluk kedua lututnya.

Dia tidak menyangka dengan suaminya. Dia fikir, suaminya telah mencintainya dan melupakan wanita yang di cintainya.

"Kamu jahat Mas Gilang! kenapa kamu tega dengan aku. Kamu tega Mas. Kalau akhirnya kamu akan melukaiku begini, kenapa kamu harus mau di jodohkan dengan ku, Kenapa kamu harus mau menikah denganku. Sakit Mas..."

Andira masih bergumam, yang di iringi dengan isak tangisnya. Tiba-tiba ponselnya berdering.

Gilang menelponnya.

Di gesernya tombol hijau.

"Halo..."

"Malam ini aku tidak pulang. Aku akan menginap di rumah Rani."

"Tapi Mas,"

"Udahlah, Jangan bawel. Kalau kamu pengin sesuatu atau butuh apa-apa, Mintalah sama Mbak Muti. Kalau perlu, aku akan tambah satu asisten rumah tangga lagi buatmu."

Hati wanita mana yang akan rela suaminya bermalam di rumah pacarnya atau calon madunya. Tidak akan pernah rela. Apalagi Gilang belumlah sah menjadi istri Maharani.

Bibir Andira bergetar. Dia benar-benar bingung dengan apa lagi yang akan di kataknnya pada suaminya itu.

Akan kah dia untuk mengatakan untuk "pulanglah Mas"

Apa itu mungkin? karena sebelum itu, Gilang sangat bersikukuh untuk menikahi Maharani. Dan dia juga bilang, dia mencintai Maharani lebih dulu sebelum mencintainya.

Sebenarnya siapa Maharani? dan seberapa lama Gilang sudah berhubungan dekat dengannya?

Andira tidak pernah tahu.

Andira baru setahun menikah dengan suaminya itu. Jadi dia belum tahu banyak tentang suaminya.

Andira menerima perjodohan ini pun, karena orang tuanya yang menyuruhnya. Gilang adalah seorang lelaki yang lembut dan penuh perhatian.

Dia begitu romantis dan tidak pernah marah juga main tangan. Yah, begitulah sosok Gilang yang selama ini Andira tahu.

Saat Gilang mengatakan dia akan menikah lagi, kata-kata itu seperti membuat tamparan keras di hati Andira. Tamparan hati yang menyakitkan.

Akan seberapa kuat Andira bertahan dengan hidup poligaminya nanti. Bagaimanakah dia akan menjalani kehidupan untuk berbagi suami dengan wanita yang bernama Maharani itu.

****

Sendiri.

Malam ini, Andira masih menatap ke arah cermin riasnya. Air matanya menetes mengiringi getaran hatinya.

Getaran hati seorang istri, yang sangat takut untuk mempunyai madu.

Andira menangis, saat mengetahui kalau suaminya tidak pulang lagi malam ini.

"Mas, apa yang kamu lakukan padaku. Setega itukah kamu kepadaku? Apa salahku selama ini Mas?" Gumam Andira.

Tok tok tok...

"Bu, bu Andira..." Ucap Mbak Muti Asisten rumah tangga Andira, mengetuk kamar Andira.

Andira menyeka air matanya. Dia buru-buru melangkah ke arah pintu.

Ceklek,

Andira membuka pintu kamarnya.

"Mbak Muti, " ucap Andira.

Andira tersenyum. Namun di balik senyum itu ada luka, luka yang tak pernah orang tahu seberapa dalam luka itu.

"Ibu habis nangis?" tanya Mbak Muti penasaran.

Andira tersenyum. Dia menggeleng.

"Aku nggak apa-apa kok Mbak."

Walau hatinya menangis, namun dia tidak akan pernah mau membagi kesedihan pada orang-orang terdekatnya. Biarlah kesedihan itu dia pendam sendiri tanpa harus orang lain tahu.

Andira keluar dari kamarnya dan melangkah ke arah meja makan.

Di meja makan, Andira duduk. Di meja makan, sudah tampak banyak sekali makanan yang Mbak Muti masak malam ini.

