NovelToon NovelToon

Diculik Cinta

Chapter 1 - Kabur

Aliya Wijaya berlari melewati lorong jalan yang sempit sambil kebingungan. Tujuannya bersembunyi dari kejaran ayahnya. Kegemaran ayahnya berjudi membuatnya harus kehilangan sebagian harta. Dan demi mempertahankan pabrik skincare miliknya, ia memaksa anak satu-satunya itu untuk menikah dengan anak rekan bisnisnya.

Aliya membenarkan kacamata hitamnya, berusaha untuk menutupi wajahnya yang berlesung pipi itu agar tak dikenali. Selendang warna hijau ia tudungkan menutupi rambut hitamnya yang lurus sebahu. Ia berada dalam penyamaran.

Gadis itu memasuki sebuah pasar tradisional yang ramai. Tubuhnya yang ramping nan mungil mampu membuatnya berdesak-desakan dengan mudah mencari pintu ke luar lain dari dalam pasar.

Aliya menggendong sebuah tas ransel hitam bergambar siluet kucing berisikan beberapa pakaian dan buku tabungan almarhum ibunya. Padahal ia sudah berjanji akan menggunakan uang tersebut untuk pendidikannya jika ayahnya terus berjudi.

"Ibu, maafin Liya ya, Bu, hiks hiks," ucap gadis itu lirih seraya menyeka bulir bening yang tak terasa jatuh di hidung kecilnya itu.

Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi dan terasa amat perih, "Duh laper lagi."

Gadis itu menoleh pada tukang bakso di seberang sebuah bank yang tadinya hendak dituju oleh Aliya.

Kaki rampingnya melangkah pasti menuju gerobak bakso berwarna biru itu.

"Bang, bakso campur satu ya," pinta Aliya seraya menunjukkan jari telunjuknya.

"Beres, Neng," sahut si pedagang bakso tersebut.

"Bang, bagi api dong!" pinta seorang pemuda mengenakan jaket hitam bertudung. Celana jeans belel yang pria itu kenakan cukup membuat hidung Aliya merasa tak nyaman. Bau apek menggelitik ke rongga hidung yang langsung membuatnya merasa mual.

Ni orang bajunya bau banget ih, antara gak mandi atau bajunya gak dicuci selama satu minggu hiiyy...

Aliya berusaha mengamati wajah si pemuda tersebut, tapi tak bisa. Pria itu duduk di hadapan Aliya menunjukkan punggungnya.

Ponsel Aliya tiba-tiba berdering saat pedagang bakso itu meletakkan mangkuk bakso pesanan Aliya.

"Makasih ya, Pak," ucapnya seraya meraih ponsel dari dalam tas ranselnya.

"Ngapain Ranti telpon aku?" gumam Aliya lalu menekan tombol telepon hijau yang menyambungkannya pada Ranti.

"Apa, Ran?"

"Kamu dimana? ini Ayah kamu lagi cari kamu?" suara Ranti terdengar berbisik.

"Aku, ummm aku ada di... udah ya, Ran, bilang aja kamu gak tau aku ada di mana. Dadah Ranti maafin aku, ya," ucap Aliya lalu menutup sambungan teleponnya dengan sahabatnya tersebut.

"Duh ganti nomer aja deh," gumam Aliya lalu mencabut sim card dalam ponselnya dan membuangnya asal. Benda itu jatuh tepat di kepala pria tadi.

"Ini punya kamu, kan?" ucap pria itu seraya menyodorkan sim card milik Aliya. Wajahnya yang sedari tadi ingin Aliya lihat ternyata tertutup masker.

"Buang aja, Kak, udah gak kepake, kok," sahut Aliya.

"Lain kali kalau mau buang sampah jangan lempar sembarangan! dasar abege labil yang sukanya gonta-ganti nomor gak jelas!"

Pria itu melempar sim card Aliya sampai masuk ke dalam mangkuk baksonya lalu ia pergi begitu saja.

"Wah rese banget nih cowok, mau ngajakin ribut lagi!" Aliya menggebrak mejanya sambil berdiri.

"Neng, sabar jangan gitu, Neng kan perempuan, kalau Abang tadi misalnya preman, duh serem atuh kalau sampe Neng diapa-apain preman," ucap si tukang bakso menenangkan Aliya.

"Habisnya mangkok saya dilemparin kayak gini, bikin sewot aja!"

