NovelToon NovelToon

Dikhianati Oleh Orang-Orang Terdekat

Bab 1

[Dek, cepetan. Mas, udah gak tahan]

Lita mengerutkan keningnya, ketika membaca pesan yang masuk di aplikasi hijaunya dari sang suami.

"Apa maksud Mas Doni? Dan sejak kapan dia panggil aku DEK, lalu gak tahan kenapa?" gumam Lita penasaran

Baru saja Lita hendak mengetik balasan pesan dari sang suami, tiba-tiba pesan tersebut sudah di hapus oleh sang suami.

[Mas, chat apa kok di hapus??] Lita mengirim pesan tersebut dan pura-pura tidak tahu

[Bukan apa-apa, Sayang. Hanya salah kirim] balas Doni dengan cepat.

[Oh ya, Sayang. Kalau aku pulang, kamu mau nitip apa? Martabak, Bakso, Mie Ayam, atau Sate]

Lita tersenyum membaca pesan yang di kirim sang suami, Doni. Doni tipikal memang pria seperti itu, setiap pulang kerja selalu bertanya pada sang istri ingin minta belikan makanan apa.

Dan hampir setiap hari perlakuan sang suami itu terjadi, walau pernikahan mereka sudah mau memasuki delapan tahun tapi sikap dan perilaku sang suami sedikit pun tak berubah.

[Sate aja, Mas. Sate madura ya, tiga porsi] balas Lita

[Siap, Sayang. Nanti Mas belikan sate tempat langgananmu]

[Ya sudah, Mas mau kerja lagi. I love you, Cintaku] kirim Doni di sertai emoticon love dan cium yang banyak.

[Love you too] balas Lita di sertai emoticon peluk

Lita menghela napas panjang lalu meletakkan HP-nya, Lita merasa beruntung bertemu dengan pria sempurna seperti Doni. Selain tampan, Doni juga orangnya setia

Pernikahan mereka yang akan memasuki delapan tahun, sikap Doni masih tetap romantis dan perhatian pada dirinya namun kebahagiaan Lita tak sempurna karena orang tua Doni.

Sampai detik ini tidak menyukai Lita, hal itu di karenakan latar belakang Lita yang ternyata anak hasil di luar nikah dan seorang yatim piatu serta hanya lulusan SMP.

Lita tak sempat melanjutkan SMA setelah kakek neneknya meninggal, bahkan harta keluarganya habis untuk menutupi hutang-piutang kakek neneknya semasa hidup.

Bahkan Lita harus banting tulang demi menghidupi dirinya yang seorang yatim piatu di kota tersebut tanpa ada sanak saudara, syukurnya bertemu Doni yang menerimanya apa adanya.

Lita menoleh pada kedua putranya yang sedang bermain lego di lantai, usia keduanya selisih tiga tahun. Leon, anak pertamanya dan tahun ini menginjak usia tujuh tahun.

Sedangkan Daniel, anak keduanya bulan lalu baru saja merayakan ulang tahun yang ke empat tahun. Selain ibu rumah tangga, Lita juga terjun dunia bisnis kecil-kecilan.

Lita membuka sebuah toko baju muslimah mengunakan uang mahar pernikahannya dan tabungannya semasa gadis dulu, toko baju muslimah miliknya tak terlalu besar.

Hanya berlantai dua dan berukuran 5X20 meter, Lita memiliki sepuluh karyawan. Yang di baginya menjadi dua sip, sementara sang suami memiliki toko sembako yang sistem grosir dan sudah lumayan besar.

Toko itu di rintis sang suami bersama almarhum adiknya, jauh sebelum Lita menikah dengan sang suami. Sekarang hanya sang suami yang mengurus toko itu, setelah adiknya meninggal.

"Mama, aku lapar" ucap Leon sembari berjalan ke arah sang mama

"Abang laper? Mau makan apa?" tanya Lita lembut

"Mau makan nasi goreng seafood, Ma"

"Ya sudah, Abang mainan lagi dulu. Mama pesankan" ujar Lita lalu mengambil HP-nya, namun Leon menggeleng.

