Reva Rahmanurija adalah seorang gadis berusia 24 tahun, gadis pekerja keras, pantang menyerah, dan humoris.
Reva tinggal di kota Bandung, memiliki sebuah kafe yang dia buka setahun yang lalu bersama sahabat nya Salfa Fadillah.
Arka Wijaya Kusuma laki - laki berusia 28 tahun. Pewaris tahta Kusuma, lelaki dingin, lelaki pohon pisang yang hanya memiliki jantung tanpa memiliki hati.
Pukul 22.00 WIB seperti biasa kafe Reva sudah sepi pengunjung.
"Teh, Reva pulang duluan ya. Benar nih teteh ga mau pulang bareng??". Ucap Reva yang berjalan ke arah motor metic dan menggunakan helm nya.
"Enggak deh neng, lagian nih ya pulang bereng itu kalo kita searah, inikan rumah kita beda arah. Yang ada nanti kamu kemaleman pulang ke rumah" jawab Salfa yang baru selesai mengunci pintu depan kafe.
Reva hanya nyengir dan mulai menghidupkan sepeda motor nya.
"ya udah deh sampai besok ya teh, Assalamualaikum" pamit Reva sebelum berlalu pergi.
"Waalaikumsalam" jawab Salfa yang melihat sahabat nya itu semakin menjauh dari pandangan nya.
Cukup lama Reva mengendarai motor nya, karena jarak dari kafe ke rumah Reva membutuhkan waktu sekitar 40 menit.
"grrrrr...dingin banget malem ini kalau ga pakai jaket bisa- bisa jadi es kulkul nih aku xixixi" pikir Reva dalam hati sambil tersenyum geli sendiri.
"cekkitttt...!!!! A ada apa itu?" Reva mengerem motor nya tiba - tiba ketika terkejut melihat sebuah mobil yang sudah di kepung asap bagian depan nya.
"Ak aku harus melihat nya, tapi bagaimana jika ini hanya jebakan seperti di drama ikan terbang.Ketika aku mendekat akan ada orang yang membekap dan menculik ku, dan membawa motor ku yang baru lunas??" Reva mengusap usap motor nya dengan sayang.
"ahh..tidak..tidak, jika ada orang di dalam mobil itu membutuhkan pertolongan bagaimana? aku harus menolong nya!!" Ucap Reva dengan mantap menuruni motor nya.
Reva bergegas mendekati mobil tersebut, mengintip bagian dalam mobil dari jendela samping.
"bugh..bugh..TU TUAN..NYO NYONYAA..BANGUN TUAN BUKA PINTU NYA TUAN!!!!" Reva berteriak histeris ketika melihat di dalam mobil, ada seorang lelaki dan perempuan paruh baya yang tengah tak sadarkan diri, berlumuran darah di bagian kepala dan beberapa bagian tubuh lain nya.
Reva masih terus menggedor kaca mobil tersebut, sambil sesekali menarik pintu mobil nya yang masih terkunci rapat.
Reva segera mengambil ponsel nya dari dalam ransel, kemudian memanggil ambulance untuk segera datang. Setelah panggilan nya berakhir Reva yang masih gemetar semakin panik karena ambulance baru akan sampai sekitar 25 menit lagi, karena jarak Rumah sakit yang cukup jauh.
"Bagaimana jika mobil nya meledak, di film biasa nya mobil yang kecelakaan itu akan BOOMMMM!!" Reva semakin frustasi dengan pikiran - pikiran buruk nya yang datang silih berganti.
Reva ingin sekali menjambak rambut nya karena kepalanya semakin pusing.
"aghhhhh...kenapa di saat seperti ini ga ada orang yang lewat sama sekali!!!!" Reva berlari kesana kemari namun tidak ada tanda - tanda keberadaan orang lain.
"helm???" Reva mempunyai ide ketika tidak sengaja menyentuh helm yang masih di kenakan nya.
"aku bisa menghancurkan kaca nya dan membuka kunci dari dalam,kemudian mengeluarkan mereka dan menunggu ambulance datang. Ta tapi bagaimana jika nanti pemilik mobil nya minta ganti rugi??berapa kira - kira harga nya??" Reva menggeleng geleng kan kepala nya yang masih berdiri memegang helm yang masih menempel di kepala nya.
