Serangan angin kencang mendadak menggoyahkan parasut terjun. Pria berpangkat Letnan satu itu cukup panik karena arah angin membawanya ke arah sebuah pemukiman warga.
Para anggota di bawah sudah kocar kacir mengejar Letnan Rilo. Sungguh saat itu keadaan semrawut karena pasti tower listrik dalam keadaan on.
"Kejar parasutnya..!!!! Dantonmu nyangkut ituuuu..!!!!!!" Perintah Letkol Ribas.
Anggota berlarian ke arah Utara, siapa sangka angin berbalik arah ke selatan, anggota ikut berbalik arah ke selatan.
"Lho.. ke arah asrama????" Gumam Bang Ribas kemudian memerintahkan anggotanya menuju asrama Batalyon.
~
"Allahu Akbar.. Ya Tuhaaan.. Astaghfirullah..!!!!!!!!!" Pekik Letnan Rilo karena zona pendaratannya tepat di atas genteng rumah seorang yang pasti begitu di kenalnya.
Braaaaaaakkkk...
"Aaaaaaaaaaaaa..!!!" Secepatnya seorang gadis menyiram tubuh Letnan Rilo hingga basah kuyup. "Kurang ajaaaaaarr..!!!!!!"
"Ma_af, saya tidak lihat apa-apa..!!" Letnan Rilo langsung berbalik badan dengan gugupnya karena dirinya ternyata mendarat pada kamar mandi rumah Danyon.
byuuuuurr..
Lira menyiram tubuh Letnan Rilo dengan bergayung-gayung air.
"Liraaa, ada apa???"
"Mbak Niken, ada om-om jatuh dari langit." Jawab Lira.
Tak lama Bang Ribas tiba di rumah dengan nafas ngos-ngosan. "Ada apa, ndhuk??"
"Kata Lira, ada om-om jatuh dari langit."
"Abaaang.. pintunya terkunci..!! Lira lupa bawa handuk." Rengek Lira.
"Haaaaaa.. kamu ini nggak ilang-ilang cerobohnya..!!!!!!"
Bang Rilo meletakan senjata laras panjang di pundak kemudian melepas seragamnya dan menyerahkan pada Lira. "Pakai seragam saya dulu, mbak..!!" Kata Bang Rilo sembari menyerahkan seragamnya dan menghadap pada kaca kamar mandi.
'Astagfirullah, hadap sana sini salah wae'.
"B*****t kau Ril, sampai kau curi kesempatan ngintip Lira. Saya colok matamu..!!" Bentak Bang Ribas panik.
"Siap, salah Danyon. Tidak berani..!!"
"Halaaahh.. siapa yang percaya tampangmu itu." Gerutu Bang Ribas.
Mbak Niken secepatnya mengambil handuk, Bang Ribas pun segera menyambarnya.
"Di masukan lewat mana, Mas?" Tanya Mbak Niken.
"Apanya, sayang??"
"Handuknya. Masuk lewat mana?" Ujar Mbak Niken.
"Oohh.. handuk." Sesaat kemudian Bang Ribas kembali panik karena tidak ada ventilasi besar untuk memasukan handuk ke dalam kamar mandi.
"Abaaaang.. tolong Liraaa..!!!!" Pekik Lira dari dalam sana.
Hanya Lira yang di sibuk ribut sendiri sedangkan Bang Rilo menunduk dan tersenyum melihat paniknya seorang gadis yang berada di dalam satu kamar mandi dengannya.
Kaki Lira yang jenjang putih bersih, rambut basah, tetesan air dari kening dan juga bibir pink menambah deretan panjang pesona adik bungsu Danyon.
"Abaaaang..!!" Teriak Lira lagi.
"Allahu Akbar.. sabar, Liraaa..!!!!!
Karena situasi terlalu berisik, Bang Rilo mencoba mengambil alih tapi siapa sangka Lira yang panik dalam ketakutan kembali menyiram tubuh Bang Rilo.
