"Eeengghhhhh..."
Seorang perempuan yang sudah tiga hari tidak sadar kan diri akhirnya perlahan-lahan membuka mata nya tapi dengan jiwa yang berbeda.
"Aku masih hidup?" Tanya nya
Perempuan itu terlihat mengernyit kan alisnya, saat merasa asing dengan tempat yang saat ini dirinya lihat.
"Ini di mana?" Tanya nya belum sadar situasi.
Tidak lama kepala si perempuan terasa berdengung dan sakit seperti di hantam batu besar.
Ssssttttttt
Perempuan itu meringis memegang kepala nya, saat merasakan samar-samar ada sebuah ingatan asing masuk ke dalam kepala nya, entah ingatan siapa si perempuan tidak tahu.
"Aaaakkkhhhh!"
Bruk
Perempuan yang baru saja tersadar itu kembali tidak sadar kan diri.
Alam bawah sadar.....
"Ini aku ada dimana lagi? Indah sekali," ucap Erika Alexander terpesona.
Erika sudah melupakan apa yang baru saja terjadi, bahkan Erika sudah tidak memperdulikan ingatan asing yang tadi masuk ke dalam kepala nya sampai diri nya berakhir di tempat nya saat ini.
"Suasana yang sangat tenang," ucap Erika tersenyum kecil.
"Ternyata kamu bisa tersenyum," ucap seorang perempuan lembut.
Erika terlonjak kaget saat mendengar suara seseorang itu.
"Kamu!"
Geram Erika.
Mantan bos mafia itu menatap tajam sosok perempuan bertubuh tinggi yang saat ini sedang tersenyum ke arah nya.
"Dasar tidak waras," ucap Erika mendengus.
"Erika salam kenal," ucap si perempuan mengulurkan tangannya.
Erika tampak mengernyit kan alisnya, saat mendengar ucap perempuan yang ada di depan nya ini.
"Kamu kenal aku?" tanya Erika penasaran.
Erika merasa sebelum nya belum pernah bertemu dengan perempuan yang sedari tadi terus tersenyum kearah nya itu.
"Aneh," batin Erika.
"Iya."
"Sebelum nya kenalin nama aku Felisha Agatha," ucap Feli mengulurkan tangan nya.
"Hem"
Jawab Erika menerima uluran tangan Felisha.
"Sudah tahu nama aku kan," ucap Erika datar.
Felisha hanya tersenyum dan mengangguk kan kepala nya, Felisha tidak tersinggung sama sekali dengan sifat Erika, yang ada Felisha merasa kagum dengan kepribadian Erika, sangat beda jauh dengan diri nya, pengecut dan lemah.
Felisha menghela nafas nya panjang, karena kebodohannya banyak yang menjadi korban nya, termasuk Dua anak kecil yang tidak tahu apa-apa, ikut terimbas dari kebodohan Felisha.
Mereka berdua duduk di bangku dengan diam tanpa mau membuka percakapan, terlebih Erika bukan lah orang yang akan memulai obrolan lebih dulu.
"Er aku boleh minta tolong sama kamu....?" tanya Felisha lirih.
Erika menoleh ke arah perempuan yang sedang saat ini duduk di sebelah nya dengan kepala menunduk.
"Ck, angkat kepala mu," ucap Erika tidak suka.
Erika paling tidak suka kalau ada orang berbicara tapi malah menunduk kan kepala nya.
Apa mereka berniat merendahkan diri nya, itu lah yang ada di pikiran Erika, saat bertemu dengan orang yang selalu menunduk kan kepalanya, membuat Erika muak.
Bos mafia itu sangat menjunjung harga diri nya, tidak ada satu orang pun yang Erika ijinkan untuk merendahkan harga diri nya.
"Katakan!" ucap Erika dingin.
Walupun kepribadian Erika dingin dan datar, tapi Erika memiliki hati yang baik, Erika hanya akan kejam pada musuh-musuhnya, dan juga orang yang berani mengusik kehidupan nya.
"Er tolong jaga anak-anak ku," ucap Felisha memegang tangan Erika.
Hampir saja Erika mengumpat, karena tangan nya di pegang-pegang sembarangan, tapi melihat perempuan di depan nya yang terlihat memelas, Erika tidak sampai hati untuk mengumpat nya.
