NovelToon NovelToon

Karma Dosa Masalalu

Bab 1

Namira masih sibuk melayani para pengunjung restaurant yang memang setiap malamnya selalu ramai, gadis cantik itu selalu sigap dan cekatan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengantar makanan ke setiap meja pengunjung.

  "Mir meja 17 ya," ucap seorang teman kepadanya.

  "Baik Kak Loly," sahutnya dengan penuh semangat.

  Meja dengan nomor 17 sudah di antar, lalu Namira mulai menjalankan kembali pekerjaannya hingga selesai, rasa lelah tiada di rasa baginya bisa bekerja dan membantu perekonomian keluarga sudah cukup membuatnya bahagia.

  "Mir mau ikut gue atau pulang ke rumah lu?" tanya Loly.

  "Ikut sama lu aja Kak," sahutnya dengan cepat.

  Saat ini keduanya mulai menaiki motor metic-nya, Namira begitu bahagia jika di ajak menginap di kost san Loly, karena kalau di sini dirinya bisa bertemu bebas dengan sang pujaan hatinya.

  "Kak, kira-kira Mas Sam, malam-malam di ajak ketemuan mau nggak ya?" tanya Namira, hanya dengan Loly Namira bisa menceritakan semua keluh kesahnya terutama di dalam percintaannya yang rumit bersama Samudra.

  "Iya, nggak tahu coba deh hubungi dulu," sahut Loly.

  "Bener juga kata lu ya Kak," ucapnya sambil melajukan motornya.

  Motor sudah berhenti di depan kost wanita, meskipun kost ini khusus untuk wanita tetapi tetap saja bebas ingin membawa siapapun di sini dan tidak ada halangan.

 "Assalamualaikum," ucap keduanya.

  "Walaikumsalam," sahut Sean, anak Loly yang baru berusia 5 tahun.

  "Sayang, gimana tadi di sekolah?" tanya Loly.

  "Seperti biasa Bu, baik-baik saja," sahut anak itu.

  "Sayang di rumah kau tidak nakal kan, jangan buat mbak Ita marah ya," tegurnya yang selalu menasehati anaknya karena memang ketika di tinggal kerja Sean selalu di titipkan kepada Ita tetangga kost nya.

  "Enggak kok Bu, Sean gak nakal, kalau gak percaya besok Ibu bisa tanya ke mbak Ita," papar Sean.

  "Sean, sudah malam lebih baik kau tidur saja anak ganteng, besok pagi-pagi Tante tambahin deh uang jajannya," titah Namira.

  "Baik Tante, janji ya besok di kasih uang jajan," sahut Sean lalu beranjak ke kasur lantai yang ada di kamar kost yang cuma satu itu.

  "Anak gue kalau sama elu nurut banget ya," gumam Loly.

  "Iya dong, kan ada sogokannya," sahut Namira.

  "Eh ngomong-ngomong sudah kau telepon, ayang beb mu?" tanya Loly.

  "Gak di angkat mungkin masih sama istrinya," sahut Namira dengan lemas.

  "Mir, gue kasih saran nih, lebih baik kau mengalah saja, tidak ada untungnya berhubungan dengan pria yang sudah beristri, kalaupun kita yang menang pasti akan ada hati wanita yang hancur karena perbuatan kita, dan kalaupun kamu yang kalah, pasti akan ada kerugian waktu yang tersia-siakan, intinya tidak ada enaknya dua-duanya lebih baik loh akhiri saja," pesan Loly.

  "Lu sih enak ngomong, aku tuh sudah cinta mati sama dia, bahkan aku rela jika nantinya harus di madu, intinya aku tidak ingin rumah tangga mereka hancur, begitupun denganku, aku tidak ingin melepas dia begitu saja, karena kriteria lelaki idaman ada di dia semua," tegas Namira.

  "Terserah lu deh Mir, yang penting sebagai teman, aku sudah berusaha mengingatkan mu," ucap Loly.

   ******

  Tiga bulan kemudian, saat ini Namira di dera pusing dan juga mual muntah, bahkan dirinya sampai memutuskan untuk libur kerja karena memang sudah tidak kuat dengan mual muntah yang menyiksanya.

  "Nak, kamu kenapa?" tanya Ibunya.