"bugh..bugh..bugh..prrankkkk" Akhirnya kaca mobilpun bisa di pecahkan setelah sekian kali Reva memukul kan helm nya dengan sekuat tenaga, tentu saja setelah perdebatan panjang dengan hati nya tentang harga ganti rugi kaca mobil yang ia pecahkan.
Dengan sisa tenaga yang Reva miliki, Reva berusaha mengeluarkan ke dua orang tersebut, dan menyeretnya menjauh dari mobil yang mulai memercikan api dan asap yang keluar semakin tebal.
Reva membaringkan lelaki paruh baya itu di dekat motor, menjadikan tas ransel Reva sebagai alas untuk kepala lelaki tersebut.
Sementara Reva duduk bersimpuh dengan kepala wanita cantik yang seakan tidak terusik oleh usia itu berada di pangkuan nya.
Beberapa waktu berlalu terasa sangat lambat, Reva berulang kali mengguncang tubuh orang- orang yang masih tidak sadarkan diri itu, beberapa kali Reva mengecek denyut nadi mereka dan merasa lega ketika masih di rasakan nya tanda- tanda dari kehidupan itu.
Akhirnya ambulance datang dan dengan sigap memasukan korban ke dalam dengan hati - hati. Reva memilih ikut naik ambulance mendampingi wanita paruh baya tersebut, sesaat sebelum petugas ambulance menutup pintu ambulance yang di naiki Reva tetsebut, tiba- tiba mobil yang kecelakaan tadi benar saja meledak "BOOMMMMM".
Semua orang kaget termasuk Reva yang mulai menangis di dalam ambulance yang sudah melaju.
Di sebuah Rumah sakit, wanita muda yang meringkuk di kursi tunggu depan ruangan rawat, masih menggunakan jaket dan celana yang berlumuran noda darah yang mulai mengering, masih terisak walaupun mata nya sudah terpejam.
"derrrrt...derttttt" getaran ponsel memaksa Reva yang baru saja bisa tertidur terjaga kembali.
"Assalamualaikum bi" ucap Reva yang baru saja mengangkat panggilan dari tante nya, tetapi Reva kemudian menjauhkan ponsel itu dari telinga nya, setelah di rasa aman Reva mendekatkan lagi ponsel nya itu.
"bibi udahan marah nya belum?? kuping neng ampe kesemutan nih gara - gara suara bibi hehee" jawab Reva menggoda tante nya yang sedang menangis di sebrang sana. (di daerah saya bibi itu untuk panggilan tante dan mamang untuk om, kalau Ua itu untuk memanggil kakak dari ayah atau ibu).
"anak nakal bikin orang tua khawatir saja. Kenapa semalam enggak pulang, di telfonin juga gak di angkat? Mamang cari ke kafe udah tutup, ke rumah salfa juga dia bilang neng udah pulang seperti biasa, mamang mengira kamu udah di culik, karna mamang nemuin motor kamu di dekat tempat mobil terbakar.hiks..hiks..Di sana juga banyak darahhh hiks.." tangis bibi semakin pecah mengingat kepanikan suami nya, saat pulang ke rumah hanya menemukan sepeda motor keponakan kesayangan nya itu.
Reva menarik nafasnya dan mengeluarkannya perlahan "Neng baik - baik saja bi, sebentar lagi neng pulang. Bibi ga usah khawatir ya, nanti neng jelasin semua nya di rumah ya. Assalamualaikum!!" Reva memutus telfon nya saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan, dan Reva segera menghampiri dokter tersebut.
"Gimana keadaan mereka dok? Apakah mereka sudah siuman?" Tanya Reva khawatir.
Dokter mengangguk "mereka sudah melewati masa kritis nya, untuk pasien wanita sudah bisa anda kunjungi berkat darah yang anda donorkan beliau sudah sadar. Namun pasien lelaki belum bisa siuman di karenakan pendarahan di bagian kepala nya cukup parah karena benturan yang sangat keras" Dokter itu menjelaskan dengan rinci kepada Reva, karena Reva yang menjadi wali dari kedua pasien tersebut.
"Assalamualaikum..."
Bersambung...
Mohon maaf dengan typo yang bertebaran , dan kosa kata yang masih berantakan.