"Aku maunya nasi goreng seafood buatan Mama"

"Iya, tapi besok Mama masakin nasi goreng seafoodnya. Sekarang kita beli aja dulu, OKE" bujuk Lita dengan lemah lembut

"Aku maunya buatan Mama, jadi kita pulang saja. Aku bosen disini terus, Ma" rengek Leon

"Ayo kita pulang, Ma!" timpal Daniel ikut-ikutan merengek

Lita hanya bisa menghela napas panjang, tak biasanya dan ini masih siang kedua putranya sudah mengajak pulang. Biasanya belum mau pulang, meski pun toko sudah mau tutup.

"Ya sudah, ayo kita pulang"

Akhirnya Lita memilih mengalah dari pada kedua putranya mengamuk di toko miliknya, Leon dan Daniel tersenyum senang, kemudian segera membereskan mainan mereka.

"Disa" Lita memanggil salah satu karyawannya yang berjaga di lantai satu

"Iya, Bu"

"Saya pulang duluan ya, anak-anak udah rewel ngajak pulang. Nanti tolong kalian tutup toko, terus kuncinya antar ke rumah" pinta Lita

"Siap, Bu" sahut Disa sembari mengangguk

"Dada Mbak Disa, kita pulang dulu' pamit Daniel melambaikan tangan

"Dada Daniel, besok kita main lagi ya" ucap Disa dengan ramah

"Tumben udah ngajak Mama pulang?" tanya Suci salah satu karyawan Lita juga, lalu mencium pipi Daniel yang tembem.

"Iya, mau main sama adek Azula" jawab Daniel

Usia Daniel yang sudah empat tahun begitu mahir dalam bicara meski masih belum bisa mengucapkan huruf R, tapi ketika Daniel berbicara membuatnya terlihat mengemaskan.

"Kami pulang dulu, ya. Assalamualaikum"

Lita berpamitan pada semua karyawannya lalu menuntun kedua putranya menuju mobil yang terparkir di sudut tokonya, mobil itu di belikan sang suami sebagai kado pernikahan mereka.

Yang ke-lima tahun, sang suami rela mengalah mengunakan motor. Agar Lita dan kedua putra mereka tak kepanasan maupun kehujanan, jarak dari toko ke rumah hanya sekitar lima belas menit.

Ketika mobil memasuki pekarangan rumah, Lita mengerutkan keningnya saat melihat motor sang suami sudah terparkir rapi di garasi samping rumah padahal hari masih sore.

"Ma, Papa sudah pulang?" pekik Leon senang

Setelah mobil berhenti, Leon langsung turun lalu berlari masuk ke dalam rumah kemudian di ikuti oleh Daniel di belakang dan membuat Lita pun ikut berlari menyusul kedua putranya.

"Leon, Daniel. Jangan lari-larian, Nak. Nanti jatuh" teriak Lita khawatir

"Assalamualaikum"

Lita mengucap salam sembari membuka pintu, rumah tampak begitu sepi seperti tak ada orang. Lalu Lita melangkahkan kakinya menuju kamat Desi, istri almarhum adiknya Doni.

"Des, Desi" panggil Lita sembari mengetuk pintu kamar yang di tempati Desi

"Iya, Mbak. Sebentar"

Tak berselang lama pintu pun di buka dari dalam, Desi dan Azura keluar dari kamar. Azura yang melihat Leon dan Daniel segera berlari menghampiri keduanya, lalu bermain bersama.

"Kamu habis mandi?" tanya Lita yang melihat Desi hanya memakai kimono

"Iya, Mbak"

"Mas Doni mana? Kok tumben udah pulang?"

