Hari Senin adalah hari yang sangat membuat kesal bagi sebagian orang, dimana di hari Senin sekolah dan tempat kerja kembali masuk setelah libur di hari Sabtu dan minggunya.
Kebanyakan orang sering kali mengeluh di Senin pagi, di luar SMA Alexander High school sudah banyak murid yang berlalu-lalang memasuki sekolah.
Tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam memasuki parkiran sekolah dan membuat beberapa orang di dekat parkiran terpaku memandangi sesosok pria yang keluar dari mobil itu.
"Ah pangeran kita datang juga," Gumam seorang perempuan yang tampak sangat terpukau melihat pria itu.
Pria dengan pakaian rapih dan tas di punggungnya keluar dari mobil tersebut, pria itu memiliki postur tubuh yang tinggi sekitar 187 cm dengan warna kulit putih, wajahnya tampan bak pangeran-pangeran dari kerajaan.
Tidak lama setelah pria itu keluar dengan dramatis, kedua mobil lainnya ikut berhenti di samping mobil sport nya, satu pria keluar dari mobil mini Cooper berwarna putih, sementara dari mobil satunya keluar seorang perempuan dan pria.
Lalu mereka berempat berjalan memasuki sekolah, seluruh murid yang ada di depan mereka seolah memberikan mereka berempat jalan untuk melangkah.
Saat pria di awal itu sedang gagah-gagahnya jalan, ia malah di tabrak oleh perempuan yang sedang buru-buru bahkan perempuan itu membawa sebuah jus dan jus itu tumpah mengenai baju pria tersebut.
"Shit," Umpat pria itu.
Semua murid yang melihat itu langsung menatap sinis perempuannya, bisa-bisanya ia menumpahkan minuman ke baju seorang pria yang paling populer dan di takuti oleh satu sekolah.
Pria itu bernama Luke Bryan Smith ia adalah cucu dari pemilik sekolah itu, sementara ketiga orang di sampingnya adalah sahabatnya Bryan, yang perempuan bernama Lucy Wilson, pria yang merangkul pundak Lucy adalah Gio Ardana ia kekasihnya Lucy.
Lalu pria yang satunya bernama Michael Arkula, Michael terkenal dengan sikap yang bijak sana dan baik. Tidak heran ia begitu di kagumi banyak wanita, sikapnya juga begitu dewasa.
Berbeda dengan Bryan yang terkadang sikap dan keputusannya sangat kekanak-kanakan, Bryan juga egois dan kasar pada orang lain yang berani menganggu dirinya.
Perempuan di depan Bryan langsung minta maaf pada Bryan sambil menundukkan badannya, ia bahkan berusaha mengelap tumpahan jus yang menempel di baju Bryan.
"Stop! Gue gak Sudi di sentuh sama orang kotor kayak lu," Bryan menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.
"Aku benar-benar minta maaf," Dengan takut ia terus minta maaf, terlebih lagi tatapan orang di sekitarnya sangat mengintimidasi. Ia tahu ia salah, tapi apakah ini kesalahan yang begitu berat hingga mereka menatapnya seperti itu.
"Apa dengan lu minta maaf baju gue bakal bersih lagi gitu?" Bentak Bryan.
"Udah, bel udah bunyi. Lu ganti baju dulu sana, tas lu biar gue bawa ke kelas," Michael mencopot tas ransel milik Bryan, ia tidak mau masalahnya semakin panjang.
"Ah Sialan," Bryan akhirnya menuruti perkataan Michael, ia pergi ke arah ruangan khusus yang ia miliki di sekolah ini.
Isi ruangan itu sama seperti sebuah kamar, di dalamnya juga ada televisi dan tempat bersantai. Itu di buat agar Bryan tidak merasa bosan ketika di sekolah.
Michael, Lucy juga Gio pergi ke kelas duluan, kumpulan orang di sana pun bubar.
_________
Setelah kembali ke kelas, guru yang datang ke kelas Bryan ternyata datang bersama perempuan yang tadi pagi menabrak Bryan.