"Abang ganti ya?" tanyanya.

"Gak usah, Bang, nanti Abang rugi. Saya makan aja yang ini," ucap Aliya lalu duduk kembali berusaha menikmati bakso di hadapannya.

***

Aliya memasuki sebuah bank swasta di kotanya yang terlihat cukup luas.

"Bisa dibantu, Dek?" tanya seorang petugas keamanan pada Aliya.

"Ummm saya mau ambil tabungan, Pak," sahut Aliya.

"Mamanya mana, ya?" tanya pak satpam.

"Mama saya udah meninggal Pak, lagian umur saya udah delapan belas tahun kok," ucap Aliya.

Pak satpam tersebut mengamati tubuh mungil gadis di hadapannya tersebut.

"Saya pikir masih SMP dek, soalnya anak saya yang SMP tingginya aja sudah seperti kamu," ucapnya sambil tertawa kecil di sana.

"Bapak mau memuji apa menghina, sih?" Aliya melirik ketus pada si penjaga tersebut.

"Jangan marah Neng, nanti cantiknya ilang. Nah, Neng ke sana, lalu silahkan ambil nomor antrian, nanti tunggu nomornya dipanggil teller ya," ucap Pak Penjaga.

"Oke, makasih, Pak!"

Tubuh mungil Aliya beranjak menuju mesin pengambilan nomor secara otomatis. Setelah mendapatkan nomornya, tiba-tiba perut Aliya terasa mulas.

"Duh, harus cari toilet nih!"

Gadis itu menoleh ke kanan dan kirinya, kedua bola matanya memindai dengan cepat mencari tanda pemberitahuan yang bergambar toilet.

"Nah ketemu, toiletnya sebelah sana!"

Karena terlalu panik saat berlari, rupanya Aliya salah masuk kamar mandi. Ia memasuki toilet pria tanpa menyadari kloset di depan cermin yang berbeda. Gadis itu langsung masuk ke sebuah bilik yang kosong untuk menunaikan panggilan alamnya segera.

"Ah leganya, untung sepi."

Aliya mem-flush toilet yang baru ia gunakan tersebut. Namun, sebelum ia keluar ia mendengar pembicaraan dua orang pria dari balik pintunya.

Aduh, kok ada cowok di sini, wah kurang ajar nih, jangan-jangan mereka sengaja masuk kamar mandi cewek mau berbuat kurang ajar.

Aliya yang terlanjur geram sudah bersiap dengan tas ranselnya untuk memukul.

Eh bentar, apa jangan-jangan aku yang salah masuk toilet ya?

Aliya tak jadi membuka slot kunci pintu bilik toilet tersebut.

"Bos sudah datang, Lex. Nanti kamu siap-siap buka brangkas utama, sekarang kamu tunggu di sini dulu," ucap seorang pria dengan suara berat tersebut memberi perintah.

"Oke, Bang. Saya tunggu di sini."

"Senjata aman, ya?"

"Aman, sudah siap tinggal kita hantam aja mereka," sahut Alex.

Aliya memberanikan diri membuka pintu toilet itu perlahan. Dia melihat penjaga bank tadi sedang berbincang pada seorang pemuda di depan cermin.

"Ya sudah kalau begitu saya jaga lagi ya, kalian siap beraksi nanti."

Pria yang mengenakan pakaian seragam penjaga bank itu menepuk bahu pria di depan cermin tersebut. Ia lalu pergi ke luar.

Itu kan satpam yang tadi, dan itu kan cowok yang bau apek tadi.

Alex membuka jaket kulitnya, lalu membuka kausnya. Pria itu bertelanjang dada di depan cermin.

Aliya menelan air liurnya dengan berat. Ini kali pertama ia melihat tubuh seorang pria atletis dengan perut kotak-kotak sempurna terpampang nyata di kedua bola matanya yang berwarna cokelat.

Rasanya ingin berteriak dan mengulurkan tangan sambil berjingkrak-jingkrak layaknya seorang fangirl yang baru saja ditunjukkan abs idolanya dari atas panggung. Aliya menutup mulutnya dengan telapak tangannya rapat-rapat.

Pria itu sempat menoleh ke kanan dan kirinya.

"Kok, aku merasa ada yang lagi mengawasi, ya?" gumamnya.

*****

To be continue...