"Jangan macam-macam kalau lihat perempuan cantik." Oceh Lira gugup.
Bang Rilo mengusap wajahnya, dengan tenang dirinya tetap melangkah maju. "Biar saya coba buka..!!"
"Buka apa?? Jangan coba-coba dekati Liraaaa..!!!" Pekik Lira semakin tak karuan.
Mendengar jerit adik bungsunya tentu saja kepanikan melanda hati Bang Ribas.
"Kamu mau buka apa, Riloooo?????" Teriak Bang Ribas.
"Buka pintu, Bang..!!" Jawab Bang Rilo pusing sendiri dengan ributnya kakak beradik ini.
"Pintu apa??? Keluar dari sini sikap tobat kamu, Riloo..!!" Ancam Bang Ribas.
"Tobat.. tobat bener dah saya. Saya mau buka pintu.. pintu kamar mandi, Bang. Apa Abang mau kami terus terkurung disini????" Jawab Bang Rilo sampai jengkel sendiri.
"Ya sudah, cepat..!!!" Perintah Bang Ribas.
Di dalam kamar mandi, pandangan Bang Rilo melihat ke arah sekitar. Arah matanya pun tertuju pada sebuah benda di atas lemari kecil. Bang Rilo pun melangkah maju dan membuat Lira semakin mundur teratur.
"Aaaaaaa..." Teriak Lira takut karena Bang Rilo seakan berusaha 'memeluknya'.
Bang Rilo tak menggubris, ia mengambil benda di belakang Lira lalu berbalik badan dan segera berjongkok mengotak atik pintu kamar mandi yang terkunci.
Lira membuang nafas lega namun sekaligus malu. Merasa gerah dan udara panas di dalam kamar mandi, Bang Rilo pun melepas kaosnya dan menyampirkan pada bahunya menyisakan celana PDL melekat di tubuh.
:
cckkllkk..
Lima belas menit kemudian pintu kamar mandi terbuka. Lira pun menghambur memeluk Mbak Niken dalam tangisnya kemudian menyusul Bang Rilo berjalan di belakangnya sambil menenteng senjata.
"Sudah, nggak apa-apa. Nggak ada yang luka, kan??" Tanya Mbak Niken yang sedang hamil empat bulan.
Lira menggeleng. Mbak Niken pun segera membawa Lira masuk ke dalam kamar. Disana Bang Ribas yang frustasi masih mengurut pangkal hidungnya. Beberapa anggota menunduk karena masih menjunjung tinggi adab kesopanan.
"Kembali ke Batalyon sekarang..!!" Perintah Bang Ribas pada juniornya yang sedang seperti orang kalah perang.
"Siap..!!" Jawab Bang Rilo tak ada alasan untuk menolak.
:
"Saya tidak mempermasalahkan angin, saya hanya ingin memastikan. Di dalam kamar mandi tadi.. imanmu masih teguh, kan??" Tanya Bang Ribas.
"Saat keluar tadi, apa keadaan saya tidak cukup menjelaskan apa yang terjadi?? Apa perlu kita reka ulang adegan lagi??? Abang pilih saja tempatnya, kamar mandi atau kamar tidur..!!" Goda Bang Rilo karena tau seniornya itu sulit untuk di ajak bercanda.
"Riloooooooooo..!!!!!!!"
.
.
.
.
"Bisa begitu, dek?? Tapi kamu nggak apa-apa, kan??" Tanya Bang Bayu.
"Ng_gak apa-apa sih, Om. Cuma genteng aja yang pecah." Jawab Lira.
"Alhamdulillah."
Lira tidak mengatakan kalau peterjun tersebut jatuh di dalam kamar mandi. Apalagi Abangnya sudah merahasiakan hal ini karena terlalu memalukan.
...
Usai melipat parasut, Bang Rilo duduk bersama kedua sahabatnya, Letnan Bayu dan Letnan Yusril.