Tolong di bantu Like ,Coment & Vote nya ya untuk karya pertama aku ini. Terimakasih..
"Assalamualaikum" Reva membuka pintu perlahan, menghampiri seorang wanita yang sedang memejamkan mata nya.
Reva duduk di kursi sebelah tempat wanita itu terbaring. Reva menatapnya dengan sendu, wajah yang masih terlihat cantik meski sudah ada beberapa kerutan yang terlihat, Reva menduga wanita itu seumuran dengan ibu atau dengan bibinya.
Kepala yang di liliti oleh kain kasa, dan terlihat ada beberapa goresan luka di sekitar wajah yang terlihat pucat itu.
Reva menggenggam tangan yang masih terpasang jarum infus itu.
"maaf..." ucap Reva lirih, perlahan cairan bening mulai rembes di celah mata nya. Reva menunduk, Ia sangat menyesal setiap teringat mobil yang semalam terbakar.
Ia membayangkan seandainya semalam Ia memilih pergi dan membiarkan mobil itu, maka saat ini Reva sudah menjadi pembunuh.
Reva tersentak dan memberanikan diri melihat wanita itu ketika Ia merasakan tangan yang di genggamnya bergerak, wanita cantik yang tadi masih terpejam kini tengah menatapnya dan tersenyum lembut.
"Apakah kamu yang menolong kami nak??" ucap wanita itu dengan suara yang masih lemah, Reva hanya mengangguk dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipi putih nya.
"kenapa kamu menangis? Apakah kamu terluka? ". Tanya wanita itu, dan Reva menggeleng, sambil menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar menahan tangisnya.
"apakah gadis ini tidak bisa bicara? tapi tadi sepertinya aku mendengar dia berbicara. Apa aku berhalusinasi karena pengaruh obat bius ya??". Pikir wanita itu bingung yang melihat gadis di depannya tidak menjawab pertanyaan nya dan hanya menangis.
"A apakah an anda ba baik - baik saja nyonya?" Reva memberanikan diri untuk berbicara di sela - sela isakan tangis nya.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum "Terimakasih karena sudah menolong tante dan pak Nurdin", Ucap nya dengan sungguh - sungguh.
"Sa saya min minta maaf nyonya, karena sempat berfikir untuk tidak menolong kalian hiks hiks..". Tangis Reva semakin pecah dan menunduk tidak berani melihat wanita di hadapannya, Ia sangat menyesal.
Wanita itu mengulas senyumnya dan mengusap kepala Reva lembut.
"Tidak apa - apa nak, tante mengerti pasti kamu ketakutan. Terimakasih karena sudah memutuskan untuk menolong kami. Kamu bahkan menunggu kami semalaman dan tidak pulang. Oh iya jangan panggil saya nyonya itu terdengar menakutkan, panggil saya tante, tante Adel ya". Ucap wanita itu yang memperhatikan penampilan Reva yang berantakan. Reva hanya mengangguk dan mengusap sisa air mata nya.
Setelah beberapa saat berbincang tiba - tiba ponsel Reva bergetar.
"iya teh Waalaikumsalam, ada apa?" jawab Reva dengan suara pelan karena tidak enak oleh Adel.
"iya..iya..nanti sore neng jelasin semuanya di kafe ya, neng tutup dulu, ini mau pulang soal nya". Setelah mengakhiri pembicaraan nya dengan salfa, Reva kembali melihat tante Adel.
"Kapan keluarga tante akan datang menjenguk, apakah tidak apa - apa kalau saya pulang? seperti nya orang rumah sudah sangat khawatir, sidang kali ini seperti nya akan lama. huuuuh" Reva membuang nafasnya kasar, sementara Adel terlihat kebingungan, Reva yang menyadari
ekspresi Adel yang berubah kemudian tersenyum.
"Hehee maksud saya di sidang bibi sama mamang tan, karena semalam saya ga pulang dan pas pulang saya berantakan seperti ini. Apalagi melihat ada beberapa noda darah di baju saya, bibi pasti nanya dari A sampai Z". Ucap Reva sambil tersenyum membayangkan diri nya yang akan mendapatkan ceramah panjang.
Adel teringat belum sempat menghubungi siapapun, di karenakan ponsel dan semua barangnya ikut terbakar di dalam mobil.
