NovelToon NovelToon

RAVASTARA ( Struggle Of Love And Sacrifice )

BAB 1

@@@@@@

Malam ini, hujan terlihat turun dengan derasnya membasahi bumi, seorang wanita berparas cantik terlihat berlari di tengah guyuran hujan yang turun dengan lebatnya.

Wanita itu terus berlari, sampai akhirnya dia sampai di sebuah Apartemen sederhana yang menjadi tujuannya sejak awal.

"Ya ampun Qyana ..., kenapa tidak menghubungiku?," ucap seorang wanita yang sudah mengenakan pakaian tidurnya, yang sempat terkejut saat melihat Sang sahabat sudah ada di depan pintu Apartemennya.

Wanita yang di panggil Qyana tadi hanya tersenyum, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam apartemen milik sahabatnya, diikuti oleh Sang sahabat setelah dia menutup pintu apartemen itu kembali.

"Aku takut kamu sudah tidur, makanya aku langsung aja kesini, lagian enggak begitu basah banget kok," jawab Qyana sambil menerima handuk kecil yang di berikan oleh Sang sahabat.

"Tetap saja kamu jadi basah kayak gini, kalau kamu ..."

"Astaga Mona ..., aku hanya sedikit kehujanan, jadi berhenti cerewet," sahut Qyana memotong perkataan Mona, orang yang di yakini Qyana sebagai sahabatnya.

"Tsk ..., ya udah kalau gitu, aku enggak akan cerewet lagi"

"Tunggu bentar, biar aku buatkan minuman hangat," ucap Mona lagi yang kemudian berjalan ke dapur.

Meninggalkan Qyana yang hanya tersenyum melihat kepergian Mona yang begitu memperhatikan dirinya, tanpa tahu jika sebenarnya Mona menyimpan sesuatu hal yang tidak pernah di bayangkan oleh Qyana sebelumnya.

"Minumlah ..." ucap Mona sambil menyerahkan satu cangkir coklat panas pada Qyana.

Dan Qyana sendiri terlihat langsung menerima cangkir coklat tersebut, sambil sesekali menyeruput minuman itu, tanpa ada rasa curiga sedikitpun pada Mona yang terlihat menyeringai tipis saat Qyana meminum minuman itu.

"Qyana, bagaimana hubunganmu dengan Alden?, aku lihat kalian jarang pergi bersama," ucap Mona memulai percakapan, sambil duduk di sofa yang ada di depan Qyana duduk.

"Yah ... dia bilang dia sedang sangat sibuk, karena itulah kami jarang pergi keluar bersama," jawab Qyana tanpa menghentikan acaranya meminum coklat panas itu.

"Apa kamu tidak curiga, mungkin saja itu hanya alasan yang dia buat"

"Aku yakin dia tidak akan mungkin mengkhianatiku, karena kami sudah bertunangan, dan sebentar lagi kami juga akan menikah, bahkan aku dang Ibunya sudah menyiapkan mengenai pernikahan kami, jadi kupikir dia tidak akan mungkin selingkuh," terang Qyana yang masih bisa tersenyum saat membicarakan hal itu.

Meski sebenarnya, Qyana sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, entah mengapa tubuhnya seperti kehilangan tenaga, bahkan saat meletakkan cangkir yang dia pegang ke meja, Qyana hampir saja menjatuhkan gelas tersebut.

Sedangkan Mona yang menyadari ada perubahan pada Qyana, terlihat hanya tersenyum sinis, sambil melihat kearah kamar miliknya yang pintunya sedikit terbuka.

"Kau begitu percaya diri Qyana, apa kau tidak sadar jika kepercayaan dirimu itulah yang akan menghancurkanmu?," ucap Mona sambil menyeringai.

"Apa maksudmu Mona?," tanya balik Qyana sambil memegangi kepalanya yang mulai merasakan sakit yang luar biasa.

