NovelToon NovelToon

Jin Sang Pembantai

jin sang pembantai

Bab 1: Awal dari Kegelapan

Tokyo, sebuah kota yang tak pernah tidur. Jalanan Shinjuku yang sibuk dihiasi lampu neon berwarna-warni, memantulkan bayangan suram di atas jalan basah. Hujan rintik-rintik terus mengguyur malam itu, menciptakan suasana yang penuh misteri. Jin Kazama berdiri di bawah lampu jalan, mengenakan hoodie hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya. Matanya yang tajam mengamati keramaian, mencari seseorang.

Ia sudah merencanakan ini selama berminggu-minggu.

Adegan di Bar

Jin memasuki sebuah bar kecil di sudut gang. Bau alkohol dan asap rokok segera menyergapnya. Bar itu tidak ramai—hanya ada beberapa pria mabuk di sudut dan seorang bartender yang sibuk membersihkan gelas. Tapi di tengah ruangan, ia melihatnya.

Wanita itu.

Hana Nishimura. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, mengenakan gaun merah yang tampak mencolok di antara keramaian. Ia duduk sendirian di meja, memainkan gelas martini di tangannya.

Jin mengambil napas dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Langkahnya tenang saat ia mendekati meja Hana.

"Sumimasen, kono seki wa aiteimasu ka?" (Permisi, apakah kursi ini kosong?)

Hana mendongak, tersenyum kecil. Matanya menilai pria yang berdiri di depannya—tinggi, berwajah tenang, tapi ada sesuatu yang gelap di balik tatapan itu.

"Hai, douzo." (Ya, silakan.) katanya sambil mengangguk.

Jin duduk, meletakkan gelas sake yang baru saja ia pesan di atas meja. Ia menatap Hana dengan intensitas yang cukup untuk membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

"Namae wa?" (Siapa namamu?) tanya Jin langsung.

Hana tertawa kecil, mencoba mengusir rasa canggung.

"Nishimura Hana. Anata wa?" (Nishimura Hana. Kamu?)

"Kazama Jin desu. Yoroshiku." (Aku Jin Kazama. Senang bertemu denganmu.) jawabnya singkat.

Percakapan mereka dimulai dengan basa-basi. Jin adalah pendengar yang baik, membiarkan Hana berbicara tentang dirinya. Ia belajar bahwa Hana adalah seorang pekerja seks yang sering berkeliaran di daerah itu, mencari "klien" yang bisa membayar mahal untuk waktu bersamanya.

"Anata wa shigoto wa nani o shiteimasu ka?" (Kamu bekerja sebagai apa?) tanya Jin, berpura-pura tidak tahu.

Hana tersenyum sambil memiringkan kepalanya sedikit.

"Sonna koto, ima wa kankei nai yo ne?" (Hal seperti itu, tidak penting sekarang, kan?)

Jin membalas dengan senyum kecil.

"Sou da ne." (Benar juga.)

---

Adegan Menuju Kamar Hotel

Setelah beberapa gelas minuman, Hana menyarankan untuk pergi ke tempat yang lebih privat. Jin mengangguk setuju, mengikuti wanita itu keluar dari bar. Hujan masih turun, dan Hana membuka payung kecilnya. Mereka berjalan berdampingan menuju hotel terdekat.

"Jin-san, tokoro de, doko ni sundeimasu ka?" (Jin, ngomong-ngomong, kamu tinggal di mana?) tanya Hana, mencoba membuka obrolan.

"Shinjuku no chikaku ni. Demo, jikan no taihan wa hataraiteru." (Dekat Shinjuku. Tapi, sebagian besar waktuku dihabiskan untuk bekerja.) Jin menjawab dengan nada datar.

Hana mengangguk, meski ia merasa pria ini sedikit terlalu pendiam.

"Hataraki sugiru to, tsumaranai jinsei ni naru yo." (Kalau bekerja terlalu banyak, hidup bisa jadi membosankan, lho.) Hana mencoba bercanda.

Jin tidak merespons, hanya meliriknya sekilas.

Mereka sampai di hotel kecil yang tersembunyi di sebuah gang sempit. Hana berbicara dengan resepsionis, dan mereka diberi kunci kamar di lantai dua.