"Mbak Muti, banyak sekali makanan ini?" tanya Andira.

"Iya Bu. Saya masak seperti biasanya kok."

"Mbak, Bapak nggak pulang malam ini. Jadi Bapak nggak makan dirumah," jelas Andira.

"Oh, gitu ya Bu. Maaf, saya nggak tahu Bu."

Andira menatap semua makanan-makanan itu.

"Sayang sekali makanan ini. Siapa yang mau makan?" ucap Andira.

Mbak Muti sedari tadi masih memandang ke arah majikannya. Tidak seperti biasa, majikannya itu murung. Karena selama mbak Muti kerja di rumah Andira, Andira itu selalu tersenyum. Dan yang Mbak Muti tahu, kalau Andira itu, selalu ceria.

" Ibu kenapa yah, kok murung gitu. Apa lagi ada masalah yah sama Bapak? Setahu ku, mereka baik-baik aja." Gumam Mbak Muti ditengah kesibukannya mencuci piring.

Andira masih tampak sedih. Hatinya sangat kalut. Kata-kata suaminya kemarin itu, membuatnya tidak enak makan, dan tidak enak tidur.

"Apa yang akan aku lakukan? apakah aku akan kuat menghadapi kenyataan ini sendiri?" ucap Andira.

Mbak Muti mendekat. Mbak Muti itu, adalah asisten rumah tangga yang Gilang pekerjakan di rumahnya satu tahun yang lalu.

Karena setelah Andira dan Gilang menikah, Gilang memboyong Andira , ke rumahnya sendiri.

Andira menghela nafasnya dalam-dalam. Mencoba memberi kekuatan pada dirinya sendiri.

Ya Allah, berikanlah aku kesabaran untuk menghadapi kenyataan ini. Batin Andira.

Lagi-lagi setetes air mata itu menjatuhi pipinya.

"Ibu kenapa? Ibu nggak Apa-apa?" tanya Mbak Muti.

Lagi-lagi Andira menggeleng.

"Aku nggak apa-apa. Mbak, temanin aku makan yah." pinta Andira

"Iya Bu." Kata Mbak Muti mengiyakan.

"Sayang makanan ini." Ucap Andira penuh kesedihan.

Mbak Mutipun akhirnya menuruti kata Bu Andira. Dia menemani Bu Andira makan.

Sepi. Suana sangat sepi. Di rumah Andira, hanya ada Andira dan Mbak Muti saja.

Andira menatap ponselnya. Dia berharap kalau suaminya akan menelponnya malam ini.

Namun ponsel itu, hanya diam. Tidak ada deringan ataupun pesan masuk.

Andira meraih ponselnya.

"Apa aku telpon saja yah Mas Gilang?." Gumam Andira.

Andira kemudian mencoba menelpon suaminya.

Namun ponsel Gilang ternyata sedang tidak aktif. Sudah beberapa kali Andira menelpon, namun selalu saja tidak ada jawaban.

"Kemana kamu sih Mas? jahat banget...! apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan ku?" gumam Andira.

Mbak Muti bingung dengan Bu Andira.

Apa yang sedang terjadi pada Ibu dan Bapak yah? Setahu ku kan, mereka sangat harmonis rumah tangganya. Bapak juga sayang banget sama ibu. Bapak tidak pernah kasar sama ibu. Lantas, kenapa ibu seperti sedih begitu.

Batin Mbak Muti.

"Mbak, aku ke kamar dulu yah. Mbak Muti, lanjutin aja makannya. Setelah ini, Mbak Muti bisa kok istirahat, setelah membereskan makanan-makanan ini."

"Baik Bu."

Andira kemudian melangkah pergi untuk ke kamarnya.

Dia membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Lelah, sangat lelah. Sudah seharian dia menangis. Dan malam ini, adalah malam ke dua suaminya tidak pulang kerumahnya.

...****************...

Malam ini, dua orang pasangan kekasih sedang saling bermesraan. Sepertinya mereka tampak lelah. Karena mereka baru pulang shoping.