"Baik anak-anak, selamat pagi. Hari ini ibu kedatangan anak beasiswa baru, ia di masukan ke kelas ini karena nilai tes nya dan nilai ulangan sebelumnya sangat luar biasa, semoga kalian dapat berteman dengannya," Jelas Bu Anaya dengan ramah.
"Silahkan perkenalkan dirimu," Lanjutnya.
"Halo, namaku Anita Hara, kalian bisa panggil Aku Anita. Semoga kita bisa berteman," Anita mencoba tersenyum sambil menutupi wajah gugupnya.
Tiba-tiba Bryan berdecak sebal, "Sialan, ngapain harus masuk ke sini sih?" Umpatnya.
Michael menepuk pundak Bryan, "Udah lah bro," Michael tersenyum juga pada Bryan.
Bryan memalingkan wajahnya ke arah lain, ia tentunya masih tidak terima kenapa wanita itu harus satu kelas dengannya, karena wanita itu sudah membuatnya kesal di pagi-pagi buta.
Dering ponsel Bryan berbunyi, walaupun sedang kesal dan marah pria itu tiba-tiba tersenyum lebar ketika melihat nama penelpon nya.
Dengan semangat ia keluar dari kelas tidak memperdulikan siapapun, tentunya guru pun tidak bisa berbuat apapun atas ketidaksopanan Bryan.
Anita yang telah duduk di kursinya merasa heran, mengapa pria itu dapat keluar dari kelas begitu saja tanpa mendapatkan teguran sedikitpun dari guru. Saat memastikan ekspresi wajah teman-teman sekelasnya yang biasa saja ia paham kalau ini bukan kali pertamanya pria itu pergi dari kelas.
Michael menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Bryan.
Lucy berbalik menatap Michael, "Pacarnya?" Tanya Lucy.
"Lu pikir siapa lagi yang bisa buat seorang Bryan dari marah-marah mendadak senyum sendiri kayak orang gila kek gitu," Sinis Michael yang muak dengan kelakuan Bryan.
Lucy terkekeh pelan, "Oh iya lupa," Ia kembali menatap ke arah depan.
Sementara itu Bryan kembali ke ruangan khusus miliknya, ia duduk di sofa sambil vidio Call dengan pacarnya.
"Sayang, kamu darimana aja sih? Kok bisa-bisanya kamu baru ngabarin aku," Bryan memasang wajah cemberut.
"Beb, kamu lagi di sekolah? Ini harusnya masih jam pelajaran pertama kan di Indonesia? Kok bisa angkat telpon aku?"
"Apa sih yang enggak buat kamu," Bryan mengedipkan matanya, menggoda kekasihnya itu.
Wanita di dalam telpon tersenyum manis, wanita itu bernama Agatha Christie. Ia adalah kekasihnya Bryan sejak SMP, kini mereka sudah berhubungan selama dua tahun lamanya.
Saat SMP keduanya pernah satu sekolah bahkan satu kelas, tetapi ketika naik ke SMA Agatha di minta pindah ke Amerika oleh orang tuanya, dan kini keduanya sudah LDR selama satu tahunan.
Keduanya sekarang kelas dua SMA, hubungan selama ini juga lumayan baik-baik saja. Ketika ada libur sekolah terkadang Bryan akan mengunjungi tempat Agatha, begitupun sebaliknya sesekali Agatha lah yang ke Indonesia.
"Aku rindu kamu," Tiba-tiba wajah Bryan sedih.
"Tenanglah, kita akan bertemu sebentar lagi," Balas Agatha tersenyum manis.
"Oh iya, udah dulu yah sayang. Kamu harus masuk ke kelas sekarang, nanti kalau udah pulang sekolah aku hubungi lagi," lanjut Agatha.
"Gak mau, aku mau liat muka kamu lebih lama."
Agatha berdecak, "Ian ku sayang, jangan ngaco, kamu harus masuk kelas."