"Apa maksudmu?" tanya Erika datar.
"Kamu sebenar nya sudah meninggal Er, apa kamu tidak menyadari saat kamu tersadar tadi, berada di mana?" tanya Felisha.
"Benar juga," batin Erika.
Jelas saja Erika tidak mengenali tempat tadi, tempat Erika terbangun tadi terlihat sangat kumuh dan kotor, jelas saja itu bukan rumah sakit apalagi rumah nya.
"Transmigrasi maybe," batin Erika menyeringai.
"Jelaskan!" ucap Erika tidak mau bertele-tele.
"Sebelum nya aku minta maaf karena sudah menarik jiwa kamu untuk masuk ke dalam raga aku, yang sudah meninggal..." ucap Felisha Lirih.
"Nama aku Felisha Agatha, aku anak dari Marquess Javier dam Marchioness Alicia, dan juga aku seorang istri dari Duke Oliver," ucap Felisha jujur.
"Er, Aku sudah tidak kuat menjalani hidup ku, aku mohon bantu aku Er," ucap Felisha dengan suara bergetar.
"Aku bodoh, aku lemah, aku tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan aku tidak bisa mencegah kematian orang tua ku hiks...hiks...hiks...." ucap Felisha mulai menangis.
"Mereka jahat Er hiks...hiks...apa salahku sehingga mereka memperlakukan aku seperti itu hiks...hiks...aku tahu aku bodoh, aku lemah hiks... hiks...hiks...."
"Mereka bahkan meracuni kedua orang tua ku hiks...hisk... Mereka membunuh ayah dan Ibu ku hisk...hiks... Mereka bahkan merampas semua harta peninggalan kedua orang tuan ku hiks...hiks... mereka begitu jahat Erika, aku membenci nya hiks...hiks..."
"Aku bodoh Er aku bodoh hiks...hiks...aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membalas kan kematian kedua orang tua ku hiks...hiks...aku terlalu takut dan pengecut," ucap Felisha menangis terisak.
"Kamu memang bodoh Felisha," ucap Erika mengelus lembut punggung bergetar Felisha.
"Er tolong bantu aku untuk membalas kan dendam pada mereka," ucap Felisha berlutut di depan Ivara.
"Ck, apa yang kamu lakukan bodoh," ucap Erika kesal.
"Er aku mohon hiks...hiks... bantu aku hiks..." ucap Felisha memohon.
"Iya iya cepat bangun," ucap Erika malas.
"Lagian bagaimana aku membatu mu? Aku juga sekarang sudah meninggal," ucap Erika acuh.
"Er, raga kamu memang sudah meninggal, hancur karena ledakan itu, tapi jiwa kamu belum," jawab Felisha melihat kearah Erika.
Erika menajam kan mata nya saat mendengar perkataan Felisha, membuat Felisha berkeringat dingin.
Aura Erika sangat mencekam dan mengerikan, saat ini Erika sedang mode Mafia nya, yang siap memusnahkan siapa saja yang berani mengusik nya.
"Dari mana kamu tahu aku meningal karena ledakan?" tanya Erika dingin.
"Apa kamu teman si Pengkhianat itu," ucap Erika mengepal kan tangan nya.
Erika teringat dengan penghianatan yang di lakukan oleh salah satu orang kepercayaan nya, yang sudah Erika anggap seperti saudara nya sendiri, tapi siapa sangka orang yang Erika percaya tega mengkhianati nya dan membuat diri nya tewas di dalam laboratorium nya sendiri.
"Sialan, akan aku bunuh kamu bajingan!" batin Erika penuh emosi.
Erika bersumpah, seandainya diri nya di beri kesempatan untuk bertemu lagi dengan si penghianat, maka Erika akan memusnahkan si penghianat itu dengan cara paling keji.
"Bukan Er," jawab Felisha menggelengkan kepala nya.
Erika masih tidak bergeming dan masih menatap tajam pada Felisha, Erika sudah tidak memiliki kepercayaan untuk siapapun lagi semenjak diri nya di khianati, Erika hanya percaya pada diri nya sendiri.