Maharani membeli berbagai macam kebutuhan. Seperti pakaian, peralatan make up, dan apa saja yang dia inginkan, pasti akan pacarnya itu belikan. Dia sepertinya sangat di manja oleh pacarnya itu.

Cup.

Maharani mengecup pipi Gilang.

"Makasih yah sayang, untuk semua ini." Kata Maharani.

Gilang tersenyum."Iya sayang."

Gilang melangkahkan kakinya ke kamar. Yah, kamar di mana Gilang dan Maharani tidur.

Menjijikan, sangat menjijikan!. Sosok Maharani yang di pandang orang sebagai wanita terhormat dan mempunyai jabatan tinggi, ternyata dia tak lebih dari seorang pelakor.

Maharani yang terlihat di depan mata orang, adalah sosok yang mudah berbaur,ramah,dan sosok penyayang itu,ternyata masih mau berhubungan dengan lelaki yang sudah beristri.

Memang mereka berpacaran sudah cukup lama, apakah mereka pantas,untuk tinggal satu rumah? Seandainya orang Tua Gilang tahu, mungkin saja mereka akan marah besar kepada Gilang. Mungkin saja Gilang bisa di copot dari jabatannya sebagai seorang presdir.

Yah, presiden direkturlah jabatannya sekarang. Ayah Gilang, sudah menyerahkan semua pada Gilang.

Sebenarnya posisi itu seharusnya adalah untuk Fikri Kakaknya Gilang, namun karena Fikri sekarang masih mengelola bisnis di luar negeri, jadi jabatan itu di serahkan oleh Gilang.

Dan seharusnya Fikrilah yang akan di jodohkan dengan Andira. Namun karena waktu itu Ayah Andira sakit, dan Ayah Andira sebelum meninggal kepengin melihat anaknya itu menikah, akhirnya Gilang terpaksa menikahi Andira.

Maharani sekarang sudah berada di sisi ranjang, dia sudah mengenakan piama. Dan mereka siap untuk bermalam di rumah baru mereka.

Yah,rumah baru. Sekarang Gilang telah memberikan rumah baru untuk kekasih tercintanya itu. Siapa lagi kalau bukan Maharani.

Gilang memanglah lelaki baik. Namun kelemahannya adalah, dia selalu tergoda dengan bujuk rayu perempuan.

Sementara sosok Andira adalah sosok yang pendiam dan tidak pandai merayu. Dia hanyalah wanita polos yang jujur dan penuh kesabaran. Dia orang yang sangat tertutup dan selalu mau berkorban. Dan sekarang dia berkorban dengan perasaanya. Perasaan yang harus dia tutupi ke semua orang, kalau sekarang suaminya akan menikah lagi.

...****************...

Malam ini, Andira dan Gilang duduk bersama di meja makan. Mereka di undang makan malam oleh orang tuanya Gilang.

"Gilang, gimana pekerjaanmu di kantor?" tanya Papa Gilang sembari menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

"Oke, Semua beres kok Pa." jawab Gilang.

Di tengah makan malamnya,

tiba-tiba saja Andira sakit. Dia mual. Dia kemudian pamit untuk ke toilet. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi merasa sering pusing dan mual.

Tak mau menjanda.

Mama Gilang langsung memburu menantunya itu. Dia sangat begitu khawatir.

Hoek..hoek..

"Nak kamu kenapa?" tanya mama Gilang panik.

Andira menatap mertuanya lekat.

"Aku nggak apa-apa kok Ma," jawab Andira

Andira membasuh mukanya dengan air. Setelah mualnya mulai mereda, diapun kembali ke meja makan.

Namun apa yang Andira lihat? Gilang suaminya cuek saja pada Andira. Sekarang dia tidak seperhatian dulu lagi. Bahkan untuk segera bilang kenapapun, tidak. Suami macam apa dia. Dia seperti sudah menganggap Andira itu tidak ada.

Andira yang masih dengan wajah pucat, kembali duduk. Dia melirik ke arah suaminya. Dia tahu apa yang sedari tadi suaminya lakukan. Dia sedang bermesra-mesraan di chatnya itu bersama Maharani.