See you next chapter.

Chapter 2 - Culik Aku!

Visual cast numpang lewat ya untuk menambah kelahuan...

Jangan lupa klik Like, pastikan favorit di rak buku kamu, dan please Rate bintang lima 😘

Alex mengganti pakaiannya dengan sweater panjang berwarna hitam. Ia kenakan topeng berwarna senada yang terbuat dari kain untuk menutupi wajahnya. Aliya tak henti-hentinya mengagumi tubuh Alex. Terlebih lagi ia sempat melihat wajah tampan pria itu.

Rasa gugup melanda pria tersebut. Alex menghilangkannya dengan gerakan pemanasan meregangkan tubuhnya. Tiba-tiba Alex mulai bernyanyi.

"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu banyak sekali..."

Alex bersenandung sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ia mencoba membuat dirinya rileks.

What...? badan tegap atletis nan macho gitu kenapa harus nyanyi lagu doraemon sih?

Aliya berusaha menggigit lidahnya agar tawanya tak terdengar.

Kemudian, Alex meletakkan bokongnya di lantai toilet depan pintu masuk. Ia menunggu perintah selanjutnya. Di tangannya tergenggam sebuah pistol berjenis colt M1911 yang sudah ia isi penuh dengan peluru.

"Gila, parah banget ini, masa cowok setampan itu mau merampok bank kenapa gak jadi suamiku aja sih?"

Batin Aliya yang masih mengamati Alex dari balik pintu bilik toiletnya. Ketukan pintu terdengar dan membuat tubuh Alex langsung berdiri dan bersiap untuk keluar.

"Oke, aku siap!" ucap Alex menyambut pria yang baru saja mengetuk pintu tersebut.

Aliya mengikutinya keluar secara mengendap-endap.

"Hei, apa yang kamu lakukan di sini?"

Seorang pria berbadan kurus menodongkan senjata api di kepala belakang Aliya.

Gadis itu langsung mengangkat kedua tangannya ke atas lalu berucap, "Jangan bunuh saya, kumohon...."

"Maju, duduk di sana!" ucapnya mendorong tubuh Aliya masuk ke dalam ruangan.

"Duh, ngapain sih Jae, kamu bawa dia masuk ke sini?" Alex menoleh pada pria kurus di belakang Aliya.

"Terlanjur, udah kamu fokus saja pada brangkas, biar dia jadi urusanku."

Aliya menoleh ke Jae, namun todongan senjata di hadapan wajah Aliya itu membuatnya langsung berpaling. Tubuhnya kini gemetar.

"Kamu duduk tenang di sini! kalau sampai kamu beranjak sejengkal sekalipun, aku dor kepalamu!" Jae mengancam Aliya yang menutup wajahnya ketakutan.

"Aku ke luar dulu, liat situasi," ucap Jae.

"Lho, terus gadis ini gimana?"

Tanya Alex menoleh ke arah Aliya.

"Kalau dia macam-macam, kamu tembak!"

Peluh bercucuran di pelipis gadis itu saat mendengar kata "kamu tembak" dari Jae.

"Kak, Abang, Akang, kumohon jangan tembak aku, ya?" pinta Aliya dengan wajah memelas.

Tak ada jawaban dari Alex yang fokus membuka kode brangkas di hadapannya itu.

"Akang ganteng, please jangan bunuh aku ya?" ucap Aliya lagi dengan nada lebih memelas kali ini.

"Kalau kamu gak diem, aku tembak nih!"

Alex menodongkan pistol ke arah wajah Aliya yang langsung menutup mata.

"Iya, iya, iya aku diem. Butuh bantuan, gak?"

Alex makin menodongkan pistolnya ke dahi Aliya kali ini.

"Aduh... Oke, aku diem."

Aliya menunjukkan kode seperti mengancing mulutnya di hadapan Alex.

Gadis itu mengetuk kakinya di lantai berulang kali tanpa sadar, membuat konsentrasi Alex terpecah.

"Kamu bisa diem, gak?" hardik pria itu.

"Aku gak ngomong apa-apa kok," sahut Aliya.

"Tapi kaki kamu berisik banget," ucap Alex kesal.

"Hiiih nyebelin banget sih jadi cowok, bawel tau gak, untung ganteng," gumam Aliya lalu menghentikan gerakan kakinya yang ia paksa untuk diam.