  "Gak tahu Bu, mungkin hanya masuk angin biasa," sahutnya.

  "Baiklah, kalau begitu Ibu pamit ke ladang dulu ya," ijin ibunya.

  "Baik Bu," sahut Namira.

  Sejenak gadis itu terdiam, dirinya teringat akan tiga bulan belakangan ini, melakukan hubungan itu tanpa pengaman, karena memang Samudera yang menginginkan hal itu.

  "Astaga! Ya Allah, apa jangan-jangan ....." Namira pun tidak sanggup melanjutkan perkataannya lagi.

  Segera gadis itu mendatangi sebuah apotek untuk membeli tespek kehamilan, setelah sampai rumah kembali, Namira langsung saja mengecek, dan setelah lima menit kemudian hasilnya.

  "Hah, dua garis merah!" pekiknya.

  Namira begitu terpukul dengan keadaan ini, bagaimana dia menceritakan hal ini kepada ayah dan ibunya, pasti mereka akan kecewa atas kelakuan dirinya, apalagi pria yang menjadi ayah dari janin yang di kandungnya itu merupakan pria yang sudah memiliki istri.

  "Ibu ... Ayah ... Maafkan Mira, yang sudah membuat kalian malu dengan kelakuan Mira," jerit gadis itu dalam tangisnya.

  Sejenak gadis itu mengambil handphone untuk menghubungi kekasih hatinya itu.

  "Halo Mas, ada di mana?" tanya Namira di dalam panggilannya.

  "Aku masih di kantor, Mir." Samudra pun menjawab dengan nada yang berbisik.

  "Bolehkah nanti kita ketemuan, ada hal penting yang ingin ku sampaikan," ucap Namira.

  "Ya sudah nanti temui aku di hotel Permata," pungkas samudra.

*****

  Hotel Permata, pukul enam sore, saat ini keduanya sudah berada di dalam kamar hotel, di sini Samudra begitu merindukan belaian kekasih kecilnya itu, namun kali ini dia melihat keanehan di wajah kekasihnya itu yang terlihat begitu pucat.

  "Sayang, kau sakit?" tanyanya dengan nada yang kawatir.

  "Enggak Mas, aku gak sakit," sahut Namira.

  "Terus kenapa pucat banget wajahmu."

  "Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.

   “Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.

 “Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah terhadap istrinya.

'Ya Allah bagaimana ini, hamba sudah berbuat sampai sejauh ini, aku tidak ingin kehilangan istriku wanita yang sampai sekarang ini masih aku sayangi, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Namira gadis yang selalu membuat hari-hariku menjadi berwarna,' gumamnya dalam hati.

****

Flash back on

  Samudra Atmaja merupakan seorang pengusaha yang bergerak di bidang konstruksi terbesar di kota ini, dirinya seorang pria beristri yang terjerat ke dalam cinta terlarang terhadap seorang gadis yang bernama Namira.

Sedangkan Sang istri yang waktu itu mengalami pelecehan seksual oleh sopir pribadinya, harus dihadapkan dengan trauma berat yang membuatnya sering mengurung diri di kamar, dan setiap Sam ingin menyentuhnya, Novia selalu teriak histeris, lalu kejadian itu berlangsung hingga lama

  "Nov, ini aku Sam suamimu sendiri," ucap Sam.

   "Tidak, kau pria bajingan, pergi kau dari hadapanku!" teriaknya, yang membuat hati Sam sakit dan juga kecewa, dengan keadaan ini.

   "Dasar Kau Pria laknat, sampai-sampai kau membuat seorang istri harus ketakutan seperti ini di hadapan suaminya!" murka Sam sambil meninju tembok pembatas.

 Sejak saat itu Sam mulai jarang pulang karena memang sang istri tidak mau berdekatan dengannya dan di saat yang bersamaan pula dirinya bertemu dengan seorang gadis di sebuah restaurant mewah di kota ini, sejak itulah Sam, menjatuhkan pandangan pertamanya kepada gadis yang notabennya masih lugu dan polos.

   "Selamat malam Pak mau pesan apa," ucap Namira dengan senyum yang terlihat manis.

  "Aku pesan chicken katsu, dan orange juice," sahutnya sambil menyelipkan kertas yang bertuliskan nomer handphone nya.

