Brak!!!
Bruk!!!
Tubuh kecil anak lelaki usia sepuluh tahun itu terpental keluar dari restoran kecil itu, dan teronggok di tanah dengan tubuh yang terlihat begitu lusuhnya.
"Sialan! dasar anak sampah! bisa-bisanya kamu memecahkan piring ku! enyah sana! aku tidak membutuhkan pembantu seperti mu! bisa membuat ku jadi bangkrut kalau terus mempekerjakan mu, cih!!"
Brak!!!
Pintu restoran kecil itu ditutup dengan kencang, membuat anak lelaki yang masih teronggok di tanah terperanjat di tempatnya.
Dengan pelan dan perlahan, ia bangkit dari terjatuhnya. Tubuh yang kurus itu tampak gemetar karena lapar dan kelelahan.
Seharian ia menjadi pelayan pencuci piring, belum di beri makan oleh si pemilik restoran, membuat tenaganya menjadi lemah saat bekerja.
Anak lelaki itu melihat lututnya terluka akibat terlempar ke tanah, dan mengeluarkan darah. Ia tidak memperdulikan keadaan lututnya yang terluka, karena ia harus pergi dari sana, kalau tidak! pemilik restoran akan memukulnya jika masih berada di depan restoran pria kasar tersebut.
Dengan langkah tertatih-tatih karena lututnya yang terasa nyeri saat di bawa jalan, ia terus saja melangkah untuk mencari tempat ia tidur malam ini.
Hari sudah menjelang malam, tampak matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat. Anak lelaki itu melihat dua orang pengemis, telah membaringkan tubuh lusuh mereka di depan toko yang sudah tutup.
Dengan pelan anak lelaki itu meraih sebuah kardus lusuh, lalu meletakkan kardus itu tidak jauh dari dua pengemis tersebut, untuk tempat ia ikut berbaring.
Masih dengan lututnya yang sakit, dan mengeluarkan darah, ia membaringkan tubuh kurusnya ke atas kardus kecil itu. Lalu meletakkan satu kardus lagi ke atas tubuhnya untuk di jadikan selimut.
Perutnya yang lapar tidak ia pedulikan terus berbunyi, saat ini ia ingin tidur, karena tubuhnya sangat lelah sekali. Ia pun perlahan menutup matanya, karena hari sudah malam.
Baru saja sekitar sepuluh menit ia terlelap, tiba-tiba ia mendengar suara yang sangat berisik sekali, tapi ia tetap memejamkan matanya karena sangat mengantuk.
"Hei! bangun! bangun! brengsek!! dasar gembel! kalian mengotori depan tokoku! bangun!!!"
Buk!!!
Anak lelaki itu sontak terbangun saat kaki seseorang menendang perutnya, ia melihat beberapa pria berpakaian petugas keamanan, tengah membersihkan para pengemis yang tidur di depan toko-toko yang telah tutup.
"Dasar sampah! pergi dari sini!!!"
Baju anak lelaki itu di tarik, lalu tubuhnya di lemparkan ke jalan dengan begitu kasarnya. Dan tubuh anak lelaki itu melayang jatuh ke sisi aspal jalan.
"Akh!!" ia meringis kesakitan, merasakan tubuhnya begitu sakit sekali terjerembab ke tanah.
"Hei! kamu sungguh kasar! dia itu anak kecil! kenapa kamu lempar begitu saja?!!"
Seorang pria muda berusia sekitar dua puluh tahun, membentak pria pemilik toko dengan penuh amarah, melihat anak lelaki itu di lempar dengan sekenanya.
"Diam kamu! dia pantas di perlakukan seperti itu! siapa suruh tidur di depan tokoku! dasar sampah!!"
Bukk!!!
Pria muda itu melayangkan tinjunya kepada pemilik toko tersebut, dan membuat heboh orang-orang yang ada di situ. Beberapa petugas keamanan datang menghambur ke arah mereka, untuk melerai amarah pria muda itu.
Dengan wajah yang memerah karena masih emosi, pria muda itu berhasil di singkirkan menjauh dari pemilik toko.
Pria muda itu menghampiri anak lelaki, yang masih teronggok di sisi jalan, karena tubuhnya yang begitu sakit, dan ia sepertinya kesulitan untuk berdiri.
"Mari ku bantu!" pria muda itu menghampiri si anak lelaki seraya mengulurkan tangannya.