Senyum tipis tersungging di bibir Alex dari balik topengnya. Sekilas ia melihat ke wajah cantik milik Aliya.

Cantik...

Apa-apaan ini alex, kamu harus fokus, harus fokus.

Alex kembali fokus mencoba membuka kunci brangkas.

Klik.

"Yes, berhasil!" gumam Alex lalu membuka pintu besi di hadapannya itu.

"Astaga... banyak banget duitnya," ucap Aliya yang matanya terbelalak melihat tumpukan uang di dalam brangkas bank tersebut.

"Bantu aku! Masukin uang ke tas ini, kalau kau tak mau melakukannya maka aku akan...."

"Menembakku, iya kan? udah basi ancamannya. Sini!"

Aliya meraih tas besar yang disodorkan Alex.

Jae melihat Alex berhasil membuka brangkas. Kemudian ia menjinjing dua tas besar di tangannya.

"Masukkin juga uang itu ke sini!" perintah Jae pada Aliya.

"Yang ini aja belum rapih, eh iya Bang, iya Bang nih dimasukkin duitnya," ucap Aliya sebelum Jae menodongkan senjata apinya ke kepalanya.

"Buruan, kita sudah dikepung polisi!"

Seorang pria bertubuh kekar datang memanggil Alex dan Jae.

"Iya Bos, ini juga lagi di masukin," sahut Jae.

Dua tas penuh berisi uang sudah ia jinjing menyilang di bahunya dan keluar dari ruangan tersebut.

"Sebaiknya kalian bawa sandera lain selain aku, agar kalian bisa bebas dari kepungan polisi saat menuju mobil," saran penjaga keamanan bank yang tadi Aliya lihat.

"Kamu pilih satu sandera, Jae. Nanti kalau kita sudah tak membutuhkan mereka kita buang di jalan," ucap pria yang dipanggil Bos tadi.

"Oke siap, Bos!" sahut Jae dengan yakin lalu memilih seseorang untuk dijadikan sandera.

"Alex, bawa satu orang buat kamu jadikan sandera!" perintah Jae dari pintu luar ruangan tersebut.

Aliya menarik kaus Alex ke hadapannya.

"Culik aku!" ucap Aliya dengan yakinnya.

"Kamu gila, ya?"

"Jadikan aku sandera kamu, lihat siapa lagi di ruangan ini selain aku, tak ada kan? jadi culik aku!" Aliya mengedip-ngedipkan matanya pada Alex.

Seharusnya untuk orang yang punya pemikiran waras, lari menghindari para perampok merupakan tujuan terbaik untuk hidup lebih lama. Namun, tidak dengan pemikiran Aliya yang nyeleneh. Ide gila itu terlintas di pikirannya saat mendengar perampok tersebut butuh sandera. Nah, daripada ia harus kembali ke rumah ayahnya untuk dijodohkan, lebih baik ia mengikuti Alex.

Alex menyentuh dahi Aliya dengan punggung tangannya.

"Panas, pantas saja, sudah gila kamu, ya?" tanya Alex.

"Iya, aku udah gila, aku gila pas ketemu sama kamu tanpa baju itu!" Aliya menunjuk ke arah kaus panjang hitam milik Alex.

"Maksud kamu?" tanya Alex yang tak mengerti.

"Aku tuh dari tadi bersembunyi di dalam toilet cowok. Eits tapi jangan salah paham ya, aku gak sengaja tadi masuk ke toilet cowok soalnya kebelet hehehe."

Aliya tertawa di hadapan Alex dan membuatnya terlihat makin menggemaskan menurut Alex, tapi laki-laki itu berusaha bersikap datar.

"Oke, aku mau nyanyi kalau gitu, Akang Perampok mohon disimak ya. Ehm ehm... Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin..."

Alex langsung membekap mulut Aliya menghentikan nyanyian doraemon-nya. Kini ia sudah yakin bahwa benar adanya gadis ini berada di toilet pria saat dirinya berganti pakaian tadi.

"Aku harap kamu tak menyesal nanti," ucap Alex memberi peringatan pada Aliya.

******

To be continue

See you next chapter...

Chapter 3 - Di Rumah Alex

Tiga perampok bank itu menodongkan senjata ke masing-masing sandera mereka. Mereka menjadikan para sandera tersebut tameng agar para polisi tak menembak.