Mas Gilang udah berubah sekarang. Apa karena dia akan menikah dengan Rani? kalau tahu gitu, mending aku nggak usah nikah dengan dia. Mending aku nunggu Mas Fikri aja. Batin Andira

"Sayang, kalau kamu sedang sakit, ya udah, kamu nginep di sini dulu...!" pinta mama Gilang

"Aku ngga apa-apa kok Ma." Kata Andira

"Gilang, sebentar lagi Kak Fikri pulang, dan dia akan membantu kamu di kantor." Kata papa Gilang.

Deg.

Hati Gilang sangat begitu resah. Betapa tidak, Fikri akan bekerja kembali di kantornya. Itu artinya dia tidak bisa bebas melakukan apapun dengan Maharani. Dan seandainya posisi Gilang di gantikan oleh kakaknya lagi, Ah, Gilang tidak bisa membayangkan semua itu.

"Andira mau nginap di sini?" tanya Gilang.

"Iya." jawab mama Gilang. "Nggak apa-apakan dia temanin Mama di sini?"

"Oh...nggak apa-apa dong Ma, Andira nginep di sini. Gilang malah senang. Mama jadi ada temannya." kata Gilang.

Andira menatap suaminya tajam. Yah, jelas saja Gilang akan merasa sangat puas jika Andira menginap di rumah Mamanya. Dia akan bebas menemani Rani tanpa gangguan dari Andira.

"Ya udah Ma, Pa. Kayaknya aku harus pergi deh. Biarin Andira di sini dulu. Aku mau pulang, mau tidur di rumah." Kata Gilang.

"Lho, kok gitu. Kamu tidak menemaninya malam ini?" tanya Mama Gilang

"Gilang capek banget. Mau tidur di rumah aja." Kata Gilang.

"Nggak bisa gitu dong Gilang. Kamu harus temanin Andira nginep di sini." Mama tidak mau kalah.

"Ah, nggak bisa Ma. Gilang masih banyak urusan. Banyak kerjaan yang harus Gilang selesaikan." Kata Gilang.

"Biarin Mas Gilang Ma, mungkin dia lagi pengin istirahat di rumah. Nggak apa-apa kalau Andira nginep di sini sendiri." Kata Andira

"Ya udahlah." Mamapun akhirnya mengalah.

Setelah kepergian Gilang, Andira pergi ke kamarnya. Dan di sinilah dalam kesendiriannya, tangisnyapun memecah kesunyian.

hiks...hiks... Andira menangis.

"Aku yakin. Pasti Mas Gilang menemui perempuan itu. Aku yakin, Mas Gilang itu tidak pulang ke rumahnya." Gumam Andira.

Malam ini, Andirapun sendiri. Dalam kesendiriannya, dia menangis. Tangisan seoang istri yang takut kehilangan suaminya, sekaligus takut menjadi janda.

Janda. Iya, Apa yang akan kalian fikirkan tentang janda. Janda itu, wanita yang selalu menjadi bahan olokan para orang.

Janda itu, akan menjadi bahan perbincangan laki-laki. Mungkin kebanyakan dari kaum lelaki itu, merendahkan kaum wanita yang bernama janda.

Mereka para lelaki itu, pasti selalu bergosip ria tentang perihal janda. Terkadang ada juga lelaki yang menginginkan janda itu menjadi simpanan, menjadikan janda itu istri kedua, atau menjadikan janda itu selingkuhan. Walaupun tidak semua lelaki seperti itu. Namun Andira juga tidak mau dirinya menjadi janda. Apalagi dia itu masih sangat muda.

Lagi-lagi Andira melirik ponselnya. Dia melihat apakah ada notifikasi masuk atau tidak. Dia berharap kalau Gilang suaminya itu akan menelponnya.

Tapi ponsel itu hanya diam. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya menelponnya.

Andira meraih ponselnya.

"Mas, Bagaimana nanti jika kamu sudah menikahi Maharani. Belum menikahinya saja, kamu sudah bersikap begini padaku." Ucap Andira.