Di dalam kamar, Hana duduk di tepi tempat tidur, melepas sepatu hak tingginya. Jin berdiri di dekat jendela, memandangi hujan yang turun di luar.

"Nervous ni natteiru no?" (Kamu gugup?) tanya Hana sambil tersenyum.

Jin menoleh, memberikan senyuman kecil yang tidak sampai ke matanya.

"Iie, daijoubu desu." (Tidak, aku baik-baik saja.)

Hana berdiri, berjalan mendekatinya.

"Jin-san wa chotto kawatteiru yo ne." (Kamu sedikit berbeda, ya, Jin.)

"Kawatteiru?" (Berbeda?) Jin menatapnya, matanya dingin.

Hana mengangguk.

"Hai. Demo, ii imi de ne." (Ya. Tapi, dalam arti yang baik.)

Jin hanya tersenyum tipis, lalu mengeluarkan botol kecil dari saku jaketnya.

"Nani sore?" (Apa itu?) tanya Hana.

"Tada no perfume. Hana-san ni yoku niau to omou." (Hanya parfum. Aku pikir ini cocok untukmu.) Jin menjawab sambil membuka tutup botolnya.

Hana mendekatkan wajahnya untuk mencium aromanya, tetapi sebelum ia sempat menyadarinya, Jin menyemprotkan cairan ke wajahnya.

"Eh...? Nani...?" (Eh...? Apa...?) Hana berusaha berbicara, tetapi tubuhnya mulai melemah.

Dalam hitungan detik, ia jatuh tak sadarkan diri di lantai.

---

Adegan Pembunuhan

Jin berdiri di samping tubuh tak bernyawa Hana. Ia menghela napas dalam, membuka tas kecil yang ia bawa. Di dalamnya terdapat pisau bedah, sarung tangan karet, dan kotak kecil berwarna hitam.

"Gomen ne, Hana-san. Demo, kore wa hitsuyou na koto da." (Maaf, Hana. Tapi ini adalah sesuatu yang perlu dilakukan.) gumam Jin pelan.

Dengan hati-hati, ia memindahkan tubuh Hana ke atas tempat tidur. Ia mengamati wajah wanita itu untuk terakhir kalinya sebelum mulai bekerja.

Pisau bedah itu menyentuh kulit Hana, menciptakan sayatan pertama di dadanya. Jin melakukannya dengan presisi, memastikan tidak ada kesalahan. Setelah membuka jaringan kulit, ia menarik napas dalam sebelum mencapai tujuannya: jantung.

Ketika organ itu akhirnya berada di tangannya, Jin memandangi hasil pekerjaannya dengan ekspresi datar. Ia menempatkan jantung itu di dalam kotak hitam, lalu menutupnya rapat.

Sebelum pergi, Jin mengambil kartu bergambar mawar merah dari tasnya dan meletakkannya di tangan Hana. Itu adalah tanda khasnya, sesuatu yang akan membuat polisi kebingungan.

"Kore de hajimari da." (Ini adalah awal dari semuanya.) Jin berbisik sebelum meninggalkan kamar, membiarkan hujan deras membersihkan jejak langkahnya.

---

Penemuan Mayat

Pagi harinya, seorang petugas kebersihan menemukan tubuh Hana. Jeritannya menggema di lorong, menarik perhatian para tamu hotel.

Polisi tiba beberapa menit kemudian. Kepala Detektif Nakamura memimpin penyelidikan. Ia berdiri di samping tubuh Hana, mengamati luka di dadanya dan kartu di tangannya.

"Kore wa... messeeji ka?" (Apakah ini pesan?) Nakamura bergumam, mencoba memahami maksud dari kartu itu.

Jin, di sisi lain, sudah jauh dari tempat kejadian. Ia berjalan di antara kerumunan orang di jalanan Tokyo, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun. Dalam pikirannya, ia sudah merencanakan target berikutnya.

tanda mawar merah

Bab 2: Tanda Mawar Merah

Hujan yang turun semalam menyisakan kabut tipis di pagi hari Tokyo. Di sebuah kantor polisi distrik Shinjuku, suasana penuh kesibukan. Detektif Nakamura berdiri di depan papan putih yang dipenuhi foto-foto TKP dari malam sebelumnya. Di tengah papan, foto tubuh Hana Nishimura terpampang jelas, lengkap dengan luka mengerikan di dadanya dan kartu bergambar mawar merah di tangan.