"Loh Mas Doni udah pulang, Mbak? Aku malah gak tau kalau Mas Doni udah pulang, soalnya aku dari tadi main sama Azura di kamar" ujar Desi terkejut

"Hemm, ya sudah kalau gitu. Mbak mau lihat Mas Doni ke kamar, mungkin ada di sana"

Lita pergi meninggalkan Desi yang masih di ambang pintu kamar lalu naik ke lantai atas, di mana letak kamar utama yang di tempati nya dan sang suami.

Bab 2

Sesampai di depan kamar Lita segera membuka pintu dan tersenyum saat mendapati sang suami terbaring di atas tempat tidur, lalu Lita melangkah masuk ke dalam kamar menghampiri sang suami.

"Tumben Mas udah pulang, biasanya pulang malam terus?" tanya Lita saat sudah berada di sisi sang suami

"Iya, Sayang. Kepala Mas tiba-tiba pusing, jadi aku pulang lebih awal" jelas Doni pelan

Lita langsung meletakkan punggung tangannya di kening sang suami, namun Lita mengatakan kalau gak panas dan tentu saja sang suami menjelaskan hanya pusing bukan demam.

"Mas habis minum obat? Sampe keringetan" tanya Lita memperhatikan di anak rambut sang suami ada keringat

"Iya, Sayang. Awalnya Mas gak pengen pulang tapi setelah minum obat, sakitnya gak reda jadi Mas putuskan buat pulang"

Lita mengangguk lalu meminta sang suami buat istirahat dulu, setelah enakan baru nanti mandi sembari tangannya menarik selimut lalu menyelimuti tubuh sang suami.

"Terima kasih perhatiannya, Sayang. Ohh ya, maaf Mas belum beliin sate buat kamu gara-gara pulang lebih awal" ucap Doni lirih

"Gak apa-apa, Mas. Kan bisa besoknya beli, sekarang Mas tidur. Aku mau ke bawah, lihat anak-anak" ucap Lita sembari tersenyum lalu keluar dari kamar

Rumah tersebut berlantai dua, Lita dan sang suami beserta anak-anaknya tidur di kamar yang ada di lantai atas. Sementara Desi dan Azura, tidur di kamar yang ada di lantai bawah.

Sejak Dodi, suaminya Desi meninggal. Desi kini tinggal bersama Lita dan Doni, Dodi meninggal karena kecelakaan saat hendak berangkat ke toko sembako miliknya dan Doni.

Tepat hari ini enam bulan Desi menyandang status janda anak satu, karena hanya Doni saudara sati-satunya yang di miliki oleh Dodi sehingga Doni merasa bertanggung jawab.

Pada Desi dan juga keponakannya, apalagi toko sembako yang di kelola Doni saat ini ada campur tangan Dodi juga dan jadi Desi selalu dapat uang dari hasil keuntungan toko sembako itu.

Lita tiba di lantai satu, saat melihat kedatangan sang mama. Leon segera berlari menghampiri sang mama, kemudian menagih permintaannya yang tadi minta bikini nasi goreng seafood.

Lita yang mendengar ucapan sang putra menepuk keningnya, Lita hampir lupa apa tujuan mereka pulang lebih awal dari biasanya lalu dengan lembut Lita meminta sang putra untuk menunggu.

"Des, Azura udah makan belum? Mau Mbak bikini nasi goreng sekalian gak?" tanya Lita

"Tadi udah makan kok, Mbak. Aku gorengin telur dadar"

Lita hanya mengangguk lalu melangkah ke arah dapur dan memeriksa meja makan, di bawa tuduh saji hanya ada sayur sop yang di masaknya tadi pagi buat mereka sarapan.

Lita tak pernah menuntut Desi untuk memasak atau membantunya beres-beres, Lita hanya meminta Desi untuk menjaga rumah dan mengasuh anaknya Azura dengan baik.

Lita tahu mungkin Desi masih terpukul atas kematian suaminya yang seperti tiba-tiba, karena Lita pernah merasakan bagaimana sakitnya di tinggal oleh orang yang di sayang.

