NovelToon NovelToon

Mafia Jatuh Cinta Dengan Gadis Barbar

Pertemuan tak terduga

Malam itu, klub malam Inferno penuh sesak dengan suara musik yang mengguncang dan cahaya neon yang menari-nari di udara. Di sudut VIP lantai dua, seorang pria dengan jas hitam rapi duduk dengan wajah dingin. Dia adalah Rafael Arsenio, pewaris keluarga mafia yang paling ditakuti di kota. Dengan tatapan tajam dan sikap angkuh, Rafael adalah sosok yang tidak pernah tertarik pada hal-hal remeh, termasuk cinta.

Namun, malam itu berbeda.

Di lantai dansa, seorang gadis dengan rambut diikat asal-asalan dan jaket kulit hitam kebesaran terlihat menonjol di antara kerumunan. Dengan gerakan liar dan tawa yang lepas, dia menari seakan dunia ini miliknya. Namanya adalah Liana, gadis yang dikenal sebagai si “bar-bar” di lingkungannya. Liana tidak peduli pada aturan, tidak peduli pada pendapat orang lain. Dia hidup sesuka hatinya, dan itulah yang membuatnya begitu memikat—meskipun kadang merepotkan.

“Apa yang membuat dia berbeda?” Rafael bertanya dalam hati sambil memandangi Liana dari kejauhan.

Tiba-tiba, keributan kecil pecah di dekat bar. Seorang pria mabuk mencoba menyentuh Liana, lo nggak tahu batasan? Gue bisa urus lo sekarang juga kalau mau!” serunya dengan suara lantang, menarik perhatian semua orang di ruangan itu.

Rafael tersenyum tipis. "Berani juga dia."

Namun, saat Liana bersiap meninggalkan tempat itu, salah satu anak buah Rafael, yang berdiri di dekat bar, ikut campur. Dia merasa perlu menunjukkan kuasanya sebagai pengawal pemimpin mafia.

“Gadis, kau tidak bisa berbuat semaumu di tempat ini,” kata pria itu dengan nada mengancam.

Liana memutar matanya. “Dan lo siapa? Satpam klub? Kalau mau ikut-ikutan, siap-siap aja gue buat malu.”

Pria itu melangkah maju, tetapi sebelum sesuatu yang lebih besar terjadi, suara Rafael yang berat dan dingin terdengar.

“Cukup.”

Keributan berhenti seketika. Semua mata tertuju pada pria di lantai atas. Rafael berdiri perlahan, tatapannya tajam namun tenang. Dia melangkah turun dari lantai VIP dan mendekati Liana, yang tetap berdiri tegak, sama sekali tidak terlihat takut.

“Maaf, anak buahku kadang lupa aturan,” kata Rafael dengan nada datar, tetapi suaranya memancarkan otoritas.

“Bagus, dia harus belajar sopan santun,” balas Liana sambil melipat tangan di dada.

Rafael terkesiap mendengar jawabannya. Tidak ada yang pernah berbicara seperti itu padanya—apalagi seorang gadis yang bahkan tidak tahu siapa dia.

“Kau punya nyali, gadis,” ujar Rafael, mencoba menahan senyum.

“Nyali? Ini cuma soal keadilan. Gue nggak takut sama siapa pun, apalagi orang yang cuma sok penting.”

Kerumunan membeku. Anak buah Rafael menahan napas, menunggu reaksi atas keberanian Liana. Namun, Rafael justru tertawa kecil—sesuatu yang jarang sekali terjadi.

“Aku Rafael. Dan aku rasa ini akan jadi malam yang menarik,” katanya sambil mengulurkan tangan.Liana menatap tangan yang terulur itu dengan curiga. Di dunia tempat dia tumbuh, tawaran seperti itu hampir selalu mengandung jebakan. Tidak ada yang memberikan bantuan tanpa ada balasannya, apalagi seorang pria berbahaya seperti Rafael. Namun, sesuatu dalam diri Liana terasa menantang. Ia menatap mata Rafael yang penuh dengan ketenangan, seolah dia sudah tahu bahwa hidupnya akan berubah malam itu.