"Lepaskan mereka!" pinta Kapten Amir pada sang bos mencoba bernegosiasi.

"Kami akan melepaskan mereka di dekat jalan tol, jadi berikan kami jalan, kalau tidak mereka mati!" gertaknya.

"Sabar, sabar, saya pastikan kalian selamat tapi lepaskan mereka," ucapnya dengan pandangan tertuju pada Aliya yang berada di tangan Alex.

"Semuanya masuk! tak ada tawar menawar lagi, jangan ada yang ikuti kami, jemput mereka di ujung tol!" bentaknya.

Para perampok dan tiga sandera tersebut masuk ke dalam mobil van berwarna biru. Amir masih mengamati wajah Aliya sampai ia teringat akan sesuatu.

"Aliya..."

Aliya menoleh pada Amir begitu juga dengan Alex sebelum mobil van itu melaju menuju ujung tol.

"Namamu, Aliya?" tanya Alex dengan berbisik.

Aliya menganggukan kepalanya mengiyakan.

"Kau kenal dengan polisi tadi?" bisik Alex.

Aliya menggelengkan kepalanya kali ini.

"Turunkan mereka di sini, kita berpisah di sini!" ucap si Bos.

Pria kekar itu memukul sandera laki-laki di tangan Jae sampai tak sadarkan diri. Pria itu lalu membuka topeng wajahnya, begitu juga dengan Jae dan Alex.

"Bagianmu akan segera ku kirimkan, kau urus pria itu!" ucap si Bos pada satpam bank tersebut.

"Bagaimana dengan gadis itu?" tanya si satpam menunjuk Aliya.

"Kita jual dia ke rumah bordil."

Mata berwarna hazel milik Alex itu memandang Aliya.

"Kurasa dia anak orang kaya, bagaimana jika aku meminta tebusan dari orang tuanya?" tanya Alex menyentuh rambut hitam nan halus milik Aliya.

"Terserah kamu saja, tapi ingat, jika dia menyebabkan kita tertangkap, aku juga akan membunuhmu!" ancam si Bos.

Mereka berpisah dengan mobil masing-masing di tempat yang yang berbeda. Alex menarik lengan mungil Aliya yang terikat itu agar melangkah cepat.

"Jangan cepat-cepat dong jalannya!" protes Aliya.

Tak ada jawaban dari pria bertubuh tegap itu selain menarik tangan Aliya sampai ke mobil sedan putih yang terparkir di pinggir hutan.

"Masuk!"

Alex membuka pintu mobilnya dan menekan kepala Aliya turun agar masuk ke dalam mobil tersebut.

"Kubuka ikatanmu, tapi jika kau berteriak..."

"Apa? kau akan menembakku?" tantang Aliya.

"Ya sudah kalau sudah tau, kau yang minta diculik kan? sekarang tanggung akibatnya!"

Senyum sinis tersungging di bibir Alex yang terlihat seksi di mata Aliya itu. Gadis itu menatap pria yang sedang fokus menyetir itu dengan lekat. Sesekali Alex mendorong pipi Aliya pelan agar menoleh ke arah lain. Namun, wajah Aliya selalu kembali menatapnya.

"Kita mau kemana, sih?" tanya Aliya.

"Buktikan padaku jika kau berharga untukku? seberapa kaya ayahmu?" tanya Alex penuh ketegasan.

"Ish kau itu, memangnya masih tak cukup juga uang di dalam tas itu?" Aliya menunjuk tas besar di kursi belakang.

"Jawab pertanyaanku atau aku akan..."

"Ya, ya, ya aku paham, dengarkan ceritaku," ucap Aliya.

"Pada jaman dahulu lahirlah seorang putri yang cantik bernama Aliya Wijaya. Putri cantik itu sangat pintar, dan dia..."

Ucapan Aliya terhenti saat todongan pistol itu menyentuh dahinya.

"Singkat, padat, jelas!" tegas Alex.

"Astaga, gak ada romantisnya sama sekali sih, dikit-dikit tembak, dikit-dikit tembak. Iya kalau nembaknya pakai cinta, eh ini pakai pistol beneran," gerutu Aliya seraya memukul pahanya sendiri dengan gemas.

"Siapa orang tuamu?" tanya Alex.