Maka dari situ Lita tak mau menambah beban pikiran Desi, bahkan Lita juga memberi Desi uang bulanan lepas dari keuntungan toko sembako. Pikir Lita mungkin saja, Desi ingin membeli sesuatu.

Sementara segala keperluan dan kebutuhan Azura, sudah di penuhi semua oleh sang suami. Apalagi Lita tahu Azura keponakan sang suami, dan cucu perempuan satu-satunya di keluarga sang suami.

Meski pun Desi mengatakan Azura sudah makan, Lita tetap membuat nasi goreng seafood lebih banyak. Agar bisa di bagi ke Azura juga, setelah nasi goreng seafood mateng.

Lita segera memindahkan nasi goreng seafood ke dalam piring yang berukuran besar, kemudian Lita membawanya ke arah depan di mana anak-anak saat ini berada.

"Leon, Daniel. Ayo makan dulu, Nak" panggil Lita dengan lembut

Leon dan Daniel segera menghampiri sang mama, tanpa di suruh keduanya langsung duduk dengan rapi. Lita dengan telaten menyuapi keduanya, lalu Lita memanggil Azura untuk mendekat ke arahnya.

"Azura mau nasi goreng? Duduk sini dekat Abang Leon dan Kak Daniel, Tante suapin" ucap Lita dengan lembut

"Sini, Mbak. Biar aku aja yang suapin mereka, Mbak istirahat aja pasti capek" ujar Desi

"Gak apa-apa, Des. Biar Mbak aja, yang nyuapin mereka"

Lita menolak lalu mulai menyuapkan nasi goreng seafood pada Azura, bergiliran pada kedua putranya juga dan begitu terus sampai nasi goreng di piring tandas tak bersisa.

Selesai makan, ketiga anak itu kembali bermain lagi. Lita tak peduli jika rumah berantakan seperti kapal pecah, yang terpenting baginya anak-anak tak main keluar atau ke jalan.

"Mbak, aku minta maaf kalau aku dan Azura sudah merepotkan Mbak dan Mas Doni. Aku gak enak, apalagi numpang di rumah kalian terus. Kalau Mbak mengizinkan, aku pengen pulang ke kota B ke rumah orang tuaku" ucap Desi tiba-tiba sembari menunduk

"Kamu ini ngomong apa aih, Des. Mbak dan Mas Doni gak keberatan kok kalau kamu tinggal disini, kamu itu udah kami anggap seperti adik sendiri. Jadi jangan sungkan tinggal disini, meski pun Dodi udah gak ada karena sampai kapan pun kamu tetap bagian keluarga kami" sahut Lita dengan lembut sembari memegang tangan Desi

"Tapi Mbak....."

"Memangnya di kota B kamu mau tinggal di mana? Bukannya di rumah orang tuamu sudah ada kakak dan adikmu, kalau kamu ikut tinggal disana. Apa kamu gak kasihan pada kedua orang tuamu? Apalagi kamu gak pernah akur dengan kakakmu" jelas Lita memotong ucapan Desi

"Iya sih, Mbak. Aku juga bingung, aku cuma takut merepotkan Mbak Lita dan Mas Doni" ujar Desi lirih

"Kamu tenang aja, Des. Mbak sama Mas Doni gak pernah merasa di repotkan kok"

"Kalau kamu gak mau tinggal sama kamu, gimana kalau kamu tinggal sama Ayah dan Ibu? Mereka kan cuma berdua, jadi gak masalah kalau kamu ikut tinggal bersama mereka" lanjut Lita memberi saran Desi tinggal di rumah mertua mereka

Apalagi Lita tahu betul hubungan Desi dan kedua mertua mereka sangat baik, berbeda dengan Lita. Tentu Desi lebih di sayang kedua mertua mereka, soalnya latar belakang Desi sangat bagus.

Desi lulusan sarjana hukum, tapi sampai detik ini Desi belum pernah terjun ke dunia kerja karena setelah lulus kuliah langsung menikah dengan Dodi dan Dodi tak mengizinkan Desi bekerja.