"Kau itu begitu naif Qyana, apa sekarang kau ingin mendengar sebuah kebenaran dari kekasihmu itu?," sambil beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Qyana yang sudah menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Bisakah besok saja Mona, kenapa tiba tiba kepalaku sangat pusing sekali, apa kau memiliki obat sakit kepala Mona?," sambil memegang kepalanya yang sangat sakit.

"Tenang saja, rasa sakitnya hanya sebentar, dan setelah itu kau akan tertidur ..."

"Tertidur untuk selamanya"

Mendengar kalimat terakhir yang di katakan Mona, Qyana menoleh kearah Mona. Dan yang dia lihat justru Mona terlihat menyeringai padanya.

Hingga dia baru menyadari jika ada hal yang tidak beres dengan minuman yang di berikan oleh Mona barusan, namun naasnya Qyana terlambat untuk menyadari hal itu.

"Kau ... apa yang sudah ..."

"Tsk ... rupanya kau cukup tangguh, tapi kupikir tidak masalah mengatakan hal ini di saat terakhirmu."

"Maksudmu?," tanya bingung Qyana.

"Sebenarnya yang akan menikah dengan Alden dan yang menjadi nyonya Narendra itu adalah aku, tanpa kau ketahui, aku sudah menjalin hubungan dengan Alden, bahkan kita sangat sering menghabiskan malam panas bersama, dan sekarang aku sedang mengandung anak dari Alden," tutur Mona sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Karena itulah aku harus cepat menikah dengan Alden, tapi sayang, orangtua Alden tidak merestui hubungan kami, karena mereka begitu menyayangi dirimu, jadi .. jalan satu satunya adalah melenyapkan dirimu dari dunia ini."

**DEG**

Kebenaran yang begitu menyakitkan, bahkan jauh lebih sakit dari rasa sakit yang dia alami sekarang, Qyana bahkan tidak menyadari mengenai kebersamaan mereka.

Namun ketika melihat satu sosok yang sangat dia kenal berdiri diambang pintu kamar, Qyana baru menyadari jika selama ini dia di khianati oleh orang-orang yang Qyana sebut sebagai keluarga.

"Selamat tinggal Qyana, semoga tenang dialam sana," ucap Mona dengan tersenyum puas saat melihat Qyana yang mulai kehilangan kesadarannya.

"*Apa ini akhirnya, tapi aku tidak rela jika akhir hidupku seperti ini, aku tidak rela jika mereka bahagia diatas penderitaanku, tapi bagaimana caranya aku bisa membalas mereka , disaat aku sudah mencapai batas akhir hidupku*" *ratap sedih Qyana yang mulai menutup matanya*.

"*Aku akan memberikan tubuhku padamu, tapi tolong jaga kakak-kakakku*" *ucap sebuah suara di pikiran Qyana*.

"*Siapa, apa kau adalah malaikat yang akan membawaku pergi*"

"*Ya .. tapi bukan pergi dari dunia ini, melainkan pergi ketempat lain, dimana kamu akan bisa membalas perlakuan mereka padamu*"

"*Benarkah, apa ini adalah kesempatan kedua dalam hidupku*?," *harap Qyana*.

"*Itu benar Qyana, jadilah diriku, aku akan memberikan semuanya padamu, termasuk ragaku, karena aku sudah lelah dengan hidupku, dan aku yakin kamu pasti bisa melalui semua ini, kamu adalah wanita yang kuat Qyana, jadi ... jangan sia-siakan apa yang sudah ku berikan padamu. Dan cobalah untuk menikmati hidupmu kali ini Qyana, karena kamu pantas untuk bahagia*"

"*Apa maksudmu, aku tidak mengerti*"

"*Lalu raga siapa yang kamu maksud*"

"*Bisakah kau jelaskan padaku secara rinci*"

"*Hei ... dimana kau ... kumohon bicaralah lagi*"

Dan setelah perbincangan singkat dengan orang yang tidak Qyana kenal dialam bawah sadarnya, Qyana tidak lagi mendengar suara Mona yang sempat menertawakan dirinya.