“Rafael, ya?” tanya Liana, sedikit ragu, namun ada sedikit rasa penasaran yang tidak bisa disembunyikan. Ia mengamati wajahnya, mencoba membaca ekspresinya yang sulit dibaca.

Rafael hanya mengangguk, tak terganggu dengan sikap Liana yang masih dingin. Dia tetap berdiri di hadapannya dengan postur tegap, aura kekuasaannya hampir terasa menyengat. Namun, apa yang membuat Liana sedikit bingung adalah senyuman tipis yang menghiasi wajahnya. Senyum yang tidak menakutkan, justru terasa misterius dan seolah mengundang rasa penasaran.

“Aku dengar tentangmu,” lanjut Rafael, suara beratnya yang penuh wibawa menggema di antara kebisingan musik dan percakapan di sekitar mereka. “Tapi aku rasa kamu bukan tipe orang yang mudah ditebak.”

Liana tertawa kecil, suaranya keras dan penuh kebebasan. “Jelas. Gue bukan boneka yang bisa lo atur. Lo pikir gue ini siapa? Sekedar cewek yang bisa lo perintah-perintah?”

“Bukan itu maksudku,” Rafael menjawab, tetap tenang. “Aku hanya ingin tahu, apa yang membuatmu begitu berani. Tidak banyak orang yang bisa berbicara begitu saja tanpa takut, terutama di hadapan seseorang sepertiku.”

Liana mengangkat alisnya, merasakan ketegangan yang semakin membesar di antara mereka. “Gue bukan takut sama siapa pun, Rafael. Dan untuk lo yang bisa nyebut diri lo ‘seseorang,’ gue cuma pengen tahu satu hal—kenapa lo ngelirik gue?”

Rafael tersenyum, meskipun tetap menjaga jarak. “Kau berbeda,” jawabnya dengan singkat. “Dan itu yang membuatku tertarik.”

Liana menatapnya tajam, tetapi ada yang tidak bisa disembunyikan dalam dirinya—rasa penasaran. Pria ini, yang dikenal sebagai predator di dunia bawah tanah, tidak tampak seperti sosok yang mudah dibaca. Justru, sikapnya yang terkontrol malah membuatnya lebih sulit untuk dihadapi. Tidak seperti pria-pria lain yang biasanya datang dengan arogan dan kasar, Rafael memiliki cara bicara yang lebih halus, penuh pengendalian.

“Lo pasti punya banyak penggemar, kan?” Liana bertanya, memiringkan kepala sambil menyeringai. “Kamu pasti enggak kesulitan cari wanita yang lebih ‘nyaman’ daripada gue.”

Rafael menatapnya tajam. “Gue tidak mencari kenyamanan, Liana. Gue mencari tantangan.”

Liana tersenyum, meski sedikit meremehkan. “Dan lo pikir gue ini tantangan yang pas?”

“Bisa jadi,” jawab Rafael singkat, lalu berbalik dan melangkah ke arah bar. “Ayo minum. Aku yakin, kita punya banyak hal yang bisa dibicarakan.”

Liana ragu sejenak, tetapi akhirnya mengikuti langkah Rafael. Mereka duduk di meja yang sedikit lebih sepi, jauh dari keramaian klub yang semarak.

Liana memandangi Rafael yang duduk di hadapannya dengan tatapan yang tidak mudah dibaca. Pria ini begitu tenang dan percaya diri. Ada sesuatu yang berbeda dari kebanyakan orang yang ia temui dalam hidupnya—terutama pria-pria seperti Rafael yang tampaknya tidak bisa dilepaskan dari bayang-bayang kekuasaan dan ketakutan. Liana tahu bahwa dia sedang berada di hadapan seseorang yang berbahaya, tetapi justru itulah yang membuatnya semakin tertarik.

Episode 2

"Jadi," Rafael memecah keheningan yang menyelimuti mereka. "Apa yang sebenarnya kamu cari di sini, Liana?"