Mendengar saran dari Lita, Desi langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gak, Mbak. Tinggal disana, mengingatkan aku dengan kenangan bersama Mas Dodi" ucap Desi lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca

Bab 3

Malam harinya, Lita terbangun saat merasa tenggorokannya sangat kering. Ketika menoleh ke sisi sebelahnya, Lita tak mendapati sang suami di tempat tidur hanya ada Daniel.

"Kemana Mas Doni? Apa dia ambil minum juga?"

Lita beranjak turun dari tempat tidur lalu meraih HP-nya yang ada di atas nakas ingin melihat jam berapa sekarang, ternyata waktu sudah menunjukan 02.15 dini hari

Pantas saja Lita masih sangat mengantuk, perhatian Lita teralih saat melihat ada pesan masuk di aplikasi hijau, ternyata semalam Lita lupa mematikan data HP-nya.

Padahal biasanya sebelum tidur Lita akan mematikan data HP-nya, agar tidurnya tak terganggu jika sewaktu-waktu ada nomor iseng menghubunginya malam hari.

[Buka, Dek. Mas di depan] pesan tersebut di kirim oleh sang suami, lima belas menit yang lalu.

"Apa ya maksud Mas Doni? Dia ada di depan mana? Apa mungkin Mas Doni keluar? Terus pintunya terkunci dari dalam?"

Lita segera berlari kecil keluar dari kamar, Lita khawatir jika sang suami benar-benar ada di luar rumah dan tidak bisa masuk. Ketika tiba di lantai satu, Lita melangkah lebar menuju pintu utama.

Pintu di buka oleh Lita dengan lebar-lebar tapi Lita tak menemukan siapa pun di luar sana hanya hawa dingin yang menyusup ke kulitnya hingga ke tulang, Lita pun menutup pintu kembali dan menguncinya.

"Dimana Mas Doni? Apa dia ada di balkon depan kamar?"

Pikir Lita mungkin saja sang suami terkunci di balkon yang ada di depan kamar, karena jika sedang merokok sang suami selalu memilih disana, apalagi kalau pikiran sang suami lagi kalut.

Sebelum kembali ke kamarnya yang di lantai atas, Lita mengambil air minum terlebih dahulu. Saat hendak menuju anak tangga, langkah Lita terhenti ketika mendengar suara aneh dari kamar Desi.

Lita berjalan mendekat ke arah daun pintu dan menajamkan pendengarannya, terdengar suara seperti seorang menahan untuk berteriak. Membuat Lita khawatir, takut Desi mimpi buruk.

"Emmmm......" terdengar Desi mengerang semakin keras

"Des, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?" tanya Lita sembari mengetuk pintu kamar Desi

Tiba-tiba hening, Lita tak mendengar suara apapun lagi dari dalam kamar Desi. Dengan cemas Lita kembali mengetuk pintu kamar Desi sembari bertanya lagi, apa Desi baik-baik saja.

"I---Iya, Mbak. Aku baik-baik saja" sahut Desi dari dalam, membuat Lita menghela napas lega

"Syukurlah kalau begitu, Mbak takut kamu kenapa-napa"

"Iya, Mbak. Maaf, ini Azura ke bangun dan ngajakin aku main. Maaf ya, Mbak. Kalau suaranya mengusik tidur, Mbak" ucap Desi dari dalam

"Ohh, Azura ke bangun. Ya sudah kalau gitu, Mbak kembali ke kamar. Kalau ada apa-apa, langsung panggil Mbak aja"

"Iya, Mbak"

Lita berjalan menaiki anak tangga dengan kening mengerut, sambil bergumam dalam hati tumben sekali Desi tak membuka pintu kamarnya saat bicara dengannya. Padahal biasanya selalu keluar, meski pun hanya bicara sepatah kata.