Ian merupakan nama panggilan sayang yang di berikan oleh Agatha dan hanya Agatha lah yang boleh memanggil dirinya dengan nama itu, bagi Bryan itu sangat spesial.
Walaupun berat akhirnya Bryan menutup telpon dari Agatha, ia kembali ke kelas dengan wajah cemberut. Tanpa ia sadari, ternyata Anita selalu saja memperhatikan dirinya sejak tadi.
Siswa perempuan di samping Anita yang menyadari jika Anita diam-diam memperhatikan Bryan langsung menegurnya, "Jangan suka sama Bryan?" Ucapnya.
Anita langsung menatap perempuan itu dengan wajah kaget dan malu, jadi sedari tadi ada orang yang menyadari kalau ia tengah memperhatikan Bryan.
"Kenapa?" tanya Anita.
Perempuan di sampingnya malah menertawakan Anita, "Pake nanya lagi, pertama karena Bryan jauh di atas lu. Kedua Bryan udah punya pacar yang sama kastanya, jangan kebanyakan baca novel deh, dimana si kaya jatuh cinta ke si miskin. Hey sadar, mana mungkin," Jawabnya dengan sinis.
Saat jam istirahat Bryan tidak pergi ke kantin, melainkan ia menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Agatha lewat Vidio Call.
Bryan vidio Call dengan Agatha di ruangan khususnya lagi, ketiga temannya berada di kantin. Mereka merasa mual kalau melihat Bryan bucin dengan Agatha, sikapnya terlalu berbanding terbalik dengan biasanya.
"Mba tolong anterin makanannya ke ruangan Bryan," Titah Michael pada penjaga kantin.
"Baik," balas penjaga kantin tersebut.
"Anita, bisa tolongin kakak gak? Anterin makanan ini ke ruangan Tuan Bryan. Ruangannya ada di lantai paling atas, ada pintu paling ujung dekat ruangan ketua yayasan," ternyata penjaga kantin ini merupakan kakaknya Anita.
"Oke kak, aku cuman perlu anterin ini doang kan?" Tanya Anita, ia mengambil nampan berisi makanan yang di pesan Bryan.
"Iya, kakak lagi sibuk nyiapin yang lainnya. Jadi kakak minta tolong yah."
"Siap kak."
Michael dan yang lainnya sadar akan ada sesuatu yang terjadi di ruangan Bryan.
"Lu yakin biarin dia yang bawa itu ke Bryan?" Tanya Lucy pada Michael yang diam saja.
"Biarin aja," Michael malah tampak pura-pura tidak peduli, ia lebih memilih menikmati makanannya saja.
"Tapikan-"
"Udah lah sayang, jangan pikirin mereka. Sekarang kamu makan yang banyak aja biar kamu nanti gak sakit," Gio memotong pembicaraan Lucy, ia menyuapi Lucy.
Lucy membuka mulutnya ketika Gio menyuapi dirinya. Michael yang melihat itu hanya bisa meledek mereka berdua, karena selama ini Michael belum juga punya pacar, padahal cewek yang mau dengannya banyak, tetapi entah mengapa Michael tidak kunjung pacaran.
"Makannya pacaran, jangan cuman liatin orang lain bucin doang," Ledek Gio sambil mengelus rambut Lucy untuk membuat Michael tambah kesal.
"Lama-lama gue siram lu pada pake air," Ancam Michael.
"Iri Mas? Lagian lu suka sama cewek yang kayak gimana sih? Apa jangan-jangan lu bukan suka cowok? lu suka cowok yah," Timpa Lucy memasang wajah kaget.
"Sialan, enggak lah. Gue masih lurus."
"Yah siapa tau aja gitu, soalnya cewek yang suka sama lu banyak tau, tapi lu masih aja jomblo. Jadi orang jangan terlalu banyak pilih-pilih deh, nanti yang ada malah salah pilih," Dengan wajah serius Gio menasehati Michael.