"Tidak usah, terimakasih" ucap si anak lelaki dengan suara lirihnya, karena menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Jangan takut, aku kebetulan lewat saat melihat petugas keamanan membersihkan area ini dari para pengemis, rumah ku tidak jauh dari sini, lihat lutut mu berdarah, kalau tidak segera di obati, nanti jadi infeksi, dan kamu tidak dapat berjalan dalam waktu yang lama!"
Anak lelaki itu akhirnya memberikan tangannya di raih pria muda itu, dan ia pun merasakan lututnya semakin terasa sangat sakit sekali.
Tanpa bicara lagi, pria muda itu berjongkok memberikan punggungnya untuk menggendong anak lelaki yang terlihat sudah kepayahan untuk berdiri.
"Naiklah, kamu tidak bisa berjalan, karena luka pada lututmu sudah sangat parah!"
Anak lelaki itu menatap punggung pria muda itu, dan ia pun akhirnya naik ke atas panggung pria muda itu. Mereka belum saling mengenal, tapi ia merasa pria penolongnya itu, seorang pemuda yang baik hati.
Bersambung.....
Hai.. para Reader, ini novel tentang Austin Chloe sahabat Alfred Stewart, dari novel SUAMI MISKINKU TERNYATA MILIARDER.
Semoga keinginan para Reader terpuaskan dengan kisah Austin Chloe, season ke dua ini yaa.... 🥰🥰
Mohon dukungannya ~~🥰🥰🥰
Ternyata memang benar, rumah pria muda itu tidak jauh dari lokasi pembersihan para pengemis, yang tidak memiliki tempat tinggal.
Rumah yang sederhana, tapi dalam pandangan anak lelaki itu rumah yang sangat besar, dan terlihat sangat nyaman.
Mereka di sambut sepasang suami-istri, yang sudah tua dengan raut wajah terkejut, karena putra mereka pulang membawa seorang anak lelaki.
"Siapa yang kamu bawa, nak?" tanya Ibu pria muda itu.
"Anak terlantar, Ma!" jawab pria muda itu sembari terus membawa anak lelaki yang ia gendong masuk ke dalam rumah.
Ia membawa anak lelaki itu ke atas ranjang sederhana, di sudut ruang utama rumah kecil itu, agar anak lelaki itu langsung dapat berbaring.
"Apakah dia terluka?" tanya Ayah pria muda itu menghampiri ranjang untuk melihat kondisi anak lelaki yang di bawa putranya tersebut.
"Iya, Pa!" jawab putranya, "Lututnya terluka, dan mungkin bagian tubuhnya juga, karena tubuhnya di lempar ke jalan dengan kuat!"
"Sungguh keterlaluan mereka, anak sekecil ini mereka lempar, tidak punya hati nurani!!" Ibu pria muda itu melihat lutut pada anak kecil itu terluka.
"Aku akan mengambil obat luka dan perban untuk membalut lukanya!" pria muda itu kemudian membuka laci lemari, tidak jauh dari ranjang.
Krukkk!
"Astaga! kamu sepertinya belum makan, ya?" mata Ibu pria muda itu membulat mendengar suara perut anak lelaki itu berbunyi.
"Kebetulan sekali kita akan makan malam, setelah lukamu di beri obat, kita makan malam bersama!" ujar Ayah pria muda itu.
Anak lelaki itu hanya diam saja mendengarkan, apa yang di katakan ke dua orang tua pria muda tersebut. Lukanya pun kemudian di bersihkan dan di beri obat, lalu di tutup dengan perban.
Sementara Ibu pria muda itu menyiapkan makan malam, di atas meja makan di tengah ruangan rumah kecil itu.
"Kaki mu untuk sementara tidak boleh berjalan dulu, agar cepat sembuh!" kata pria muda penolong anak lelaki itu.
"Nak, kenapa kamu bisa berada di daerah sini? di mana tempat tinggal mu?" tanya Ayah pria muda.
"Aku yatim piatu" jawab anak lelaki itu dengan suara lemah.
"Aduh nak, sedih sekali hidupmu, jadi.. selama ini kamu tinggal di mana?" tanya Ayah pria muda lagi.
"Di mana saja, yang penting bisa tidur" jawab lemah anak lelaki itu.
Ke tiga orang itu terenyuh mendengar tempat tinggal anak lelaki itu di sembarang tempat. Anak lelaki yang masih kecil, dengan tubuh yang terlihat sangat kurus.
"Nama mu siapa, nak?" tanya Ibu si pria muda.
"Austin Chloe" jawab lemah anak lelaki itu.