---

Adegan di Kantor Polisi

"Kore wa choujyouzai na yatsu da..." (Ini adalah orang yang sangat terorganisir...) gumam Nakamura sambil menyalakan rokoknya.

Asistennya, Detektif Sato, menatap layar komputer sambil mengetik cepat.

"Koutsuu kamera wa donna jouhou mo mitsukeraremasen deshita." (Kamera lalu lintas tidak menangkap apa pun.) kata Sato dengan nada frustrasi.

Nakamura menghela napas panjang, mengusap wajahnya yang lelah.

"Kono yatsu wa kanzen ni keikaku shite ita. Nani mo nokosarete inai." (Orang ini benar-benar merencanakan semuanya. Tidak ada yang ditinggalkan.)

Di meja mereka, terdapat bukti-bukti yang ditemukan di TKP: sebuah pisau bedah yang digunakan pelaku, kotak hitam yang ditemukan kosong, dan kartu bergambar mawar merah yang tampak seperti tanda khas si pembunuh.

Sato menunjuk kartu tersebut.

"Kore wa nandarou? Naze mawaru wo erabu no ka?" (Apa ini? Mengapa memilih mawar?)

Nakamura merenung sejenak sebelum menjawab.

"Sore wa kanashimi to ai no shoucho da. Tabun, kono yatsu wa jiko no kako to musubitsuiteiru." (Itu adalah simbol kesedihan dan cinta. Mungkin ini berhubungan dengan masa lalu pelaku.)

---

Adegan di Apartemen Jin Kazama

Sementara itu, di sebuah apartemen kecil di distrik Suginami, Jin Kazama duduk di lantai kayu sambil menatap kotak hitam yang sekarang kosong. Tangannya memegang foto lama, seorang wanita dengan wajah cantik yang mirip dengan Hana Nishimura.

"Hahaue..." (Ibu...) Jin berbisik pelan.

Kenangan lama mulai membanjiri pikirannya. Jin ingat hari ketika ia menemukan ibunya tewas di tangan ayahnya yang kejam. Ia masih kecil saat itu, hanya delapan tahun, tetapi kejadian tersebut meninggalkan luka mendalam yang tak pernah sembuh.

"Naze minna wa uso wo tsuku? Naze hahaue wa mamorenakatta?" (Mengapa semua orang berbohong? Mengapa aku tidak bisa melindungi ibu?) gumamnya dengan suara rendah.

Jin mengepalkan tangannya, merasakan kemarahan yang menggelegak di dalam dirinya.

"Subete no uso-tsuki wa shihai sarete, chikaradzuku de kesare nakereba naranai." (Semua pembohong harus dihukum, dan dihapus dengan paksa.)

Telepon genggamnya berbunyi, mengganggu lamunannya. Ia melihat pesan dari sumber anonim yang memberikan informasi tentang target berikutnya: seorang wanita bernama Akane Fujimoto. Pesan itu hanya berisi alamat dan foto.

"Tsugi wa kanojo ka..." (Selanjutnya dia...) Jin bergumam sambil menatap foto itu.

---

Adegan di Bar dengan Akane

Malam tiba, dan Jin kembali ke jalanan Tokyo. Ia menemukan Akane di bar kecil di daerah Roppongi, tempat ia biasa mencari "klien". Jin masuk dengan langkah percaya diri, mengenakan setelan sederhana yang membuatnya tampak seperti pria bisnis biasa.

Akane sedang duduk di meja bar, tertawa kecil sambil berbicara dengan bartender. Ia memiliki rambut pirang pendek yang membuatnya tampak berbeda dari wanita kebanyakan.

Jin mendekatinya perlahan.

"Sumimasen, kono seki wa aiteimasu ka?" (Permisi, apakah kursi ini kosong?)

Akane menoleh dan menilai pria yang baru saja datang. Ia tersenyum kecil.