Justru yang dia dengar sekarang adalah suara tangisan dari seseorang, dan sepertinya itu lebih dari satu orang.

Hingga hal itulah yang membuat Qyana memaksakan diri untuk membuka matanya, dan yang dia lihat pertama kali adalah wajah asing orang yang sama sekali tidak Qyana kenal.

**TBC**

BAB 2

@@@@@@

**Rumahsakit ternama di kota S**.

Seorang gadis cantik terlihat terbaring di ranjang pesakitannya. Di samping kanan dan kiri ranjang tersebut, berdiri tiga orang pria tampan yang sejak tadi tidak henti melihat kearah gadis cantik yang terlihat sedang berusaha untuk membuka matanya.

"Kaly sayang, kamu bisa dengar kakak," ucap salah satu dari mereka yang berdiri di samping kanan ranjang tersebut.

Dan di sisi sebelah kiri, ada satu pria yang mengenggam tangan gadis cantik tersebut, yang tampak terlihat sedih dengan keadaan gadis itu.

Sedangkan Si gadis yang berusaha membuka matanya, merasa silau akan cahaya saat dia sudah berhasil membuka matanya, hingga hal itu membuat ketiga pria tadi tersenyum lega sambil melihat satu sama lain.

"Pusing ..." gumam lemas gadis tersebut saat merasakan nyeri di kepalanya.

"Kita harus panggil dokter Edward," sahut pria yang berdiri di samping pria yang sedang mengenggam gadis tersebut.

"Sabar sebentar ya .. Kaly sayang, Kak Arya akan memanggil dokter Edward," ucap pria yang sejak tadi mengenggam tangan gadis cantik itu.

Merasa ada yang mengenggam tangannya, gadis cantik itu menoleh ke sisi kirinya, dan dia sedikit bingung dengan kehadiran pria tampan yang sedang mengenggam tangannya.

Dan saat dia menoleh kearah kanan, dia semakin di buat bingung dengan dua orang pria yang tersenyum hangat pada dirinya.

"Kalian siapa?," tanya bingung gadis tersebut.

Mendengar pertanyaan tersebut, tak hayal membuat ketiga pria tadi saling pandang, dan menatap tidak percaya pada Si gadis yang menatap mereka penuh kebingungan.

"Princess, apa kamu sedang mengerjai kakak, tapi ini tidak lucu sayang," kata orang yang di panggil Arya tadi khawatir.

Sebab, dari yang dia tahu, Sang adik bukan terjatuh atau sedang terbentur sesuatu. Melainkan karena overdosis obat penenang yang dia konsumsi terlalu berlebihan. Itupun dia tidak pernah tahu jika Sang adik mengkonsumsi obat penenang.

Hingga membuatnya berpikir telah gagal menjadi seorang kakak.

"Kalian siapa?, aku benar-benar tidak tahu siapa kalian, dan dimana aku sekarang?," jawab gadis tersebut yang malah di sertai dengan pertanyaan.

Hingga tak lama kemudian, dokter yang sempat di panggil Arya tadi memasuki ruang rawat itu, tapi Si dokter tidak datang sendiri, ada dua pria tampan yang juga datang bersamaan dengan masuknya dokter tersebut.

"Dokter Edward tolong cepat periksa Kaly, kenapa dia bilang dia tidak tahu siapa kami," ucap panik pria yang tadi memegang tangan gadis cantik itu.

Dan sekarang dia terlihat sedikit menarik dokter Edward untuk segera memeriksa gadis cantik itu.

"Tolong tenang sebentar Tuan Muda Vian, biar saya periksa Nona Astara dulu," jawab dokter Edward menenangkan pria yang bernama Vian tersebut.

"Astara, siapa itu Astara?, namaku bukan Astara tapi ... akh ..." ucap gadis itu yang kemudian memegang kepalanya saat merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya.