"Namaku Erick Lambert, ini ke dua orang tuaku!" pria muda itu memperkenalkan dirinya juga dan orang tuanya, "Sebelumnya kamu tinggal di mana?" tanya Erick.
"Tinggal di panti asuhan, tapi.. tinggal di sana tidak nyaman, aku sering tidak di beri makan dan sering di pukul, karena itulah aku melarikan diri dari sana" ucap anak lelaki itu, Austin Chloe.
"Nak, tinggal saja dengan kami, walau kami miskin masih bisa menampung kamu!" sahut Ibu Erick.
Austin menganggukkan kepalanya dengan lemah, Erick dan ke dua orang tuanya tersenyum. Mereka pun kemudian makan malam bersama.
****
"Berhenti!!"
Petugas keamanan berteriak mengejar beberapa preman jalanan, yang baru saja menganiaya seorang rentenir.
Austin Chloe usia enam belas tahun, menjadi anak remaja nakal karena kehidupannya yang keras.
Ia bersama teman-teman lingkungan tempat tinggalnya, sering melakukan pengeroyokan pada siapa saja, yang bersikap kasar pada seseorang.
Austin berlari dari pengejaran Petugas keamanan, karena menghajar seorang rentenir, yang melakukan kekerasan saat menagih hutang pada seorang pria tua.
"Ayo berpencar, agar mereka tidak dapat menangkap kita!!" sahut Austin kepada teman-temannya.
"Berhenti!!!"
Austin tersenyum menyeringai mempercepat larinya, memasuki sebuah gang untuk mengecoh petugas.
Setelah masuk ke dalam gang tersebut, ia masuk kembali ke gang lainnya, setelah ia keluar dari gang pertama.
Begitu seterusnya ia masuk gang keluar gang, hingga Petugas keamanan tidak terlihat lagi mengejarnya.
Merasa aman Austin pun berlari pulang, tapi tiba-tiba ia melihat begitu ramai dan berisik, saat ia hampir mendekati area tempat tinggalnya.
Ia melihat beberapa mobil Beko telah menghancurkan, sebagian pemukiman rumah sederhana tempat tinggalnya. Yang sontak membuat mata Austin terbelalak terkejut bukan main.
Ia pun berlari dengan cepat menuju rumahnya, dan melihat rumah itu sudah rata dengan tanah.
"TIDAK!! HENTIKAN!!!" teriakan Austin begitu kencang, dengan raut wajah yang terlihat begitu panik.
"Hei! tahan anak itu!!" teriak seorang pria melihat Austin menghambur ke arah mobil beko, yang sedang meruntuhkan bangunan rumah sederhana.
Austin di tarik beberapa pria agar menjauh dari mobil alat berat, yang sedang bekerja. Suasana lingkungan rumah Austin terlihat begitu ramai melihat rumah mereka di robohkan.
"Paman! Bibi! kak Erick!!!" teriak Austin memanggil nama orang-orang yang sudah menjadi keluarganya.
"Mereka sudah di bawa dengan mobil pickup ke tempat penampungan!" sahut seorang pria menjawab teriakan Austin.
Tubuh Austin lemas melihat rumah yang paling nyaman, sepanjang masa hidupnya sampai usianya tujuh belas tahun, telah rata dengan tanah.
Bersambung.....
Austin menjatuhkan dirinya ke tanah, tidak mempercayai apa yang ia lihat saat ini. Karena pihak tertentu ternyata telah membeli tanah pemukiman sederhana tersebut, untuk di jadikan apartemen kelas atas.
Dengan air mata berderai ia kemudian bangkit berdiri, ia harus segera mencari ketiga orang yang sudah menjadi anggota keluarganya.
Seorang pria tadi mengatakan mereka di bawa ke tempat penampungan, "Aku harus segera pergi ke sana, mereka pasti menungguku dengan cemas!"
Austin dengan cepat menaiki mobil pickup, yang akan berangkat membawa warga lainnya, yang rumah mereka ikut juga di gusur ke penampungan.
Sesampainya di penampungan sementara, Austin mencari keberadaan ke tiga orang, yang sudah menjadi keluarganya tersebut di antara para keluarga, yang ternyata cukup banyak juga di penampungan sementara itu.
"Paman! Bibi! kak Erick!!!" teriak Austin mencari keberadaan ke tiga orang penolongnya tersebut.