"Pilih-pilih tu harus, nanti gara-gara salah pasangan jadi pada oon kayak lu sama Bryan sih gue gak mau."
"Dasar bajingan gak laku," Gio memukul pundak Michael.
_________
Sementara itu Anita telah sampai di ruangan milik Bryan, Anita mengetuk pintu tersebut.
"Nganterin makanan yah? Masuk aja!" Balas Bryan dari balik pintu.
Anita dengan susah payah mencoba membuka pintu, tetapi karena ia memegang nampan jadi ia agak kesusahan membuka pintunya. Bryan yang kelamaan menunggu Anita membuka pintu akhirnya membuka pintu itu duluan.
Tapi karena gelang Anita menyangkut di gagang pintu, jadi saat pintu itu di buka dengan keras sekaligus oleh Bryan membuat makanan yang berada di atas nampan tersebut jatuh berserakan ke lantai.
Anita membulatkan matanya kaget melihat makannya jadi berantakan di lantai, sementara Bryan hanya bisa menghela nafas terlebih lagi orang yang melakukan itu adalah Anita lagi.
Kuah makanan itu tumpah mengenai sepatu Dior yang Bryan pakai.
Anita langsung berjongkok di hadapan Bryan dan membersihkan makanan yang jatuh.
"Lu bisa gak sih? Sekali aja jangan bikin gue kesel?" Bryan menekankan setiap katanya.
"Tapi barusan aku kesusahan buka pintu, terus kamu tiba-tiba aja buka pintunya. Jadi aku benar-benar gak sengaja."
"Jadi maksud lu, lu nyalahin gue? Makanan ini tumpah karena gue gitu? Eh kalau lu gak lama buka pintunya, gue juga gak bakalan bukain lu pintu."
"Tapi tadi bukanya susah, makannya lama. Soalnya aku kan bawa nampannya."
"Eh bodoh, lu gak liat di sana ada kursi?" Bryan menunjuk kursi yang ada di dekat pintu itu.
"Lu bisa kan taruh dulu tuh nampan di sana terus lu buka pintunya? Bodoh banget jadi orang, katanya siswa pinter tapi begitu aja lu gak kepikiran?"
"Aku akan ganti makanannya dengan yang baru."
"Gak usah udah gak mood," Bryan berjalan melewati wanita itu.
"Ada apa sih beb?" Tanya Agatha yang ternyata telponnya masih nyambung.
"Ada siswa baru perempuan yang bikin aku kesel dari tadi bagi," Jelas Bryan.
"Oh kirain ada apa."
Anita di bantu oleh penjaga kebersihan di sekolah untuk membersihkan makanan yang tumpah itu di lantai.
"Makasih yah pak," Ucap Anita.
"Iya sama-sama, saya cuman mau ingetin kamu. Jangan main-main sama Bryan kalau kamu mau sekolah dengan tenang di sini," Jelasnya.
"Iya pak."
Agatha kembali ke kantin, saat di kantin ia melihat Bryan tengah marah-marah pada kakaknya. Dengan cepat ia menghampiri Bryan.
"Ini semua salahku, jadi saya mohon jangan marahi kakakku," Anita berdiri di hadapan Bryan sambil menundukkan kepalanya karena takut.
Michael yang berada di samping Bryan langsung meminta Bryan untuk tetap tenang.
"Iya, ini emang salah lu, kalau aja bukan karena lu muncul di hadapan gue tadi pagi mungkin gue gak bakalan bete sekarang," Bentak Bryan.
Kini mereka kembali jadi pusat perhatian banyak orang di kantin.
"Ada apa lagi sih ribut-ribut?" Teriak Agatha yang ternyata masih tersambung vidio Call ke hp Bryan.
Michael merebut ponsel Bryan yang di genggam Bryan, "Liat nih kelakuan pacar lu, dia bikin ulah lagi sekarang," Michael menunjukkan Bryan yang sedang marah-marah.