"Hai, douzo." (Ya, silakan.) jawabnya.

Jin duduk, memesan segelas whisky.

"Nani ka ii koto ga atta no desu ka?" (Ada kabar baik?) tanya Jin, memperhatikan senyuman di wajah Akane.

Akane tertawa kecil.

"Tokubetsu na koto wa nai kedo, kyou wa watashi no saikou no hi to iitai." (Tidak ada yang spesial, tapi aku ingin menganggap hari ini sebagai hari terbaikku.)

Percakapan mereka mengalir dengan mudah. Jin adalah pendengar yang baik, sementara Akane suka berbicara. Ia bercerita tentang kehidupannya, mimpinya, dan kesulitan yang ia hadapi.

"Jinsei wa kantan janai yo ne." (Hidup itu tidak mudah, ya.) kata Jin sambil tersenyum simpul.

Akane mengangguk.

"Sou yo. Demo, sore ga subarashii no." (Benar. Tapi, justru itulah yang membuatnya indah.)

Jin merasa sedikit tersentuh oleh kata-kata Akane. Tapi ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini bukan tentang emosi. Ini tentang misi.

Setelah beberapa saat, Akane menawarkan untuk pergi ke tempat yang lebih privat. Jin setuju, dan mereka meninggalkan bar bersama-sama.

---

Adegan di Kamar Hotel

Di kamar hotel, Akane tampak lebih santai. Ia melepas jaketnya dan duduk di tempat tidur, sementara Jin berdiri di dekat jendela.

"Jin-san wa shizuka na hito da ne." (Jin, kamu orang yang pendiam, ya.) kata Akane.

Jin menoleh, memberikan senyum kecil.

"Tashika ni. Demo, sore wa waruku nai darou?" (Memang. Tapi, itu bukan hal yang buruk, kan?)

Akane tertawa kecil.

"Iie, watashi wa shizuka na hito ga suki." (Tidak, aku suka orang yang pendiam.)

Jin mendekati Akane, duduk di sebelahnya. Ia mengeluarkan botol kecil dari saku jaketnya.

"Nani sore?" (Apa itu?) tanya Akane, penasaran.

"Kore wa tokubetsu na perfume. Kyou no omoide ni naru to ii na." (Ini parfum khusus. Semoga menjadi kenangan hari ini.) Jin menjawab dengan nada tenang.

Akane mengambil botol itu dan mencium aromanya. Tapi sebelum ia menyadarinya, Jin sudah menyemprotkan cairan tersebut ke wajahnya.

"Eh...? Nani...?" (Eh...? Apa...?) Akane berusaha berbicara, tetapi tubuhnya mulai melemah. Dalam hitungan detik, ia jatuh tak sadarkan diri.

Jin menarik napas dalam, meletakkan tubuh Akane di atas tempat tidur dengan hati-hati. Ia mengeluarkan pisau bedah dari tasnya, lalu mulai bekerja.

"Gomen ne, Akane-san. Demo, kore wa hitsuyou na mono da." (Maaf, Akane. Tapi, ini adalah sesuatu yang perlu dilakukan.) gumamnya pelan.

---

Penemuan Mayat

Keesokan paginya, tubuh Akane ditemukan oleh staf hotel. Luka di dadanya dan kartu bergambar mawar merah menjadi berita utama di seluruh kota.

Di kantor polisi, Detektif Nakamura memandang foto tubuh Akane dengan ekspresi serius.

"Mata mawaru ka... Kono yatsu wa hontou ni majime ni kitteiru." (Mawar lagi... Orang ini benar-benar serius.)

Sato menunjuk ke papan investigasi.

"Kono shikou wa nani ka imi ga aru. Mawaru no imi wa tabun, shokuzai no you na mono kamo shirenai." (Simbol mawar ini mungkin memiliki arti. Mungkin semacam penebusan dosa.)

Nakamura mengangguk, tetapi tatapannya tetap penuh keraguan.

"Demo, tsugi no nibanme ga aru to shite, dore kurai hayaku kita no ka?" (Tapi jika ada korban kedua, seberapa cepat pelaku akan melakukannya lagi?)