Austin begitu tidak sabaran mencari ke sana ke mari, dengan wajah yang begitu panik, karena tidak juga menemukan mereka di antara banyaknya warga dalam penampungan tersebut.
"Austin! mereka sudah di bawa pergi sedari tadi ke rumah susun, yang telah disiapkan bagi warga yang rumahnya terkena gusur!!" sahut seorang pria tetangga yang mengenal Austin.
"Terimakasih!" ucap Austin menyeka air matanya dengan punggung tangannya, ia perlahan tersenyum senang, akhirnya ia kembali berkumpul dengan keluarganya.
Ia pun bergegas menemui pengawas area penampungan tersebut, untuk menanyakan lokasi rumah susun yang di maksud pria tadi.
"Itu mobil yang akan membawa sebagian warga ke rumah susun, yang telah di sediakan bagi mereka, kamu pergilah bersama mereka, Paman, Bibi dan kakakmu sudah sedari tadi di bawa ke sana!" kata Kepala pengawas penampungan menunjuk sebuah mobil pickup yang akan segera berangkat.
"Terimakasih, Tuan!" ucap Austin tersenyum senang.
Austin segera menaiki pickup, yang kebetulan muat untuk seorang lagi. Mobil pun berangkat menuju rumah susun, yang telah di sediakan bagi rumah warga yang terkena gusur.
Duar!!!
Tiba-tiba di tengah jalan ban mobil bocor. Membuat mobil oleng, dan meluncur ke tepi jalan tidak terkendali dengan cepat.
Brakkkk!!
Kap mobil membentur pohon di sisi jalan, dan para wanita menjerit ketakutan karena terkejut. Mereka yang berada dalam pickup untung saja tidak mengalami cedera.
Malam sudah mulai beranjak, Austin menjadi gelisah, karena mobil akan lama di perbaiki melihat kondisi mobil yang rusak parah.
Dengan tidak sabaran Austin meminta alamat rumah susun, yang akan mereka tuju kepada sopir pickup. Dan ia pun menyetop mobil truk yang lewat untuk menumpang, dan meminta sopir untuk di turunkan ke dekat lokasi rumah susun yang di tuju nya.
Cittt!!
Tiba-tiba sudah seperempat kilometer truk membawanya, mobil truk di hadang oleh gangster. Membuat perjalanan Austin kembali tertunda.
Seorang pria sangar dengan tubuh kekar, mengacungkan benda tajam kepada sopir untuk menepi ke jalan. Para gangster itu terlihat serius akan melakukan sesuatu, jika sopir tidak mau menepi.
Mobil truk yang di tumpangi Austin terpaksa menurut, menepikan mobil ke sisi jalan, tapi tidak membuka kaca mobil untuk meladeni para gangster tersebut.
Duk! duk! duk!
Seorang gangster, yang sepertinya pemimpin para pria preman itu, memukul benda yang ia pegang ke pintu mobil truk, sembari mulutnya berteriak menyuruh sopir membuka kaca jendela mobil.
Sopir truk tidak menuruti permintaan pria bertubuh besar itu, hingga salah satu dari mereka melempar kaca mobil dengan menggunakan batu.
Prang!!!
Kaca mobil truk pun pecah, dan serpihan nya sebagian masuk kedalam mobil, beserta batu yang di lempar untuk membobol kaca mobil tersebut.
"Sialan!! kampret!! aku katakan buka, tapi kamu tidak mendengarkan aku!!" sentak gangster itu dengan mata terbelalak tajam, memandang sopir truk dengan penuh amarah.
Sopir truk tetap diam tidak menanggapi, sehingga para gangster itu berhasil membuka Pintu mobil truk dengan paksa.
"Keluar!!!" teriak pemimpin gangster itu dengan kencang, memperlihatkan wajah bringas nya kepada sopir, Austin dan seorang pria lainnya, kenek sopir truk.
Austin di tarik paksa keluar bersama kenek, dan sopir truk. Dan saat mereka bertiga di paksa keluar dari mobil truk, mereka di pukul oleh para gangster tersebut.
"Ada apa ini??!"
Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang, dan dalam sebuah mobil hitam, yang mendadak berhenti di tepi jalan, melihat para gangster tersebut menganiaya Austin bersama sopir truk dan keneknya.
Para gangster itu seketika menghentikan pengeroyokan mereka, begitu melihat siapa yang berteriak ke arah mereka.
Wajah mereka tampak menunjukkan perubahan yang sangat jauh, menjadi pucat dan ketakutan, setelah melihat pria yang berteriak tersebut.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!