"Aku tidak memiliki keberanian sebesar itu Er, andai aku miliki sedikit saja keberanian, hidup aku tidak akan se menyedih kan ini, dan kamu juga tidak perlu terlibat dengan kehidupan aku yang begitu rumit ini," ucap Felisha tersenyum miris.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Erika tanpa basa-basi.
"Er hiduplah di tubuh ku, aku serahkan kehidupan ku untuk kamu, carilah kebahagiaan mu, kamu pantas bahagia Er," ucap Felisha.
"Kebahagiaan apa yang kau maksud? Kau menyuruh ku untuk hidup bahagia sementara kamu sendiri menyerah dengan kehidupan mu yang sangat menyedihkan itu."
"Lantas kebahagian apa yang kamu maksud? Tanya Erika menyunggingkan senyum sinis nya.
Erika sekarang mengerti ingatan siapa yang tadi masuk ke dalam pikiran nya, ternyata itu ingatan perempuan yang saat ini sedang duduk di sebelah nya.
"Bahkan kamu membiarkan mereka menginjak-injak harga diri mu, dan menyiksa mu dengan keji, sebenar nya di mana otak mu hah!" ucap Erika tiba-tiba emosi.
"Kamu membiarkan mereka menghina mu sesuka hati dan tidak segan-segan memukul mu," ucap Erika geram.
"Kamu bodoh Felisha, kamu bodoh!" ucap Erika mengepalkan tangan nya kuat.
"Dan setelah apa yang sudah mereka perbuat pada mu, kamu memilih pergi dan membiarkan orang-orang biadap itu hidup enak, menikmati harta orang tua mu yang sudah susah payah mereka perjuangkan," ucap Erika benar-benar geram dengan kebodohan Felisha.
Felisha hanya diam menunduk kan kepalanya, diri nya terlalu pengecut untuk sekedar melawan mereka, Felisha tidak mampu, benar apa yang di katakan oleh Erika bahwa diri nya mamang sangat bodoh.
Ingin sekali Erika membongkar isi kepala Felisha, kenapa ada orang sebodoh Felisha, yang membiarkan orang-orang rendahan memperlakukan nya seperti budak, padahal Felisha jauh lebih berkuasa dari pada orang-orang itu.
Huuuufff
Erika menghela nafas nya, mencoba meredam kan emosi nya.
"Er aku mohon bantu aku," ucap Felisha dengan lelehan air mata.
"Setidak nya berikan keadilan untuk kematian ke-dua orang tua ku Er, aku mohon, hanya kamu yang bisa melakukan itu," ucap Erika menangis lirih.
Melihat Felisha yang sedang menangis dan terlihat putus asa, membuat Erika sedikit iba.
Erika hanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Felisha, bisa-bisa nya seorang nona muda, anak dari bangsawan yang memiliki gelar Marquess dan Marchioness, diam saja saat orang-orang rendahan memperlakukan nya dengan buruk.
"Dasar perempuan sialan!" umpat Erika mengingat perempuan yang manjadi dalang dari penderitaan Felisha.
Melly Jovanka, perempuan yang menjadi dalang dari penderitaan Felisha.
"Baiklah!"
"Aku akan membantu mu, tapi ingat aku akan membantu mu dengan cara ku sendiri, aku akan hidup dengan cara ku sendiri, aku tidak sudi menunduk kan kepala ku, seperti yang sering kamu lakukan,"ucap Erika mendengus.
Felisha hanya mengangguk kan kepala nya, tidak masalah, Felisha berharap Erika bisa melawan mereka, tidak seperti dirinya yang pengecut.
"Terimakasih Er, aku serahkan tubuh ku sepenuh sama kamu, lakukan apapun yang kamu inginkan, dan tolong jaga mereka," ucap Felisha dengan mata kembali berembun.
"Mereka? Mereka siapa maksud mu? Banyak sekali permintaan mu," ucap Erika mendengus.
"Maaf, tapi aku harap kamu bisa menjaga dan menyayangimu mereka, semua yang aku miliki mulai sekarang adalah milik mu Er, ambil kembali apa yang menjadi hak mu," ucap Felisha memegang tangan Erika.