"Bolehkah tante meminjam ponsel mu sebentar? tante ingin menghubungi seseorang." ucap nya yang di angguki oleh Reva.
Sekali, dua kali dan kesekian kali nya mencoba namun hasilnya tetap sama nomor yang di hubungi Adel tidak di angkat.
Akhirnya Adel menyerahkan ponsel Reva kembali, "tante mau mencobanya sekali lagi?" Tanya Reva yang melihat Adel kecewa, dan Adel menggelengkan kepalanya.
"Ya udah Reva pamit pulang ya tan..semoga lekas sembuh". Reva pun pamit dan mencium tangan Adel, kemudian berlalu menuju pintu.
"Tunggu..!!!" pinta Adel sebelum Reva membuka pintu kemudian Reva membalikan badannya.
"Bisakah tante meminta alamat kamu nak??? atau dimana tante bisa bertemu kamu untuk berterima kasih?" Lanjut nya, Reva hanya menggeleng dan tersenyum.
"Saya ikhlas tante, jika kita bertemu lagi saya akan sangat senang tapi...biarkan takdir yang mempertemukan kita lagi, saya permisi. Assalamualaikum " ucap Reva sambil berlalu pergi.
"Waalaikumsalam" jawab Adel yang melihat kepergian Reva dengan sedih.
Di tempat lain di sebuah rumah mewah "derrrtt..derttt" pria tampan beraura dingin itu hanya menatap layar ponselnya, yang sedari tadi bergetar.
Ya pria itu memang tidak pernah mau menjawab panggilan dari nomer yang tidak di kenalnya. Dia berpikir nomor itu dari wanita - wanita yang hanya ingin mengajak nya berkenalan seperti biasanya.
Pria itu adalah Arka wijaya kusuma anak tunggal dari keluarga Kusuma, pewaris perusahaan terbesar di jakarta.
"Apakah sudah ada kabar?" tanya lelaki yang sedang duduk menyilangkan kaki nya itu, kepada seorang pria yang lebih tua, berjas hitam dan sedang berdiri menunduk di depan meja kebesaran tuan nya itu.
"Nyo nyonya mengalami kecelakaan tadi malam tuan, mo mobil yang di tumpangi nya terbakar" Lelaki itu menyampaikan laporan nya dengan gugup, dan mulai mencengkram tangan nya yang sudah terbanjiri keringat dingin.
"prrankkkkk" benda - benda di atas meja kemudian berhamburan terhempas oleh tangan Arka yang kini tengah berdiri mencengkram kerah kemeja lelaki yang tadi memberikan informasi.
"KENAPA KAU BARU MEMBERI TAHU KU..???" Arka berteriak suaranya menggema di udara.
"Bukankah kemarin sore kau sudah memastikan Ibu ku sampai di bandara dengan selamat?" sambung nya dengan nada yang lebih rendah.
"I iya tuan !!" jawab lelaki tersebut.
Arka melepaskan cengkraman nya dengan kasar.
"lalu bagaimana keadaan nya sekarang? Ibu baik - baik saja kan?" ucap nya dengan khawatir.
"Nyonya sudah siuman tuan, beliau ada di sebuah Rumah sakit di kota Bandung". jawab nya ragu - ragu.
"APA??!!" Arka kembali berteriak dan menatap tak percaya bagaimana bisa orang kepercayaan nya seteledor ini.
"Apa kau tidak memastikan Ibuku memasuki pesawatnya? Kenapa Ibu ku bisa sampai KECELAKAAN DI BANDUNG??!!" teriak Arka frustasi.
Arka memejamkan mata nya mencoba menenangkan diri nya, menarik nafas dan mengeluarkan nya perlahan, lalu kemudian menatap lelaki yang masih menunduk di hadapan nya itu.
"Antar aku ke sana sekarang!!! aku akan putuskan hukuman mu dari seberapa banyak luka yang di alami Ibu ku".Ucap Arka.
Arka pun berjalan melewati lelaki yang sudah pucat sampai ke ujung kuku nya itu, kemudian Arka berbalik melihat lelaki yang masih saja mematung itu.
"Akan ku pastikan luka mu 2 x lipat dari luka yang di dapatkan Ibu ku".
Bersambung....