"Siapa cewek itu?" Tanya Agatha.
"Ceritanya panjang, sekarang lebih baik lu minta pacar lu buat tenang dulu. Masalah lainnya biar gue yang urus aja," titah Michael.
"Ya udah kasih lagi ponselnya ke Bryan."
Michael menunjukkan ponsel Bryan ke depan muka Bryan agar Bryan dapat melihat wajah Agatha yang sedang marah.
"Pergi dari sana atau aku akan marah sama kamu, kalau sekarang kamu gak pergi dari sana aku gak bakalan mau angkat telpon dari kamu," Ancam Agatha.
Bryan menatap Michael kesal, mengapa sih Michael harus laporan pada Agatha.
Bryan merebut ponselnya dengan kasar, "Iya aku pergi," Bryan meninggalkan kantin begitu saja.
Michael menghela nafasnya dengan berat, lalu Lucy menepuk pundak Michael, "Udah gue bilangkan tadi, harusnya lu cegah cewek itu ke Bryan."
Lucy dan Gio kembali ke meja nya untuk melanjutkan makan siang mereka.
"Saya benar-benar minta maaf, saya tidak sengaja melakukan itu," Mohon Anita.
"Lain kali kamu gak usah muncul di hadapan Bryan aja, kalau tidak kemungkinan kakakmu akan kena masalah juga, untuk masalah kali ini sudahlah tidak usah terlalu di pikirkan lagi," Ujar Michael lembut.
Anita memberanikan diri untuk menatap wajah Michael, Michael tersenyum ke arah Anita membuat Anita sedikit grogi, detak jantungnya bahkan berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Ya udah, kamu lanjut aja sana," Michael pun kembali ke teman-temannya.
Lucy tertawa kecil saat Michael datang, "Lu gak takut anak orang jatuh cinta lagi apa?" ledeknya.
"Maksud lu?" Tanya Michael tidak mengerti.
"Dengan lu begitu bisa bikin anak orang suka tau gak," Timpa Gio.
"Bodo amat, lagian gue gak bermaksud begitu juga."
Bryan kembali ke ruangan pribadinya, karena sudah tidak mood ia kini malas masuk kelas lagi.
Agatha mematikan sambungan telponnya karena ada sesuatu yang harus ia urus, jadi Bryan sekarang memilih untuk tidur menghabiskan hari.
Lucy bersama Gio menghampiri Bryan sambil membawa cemilan berupa Snack dan roti, "Nih makan," Lucy menyimpannya di atas meja yang ada di depan sofa yang Bryan tiduri.
Bryan membuka matanya lalu ia duduk dan mengambil makanan itu, tidak dapat di bohongi jika ia sedang lapar sekarang.
"Lu gak mau ke kelas?" Tanya Gio.
"Gak, udah terlanjur bete gue. Yang ada kalau gue masuk ke kelas sekarang dan liat muka dia, bisa-bisa darah tinggi gue makin naik."
"Ya udah kita tinggal," Gio menggandeng Lucy keluar.
Karena sebentar lagi Bel akan bunyi, tidak lama setelah itu Michael datang menghampiri Bryan. Ia duduk di sebelah Sofa yang Bryan tempati, Bryan menatap aneh pada Michael.
"Tumben gak masuk kelas?" Tanya Bryan, Michael terkenal dengan kerajinan nya, jadi ini merupakan hal yang tidak biasa.
"Lu gak denger apa? Barusan guru mengumumkan kalau sekarang tidak ada jam pelajaran karena guru ada rapat mendadak."
"Ah begitu, pantes aja."
Lucy dan Gio juga kembali ke sana.
"Tau gitu gue tadi gak usah pergi dari sini," Lucy mengeluh karena capek harus bolak-balik.
"Sayang mau minum?" Gio mengambil sebotol minuman dingin dari kulkas.
"Iya sayang aku haus," Balas Lucy manja.
"Oh iya, Agatha belum ada kabar kapan dia ke Indonesia?" Tanya Michael.