"Cih jangan seolah-olah kau sedang memberikan aku setumpuk emas," ucap Erika memutar bola matanya malas.
Felisha tertawa kecil, Felisha tahu Erika memang memiliki mulut yang tajam, tapi hati nya sangat baik dan tulus.
"Er, aku boleh memeluk mu?" tanya Felisha penuh harap.
"Hem"
Grep
Tanpa membuang-buang waktu Felisha langsung memeluk tubuh Erika dengan erat.
"Terimakasih Er, terimakasih..." ucap Felisha lirih.
Tangan Erika terangkat membalas pelukan Felisha.
"Setelah ini aku akan memberikan semua ingatan ku, dan mungkin ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita," ucap Felisha di pelukan Erika.
Setelah cukup lama mereka berpelukan, akhir nya Felisha melepaskan pelukan nya.
"Er, sekali lagi terimakasih," ucap Felisha tulus.
"Iya. Aku harap kamu bisa tenang Fel, aku janji aku akan menghukum orang-orang yang sudah menyakiti mu," ucap Erika melihat kearah Feli.
"Terimakasih Er, kamu pergilah ke sana, nanti kamu akan terbangun di tempat kamu tadi pertama kali membuka mata," ucap Felisha menunjuk lingkaran putih bercahaya.
"Baiklah, aku pergi dulu," ucap Erika berdiri dari duduknya.
Erika tidak ingin buang-buang waktu lagi, Erika ingin segera menyelesaikan masalah Felisha yang mulai sekarang akan menadi masalah diri nya.
Dari ingatan yang Erika dapat kan, itu sukses membangkitkan jiwa kejam Erika nya.
Erika ingin segera memusnahkan orang-orang yang sudah menyakiti Felisha selama.
"Aku bersumpah akan memusnahkan kalian semua!" batin Erika mengepalkan tangannya kuat.
"Aku pergi," ucap Erika berlalu pergi.
"Terimakasih Erika, aku yakin kamu bisa menjalani kehidupan kedua kamu ini dengan baik, karena aku tahu kamu adalah perempuan kuat dan Pemberani," ucap Felisha memandang kepergian Erika.
"Er kamu orang baik, kamu berhak bahagia, di sana kamu nanti akan mendapatkan orang yang tulus mencintai mu, yang akan memberikan kamu kebagian," ucap Felisha tersenyum.
"Selamat datang di kehidupan ke-dua mu Erika Alexander...." ucap Felisha bersamaan dengan tubuh nya memulai memudar dan menjadi kupu-kupu cantik.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Ternyata tadi itu bukan mimpi," ucap Erika melihat sekeliling nya.
Sssttttttttt
"Sial!" umpat Erika.
Kepala Erika kembali sakit seperti tadi, tapi kali ini Erika dengan sekuat tenaga, mempertahan kan kesadaran nya.
"Aaaaakkkhhhhhhh!"
Erika berteriak memegang kepala nya saat ingat milik Felisha kembali masuk ke dalam kepala nya, berputar-putar seperti kaset rusak.
Akhirnya setelah cukup lama Erika menerima semua ingatan milik Felisha, sakit di kepala nya berangsur-angsur membaik, membuat Erika menghembuskan nafas nya lega, tapi tidak lama emosi Erika kembali meledak-ledak.
"Sialan!"
"Dasar bodoh!"
"Di mana otak mu hah!"
Erika yang jiwa nya masuk ke dalam raga istri naif jendral perang tentu saja sangat geram dengan sifat bodoh dan naif si pemilik tubuh.
"Kalau ingin bodoh, bodoh saja sendiri sialan!!!!"
"Mulai sekarang tidak ada lagi Felisha Agatha si perempuan bodoh itu, sekarang ini hanya ada Erika Alexander, yang akan menundukkan semua orang di bawah kaki nya," ucap Erika tersenyum miring.
"Berani menginjak harga diri ku, akan ku injak balik kepala nya," ucap Erika menyeringai.
Seolah teringat dengan apa yang ada di ingatan nya, Erika langsung beranjak berlari keluar dengan perasaan cemas.
"Hiks...hiks...hiks...hiks..."