Mohon bantuan nya untuk Like & Coment dan Votenya ya
Terima kasih
"Akan ku pastikan luka mu 2x lipat dari luka yang di dapatkan Ibu ku". Arka melanjutkan langkahnya meninggalkan lelaki yang semakin gemetar, bahkan kesulitan untuk menelan saliva nya sendiri.
Sementara di tempat lain, bi Ihat berlari menghampiri Reva yang terlihat membuka pagar depan rumah nya. Bi Ihat memeluk Reva dan menangis sambil mengusap ramput Reva dengan sayang.
Bi Ihat melepaskan pelukan nya dan kemudian menatap beberapa noda darah yang sudah kering, tangis bi Ihat semakin pecah.
Reva mencakup kedua belah wajah bibi nya itu, menghapus air mata yang masih deras mengalir.
Reva tersenyum "Neng udah pulang bi, bukan nya seneng malah nangis, makanya jangan keseringan nonton drama yang lagu nya ku menangis itu bi, anak nya ga pulang semalem aja di sambut nya pake drama segala hihiiii". Reva menggoda bibi nya itu yang mulai bisa tenang.
"Aww..aww..ampun bi ambunn, ga pulang nangis, giliran pulang malah di jewer. Bisa putus ini kuping neng teh bi" Reva mengaduh sambil berjalan mengikuti bi Ihat yang masih menjewer telinga nya, hingga masuk ke dalam rumah. Reva sibuk mengusap telinga nya yang terlihat memerah.
"Lain kali bukan kuping kamu yang bibi jewer tapi leher kamu sekalian bibi iket, biar ga bikin khawatir lagi". Ucap bibi dengan kesal.
"Kambing kali ah di iket" Jawab Reva membuat mata bibinya mendelik.
"cepet mandi dan siap - siap di sidang, jangan harap kali ini ada yang ngebela kamu ya neng" Ucapan bibi kali ini membuat bulu di tangan Reva berdiri.
"Iya.." Jawab Reva, dengan malas Reva menuju kamar nya.
Reva sudah menyelesaikan ritual mandi nya, menggati pakaian nya dengan celana hitam pendek selutut dan kaos lengan pendek, rambut sebahu yang di gerai karena masih sedikit basah, memberi kesan segar walaupun tanpa polesan make up tebal.
Reva yang sudah turun dari kamar nya yang berada di lantai 2 rumah tersebut, langsung menghampiri paman dan bibi nya yang sudah duduk di ruang keluarga.
Dia duduk di sebelah bi Ihat dan menghadap paman nya yang duduk bersebrangan.Reva yang tadi nya tersenyum secerah mentari di musim kemarau tiba - tiba merasakan akan ada badai besar menghampiri nya.
Reva tertunduk, enggan untuk menggangkat kepalanya. Dengan merasakan aura nya saja, Reva sudah tau bahwa orang yang berada di depan nya sedang menatapnya dengan tatapan elang yang siap memangsa.
Reva sangat tahu betul jika paman nya itu orang yang jarang sekali marah, namun sekali nya marah akan sangat menakutkan, bisa membuat kutub utara dan selatan mencair dan membuat negara api kalah berperang melawan Ang (Apaan sihh thor).
"Neng, sekarang udah bisa kan ngasih tau mamang sama bibi yang terjadi semalam?" ucapan paman membuat Reva berani menatap paman nya, dengan yakin Reva mengangguk dan mulai mencerita kan semua nya dari awal dia pulang dari kafe.
Di ruangan sebuah rumah sakit, Adel sedang duduk bersandar, dengan di temani seorang perawat yang tengah melepaskan jarum infus dari tangan nya.
Tiba - tiba perhatian nya beralih ke arah pintu yang terbuka. Mata nya berkaca - kaca melihat sosok pria muda tampan, tinggi, putih dengan setelan jas yang membungkus tubuh nya.
"Sudah selesai, saya permisi dulu bu" Ucap perawat itu sopan.
"terima kasih sus" jawab Adel.
kemudian pandangan Adel beralih kepada pria yang baru saja datang, Adel tersenyum hangat memperlihat kan lesung pipit nya yang elegan, dan menepuk tempat di samping nya yang kosong.