  Ini kali pertama Namira berkenalan dengan Sam, melalui nomer handphone yang sudah tertulis di kertas kecil, dan hubungan itu berlangsung hingga satu tahun lamanya, dan dengan berjalannya waktu keadaan istri Sam berkunjung membaik.

  Flash back of.

  "Mas, kehamilan ini begitu menyiksa, aku merasakan mual dan muntah Mas," adu Namira.

  "Namanya juga orang hamil Mir," sahut Sam dengan singkat.

  "Mas, kok kamu jawabnya begitu sih," protes Namira.

  "Lah terus aku harus jawab apa Mir," ucap Sam dengan nada datarnya.

  Ketika Mereka sedang berduaan di kamar hotel tiba-tiba saja panggilan telepon dari istrinya.

  "Halo Sayang, kenapa?" tanya Sam dalam panggilan teleponnya.

  "Mas pulanglah, Brian tanyain kamu sejak tadi," titah Novia.

  "Baiklah Sayang, Mas akan segera pulang," sahut Sam dengan lembut.

  Tanpa merasa bersalah Namira merasakan cemburu ketika melihat Sam sedang berbicara dengan istrinya melalui panggilan telepon.

  "Mas mau pulang?" tanya Namira dengan nada yang cemberut.

  "Iya, Sayang. Maaf ya mas harus pulang dulu," pamitnya.

  "Terus gimana dengan aku, apa iya kamu membiarkan aku sendiri di sini," protes Namira.

  "Namira, sudah jangan banyak protes, mereka berdua juga membutuhkan aku, dan aku mohon kamu mengerti posisiku," terang Sam.

  "Dari dulu kau selalu begitu, kapan kau mulai belajar mengerti bagaimana sakitnya aku di posisi seperti ini," pungkas Namira lalu langsung pergi meninggalkan Sam.

   "Namira kau mau kemana," cegah Sam.

  "Aku mau pergi buat apa mengurung sendiri di kamar hotel," sungutnya begitu kesal.

  "Mira! Setidaknya kau menunggu asistenku menjemputmu," tegas Sam.

  "Nggak usah aku bisa pulang sendiri," dengus Namira dengan kesal.

Catatan penulis:

Assalamualaikum Kakak-kakak jangan lupa mampir di cerita baruku ya! Terima kasih 🙏🙏🙏❤️❤️❤️

Bab 2

Di sepanjang jalan Namira menangisi kesedihannya, dia tidak pernah membayangkan kalau Sam, yang dulunya lembut dan perhatian harus berubah dalam waktu sekejap, apalagi ketika tahu dirinya hamil pria itu seolah ingin menghindarinya.

  "Kau tega Mas, membiarkanku sendirian, padahal kau sendiri yang berbuat seperti ini, andai saja dulu kau tidak datang di kehidupanku, pasti aku tidak akan sehancur ini, sekarang semuanya sudah terjadi dan aku tidak akan menyerah begitu saja!" geram Namira.

Namira mulai menyusuri jalanan yang di penuhi kendaraan berlalu lalang, langkah kakinya membawa dirinya ke arah kost milik temannya, mungkin di saat seperti ini hanya Loly yang bisa mengerti dengan keadaannya.

  "Tok ... Tok ... Tok."

  "Tante Mira," ucap Sean.

  "Eh Sayang, ibumu belum datang ya?" tanya Mira.

  "Palingan habis ini Tante, ya sudah masuk dulu," ajak anak itu dengan sopan.

  Namira langsung duduk di lantai yang sudah beralaskan tikar, sejenak netranya menatap ke arah Sean, seorang anak yang dari kandungan sudah di pisahkan dengan ayahnya bahkan Sean sendiri tidak tahu bagaimana gambaran wajah ayahnya.

  'Ya Allah aku tidak ingin jika anak hamba ini tidak mengenali wajah ayahnya sendiri, aku mohon Ya Allah beri aku jalan, agar supaya hamba bisa menikah dengan Mas Sam, bagaimana pun caranya,' pinta Namira di dalam hatinya.

  Lima menit kemudian, akhirnya orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Namira langsung memeluk erat tubuh sahabatnya itu menangis sejadi-jadinya di pelukan Loly.

  "Eh, Sayang. Ada apa ini? Coba kau duduk dulu," cakap Loly.