"Hati Erika mencelos melihat dua anak kecil yang sedang meringkuk dan menangis saling berpelukan.
"Felisha kamu benar-benar bodoh dan keterlaluan, bagaimana mungkin kamu mengabaikan anak-anak mu sendiri," batin Erika geram.
Iya! Ingatan Felisha yang membuat Erika geram dan sangat emosi tadi, adalah karena ternyata Felisha si perempuan bodoh dan naif itu, memliki anak, dan sialnya karena kebodohannya itu juga, anak-anak nya menjadi korban.
Felisha tidak pernah memperdulikan anak-anak nya dan selalu menghindari anak-anak nya, bahkan Felisha tidak pernah berbicara pada anak nya.
Selama ini Felisha hanya memandikan dan memberikan anak-anak nya makan, itu saja, selebihnya Felisha mengurung diri nya di dalam kamar, tanpa menghiraukan anak-anak nya yang masih membutuhkan sosok ibu.
"Hiks...hiks....hiks...hiks...."
Erika dengan perlahan berjalan menghampiri dua anak kecil yang sedang menangis itu.
"Hai."
Tangan Erika dengan gemeteran menyentuh anak-anak nya.
Iya mulai sekarang Erika akan menganggap mereka sebagai anak nya, dan akan Erika berikan kehidupan yang lebih layak untuk mereka berdua.
Erika menatap sendu dua anak kecil yang memiliki nasib begitu malang, yang saat ini sedang menatap nya dengan mata berkaca-kaca.
Grep
Hati Erika tidak sekejam profesi nya sebagai Bos mafia, Erika dengan perasaan bergemuruh, merengkuh tubuh ringkih anak dua anak nya.
"Hiks...hiks...hiks...hisk..."
Dua naka kecil itu hanya menangis di pelukan Erika, mereka berdua masih berumur dua tahun tapi tubuhnya mereka begitu kecil, tidak seimbang dengan umur mereka, bahakan dua anak kecil itu belum bisa berbicara dan si bodoh Felisha itu juga tidak memberikan nama pada dua bocah malang itu.
Miris, dua bocah kecil itu harus menderita dan tidak menerima hak mereka sebagai anak, hanya karena keegoisan ibu mereka.
Erika Alexander, sayangi mereka iya🥺
Seperti yang kalian tahu Felisha si perempuan bodoh dan naif itu tifak pernah menghiraukan anak-anak nya, dan hanya sibuk menangisi kebodohan nya sendiri sampai akhirnya merenggang nyawa dan jiwa nya diganti oleh jiwa Erika, bos mafia dan ahli racun, perempuan paling ber bahaya dimasa nya.
"Maaf."
Ucap Erika dengan lelehan air mata.
Walaupun bukan Erika yang selama ini mengabaikan mereka berdua, tapi tetap saja Erika merasa bersalah, kenapa diri baru datang sekarang.
"Hiks...hiks...hiks...hiks...hiks..." Dua bocah kecil itu hanya menangis terisak, memeluk erat tubuh Erika.
Ini adalah pertama kalinya si pemilik tubuh memeluk anak-anak nya, mambuat dua bocah kecil berusia dua tahun itu senang, tapi sayang nya mereka belum bisa berbicara.
Selama dua tahun ini mereka berdua tidak pernah keluar dari gubuk yang mereka tempati, dua bocah kecil itu tidak mengetahui dunia luar seperti apa.
Seperti yang kalian tahu Felisha si perempuan bodoh dan naif itu tifak pernah menghiraukan anak-anak nya, dan hanya sibuk menangisi kebodohan nya sendiri sampai akhirnya merenggang nyawa, dan jiwa nya diganti oleh jiwa Erika, bos mafia dan ahli racun, perempuan paling ber bahaya dimasa nya.
Felisha tidak membenci anak nya, hanya saja ketakutan dan perasaan bersalah nya membuat Felisha tanpa sadar menyakiti anak nya sendiri, naka kecil yang seharusnya mendapat kan kasih sayang tapi malah menjadi korban dari perasaan ibu mereka sendiri.
"Hey kalian kenapa?" ucap Erika panik.
Erika melihat dua bocah kecil yang ada di pelukan nya terkulai lemas, tidak sadar kan diri.