"Iya, liburan kemarin dia kan gak ke Indonesia," Timpa Lucy selesai minum.
"Gak tau, katanya orang tua Agatha masih belum ngasih izin," Balas Bryan sambil asik bermain ponsel.
"Kenapa sih? Padahal kita kan gak mempengaruhi kelakuan buruk Agatha, Agatha begitu karena emang dianya begitu," Lucy berdecak sebal.
___________
Setelah jam pelajaran selesai, semua siswa mulai pulang dari sekolah. Hari ini Bryan langsung pulang ke rumahnya karena merasa sangat pusing dan begitu lelah, sesampainya di rumah ia di sambut oleh pelayan di rumahnya yang begitu banyak.
Tas yang Bryan bawa juga di bawakan oleh pelayannya, kedua orang tua Bryan jarang berada di rumah. Kedua orang tuanya sering keluar Negeri untuk mengurus perusahannya, terkadang Bryan merasa begitu kesepian, karena orang tuanya melakukan ini sudah dari Bryan kecil.
Bryan pergi ke kamarnya, kamar yang begitu besar dan mewah. Di samping kamar Bryan bahkan ada ruangan khusus bermain game, di ruangan itu teman-temannya sering berkumpul dan bermain.
Ia membaringkan tubuhnya di kasur lalu mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya, foto dirinya dan Agatha satu tahun lalu sebelum Agatha meninggalkan dirinya.
"Mengapa orang yang ku sayang selalu pergi?" Gumam Bryan dalam hatinya.
Bryan mendengar suara keributan di samping kamarnya, ia keluar dari kamar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa lagi sih?" Tanya Bryan, tetapi ia kemudian mematung terdiam saat melihat seorang perempuan di hadapannya.
"Maafkan saya Tuan, ini anaknya Mba Wati bikin masalah. Saya minta dia untuk membersihkan debu di vas bunga ini, tetapi dia malah memecahkannya," Jelas Lea, Lea adalah kepala pelayan di rumah ini.
"Anita?" Gumam Bryan dengan wajah muak, mengapa lagi-lagi harus wanita ini.
"Kamu?" Anita juga tidak menyangka kalau Tuan nya adalah Bryan.
"Tuan muda kenal dengan dia?" Tanya Lea bingung.
Bryan menghela nafas, "Kenapa dia ada di sini?" Tanya Bryan meminta penjelasan pada Lea.
"Dia anaknya Mba Wati, pelayan paling tua di sini. Mba Wati kemarin minta bantuan saya untuk mengizinkan anaknya tinggal di sini karena anaknya baru saja mendapatkan beasiswa di sekolah yang ada di jakarta, Mba Wati bilang dia gak punya uang untuk menyewa kosan. Jadi ia minta untuk anaknya tinggal di sini saja, Mba Wati juga bilang kalau anaknya akan bantu-bantu, tapi baru di suruh bersihin Vas bunga aja gak bener," Jelas Lea agak marah.
Awalnya Bryan ingin langsung memecat Mba Wati, tapi ia ternyata masih punya rasa kasihan. Ia mana tega memecat Mba Wati yang sudah jadi pelayan di rumahnya sejak ia masih kecil, "Sialan, kenapa anaknya harus dia sih?" Bryan menatap sinis pada Anita.
Sementara Anita sedari tadi tidak mampu menatap Bryan, ia ketakutan.
"Kenapa dia gak tinggal sama kakaknya aja?"
"Mba Wati bilang, kakaknya tinggal di rumah keluarga suaminya. Jadi kakaknya tidak bisa membawa adiknya untuk tinggal di sana, tapi kalau Tuan tidak bisa menerimanya kita bisa usir dia kok," Lanjut Lea.
Untuk membela diri saja Anita sudah tidak mampu, kini yang ia lakukan hanya pasrah saja dengan keputusan Bryan.
"Oke gini aja, kalau lu mau tinggal di sini. Lu harus turutin apapun yang gue mau."