Liana menyandarkan punggungnya ke kursi, mengambil segerombolan alkohol yang diletakkan di depannya, dan menyesapnya perlahan. Matanya terus menatap Rafael, mencoba untuk mengukur seberapa dalam dia bisa masuk ke dalam permainan ini tanpa terbakar.

"Kenapa lo nanya kayak gitu?" balas Liana dengan nada santai, tetapi di dalam pikirannya, ada perasaan yang mulai tumbuh—perasaan ingin tahu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. “Gue bukan orang yang butuh izin atau persetujuan dari siapa pun, apalagi dari lo.”

Rafael menyeringai. “Aku tahu, kamu bukan tipe yang butuh izin. Tapi bukan itu yang aku maksud. Apa yang kamu inginkan dari hidup ini, Liana? Kenapa kamu bertindak seperti ini?”

Liana terkekeh, suaranya penuh kepercayaan diri. "Apa yang gue inginkan? Gue cuma ingin hidup bebas, Rafael. Hidup tanpa aturan yang membelenggu gue. Gue enggak peduli sama dunia lo yang penuh dengan intrik dan konspirasi. Gue hidup karena gue suka. Itu aja."

Rafael menatapnya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam diri Liana yang membuatnya penasaran. Biasanya, orang-orang yang datang dari dunia mereka—dunia yang gelap, penuh dengan kekerasan dan perhitungan—selalu berbicara tentang kekuasaan, uang, dan status. Namun, Liana tidak seperti itu. Dia berbicara tentang kebebasan, tentang hidup tanpa batasan. Dan itu menarik perhatian Rafael.

“Aku lihat, hidupmu penuh dengan kebebasan yang berani, Liana. Tapi apakah kamu tahu, tidak ada yang benar-benar bebas di dunia ini? Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya.” Kata-kata Rafael keluar dengan nada yang dalam, seolah ia sedang memberi peringatan, atau bahkan sebuah tantangan.

Liana menatapnya tajam. "Lo enggak ngerti, Rafael. Gue bukan orang yang takut akan konsekuensi. Gue sudah membayar harga hidup gue, dan lo bisa tanya siapa saja, gue tahu banget apa artinya hidup tanpa kepastian."

Rafael mengangguk perlahan. “Tapi tidak semua orang kuat seperti kamu. Kebebasanmu itu, mungkin, suatu saat bisa membawa masalah.”

Liana tertawa, suara gelaknya keras dan tanpa penyesalan. "Masalah? Gue udah siap dengan masalah, Rafael. Dari dulu, gue udah hidup dengan masalah. Dunia lo itu penuh dengan kebohongan dan kekerasan, sementara dunia gue lebih sederhana—gue hanya hidup dengan cara gue sendiri. Lo pikir bisa ngatur hidup gue hanya karena lo punya segalanya? Gue enggak butuh itu."

Tatapan mata Rafael semakin tajam, mengamati setiap gerakan Liana, setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu. Di balik kata-kata yang tampak ringan, dia merasakan sebuah energi yang begitu kuat, sebuah keberanian yang jarang ia temui. Dan itulah yang membuatnya terpesona. Biasanya, orang-orang di dunia ini, yang terjerat dalam kekuasaan seperti dirinya, berusaha untuk mengendalikan orang lain, tetapi Liana tidak membutuhkan kontrol. Liana adalah orang yang tidak peduli dengan dunia yang dirancang untuk menundukkan orang-orang.

“Lo tahu, Liana,” Rafael berkata dengan tenang, “Ada satu hal yang aku pelajari dari dunia ini. Setiap orang, pada akhirnya, akan terjebak dalam lingkaran mereka sendiri. Bahkan orang yang paling bebas sekalipun.”