"Astaga panas sekali!" ucap Erika terkejut.
Suhu tubuh dua bocah kecil itu sangat tinggi, membuat Erika panik dan Khawatir.
Dengan hati-hati Erika menidurkan dua bocah kecil itu.
"Aku harus apa?" tanya Erika mondar mandir.
Erika berlari ke segala arah, untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa menyelamatkan dua bocah kecil yang saat ini sedang tidak tergolek lemah.
"Sial!"
Erika tidak menemukan apa-apa, tidak ada sesuatu yang bisa membantu diri nya untuk menolong bocah kecil itu.
Tidak kehabisan akal, Erika kembali berlari keluar gubuk itu, berharap diri nya bisa meminta pertolongan pada orang.
Hutan!
Sepi!
"Sial!"
Erika kembali mengumpat saat melihat ada dimana diri nya sekarang, gubuk yang Felisha tempati ada di tengah-tengah hutan sangat jauh dari pemukiman warga, entah apa yang ada di pikiran Felisha bisa-bisa nya tinggal di dalam hutan belantara.
"Berpikir Erika, cepat berpikir," ucap Erika menggigit kuku nya.
Eriak mondar-mandir, Erika benci situasi seperti ini, di mana diri nya tidak bisa apa-apa.
"Aaawwww!"
Sssssttttt
Ringis Erika karena tidak sengaja menggit jari nya sampai terluka, mengeluarkan darah.
Tanpa Erika sadari darah nya menetes mengenai Keluang permata milik Erika.
Kalung Yang Erika kenakan bersinar terang membuat Erika menutup mata nya karena pantulan sinar dari kalung itu, sangat menyilaukan mata.
Cling
Erika mengerjapkan mata nya saat merasa sudah tidak ada cahaya yang menyilaukan mata nya tadi.
Eh
"Ini aku di mana lagi?" tanya Erika bingung.
"Apa aku kambali ke dunia ku," ucap Erika melihat sekeliling nya.
"Baguslah," ucap Erika lega.
"Tapi bagaimana dengan dua bocah kecil itu," ucap Erika tiba-tiba khawatir.
"Selamat datang tuan rumah," ucap makhluk kecil terbang di udara.
"Astaga!!"
Pekik Erika terlonjak kaget.
"Siapa kamu?" tanya Erika dingin.
Jangan pikir Erika akan takut, tadi itu Erika hanya terkejut bukan takut, tidak ada kata takut di kamus Erika.
"Saya penjaga ruang dimensi ini Tuan rumah," jawab si mahluk mungil.
"Ruang dimensi," ucap Erika melihat sekeliling nya.
"Kalung yang Anda pakai itu bukan kalung biasa," ucap si makhluk mungil.
Si makhluk mungil itu mulai menjelaskan secara garis besar nya pada Erika, beruntung nya Etika ada perempuan genius jadi dengan cepat langsung memahami apa yang di sampai kan oleh makhluk mungil itu.
"Hem! Aku mengerti," ucap Erika mengangguk kan kepala.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Di sisi lain tepat nya di ibu kota Kerajaan Beatrix iring-iring pasukan perang mulai memasuki gerbang istana kerajaan Beatrix.
Setelah tiga tahun prajurit kerajaan Beatrix berperang akhirnya hari ini mereka kembali ke kerajaan Beatrix membawa kemenangan
Peperangan itu sendiri di pimpin oleh Duke Olivera sang jendral perang paling di di takuti, yang memiliki julukan Dewa kematian.
Entah bagaimana nanti respon Jendral perang itu, saat mengetahui bahwa istri nya kabur dalam keadaan hamil darah daging nya yang sekarang sudah lahir dua bocah kecil.
"Salam Yang Mulia Raja Beatrix," ucap Duke Oliver sopan.
"Hem"
"Tidak perlu di ragukan lagi, kehebatan Anda sangat luar biasa Duke," ucap Raja Beatrix.
Duke Oliver hanya diam dengan raut wajah lempeng nya.
"Saya permisi untuk kembali ke kediaman Yang Mulia," ucap Duke Oliver datar.
"Hem! Baiklah," ucap Raja Beatrix menghela nafas nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!