Sementara itu, Jin berdiri di tengah keramaian, mengamati layar besar di salah satu gedung yang menayangkan berita tentang kasusnya. Wajahnya tetap datar, tetapi di dalam dirinya, ia merasa puas.

"Tsugi no target wa mada kono machi ni iru." (Target berikutnya masih ada di kota ini.) Jin bergumam pelan, lalu menghilang ke dalam keramaian.

Bab 3: Sakura no Kage (Bayangan Sakura)

Bab 3: Sakura no Kage (Bayangan Sakura)

Malam di distrik Ginza tidak pernah tidur. Lampu-lampu neon menyala terang, menerangi jalan-jalan yang dipenuhi dengan tawa dan langkah kaki. Namun, di balik gemerlap tersebut, bayangan kelam kembali menyelinap, mencari korban berikutnya. Jin Kazama berjalan pelan di trotoar, mengenakan mantel panjang dan topi hitam. Di tangannya, sebuah amplop cokelat tergenggam erat.

---

Adegan di Kantor Polisi

Sementara itu, di kantor polisi distrik Shinjuku, suasana kembali memanas. Detektif Nakamura dan Sato duduk di ruang briefing bersama tim investigasi lainnya. Di depan mereka, papan putih dipenuhi foto korban terbaru, Akane Fujimoto.

"Sato, kono baai de shinjirarenai no wa, doko mo hijou ni kirei da." (Sato, yang paling mencurigakan di kasus ini adalah betapa bersihnya semuanya.) kata Nakamura sambil menunjuk foto TKP.

Sato mengangguk sambil mencatat.

"Hai, demo, kono yatsu wa kanzen ni keikaku shiteiru kamo shirenai." (Ya, tapi pelaku ini mungkin benar-benar merencanakan semuanya.)

Seorang teknisi forensik memasuki ruangan dengan beberapa dokumen di tangan.

"Nakamura-san, saishin no DNA kensa no kekka desu." (Detektif Nakamura, ini hasil terbaru dari tes DNA.)

Nakamura mengambil dokumen tersebut dan membacanya dengan cermat.

"Yappari... kore wa hitori no yatsu no shiwaza da na. Kono DNA wa maigo no bijutsukan no keisatsu ni tsunagaru." (Seperti yang kuduga... ini adalah perbuatan satu orang. DNA ini cocok dengan kasus pembunuhan yang terjadi di museum seni sebelumnya.)

Sato mendekat.

"Soshite, kono mawaru no imi wa?" (Lalu, apa arti dari mawar ini?)

Nakamura memandang rekan kerjanya dengan tatapan serius.

"Mawar wa shokuzai no shoucho kamo shirenai. Kare no kako to fukaku kankei shiteru darou." (Mawar mungkin simbol penebusan. Ini mungkin terkait erat dengan masa lalu pelaku.)

---

Adegan di Taman Ueno

Jin tiba di Taman Ueno, di mana sakura mulai bermekaran meski masih musim dingin. Ia berdiri di bawah salah satu pohon sakura, memperhatikan kelopak bunga yang tertiup angin. Di depannya, seorang wanita muda berdiri sambil berbicara di telepon. Wanita itu adalah targetnya, seorang PSK bernama Yui Kagawa.

Jin mendekatinya perlahan, menunggu hingga Yui selesai berbicara. Ketika Yui menoleh, Jin tersenyum kecil.

"Konban wa." (Selamat malam.) sapanya.

Yui terlihat sedikit terkejut, tetapi balas tersenyum.

"Konban wa. Dare ka to machiawase desu ka?" (Selamat malam. Apakah Anda menunggu seseorang?)

Jin menggeleng.

"Iie, tada kouen wo sanpo shiteimasu. Sakura wa kirei desu ne." (Tidak, saya hanya berjalan-jalan di taman. Sakura sangat indah, ya.)

Yui mengangguk, matanya ikut memperhatikan bunga sakura di atas mereka.

"Sou desu ne. Watashi wa mainichi koko ni kimasu. Kokoro ga shizuka ni naru no." (Iya. Saya datang ke sini setiap hari. Rasanya hati menjadi tenang.)