  "Kenapa kau menangis?" tanya Loly yang memang jarang melihat sahabatnya itu menangis.

  Namira masih menangis rasanya begitu sulit ingin mengungkapkan se ucap kata saja, mungkin karena sakit hati ketika hamil seperti ini malah di abaikan oleh pria yang sejatinya pemilik janinnya ini.

  "Eh, Sayang. Elu kalau menangis terus gue kagak tahu apa masalahnya," ucap Loly.

  "Aku hamil," sahutnya dengan singkat.

  "Apa!" pekik Loly.

  Rasanya dunianya seakan runtuh mendengar ucapan dari sahabatnya, kenapa peristiwa yang pernah dia alami terjadi kepada sahabatnya ini, padahal sebelumnya dia sudah mewanti-wanti untuk menjaga diri, agar tidak terjadi hal yang seperti ini.

  "Berapa usia kandunganmu?" tanya Loly dengan wajah tanpa ekspresi.

  "Aku gak tahu hanya tes saja tadi," sahutnya sambil menunduk Namira sudah tahu kalau wajah Loly sudah seperti itu, tandanya dia sedang marah.

  "Kau sudah kasih tahu Sam?" telisiknya kembali.

  "Aku sudah kasih tahu dia, dan Sam bilang suruh jaga anak kita baik-baik."

  "Kau percaya dengan omongan lelaki," ucap Loly dengan nada tegasnya.

   Namira hanya terdiam pasalnya dia tidak pernah dengar kalau kekasihnya itu mempunyai keinginan untuk menikahinya meskipun hanya sirih.

  "Besok temui dia dan meminta pertanggung jawaban, mau tidak mau Sam harus bertanggung jawab, agar anak lu bisa merasakan kasih sayang seorang ayah, aku tidak mau kejadian yang menimpaku terjadi pada mu," cetus Loly sambil menahan air matanya.

  Tidak tahu mengapa rasanya begitu sesak mendengar kenyataan pahit yang di dengarnya saat ini, meskipun keduanya sama-sama di pertemukan di tempat kerja, tapi Loly sudah menganggap Namira sebagai seorang adik, dari awal pertama hubungannya dengan Sam, Loly sudah memperingati, tapi semua kembali lagi dengan Namira yang masih bersikukuh untuk bersama dengan Sam yang merupakan pria beristri.

 keduanya pun masih saling diam hingga suara Loly mencoba memecahkan keheningan ini, meskipun saat ini dia merasa sakit hati kepada Namira tapi ibu satu anak itu tidak betah jika mendiamkan Namira berlama-lama.

  "Kau sudah makan Mir?" tanya Loly.

  "Belum," sahutnya singkat.

  "Ya sudah ayo sekarang makan, kita pergi cari makan dan membawa periksa kandunganmu itu ke bidan," ajak Loly.

  "Sean," panggil Loly.

  "Iya, Ibu ada apa?" tanya Sean.

  "Malam ini kita makan di luar ya," ajak ibunya.

   "Hore! Kita makan ke luar ya Bu," sorak anak itu dengan gembira.

  Ketiganya mulai keluar dengan berjalan kaki, suasana malam ibu kota memang selalu ramai bahkan kota ini seakan tidak pernah sepi meskipun dalam keadaan malam sakali pun, gemerlapnya sorot lampu kendaraan begitu indah jika di lihat dari kejauhan, tapi tidak seindah pemilik hati ini, yang sekarang sedang kosong, hening, nyaris tidak berisik.

 Saat ini ketiganya tengah sampai di warung pinggir jalan, lihat saja reaksi anak kecil itu yang begitu kegirangan meski hanya di ajak makan di warung tenda seperti ini, berbeda dengan perempuan di sebelahnya yang masih diam menatap arah jalanan.

  "Sean, kau mau pesan apa Nak," ucap Loly.

  "Aku pesan ayam goreng saja Ibu," sahut anak itu.

  "Mir kau mau apa?" tanya Loly, sedang gadis itu hanya diam membisu.

  "Mir, kau mau apa?" tanyanya kembali dengan nada yang sedikit tinggi.

   "Eh! Ada apa?" tanya balik Namira yang seakan terkejut.

  "Kau ini dari tadi bengong Mulu, aku tuh dari tadi nanya? Mau apa," ucap Loly.