Bang Bayu dan Bang Yusril tertawa. Ada beberapa luka di tangan sahabatnya itu tapi daripada mengurus luka sahabatnya.. Bang Bayu dan Bang Yusril lebih menyoroti zona pendaratan Letnan Rilo.
"Bagaimana bisa kau menerjang kamar mandi Bang Ribas. Untung saja tidak ada adiknya Bang Ribas yang cantik itu." Oceh Bang Yusril yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Bang Bayu.
Seketika Bang Yusril salah tingkah menutup rapat bibirnya. Bang Rilo pun ikut salah tingkah tapi ia masih mampu untuk menguasai diri.
"Gebetanmu to??" Tanya Bang Rilo.
"Nggak, hanya suka aja. Kamu nggak usah munafik lah. Andai saja di kamar mandi itu ada Lira. Kamu pasti naksir. Lekuk badannya buat mata kelilipan." Jawab Bang Bayu.
Bang Rilo tersenyum saja mendengarnya sembari menormalkan menghisap rokok sekedar menormalkan detak jantung.
'Kau pun bakalan mati berdiri kalau tau aku bersama adiknya Bang Ribas di dalam kamar mandi. Kau tak tau saja aku tadi sudah panas dingin hampir kejang di buatnya'.
"Bagaimana kalau kita buat taruhan, kita coba goda adik Bang Ribas yang kau bilang cantik itu. Kena mulut besar siapa, dia. Taruhan lima juta rupiah, kalian berani atau tidak??" Tantang Bang Yusril.
"Kalian berdua saja, aku nggak ikutan." Tolak Bang Rilo kemudian berjalan menjauh.
"Nggak seru, Lu..!!" Kata Bang Yusril.
"Aku sudah tobat, nggak mau main perempuan lagi. Sudahlah, kalian berdua saja." Jawab Bang Rilo.
"Sepertinya aku juga nggak tega, Yus." Imbuh Bang Bayu.
"Nggak mau duit, nih?????" Goda Bang Yusril.
Bang Rilo dan Bang Bayu saling pandang.
"Demi duit aja ya, Yus..!! Jangan macam-macam." Ujar Bang Bayu.
"Mulut lancip mu itu pasti kuhajar kalau kau buat masalah lagi. Nggak usah omong masalah dulu deh. Lira nangis saja.. ku buat bengep wajahmu yang sok ganteng itu." Ancam Bang Rilo gemas dengan kelakuan ajaib Bang Yusril.
Bang Bayu langsung menoleh. Rasanya sungguh syok melihat reaksi sahabatnya tapi dirinya hanya bisa diam tanpa suara.
"Okee.. jadi gimana?? Deal?????"
Akhirnya mereka bertiga menyatukan tangan.
***
Saat patroli sore, Bang Yusril melihat Lira pulang ke rumah ke rumah. Mengingat perjanjian taruhan nya kemarin, ia pun segera gerak cepat demi mencuri start. Harapnya si cantik Lira akan 'nyangkut' dalam bujuk rayunya.
"Liraa..!! Pulang kuliah ya, dek.."
Lira menoleh pada sumber suara yang menyapanya.
"Eehh.. Om..........." Lira memicingkan mata melihat nama dada pria berkulit 'legam' yang menyapanya. "Om Yusril.. nggak, tadi di jemput sama Om mudi." Jawab Lira.
'Waahh.. responnya baik nih. Sepertinya Lira langsung kepincut gantengnya aku nih'.
"Om Yus boleh minta nomer HP nya nggak??" Pinta Bang Yusril.
"Boleh Om."
...
"Kamu sudah punya pacar??"
Lira meneguk salivanya dengan kasar mendengar ucapan Bang Bayu yang tidak pernah ia sangka.
"Belum. Mana ada Abang ijinkan Lira pacaran." Jawab Lira.
"Kamu lebih takut dengan Papamu atau Abangmu??" Tanya Bang Bayu.