Jin mengamati Yui dengan saksama. Ia bisa merasakan ketulusan dalam kata-katanya, tetapi ia juga tahu bahwa ketenangan itu hanyalah ilusi sementara.

"Yui-san desu ka?" (Apakah Anda Yui?) Jin tiba-tiba bertanya.

Yui terlihat terkejut.

"Hai... doushite watashi no namae wo shitteiru no?" (Iya... kenapa Anda tahu nama saya?)

Jin hanya tersenyum.

"Anata ni au tame ni kita." (Saya datang untuk menemui Anda.)

---

Adegan di Apartemen Yui

Yui, yang merasa penasaran sekaligus terpesona oleh kehadiran Jin, mengundangnya ke apartemennya. Di sana, suasana terasa lebih akrab. Yui menyiapkan dua cangkir teh hijau dan meletakkannya di atas meja kecil di ruang tamu.

"Jin-san wa doushite watashi ni kyomi ga aru no?" (Kenapa Anda tertarik pada saya, Jin?) tanya Yui sambil duduk di seberangnya.

Jin mengaduk tehnya perlahan sebelum menjawab.

"Anata wa totemo tokubetsu na hito da to omou. Sono me no oku ni, nanika fukai kanashimi ga aru." (Saya pikir Anda adalah orang yang sangat istimewa. Di dalam mata Anda, saya melihat kesedihan yang mendalam.)

Kata-kata Jin membuat Yui terdiam. Ia menunduk, memandangi cangkir tehnya.

"Jinsei wa kantan janai yo ne..." (Hidup itu tidak mudah, ya...) gumamnya.

Jin mengangguk.

"Hai. Sore dakara, sono kanashimi wo zenbu tokihanashite wa dou?" (Iya. Maka dari itu, bagaimana jika Anda melepaskan semua kesedihan itu?)

Yui mengangkat wajahnya, tatapannya penuh kebingungan.

"Tokihanashite... dou iu imi?" (Melepaskan... maksud Anda apa?)

Jin bangkit perlahan, mengambil sesuatu dari saku mantelnya. Sebuah botol kecil berisi cairan bening.

"Gomen ne, Yui-san. Kono yoru wa anata no tame no mono." (Maaf, Yui. Malam ini adalah malam untukmu.) kata Jin sambil menyemprotkan cairan tersebut ke wajah Yui.

Yui terkejut, tubuhnya langsung melemah. Dalam hitungan detik, ia terjatuh ke lantai, tak sadarkan diri. Jin menatapnya dengan ekspresi datar, lalu mengeluarkan pisau bedah dari tasnya.

"Shizuka ni shinasai... kore wa hitsuyou na mono da." (Tenanglah... ini adalah sesuatu yang perlu dilakukan.) gumamnya sambil mulai bekerja.

---

Adegan di Kantor Polisi

Keesokan paginya, tubuh Yui ditemukan di apartemennya. Luka di dadanya dan kartu bergambar mawar merah kembali menjadi bukti khas si pembunuh.

Nakamura berdiri di depan papan investigasi, menatap foto tubuh Yui dengan tatapan penuh frustrasi.

"Mata yatta ka... kono yatsu wa tsugi ni nani wo suru tsumori darou?" (Dia melakukannya lagi... Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?)

Sato berjalan mendekat, membawa laporan terbaru.

"Nakamura-san, kamera no eizou de fushin na otoko wo mitsukemashita. Demo, kao wa yoku mie masen." (Nakamura, kamera menangkap seorang pria mencurigakan. Tapi wajahnya tidak terlihat jelas.)

Nakamura membaca laporan tersebut dengan seksama.

"Kono yatsu wa sugoku shinpai shite iru... demo, itsuka ayamaru darou." (Orang ini sangat berhati-hati... Tapi, suatu saat dia akan membuat kesalahan.)

Sementara itu, di tempat lain di Tokyo, Jin Kazama kembali berjalan di tengah keramaian. Ia menatap sebuah papan iklan besar yang menayangkan berita tentang kasusnya.

"Kondo wa motto fukaku ugokou..." (Kali ini, aku akan bergerak lebih dalam...) Jin bergumam pelan sebelum menghilang di antara bayang-bayang kota.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!