   "Aku, gak mau makan," sahutnya karena merasa ingin muntah jika mendengar kata nasi.

  "Katanya lapar, aku gak mau loh sampai terjadi apa-apa dengan dia," ucap Loly sambil menunjuk perut Namira menggunakan isyarat mata.

   "Dia baik-baik saja kok, hanya saja aku pengin mual jika dengar kata nasi, malah aku pingin asinan mangga muda gitu," pintanya.

  "Jangan ngaco deh, malam-malam gini mana ada asinan," omel Loly.

  "Iya gak ada, ya sudah pesankan minum saja, yang segar-segar," sahut Namira.

  ******

  Di kediaman Atmadja, saat ini keluarga Cemara itu, terlihat begitu bahagia dan harmonis apalagi sekarang Novia sudah mulai menjadi istri yang selalu melayani suaminya dengan baik seperti dulu, dan hal ini yang membuat Sam, menjadi nyaman kembali jika berada di dalam rumahnya.

  Namun meski begitu hatinya sulit untuk di bohongi, kalau saat ini pikirannya tertuju kepada kekasih kecilnya yang tadi dia tinggalkan begitu saja di hotel, bahkan perempuan itu memilih untuk pergi sendiri di karenakan tengah merajuk.

  'Namira maafkan aku, yang tidak bisa memprioritaskan dirimu, aku memang lelaki payah bahkan di saat kau hamil seperti ini aku tega meninggalkanmu begitu saja, semoga kau mengerti di posisi ku yang seperti ini,' sesal Sam di dalam hatinya.

  "Mas, kenapa? Dari tadi kopinya cuma di lihatin terus entar keburu dingin loh," tegur istrinya yang membuat dirinya seketika terkejut.

  "Eh iya, maaf ya Sayang, tadi sebenarnya di kantor sudah minum kopi," sanggah Sam.

  'Hah, minum kopi? Tumben Mas Sam menolak kopi buatanku, padahal sebelumnya tidak seperti ini,' batin istrinya yang menaruh rasa curiga.

Bab 3

Pagi sudah menyapa, jam dinding mulai berbunyi menunjukkan pukul 4 subuh, suara adzan terdengar di telinga begitu merdu, mengingatkan hati yang selama ini di penuhi dengan belenggu dosa, sejenak perempuan hamil itu mulai beranjak dari kasurnya, langkah kakinya tergerak untuk pergi ke kamar mandi dan tangannya mulai mengambil air wudhu untu menjalankan ibadah wajib dua raka'at tersebut.

  Takbir sudah berkumandang shalat pun sudah terlaksana dengan penuh khusu' hati yang awalnya berat untuk menjalani hari-hari kini mulai terasa sedikit plong, beban pikiran yang menghinggap di otaknya seakan ringan karena hati mulai berserah diri kepada sang ilahi.

  "Ya Allah Ya Rabbi, hamba tahu dan sangat menyadari atas dosa besar yang selama ini hamba lakukan, hamba mohon kepadamu untuk mempermudah jalan hamba, tolong buka hatinya untuk menikahi hamba, karena anak hamba juga butuh identitas dari ayahnya," pinta Namira di dalam doa.

  Meskipun doanya terdengar egois, Namira tidak peduli yang saat ini dia khawatirkan adalah sosok anak yang ada di dalam kandungannya, dia tidak peduli, kalau pria yang sudah menghamilinya merupakan pria beristri, yang terpenting saat ini anak yang ada di kandungannya itu mendapatkan status yang sah dari ayah kandungnya.

 "Nanti aku akan menemui mu Mas, dan meminta pertanggung jawaban darimu." Tekad Namira sudah bulat.

  *****

  Siang harinya, Namira tiba-tiba saja mengajak ketemuan Sam di tempat biasa, sedangkan Sam saat ini masih ada meeting mendadak, sejenak hati pria itu sudah merasa tertekan karena memang akhir-akhir ini Namira sekali saja berbuat semaunya sendiri, tidak seperti dulu yang selalu nurut dengan perintahnya.

  Dengan langkah yang berat akhirnya Sam mulai memenuhi keinginan perempuan yang saat ini tengah mengandung benihnya itu, bahkan dia reka tidak menghadiri meeting hari ini, itu semua gara-gara Namira yang memaksa untuk bertemu.