"Abang, donk..!!" Dari kecil Lira ikut dengan Bang Ribas karena Papa dan Mama tinggal di Singapura. Jadi yaa... wajar kan, kalau Lira lebih takut dengan Bang Ribas." Jawab Lira.
Bang Bayu mengangguk dengan senyumnya. "Gitu ya?? Kalau saya ajak kamu pacaran, mau atau tidak??"
Lira sempat ternganga mendengarnya namun dengan sikapnya yang masih tenang. Ia hanya tersenyum dengan ekspresi yang sulit untuk di artikan. "Gimana ya???" Jawabnya mengambang.
***
Keesokan harinya.
Jum'at pagi dari mess perwira, Bang Rilo sudah memakai seragam PDL lengkap. Tak sengaja ia melihat Lira sedang olahraga pagi saat dirinya akan berangkat kerja.
Ia pun berjalan dan menghentikan langkah Lira. "Mau kemana?"
"Lari pagi. Memangnya ada apa?" Jawab Lira ketus pasalnya ia masih jengkel setiap mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
"Ini kawasan laki-laki. Kamu tidak ingin jadi pusat perhatian mereka, kan??" Tegur Bang Rilo dengan sikap tenang.
"Mereka punya mata. Apa salahnya lihat perempuan cantik."
"Cantik dari mananya??? Mereka sakit mata???" Ujar Bang Rilo.
"Iihhh.. seperti ganteng aja Om satu ini." Gerutu Lira mencibir malas.
"Laki-laki nggak butuh ganteng, butuhnya..........."
"Apa???? Yang suka di banggakan laki-laki??? Jantan, gagah, besar..........."
"Huuuuusshhhh..." Bang Rilo membungkam bibir Lira dengan telapak tangannya. "Apa lah kamu ini, besar.. besar. Tau yang besar nggak bisa lupa kamu nanti."
Tapi kemudian mata mereka saling memandang dan mulai salah tingkah. Bang Rilo menjauh meskipun dengan gayanya yang masih cool.
Dari posisinya, Bang Yus dan Bang Bayu terlihat kesal.
"Apa selama ini Rilo dekat dengan Lira??" Tanya Bang Bayu.
"Setauku.... Antara iya dan tidak." Jawab Bang Yusril.
"Ccckk.. inilah kenapa kau tidak cepat punya pacar. Plin plan sekali kau, Yus..!!"
"Kau sendiri punya???" Ejek Bang Yus.
"Punya lah."
.
.
.
.
Rilo ( Vocal Lo : Lobak ).
Selembar daun jatuh dan menimpa mata Lira. Lira panik dan mengusap-usap kelopak matanya. Bang Rilo pun berniat mundur teratur tapi ekor mata elangnya melihat kedua sahabatnya tengah mengintip dari balik teras kamar Bang Yusril.
Ide jahilnya pun muncul untuk mengalahkan keduanya. Bang Rilo melangkah maju, ia mengangkat dagu Lira lalu meniup mata Lira.
Lira cukup kaget hingga melangkah mundur tapi Bang Rilo menahannya.
"Berpakaianlah yang lebih santun. Disini banyak mata 'buaya'. Saya tidak ingin ada mata pria lain yang menatapmu sembarangan. Cukup saya dan hanya saya..!!" Bisik Bang Rilo.
"Kalau Lira tidak mau????? Om Rilo mau apa???" Jawab Lira dengan berani.
Bang Rilo tersenyum mendengarnya, gaya berani Lira memang sangat menggemaskan namun ia tau gadis kecil itu cukup gemetar di bawah tekanannya.
"Kamu lupa??? Abangmu merahasiakan kita berdua terlibat 'skandal' di kamar mandi. Lalu apa reaksi laki-laki lain kalau tau kita pernah kik_kuk_kik_kuk bersama????" Ujar Bang Rilo.
"Dasar jahat..!!! Lira juga tidak mau ada kejadian seperti itu." Kata Lira.