Bahkan sekarang muncul sebuah kilasan ingatan yang membuat dia bingung akan ingatan tersebut.

Hingga dia menyadari satu hal yang pasti, jika sekarang jiwanya sedang berpindah ke tubuh seorang gadis yang bernama Astara, sesuai dengan apa yang dia bicarakan di alam bawah sadarnya tadi.

"Dokter Edward, cepat lakukan sesuatu pada adik kami, dan kenapa dia jadi kesakitan seperti itu," khawatir Arya saat melihat Astara kesakitan, dan merasa tak tega saat Astara memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan.

"Saya tahu Tuan muda, dan bisakah Anda bergeser sebentar, biar saya periksa Nona Astara lebih dulu," jawab dokter Edward yang kemudian memeriksa keadaan Astara.

Dokter Edward tidak bisa memberikan obat lagi pada Astara. Sebab, Astara masuk kerumahsakit akibat dari overdosis obat penenang yang dia konsumsi, maka dari itu sekarang dokter Edward tidak bisa sembarangan dalam memberi obat.

Karena itulah, yang bisa dia lakukan dokter Edward sekarang hanya bicara pada Astara yang sekarang terlihat mulai tenang.

"Nona, apa nona bisa mendengar saya,?"

Ditanya seperti itu, Astara menoleh kearah dokter Edward yang berdiri di samping kanan tempat tidurnya.

"Ya ..." jawab lemah Astara yang masih terbaring di ranjang pesakitannya.

"Apa Nona ingat kejadian terakhir kali yang menimpa Nona?," tanya hati-hati dokter Edward.

Karena dokter Edward tidak ingin jika Astara mengalami hal seperti tadi saat pertanyaan itu menganggu pikirannya.

"*Jika sekarang aku menjadi Astara, tidak mungkin juga aku mengatakan jika aku menjadi korban pembunuhan sahabatku sendiri, lalu ... apa sekarang aku berpura-pura tidak ingat saja, meski sebenarnya Astara sudah memberikan sebagian ingatannya padaku, tapi* ..." batin bingung Astara.

Atau mungkin lebih tepatnya, jiwa Qyana yang sekarang ada di tubuh Astara, sejak kehilangan kesadaran di apartemen milik sahabatnya. Sekarang Qyana malah terbangun di tubuh gadis cantik yang bernama Astara Kalyana Rayder, putri satu-satunya di keluarga Rayder, dan sekaligus menjadi adik kesayangan bagi kelima kakak laki-laki nya.

"Aku ... tidak ingat," jawab Qyana yang lebih memilih berpura-pura tidak tahu apa yang sedang dialami oleh jiwa Astara yang menghilang.

Sebab, dia yakin jika ada sesuatu yang terjadi di balik kejadian yang menimpa Astara, dan dengan berpura-pura tidak tahu, Qyana akan dengan mudah untuk mencaritahu kebenaran itu.

Kebenaran yang di sembunyikan oleh kelima kakak Astara, yang Qyana yakini jika jiwa Astara tidak begitu tahu mengenai hal yang di sembunyikan saudaranya.

Atau mungkin lebih memilih diam tanpa ingin tahu apa yang terjadi, tapi sekarang yang di tubuh Astara adalah jiwa Qyana, seorang wanita baik, mandiri dan tangguh, dan akan selalu membalas orang yang suka menindasnya.

Namun dia juga memiliki sisi polos dan naif, yang berakhir sisi polos itu di manfaatkan oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Karena itulah, Qyana harus selalu berhati hati dengan kehidupan yang sudah di berikan oleh Astara, dan tentunya dia juga akan membalas semua yang sudah dilakukan sahabat dan kekasihnya sendiri.

Tapi untuk sekarang yang bisa dia lakukan hanya beradaptasi dengan tubuh Astara yang terlihat sangat lemah, dan juga dia harus membiasakan diri dengan kelima kakak laki-lakinya yang bisa dikatakan menjadi idaman para wanita di luaran sana.