Liana meliriknya, agak terkejut dengan pernyataannya. “Kamu ngomong kayak gue yang lagi terjebak. Gue hidup dengan cara gue, dan gue tahu apa yang gue lakukan. Lo enggak bisa mengubah itu.”

bertemu lagi

Pagi hari setelah pertemuan itu, Liana terbangun dengan perasaan campur aduk yang tidak bisa dia jelaskan. Biasanya, dia tak pernah merasa terikat dengan pertemuan singkat seperti semalam. Namun, kali ini berbeda. Rafael Arsenio, lelaki dengan tatapan tajam dan sikap dingin, meninggalkan kesan yang aneh di benaknya. Meski ia mencoba untuk mengabaikannya, bayangan pertemuan malam itu terus menghantuinya, seperti bayang-bayang yang tak bisa dihindari.

Liana duduk di tepi tempat tidurnya, menatap sekeliling ruangan yang penuh dengan pakaian berserakan dan botol-botol minuman bekas. Ini adalah hidupnya—tak teratur dan bebas. Mungkin inilah yang membuatnya merasa nyaman. Tapi sekarang, ada kegelisahan yang perlahan merayap. Sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia menatap jam di dinding, lalu memutuskan untuk mandi dan melanjutkan hari seperti biasa.

Namun, pikiran tentang Rafael selalu kembali. “Apa yang sebenarnya dia inginkan dariku?” pikirnya. “Kenapa dia begitu tertarik dengan kebebasanku?”

Liana mencoba untuk menenangkan pikirannya, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya pertemuan biasa. Tapi ada hal yang lebih besar di balik tatapan mata Rafael—sebuah ketertarikan yang lebih dari sekadar rasa ingin tahu.

Sementara itu, Rafael sendiri tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan pertemuan malam itu. Hari sudah berganti, tetapi wajah Liana tetap terngiang di pikirannya. Ada sesuatu tentang gadis itu yang menarik, sesuatu yang membuatnya merasa harus tahu lebih banyak. Rafael Arsenio, pemimpin keluarga mafia yang dihormati dan ditakuti, jarang sekali merasa terikat pada orang lain. Apalagi seorang gadis yang sama sekali tidak mengakui kekuasaannya. Tapi Liana—dia berbeda.

Dia teringat jelas bagaimana Liana tidak takut berbicara begitu langsung dan blak-blakan, bagaimana dia tidak gentar sedikit pun meski mengetahui siapa Rafael sebenarnya. Sepertinya, dia tidak peduli dengan reputasi atau statusnya. Itu adalah sifat yang sangat langka, dan itulah yang membuat Rafael merasa tertarik untuk mengujinya lebih jauh.

---

Beberapa hari berlalu tanpa ada kabar dari Liana. Rafael mencoba untuk tetap sibuk dengan urusan keluarganya yang rumit, namun hatinya tak bisa lepas dari pikiran tentang gadis itu. Tanpa dia sadari, Liana telah menanamkan benih ketertarikan yang mulai tumbuh perlahan.

Suatu sore, Rafael memutuskan untuk pergi ke salah satu klub tempat Liana biasanya menghabiskan waktu. Inferno. Klub malam itu selalu menjadi tempat yang penuh dengan keramaian dan kebisingan. Rafael menyukai suasana itu. Ia menyukai bagaimana orang-orang datang untuk melepaskan diri dari masalah mereka dan sejenak melupakan kenyataan. Tapi, kali ini, ia datang bukan untuk bersenang-senang. Ia datang untuk mencari Liana.

Saat tiba di klub, Rafael melangkah melewati kerumunan orang yang tak terlalu memperhatikan kehadirannya. Matanya yang tajam meneliti setiap sudut ruangan, mencari sosok yang sudah menghantui pikirannya. Di lantai dua, dia melihat beberapa anak buahnya berbincang-bincang dengan beberapa orang. Mereka memberi tanda bahwa Liana tidak berada di sana malam ini.

Rafael menahan sedikit kekecewaannya. Tapi, entah kenapa, dia merasa seakan ada yang kurang. Ada kekosongan dalam dirinya yang tidak bisa dijelaskan. Ia merasa seolah ada sesuatu yang hilang, dan Liana adalah bagian dari itu.

Namun, saat ia hendak berbalik dan meninggalkan klub, dia melihat seseorang yang dikenal. Seorang pria besar bertubuh tegap sedang berbicara dengan seorang gadis yang tidak asing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!