***

Malam ini, Andira menginap di rumah mertuanya. Dia tertidur sendiri di kamarnya. Hingga akhirnya, adzan subuhpun menggema. Andira terbangun dan langsung melaksanakan sholat subuh.

Setelah itu, Andira pergi ke dapur. Dia tersenyum saat melihat sosok lelaki yang sedang menuang air minum di dapur.

"Mas Gilang. Ternyata kamu nginap di sini Mas." Ucap Andira.

Sosok lelaki yang berpawakan seperti Gilang itu menoleh.

Dia tersenyum.

Andira terkejut bukan main. Mulutnya ternganga, dia tidak menyangka kalau lelaki yang berpawakan tinggi tegap, namun lebih tampan ketimbang Gilang itu, sedang ada di dapur bersamanya.

Yah, dia adalah Fikri Kakak gilang. Setelah beberapa tahun Fikri di tugaskan untuk bekerja di London, Sekarang Fikri kembali. Dan dia tinggal di rumah orang tua Gilang.

Yah,Fikri ini yang tadinya mau di jodohkan dengan Andira. Namun karena suatu kejadian, sehingga Andira harus menikah dengan adiknya Fikri yaitu Gilang.

Lelaki itu kemudian mendekat.

"Kamu pasti Andira yah?" terka Fikri dengan senyum menawannya.

Andira tersenyum malu. Dia tampak sedikit mengaggumi kakak iparnya itu.

"Kamu siapa?" tanya Andira.

"Apa kamu tidak mengenal suara ku Andira." Kata Fikri masih mengulas senyum.

Andira tersenyum.

"Mas Fikri."

"Iya. Aku Fikri."

Yah, sebelum Andira menikah dengan Gilang, dia itu sudah didekatkan dengan Fikri. Mereka belum pernah bertatap muka. Mereka hanya berhubungan lewat telpon dan chat saja.

"Oh iya. kita ngobrol-ngobrol yuk di taman belakang." ajak Fikri.

"Iya."

Andirapun akhirnya mau di ajak ngobrol oleh kakak iparnya itu.

Fikri memang lebih tampan dari Gilang, dia lebih humoris dan juga perhatian.Fikri dan Andira sangat begitu akrab.

Saat Andira sedang mengobrol dengan Fikri, tiba-tiba saja Gilang datang dan langsung menghajar Fikri kakaknya.

"Kurang ajar kau Gilang...! Kenapa kamu pukul aku?! " teriak Fikri.

"Aku nggak suka, Kakak dekatin istri aku Kak." Kata Gilang penuh emosi.

"Ya jangan gitu dong caranya. Bisa ngomong baik-baik kan."

"Ayo kita pergi dari sini sayang. Kita kembali kerumah." kata Gilang menyeret Andira pelan.

Andirapun akhirnya menurut.

***

Andira Pov.

Pagi ini, adzan subuh menggema, kulihat Mas Gilang masih tertidur pulas. Aku merasakan kehangatan yang Mas Gilang berikan padaku, semalam waktu dia menyentuhku. Entah sudah berapa lama aku tidak di sentuh olehnya.

Aku sangat bahagia waktu Mas Gilang memberikanku nafkah batin. Aku seperti menjadi seorang wanita yang merasa sangat di sayangi. Aku harap Mas Gilang akan selalu memberikan ku nafkah batin saat aku membutuhkan.

"Mas, bangun Mas! kita sholat yuk!." Ajak ku pada Mas Gilang.

Mas Gilang menggeliat.

Hoaaam...

"Jam berapa sayang?" tanya Mas Gilang.

"Jam lima Mas."Jawabku singkat.

"Ya udah yuk, sekalian kita mandi bareng."

"Apa?" Pekik ku saat dia mengatakan dia menginginkan mandi bersama ku.

"Kok kaget gitu? Kita kan suami istri. Dan di sini kan rumah kita sendiri. Nggak ada siapa-siapa. kenapa mesti malu." Ucap Mas Gilang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!