**TBC**

BAB 3

@@@@@@

**Dari sini Qyana kita panggil Astara ya** ...

Sudah tiga hari semenjak Astara di rawat di rumahsakit, dan dalam tiga hari itulah, Astara mencoba mengenal kelima kakak laki-laki nya.

Dan teryata tidak sulit bagi Astara untuk mengingat nama dan sifat orang yang akan menjadi kakaknya mulai sekarang. Terlebih lagi, Astara mengetahui semua tentang mereka dari Vian yang bersedia menjadi tutor bagi dirinya dalam menjelaskan mengenai keluarga baru bagi Astara yang sekarang sedang digantikan oleh jiwa Qyana.

"Aku bosan, bisakah kita pulang saja," ucap Astara sambil memakan buah apel yang sudah di kupas oleh Arya.

Arya Nero Rayder, kakak ketiga Astara. Pria yang berusia dua puluh empat tahun dengan tipe pria yang murah senyum dan sangat perhatian pada Astara, dan tentunya di lengkapi dengan wajah yang rupawan, hingga membuat beberapa wanita yang berpapasan dengan dirinya akan langsung terpesona dan langsung jatuh cinta dengan sikap hangat yang dia miliki.

![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733909664387.jpeg)

"Nanti ya ... kita tanya kak Ashlan dulu, dan lagi kamu belum pulih sepenuhnya, nanti jika terjadi sesuatu lagi bagaimana?," jawab Arya yang mencoba memberi pengertian pada Astara.

"Tapi aku baik baik saja kak ..., dan lagi aku juga sudah bosan tinggal di rumahsakit terus, jadi boleh ya .. kalau kita pulang sekarang," ucap Astara sambil bersikap manis pada Arya.

Arya yang melihat sikap manis adiknya itu, tidak kuasa untuk tidak mencubit pipi chuby Astara, hingga membuat pipi itu memerah akibat cubitan Arya barusan.

"Kenapa sekarang kamu jadi menggemaskan seperti ini," kata Arya setelah mencubit pipi Astara.

"Gemes boleh, tapi jangan cubit pipi aku, sakit tahu ..." rengut Astara sambil memegangi pipinya yang memerah.

"Maaf ya ... apa sakit sekali?," sesal Arya saat melihat pipi Astara yang memerah akibat dia cubit barusan.

"Ya ampun ... Kaly sayang ... ada apa dengan pipimu?, siapa yang melakukan hal itu padamu?, apa ada yang terluka lagi, apa sakit atau ..." sahut seorang pria yang tiba-tiba masuk ruang rawat Astara dan langsung menghampiri Astara.

"STOP!" Kesal Astara dengan tingkah dari kakak kelimanya, Vian Afkara Rayder.

Pria berusia dua puluh dua tahun, dia adalah sosok kakak yang paling aktif dan heboh jika menyangkut Astara, dan tentunya di lengkapi dengan wajah rupawan dan sifat humornya yang selalu bisa membuat orang lain terhibur, hingga membuat dirinya selalu diterima dimanapun dia berada.

![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733909664405.jpeg)

"Kalau mau tanya itu satu-satu, enggak kayak kereta, lagian aku baik-baik saja, jadi ... berhenti bersikap berlebihan seperti itu," ucap Astara lagi sambil merengut kesal akan sikap Vian.

Melihat adiknya yang mulai kesal, Vian malah cengengesan saat melihat Sang Adik yang baru kali ini terlihat kesal dengan tingkah laku dirinya.

"Iya, kakak minta maaf, kakak kan hanya khawatir ..." jawab Vian yang berpura-pura sedih.

Melihat sikap Vian seperti itu, Astara hanya bisa menghela nafas panjang, hingga tak lama setelahnya, tiga orang pria terlihat baru saja memasuki ruang rawat Astara.

"Hai Princess ..., bagaimana keadaanmu hari ini?," sapa kakak kedua Astara, Tristan Zerga Rayder.