"Ibuku sudah meninggal, ayahku bernama Sahid Wijaya, pengusaha produk kesehatan kulit merek terkenal yang iklan sabunnya tuh perempuan pakai handuk warna pink terus ngomong gini nih, "Bersih, harum dan enak untuk disentuh" gitu deh."

Alex hampir saja tertawa ketika melihat cara Aliya menuturkan iklan sabun tersebut. Bukannya terlihat seksi menggoda, akan tetapi gadis itu terlihat seperti cacing kepanasan di mata Alex.

"Hoi...! tau gak, iklan sabun itu?" tanya Aliya.

Alex menggelengkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi datarnya yang masih fokus menyetir.

"Hmmm kudet berarti nih cowok, gak pernah nonton iklan di tv," gumam Aliya.

"Aku jarang melihat acara tv yang membosankan itu, lagi pula kalaupun aku sedang melihat tv, kenapa harus fokus pada tayangan iklan? dasar gadis bodoh!"

Alex menunjukkan wajah smirk-nya.

Mereka akhirnya sampai di sebuah apartemen yang terlihat kumuh. Gedung itu memiliki sepuluh lantai dengan dinding cat yang mengelupas.

"Masih ada orangkah tinggal di sini?" tanya Aliya.

"Kau pikir aku dan mereka semua itu hantu?" sinis Alex menimpali.

"Apartemen Idaman," gumam Aliya saat melihat nama apartemen tersebut.

"Hidih idaman dari mana? nyatanya bangunan yang katanya apartemen ini gak ada tuh cakep-cakepnya," gumam Aliya.

"Wuidih tumben bawa cewek, aku pikir kamu penyuka makhluk sejenis lho, Lex," Seorang wanita bertubuh sintal menyapa Alex. Dengan gamblangnya ia tunjukkan payuda*a besarnya saat menyusui balitanya pada Alex. Aliya langsung merasa risih melihatnya.

"Makhluk? emangnya aku makhluk apa? sejenis ikan paus gitu, hahaha," jawab Alex seraya mengusap kepala balita tersebut.

"Hahaha seneng deh kalau ternyata kamu normal, welcome to the hell girls!" seru wanita itu seraya mengedipkan satu matanya pada Aliya.

Gadis itu memaksakan senyumnya lalu mengikuti Alex masuk ke dalam lift.

"Besar, ya?" celetuk Aliya memandangi ke arah bawah lehernya sendiri.

"Hah, jangan bandingkan sama punya sendiri, nanti depresi, lalu minta operasi suntik silikon lagi," hina Alex yang sekilas menoleh ke arah bagian dada milik Aliya. Kedua tangan gadis itu langsung menutupinya.

Ting... pintu lift terbuka di lantai tujuh.

Sepanjang koridor itu, Aliya hanya menghitung ada lima kamar di sana. Alex membuka pintu di kamar 705 yang terletak paling sudut.

"Astaga... ini rumah apa kapal pecah?" pekik Aliya. Gadis itu tak percaya dengan indera penglihatannya.

Pakaian berserakan bercampur dengan sampah bekas makanan di lantai. Hawa pengap dan kurang sedap menusuk ke lubang hidung milik Aliya.

"Di sini gak ada kamar, cuma ada kasur satu, jadi kamu tidur di sofa. Besok baru kita hubungi Ayahmu," ucap Alex dengan ketusnya.

Pria itu membuka kausnya di hadapan Aliya dan melemparnya tepat sampai menutupi wajah Aliya.

"Ish... nyebelin banget nih co...wo."

Alex hanya mengenakan celana boxer menunjukkan pahanya yang kekar. Dengan santainya ia berjalan meraih handuk lalu menuju ke kamar mandi.

Brak...!

Hentakan pintu kamar mandi yang tertutup itu menyadarkan Aliya dari lamunan liarnya yang melintas begitu saja saat melihat tubuh Alex yang hampir tanpa busana di matanya.

"Cobaan apalagi ini, Ya Tuhan... sadarkah dia kalau bentuk tubuhnya itu bisa membuat para perawan rahimnya langsung anget macam aku, aargghh...!!!"

Aliya mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gemas.

"Hmmm...baiklah Aliya kamu bisa, mari kita bersihkan rumah sampah ini," ucap Aliya menyemangati diri sendiri.

******

To be continue

See you next chapter...

Jangan lupa di Like, komen, rate bintang 5 dan masuk favorit kamu ya... 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!