"Aku akan lakukan itu, asal Tuan gak memecat ibu saya."
"Okey, masalah vas bunga yang pecah biarin aja. Tinggal beli yang baru nanti," Bryan berjalan kembali ke kamarnya di barengi dengan senyuman tipis, ada sesuatu yang tengah ia pikirkan.
"Pokoknya hidup lu gak bakalan bisa tenang mulai besok, liat aja. Ini akibat kalau lu berani terus muncul di hadapan gue," Gumam Bryan dalam hatinya.
___________
Keesokan paginya, saat telah sampai di sekolah Anita menunggu Bryan di depan gerbang masuk sesuai yang di minta oleh Bryan tadi sebelum berangkat ke sekolah.
Tidak lama dari itu mobil Bryan dan teman-temannya datang, keluar dari mobil Bryan langsung melemparkan tasnya ke arah Anita.
"Ambilin tas gue," Ucapnya datar.
"Ah gue juga pegel, sekalian yah," Lucy dan Gio juga melemparkan tasnya ke wajah Anita.
Anita menerima apapun yang mereka lakukan, ia berjalan di belakang mereka berempat, selama perjalanan menuju kelas, tampaknya murid di sana tengah membicarakan Anita.
Michael berjalan di samping Anita.
"Mau ku ambilkan juga tas nya?" Tanya Anita pada Michael, karena hanya Michael yang tidak menitipkan tasnya.
Teman-teman Bryan sudah tau rencana Bryan pada Anita.
"Gak usah, gue masih bisa bawa sendiri," balas Michael sambil tersenyum tipis.
Lagi-lagi Michael membuat Anita gugup, kebaikan Michael sangat mempesona.
"Ya sudah."
Sesampainya di kelas Bryan meminta Anita untuk membelikannya roti ke kantin, tapi tidak hanya satu kali. Bryan terus meminta Anita bolak-balik ke kantin karena Anita membeli roti yang salah, Anita bahkan sudah sangat kecapean sekarang, keringat nya juga mulai bercucuran dan nafasnya terengah-engah.
Michael yang merasa kelakuan Bryan sudah keterlaluan akhirnya meminta Bryan untuk stop, "Bryan udah! Masih pagi. Kalau anak orang mati gimana?"
"Apaan sih, gak asik lu."
"Udah cukup! Rotinya juga udah banyak mau lu makan semuanya?"
Bryan menatap tumpukan roti di mejanya, sementara Anita sudah kelelahan di depan Bryan. Para siswa di kelas menertawakan Anita, tidak ada satu pun yang membela Anita selain Michael.
Anita menjadi semakin menyukai Michael.
"Lu bawa deh rotinya, gue gak mau makan roti juga," Bryan menyingkirkan semua roti di mejanya berserakan ke lantai.
Anita merasa kesal sekarang, tapi ia tidak dapat melakukan apapun. Kini ia hanya mengambil satu-persatu roti itu dan memasukkannya ke dalam tas.
"Jadi dia anak pembantu di rumahnya Bryan, ternyata beneran miskin banget dong," Ledek siswa lainnya sambil tertawa.
Saat Bel masuk berbunyi seorang guru datang bersama dengan seorang murid pria yang berpenampilan sangat tidak rapih, rambutnya agak panjang dan berantakan. Bahkan pria itu memakai kalung dan gelang berwarna hitam, tapi walaupun begitu pria di depan sana sangat terlihat tampan membuat para siswa perempuan di kelas terpesona dengan ketampanannya.
"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru lagi, dia pindahan dari luar Negeri. Dia bisa kok berbahasa Indonesia, kau cepat perkenalkan dirimu."
"Nama Gue Alvaro Narendra, lu bisa panggil gue Alvaro," Ucapnya singkat.
"Baik Alvaro silahkan duduk di kursi yang kosong."
Sebelum duduk Alvaro saling bertatapan tajam dengan Bryan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!