![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733909664445.jpeg)

Seorang pria yang berusia dua puluh lima tahun, memiliki bisnis properti yang sudah memiliki cabang di berbagai negara, memiliki postur tubuh tinggi dan wajah yang rupawan. Tak hanya itu, tanpa diketahui banyak orang, dia juga memiliki bisnis di dunia bawah bersama dengan Ashlan Andrew Rayder, kakak tertua mereka yang berusia duapuluh enam tahun.

Sosok pemimpin dari sebuah organisasi bawah tanah yang paling di segani, tak hanya itu saja, Ashlan juga pemimpin dari perusahaan RAYKAL ATELIER, perusahaan yang bergerak di bidang fashion dan jasa, dan sudah memiliki cabang di berbagai daerah dan luar negeri.

![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733909664389.jpeg)

"Sangat buruk, sebenarnya aku bosan dan ingin pulang, tapi kak Arya tidak ngebolehin aku buat pulang," adu Astara pada Tristan yang duduk di samping Astara yang sejak tadi duduk di ranjang pesakitannya.

"Bukan enggak ngebolehin sayang ..., bukankah tadi kakak bilang tunggu kak Ashlan dulu, dan sekarang Kak Ashlan ada di sini, jadi ... kenapa tidak bilang sama Kak Ashlan kalau mau pulang," jawab Arya meluruskan apa yang dikatakan oleh Astara barusan.

"Tsk ... enggak mau, pasti enggak bakal di bolehin," rajuk Astara.

Tahu jika Astara tak ingin bicara dengannya, Ashlan hanya bisa tersenyum, meski sebenarnya dia merasa sakit saat melihat Astara terlihat menghindarinya.

Dan hal itu bermula dari kejadian yang menimpa Astara. Sebab, menurut ingatan jiwa asli Astara, Astara yang mengalami overdosis itu bermula karena tekanan dari kekasih Ashlan, maka dari itu, untuk mencari tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka, Astara memilih untuk menjauhi Ashlan sementara waktu.

Sampai nantinya Astara tahu penyebab dari perbuatan kekasih Ashlan pada jiwa asli Astara nantinya.

"Jika kamu ingin pulang, kakak akan bicara pada dokter Edward sekarang, jadi tunggu di sini sebentar," ucap Ashlan yang kemudian berjalan keluar ruang rawat Astara.

"Kau masih marah pada Kak Ashlan?," tanya penasaran Arya dengan sikap Astara yang terkesan sedang menghindari Ashlan.

"Tidak, aku hanya butuh waktu kak," jawab Astara tanpa melihat kearah Arya.

"Kak Ashlan sudah putus dengan wanita rubah itu, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi," sahut Adrian Juan Rayder, kakak keempat Astara.

![](contribute/fiction/9679342/markdown/47582453/1733910359498.jpeg)

Pria pendiam berusia dua puluh tiga tahun, meski terlihat pendiam, namun dia sangat perhatian pada Astara, dan diantara kelima kakak yang dia miliki, Astara jauh lebih nyaman dengan Arya dan Adrian. Sebab, mereka berdua terlihat jauh lebih peka dengan keadaan di sekitar Astara.

Meski yang lain juga terlihat begitu peduli dan sangat menyangi Astara, namun ada sedikit perbedaan dari sikap mereka. Dan tentunya Astara sangat bersyukur, karena di kehidupan dia yang sekarang, dia tidak lagi sendiri. Sebab, sekarang dia memiliki lima orang kakak yang akan ada selalu untuk dirinya, dan tentunya, mereka tidak akan membiarkan Astara sampai terluka.

Hal yang tidak dia dapatkan di kehidupannya yang dulu, namun kini dia dapatkan di kehidupan yang di berikan oleh jiwa Astara padanya.

Dan kali ini dia akan benar-benar menikmati hidupnya, sambil mencari kebahagiaan yang tidak dia dapatkan sebagai Qyana.

**TBC**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!