  "Mas, kau sudah datang apa belum," isi chat dari Namira, yang membuat Sam begitu tersulut.

  "Iya ini sudah di perjalanan," balasan dari Sam.

  Namira sudah harap-harap cemas ingin mengutarakan isi hatinya, karena memang ada dua kemungkinan. Iya atau tidak dua kemungkinan itu yang sekarang membuat hatinya takut.

  "Ayo Mir, kau harus tetap optimis tidak boleh menyerah," ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

  Lima belas menit kemudian akhirnya Sam mulai datang di kamar hotel tempat biasa dia bertemu dengan Namira, sejenak Sam memperhatikan penampilan gadis itu yang berbeda dari biasanya, saat ini Namira terlihat kurus karena memang kehamilan ini begitu menyiksa dirinya.

  "Kau kenapa? Apa kau sakit," ucap Sam yang merasa khawatir.

  Namira tidak menjawab dia langsung memeluk tubuh kekasihnya itu. "Mas, dari kemarin aku tidak nafsu makan bahkan makanan yang masuk ke dalam perutku, muntah begitu saja, sampai-sampai aku harus mengeluarkan semua isi perutku," keluh Namira.

  "Kau sudah periksa," ucap Sam dengan lembut.

  "Sudah Mas tadi malam diajak Kak Loly, ke bidan," sahut Namira.

  "Uangmu sudah habis Mir?" tanya Sam, Namira seakan merasa sakit hati di pikirannya dia meminta Sam kesini untuk meminta uangnya.

  "Masih Mas, uangku Masih, kedatanganku kesini hanya ingin meminta pertanggung jawaban dari Mas," tuntut Namira.

  "Iya, Mir. Kau harus sabar, bukannya kau tahu sendiri aku pria beristri, butuh waktu yang tepat untuk kita menikah," sahut Sam.

  "Terus, mau sampai kapan, apa kau tega melihat anak ini tumbuh sendiri tanpa ada indentitas, mendengarnya saja aku sudah tidak kuat Mas, jika nantinya kau benar-benar membiarkan darah dagingmu sendiri harus menderita," ucap Namira sambil di iringi dengan air mata.

  "Aku pasti bertanggung jawab, mana mungkin aku membiarkan darah dagingku sendiri hidup di luar genggaman ku, kau hanya butuh sabar dan jaga dia dengan baik," pinta Sam.

  "Aku pegang janjimu, dan aku hanya memberimu waktu satu bulan, karena kata bidan tadi malam kandunganku sudah memasuki Minggu ke 16, lama-lama perutku ini akan menyembul dengan sendirinya, apa kau mau aku jadi omongan para tetangga karena mengandung di luar pernikahan," tekan Namira di kalimat terakhirnya.

  "Iya Mir, aku pasti akan tanggung jawab, dan untuk saat ini aku meminta mu untuk sabar, dalam menghadapi situasi ini, aku juga butuh waktu untuk meyakinkan hati istriku," ucap Sam sambil membingkai wajah manis kekasih kecilnya itu.

   Saat ini pikiran Sam, gelisah tak menentu, andai saja dulu istrinya tidak mengalami trauma berat seperti itu, mungkin saat ini rumah tangganya masih utuh seperti sedia kalah, karena kejadian itu. Pondasi rumah tangga yang sudah di bangun selama 6 tahun goyah begitu saja.

  Sam begitu bingung harus melakukan apa lagi, tidak mungkin dia bisa berterus terang kepada istrinya, apalagi baru setahun ini istrinya sembuh dari trauma beratnya, jalan satu-satunya dia harus menyuruh perempuan yang sekarang mengandung benihnya itu untuk bersabar, hanya itu yang sekarang bisa dia ucapkan terhadap Namira.

  "Mas, kenapa melamun?" tanya Namira.

  "Enggak ada, aku hanya sedikit lelah saja," sahut Sam, sambil mendekap tubuh Namira.

  "Aku rindu," bisik Namira dengan manja di telinga Sam.

  Pria mana yang menolak pesona perempuan cantik seperti Namira, bahkan di saat hatinya gundah seperti ini Sam tidak bisa menolak keinginan kekasih kecilnya itu.