Pria itu pun duduk di samping Adel dan memeluk Ibu nya itu dengan erat, ya pria muda yang tampan itu adalah Arka Wijaya Kusuma anak dari Adelia Kusuma dan Wijaya Kusuma.
"Ibu..berhutang penjelasan pada ku" bisik Arka yang tengah melepaskan pelukan dari tubuh Ibu nya itu.
"agghhhh...!!" Arka menjerit sesaat setelah mendapatkan cubitan keras di perut roti sobek nya itu, pelaku nya tidak lain adalah sang Ibu.
"Anak kurang ajar Ibu pikir kamu datang karna menghkawatirkan Ibu mu ini, ternyata kamu sedang senang karna menemukan buronan mu yang kabur hahhhh"..Ucap Adel merajuk.
Arka berpindah duduk ke kursi yang ada di samping tempat tidur Adel, dia menatap ibu nya yang bertingkah seperti anak kecil.
"Aku mengkhawatirkan ibu, sangat khawatir sampai - sampai rasa nya sulit untuk bernafas" Arka berbicara sambil mengambil tangan kiri ibu nya dan tertunduk di atas tangan itu.
Adel mulai menatap kepala anak nya yang sedang tertunduk kemudian, mengusap kepala itu lembut dengan tangan kanan nya.
"Ibu baik - baik saja sayangg". Adel tahu anak nya sedang sedih dan khawatir karena diri nya.
Arka mengangkat kepala nya dan menatap ibu nya tapi kali ini tatapan nya berubah serius.
"Tapi bagaimana Ibu bisa kecelakaan di kota ini, bukan kah kemarin sore ibu sudah masuk pesawat dan berangkat ke korea??" tanya Arka menyelidik.
Adel menarik nafas nya dalam - dalam dan mengeluarkan perlahan.
flash back on
Adel menuruni mobilnya dan masuk ke dalam bandara, hingga sesaat kemudian "derrrttt..derrrttt" ponsel nya bergetar.
"ya..hallo..apakah kamu sudah mendapatkan informasi nya??" tanya Adel kepada seseorang di seberang sana.
" iya nyoya, ternyata nyonya Nada dan tuan Sandy sudah meninggal 3 tahun lalu nyonya, dan perusahaan nya di ambil alih oleh tuan Gunawan, kakak dari tuan Sandy dan sudah mengalami kebangkrutan karna harga saham yang anjlok setelah kepergian tuan Sandy." informan itu memberikan laporan yang di dapat nya secara rinci.
Sementara Adel yang mendengar kabar duka itu sangat syok, tangan nya bergetar dan hampir menjatuhkan ponsel yang baru saja mengakhiri panggilan nya..
"Nyonya baik - baik saja?" tanya laki- laki paruh baya yang segera menghampiri setelah melihat nyonya nya itu sedikit pucat.
"kita harus ke Bandung sekarang pak udin!!" Adel berdiri dan berjalan keluar dari bandara tersebut di ikuti oleh pak Udin yang terlihat kebingungan.
Di tengah perjalanan pak nurdin memberanikan diri untuk mengobati rasa penasaran nya.
"Kenapa nyonya malah mau pergi ke Bandung?? bukan kah seharus nya nyonya sudah berangkat ke korea sekarang?" tanya pak udin ragu - ragu.
" Aku harus meminta maaf pada seseorang pak" Ucap Adel yang hanya menatap keluar lewat jendela di samping nya.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang tercipta, hingga akhir nya mobil yang di tumpangi oleh Adel pun tiba di sebuah Rumah yang berada di kawasan perumahan mewah.
Pak Udin keluar mengelilingi mobilnya yang kemudian membukaan pintu untuk nyonya besarnya itu, Adel pun keluar dan menuju gerbang hitam yang menjulang tinggi tersebut, setelah berbicara dengan seorang penjaga rumah tersebut akhirnya Adel di perboleh kan untuk masuk.
Adel menekan bel rumah itu beberapa kali hingga akhirnya ada yang membuka nya dari dalam.
"ceklek.."
Bersambung.....
Mohon dukungan Like & coment nya untuk karya pertama aku ini. Mohon maaf dengan kekurangan yang bertebaran di mana2 dan kalau mau Share atau Vote juga sangat di perkenan kan.Terimakasih sayang sayang akohhhh...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!