Tiba di lantai atas Lita segera mengecek ke arah balkon tapi tetap tak menemukan sang suami disana, yang ada hanya kesunyian malam dan hawa dingin yang menyusup ke kulitnya.

Kemudian Lita ke kamar Leon, mungkin saja sang suami tidur disana tapi tetap nihil. Tak ada siapa pun di kamar putra sulungnya selain Leon, Lita berjalan masuk lalu merapikan selimut Leon yang melorot.

Baru berapa bulan ini Leon berani tidur sendirian, biasanya Leon dan Daniel tidur dengan Lita. Sementara sang suami mengalah tidur di kamar lain, sebelum keluar Lita menyempatkan mencium pucuk kepala putra sulungnya

Kini Lita kembali ke kamarnya dan berharap sang suami sudah kembali, namun ternyata masih belum ada dan di kamar hanya ada Daniel yang tertidur pulas lalu Lita kembali tidur di samping putra bungsunya.

Ceklek......

Pintu kamar di buka dari luar dan muncul lah sang suami dari balik pintu.

"Mas dari mana aja? Aku cari-cari kok gak ada"

"Mas dari bawah" jawab Doni sembari melangkah ke arah sang istri

"Bawah mana? Aku tadi cari Mas di bawah tapi gak ada, bahkan aku juga panggil-panggil Mas tapi gak nyahut"

Lita terus bertanya karena penasaran pergi kemana sang suami, namun Doni tak menjawab pertanyaan sang istri. Berada di dekat Lita, Doni langsung m*lumat bib*r sang istri dengan kasar, yang pasti penuh g*irah.

"Mas, kenapa sih? Gak biasanya kayak gini?" tanya Lita mendorong tubuh sang suami

Doni hanya diam membisu kemudian mengukung tubuh sang istri di tempat tidur, sepertinya pikiran Doni sudah di penuhi h*srat lalu mengg*uli sang istri dengan kasar dan terburu-buru.

Meski pun sakit tapi Lita tak protes dan berusaha memberikan yang terbaik untuk sang suami, walau pada kenyataan Lita belum merasakan g*irah sama sekali karena sang suami melakukan tanpa ada pemanasan dahulu.

Keesokan paginya, Lita berdiri di depan cermin menatap pantulan tubuhnya yang penuh dengan bercak merah yang di tinggali sang suami atas percintaan mereka semalam.

Lita menghela napas panjang dan menoleh ke arah sang suami yang masih tertidur pulas di tempat tidur, Lita menghampiri sang suami dan lalu membelai rambut sang suami dengan lembut.

"Mas, bangun. Sholat subuh dulu"

"Hemm sebentar lagi, Sayang. Mas masih ngantuk" sahut Doni dengan mata masih terpejam sembari merubah posisi tidurnya

"Mas, ini udah siang loh. Nanti keburu habis waktu sholatnya"

Doni membuang napas kasar dan membuka matanya, dengan wajah kesal bertanya sekarang jam berapa. Dengan lembut Lita menjawab sudah jam 05.00, dan memberi pengertian sudah sholat bisa lanjut tidur.

Doni berdecak kesal lalu turun dari tempat tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Lita mengerutkan keningnya saat melihat leher dan dada sang suami penuh dengan bercak merah, seingatnya semalam tak melakukan apapun.

Lita hanya pasrah di bawah kukungan sang suami, dengan perasaan yang masih bingung Lita memilih keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan.

Seperti biasa jam segini Desi belum keluar kamar, Lita tak marah sama sekali karena Lita tahu Desi sering begadang untuk menemani Azura yang suka terbangun saat tengah malam.

Setelah lebih dari satu jam berkutat di dapur, akhirnya sarapan yang di masak Lita sudah mateng dan siap di sajikan.

Setelah itu Lita memilih kembali ke kamarnya untuk membangunkan sang suami, serta kedua putranya.

"Loh, Mas. Gak tidur lagi?" tanya Lita saat melihat sang suami tengah bermain HP

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!