"Begitu banyak pria di dunia ini tapi hanya satu yang berhak memiliki, menjaga dan melihatmu mulai ujung ujung rambut hingga ujung kaki. Kamu pasti sudah tau jawabannya." Bang Rilo kembali melirik dan masih ada kedua sahabatnya, ia pun mendekatkan wajahnya pada kening Lira. "Rambutmu wangi, shampoo ketombe ya..!!"
Lira mendengus kesal namun tidak dengan Bang Bayu dan Bang Yusril.
"Astagaaaaa.. Rilo memang pengen mati muda. Berani sekali Rilo kecup kening adiknya Danyon." Ujar Bang Yus.
Bang Bayu mengepalkan jemarinya kemudian meninggalkan tempat.
...
Siang ini para anggota lari siang, tak terkecuali Bang Rilo, Bang Yusril dan Bang Bayu. Para anggota melewati jalan depan rumah Danyon. Disana terlihat Lira berjalan menuju mobilnya.
Entah kenapa Bang Rilo yang saat itu sekaligus 'mengatur posisi' begitu kesal melihat pakaian Lira. Sebenarnya pakaian itu sopan saja, Lira juga mengenakan cardigan untuk menyamarkan namun tetap saja lekuk tubuh itu terlihat hingga rasanya memanaskan ubun-ubun kepalanya.
Bang Rilo menatap wajah Lira dengan tatapan tegas. Lirikan matanya menyisir tubuh Lira hingga ke kaki. Seketika refleks Lira merapatkan cardigannya. Lira pun berlari masuk ke dalam rumah.
Bang Bayu yang melihatnya seperti merasa ada sesuatu yang berbeda di antara sahabatnya dan Lira.
-_-_-_-_-
Bang Bayu mencekal lengan Lira di pelataran kampus Lira. "Ada hubungan apa kamu sama Rilo?"
"Tidak ada apa-apa, Om."
"Kamu jangan bohong, saya tau betul siapa Rilo. Saya paham Rilo luar dalam, mulai dari kelakuan, kebiasaan dan sifatnya. Kamu pacaran sama Rilo??" Tanya Bang Bayu.
Lira terdiam sejenak. Sebenarnya jauh di dalam hatinya menyukai Bang Bayu tapi kejadian kemarin serta 'ancaman' Bang Rilo membuatnya cukup takut. Perasaannya cemas jika sampai pria itu menyebarkan 'aib' mereka.
"Ii_ya."
"Sejak kapan, dek?? Pantas kamu selalu menolak saya. Kalau memang kamu ada hubungan dengan Rilo, katakan sejak awal. Taukah kamu, saya selalu sabar menunggumu..!!" Ujar Bang Bayu. Matanya memerah menjaga genangan tertahan.
Lira bagai kehabisan kata. Dadanya terasa sesak tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Sesalnya semakin menjadi, tak pernah sekalipun Bang Bayu mengungkapkan perasaannya hingga hari ini ia mendengar sendiri bagaimana perasaan Bang Bayu untuknya.
Bang Bayu segera menjauh dan meninggalkan Lira yang masih terpaku. Sakit di hatinya serasa menjadi-jadi.
...
Bang Rilo membuka pintu kamar messnya. Terlihat Lira berdiri di hadapannya dengan tangis.
"Liraaaa????" Bang Rilo mengedarkan pandangan, sungguh rasanya terkejut bukan main melihat Lira menangis di depan pintu kamar messnya. "Kenapa nangis???? Siapa yang buat kamu nangis???"
"Lamar Lira..!!"
"Haaaaaah?????????" Jelas Bang Rilo bingung mendengarnya.
"Lamar Liraaa..!!!!! Lamar Lira meskipun semua hanya pura-pura..!!!!!!" Pinta Lira dengan tangis terisak-isak. "Lira tidak ingin menunggu lagi, Lira kapok."
Lira menghambur memeluk Bang Rilo. Pria itu pun sampai mengangkat kedua tangan saking kagetnya. Siapa sangka, ada sepasang mata mengabadikannya.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!