  Mereka pun melepas hasrat yang sudah lama membelenggu, Namira perempuan itu terlalu hanyut ke dalam cinta yang terlarang sehingga dirinya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersentuhan dengan pria tampan di hadapannya itu.

   "Mas, I love you," bisik Namira setelah melakukan hubungan terlarang.

  "I love you to, Sayang," sahut Sam dengan nada seraknya.

  Sang badan sudah mulai lelah dan mata pun terpejam dengan sendirinya, tanpa di sadari dengkuran halus keluar dari mulut mereka masing-masing.

   *****

Di dalam bangunan rumah yang begitu mewah, seorang istri tengah menyiapkan kejutan istimewa untuk suaminya karena memang besok hari ulang tahun suaminya yang ke 38 tahun, Novia sudah mempersiapkan semua kejutan untuk nanti malam.

  "Wah semoga saja nanti Mas Sam, suka dengan kue buatanku," ucap Novia dengan senang.

  Sengaja wanita cantik itu membuat kue tart dengan tangannya sendiri, di karenakan suaminya itu begitu menyukai makanan yang dia buat, karena memang Novia tipikal wanita rumahan yang gemar memasak, bahkan ibu mertuanya sampai sekarang selalu memuji masakan menantunya itu.

  *****

  Sedangkan di dalam bangunan akomodasi sepasang kekasih itu masih nyenyak dalam tidurnya, hingga malam pun tiba mereka masih damai di dalam tidurnya, hingga suatu panggilan telepon mengagetkan tidur mereka.

  "Mas, sepertinya handphone mu bunyi angkatlah," titah Namira.

   "Iya Mir," sahut Sam, sambil mengambil handphone nya lalu mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari istri tercintanya.

  "Iya Sayang kenapa," ucap Sam.

  "Mas, ini sudah jam 11 malam loh, aku sudah siapkan semua untukmu," sahut istrinya itu.

  "Iya Sayang, maaf ya! Mas sibuk sampai lupa dengan acara kita," bohong Sam.

  "Baiklah kalau begitu cepetan aku tunggu," ucap istrinya.

  Panggilan pun sudah di akhiri, kini Sam pun mulai masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, untuk menghilangkan jejak parfum wanita lain di tubuhnya, sejauh ini Sam begitu pandai dalam menjaga hubungan terlarangnya ini bersama seorang gadis yang usianya terpaut jauh dengannya.

   "Mas ini kemeja barunya," ucap Namira yang memang sudah menyiapkan baju baru untuk kekasihnya itu.

  "Terima kasih Sayang, maaf ya, mas, harus cepat-cepat karena istri mas sudah menyiapkan kejutan untuk mas," pamit pria itu sambil memakai kemejanya.

  "Iya, tidak apa-apa, maaf ya aku tidak bisa memberimu kejutan, hanya bisa mendoakan semoga dimanapun keberadaanmu selalu diberi kebahagiaan," ucap Namira dengan tulus.

  "Terima kasih Sayang, kamu tidak usah memberiku kejutan, karena kamu sudah memberiku kado istimewa," ucap Sam, sambil mencium perut rata kekasihnya.

  *****

 Sam pun mulai tiba di rumahnya, dan seperti dugaannya istrinya tengah menyambung kedatangan dirinya dengan begitu meriah, semua ruangan terasa gelap gulita ketika dia membuka pintu, dan saat itu pula kejutan mulai hadir.

"Happy birthday," ucap sang istri bersamaan lampu yang sudah nyala.

"Wah, terima kasih banyak Sayang," sahut Sam dengan begitu haru, kali ini pria tampan itu bisa merasakan bagaimana tulusnya cinta istrinya.

"Happy birthday Papa, semoga bertambahnya usia ini kamu semakin sukses semakin menyayangi aku dan Brian, dan juga tetap setia," doa tulus sang istri untuk dirinya.

Deg!

Dunia Sam terasa runtuh mendengar kalimat yang di ucapkan oleh sang istri, bagaimana mungkin dia bisa setia sedang saat ini saja dirinya menyembunyikan sesuatu yang amat besar dan kalaupun itu terbongkar maka akan menjadi bumerang untuk rumah tangganya.

'Sayang, maafkan aku yang sudah melukai hatimu,' ucap Sam di dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!