NovelToon NovelToon

Mendadak Istri

Part 1

Kabut pagi masih setia menyelimuti rumah bercat putih itu. Suara burung berkicau turut menemani pagi itu. Seorang anak laki-laki masih setia bergelung dibawah selimut pagi itu sejak setelah sholat subuh.

"Van, cepetan bangun!" Seru seorang wanita sambil menggoyang-goyang badan laki-laki itu.

"Hhhmmm.. nanti ah Mom, sebentar lagi." Jawabnya sambil merapatkan kembali selimutnya yang berhasil ditarik oleh sang Mommy.

"Bangun sekarang atau Mommy akan memandikanmu di atas kasur ini!" Lanjut sang Mommy.

Vanno mendengus sambil menggeliat. Mommynya akan benar-benar melaksanakan apa yang dikatakannya.

"Ada apa sih Mom?. Hari ini Sabtu, dan ini masih pagi." Vanno bersandar di kepala ranjang sambil memperhatikan Mommynya yang sedang memilih baju.

"Hari ini temeni Mommy menghadiri pernikahan anaknya Pak Yusuf. Daddymu kan belum pulang."

Vanno mendelik melihat sang Mommy.

"Nggak mau Mom, Vanno ada janji dengan Axcell hari ini." Kata Vanno sambil merapatkan kembali selimutnya.

"Nggak ada janji-janjian. Pokoknya hari ini temeni Mommy." Kata sang Mommy sambil memberikan 1 stell pakaian kepada Vanno. "Nanti pakai ini. Sekarang mandi dan segera turun. Mommy tunggu di bawah." Lanjutnya lagi sambil melenggang keluar kamar.

Vanno mendengus kesal, namun tetap turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Setengah jam berlalu, Vanno turun dan segera sarapan.

Pukul 08.10 pagi Vanno dan Mommy berangkat menuju rumah keluarga pak yusuf yang berada di kota sebelah.

Setelah hampir dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah keluarga pak Yusuf.

"Mom, ini bener rumahnya?, kok sepi begini." Tanya Vanno sambil menurunkan hadiah.

Mommy melihat sekeliling dan memang benar lumayan sepi, tidak seperti ada hajatan. "Iya benar ini rumahnya. Mommy yakin karena ada mushola dua lantai itu di seberang jalan." Jawab Mommy sambil menunjuk mushola yang dimaksud.

Mereka berjalan menuju rumah yang dimaksud Mommy. Baru beberapa langkah, mereka dikejutkan oleh panggilan seseorang.

"Bu Nadia!" Seru seorang wanita sambil melambai-lambaikan tangannya.

Vanno dan Mommy menoleh bersamaan. Mommy mengernyitkan keningnya sambil mencoba mengingat siapa wanita yang memanggilnya itu.

Wanita itu berjalan semakin cepat sambil tersenyum lebar. Seketika Mommy mengingat senyuman itu.

"Mbak Asih ya?. Masya Allah, maaf Mbak saya sempat lupa tadi." Kata Mommy sambil merentangkan kedua tangan untuk memeluk wanita itu. Kedua wanita itu saling bertanya kabar dan menceritakan keluarga masing-masing.

"Jadi, bagaimana cerita sebenarnya Mbak?" tanya Mommy setelah mereka duduk di atas pohon yang tumbang.

Hhhffff… Mbak Asih menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Mommy. "Mas Yusuf terpaksa menikahkan Retta dengan Pak Kurdi Bu, jika tidak mau maka rumah mas Yusuf satu-satunya akan diambil." Mbak Asih mengusap ujung matanya yang mulai berkaca-kaca. "Mas Yusuf mempunyai hutang kepada pak Kurdi untuk biaya pengobatan kedua orang tuanya yang kecelakaan dua tahun lalu. Mas Yusuf berniat menjual tanahnya untuk biaya pengobatan, tapi dia ditipu oleh adik angkatnya dan membawa lari semua uang hasil penjualan tanah. Karena waktu itu sangat mendesak, akhirnya dengan terpaksa Mas Yusuf meminjam uang kepada Pak Kurdi." Lanjutnya sambil terisak.

Mommy sangat terkejut mendengar penjelasan Mbak Asih.

"Kenapa Pak Yusuf nggak bilang sama saya atau Mas Evan jika membutuhkan biaya Mbak?, mungkin kejadiannya tidak seperti ini." Mommy kelihatan sangat gusar. 

"Waktu itu sempat mau meminta bantuan Bu Nadia dan Pak Evan, tapi Mbak Ayu melarang karena sudah terlalu banyak merepotkan kalian." Jawab Mbak Asih.

"Merepotkan bagaimana, kita sudah anggap Pak Yusuf dan keluarganya seperti keluarga kami sendiri." Kata Mommy.

"Sudahlah Bu, semua juga sudah terjadi. Mungkin ini takdir …."

Belum sempat Mbak Asih menyelesaikan perkataannya terdengar suara beberapa klakson kendaraan.

Tin... tin… tin.

Beberapa orang berpakaian hitam terlihat menuruni tiga kendaraan hitam tersebut. Disusul seorang laki-laki paruh baya memakai jas putih turun dari kendaraan tersebut. Vanno memperhatikan aktifitas beberapa orang tersebut sampai mereka masuk ke dalam rumah keluarga Pak Yusuf.

"Itu tadi yang memakai jas putih namanya Pak kurdi yang akan menikah dengan Retta." Kata Mbak Asih sambil berdiri. "Mari Bu, saya antar ke rumah Mas Yusuf. Kita lewat pintu belakang saja." Lanjutnya.

Vanno dan Mommy mengikuti Mbak Asih menuju rumah Pak Yusuf. Kami melewati gang sempit di samping rumah tetangganya Pak Yusuf, kemudian berbelok hingga sampai di bagian dapur rumah keluarga Pak Yusuf.

Ketika mereka masuk melalui pintu samping dapur, sayup-sayup terdengar suara tangisan dari dalam kamar. Belum sempat Mommy bertanya kepada Mbak Asih tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar.

"Papaaaaaaa… keluar kamu! Kurang aj*r kamu berani menikah lagi. Mau aku sunat itu cacing dan ku berikan untuk makanan si Kremi hah." Teriak seorang perempuan dari luar rumah.

Keributan itu membuat keadaan rumah semakin kacau. Di ruang tamu terdengar suara berisik dan gaduh. Vanno, Mommy dan Mbak Asih saling pandang. Mereka bingung.

"Papaaaa…." Teriak seorang perempuan lagi, tapi suaranya berbeda. "Jika kamu tidak keluar dalam hitungan kelima, jangan salahkan jika kami berempat akan menyeret papa secara paksa." Lanjut sang perempuan.

Satu….. dua….. tiga….. empat….. lima.

Bahkan sampai hitungan kelima si empunya nama tak juga keluar. Hingga suara ribut-ribut semakin jelas. Mbak Asih mengintip lewat pintu dapur, seketika bibirnya melongo dengan mata membulat.

Mommy penasaran dengan apa yang dilihatnya pun bertanya.

"Ada apa Mbak?, siapa mereka?"

"Mereka adalah keempat istri Pak Kurdi." Jawab Mbak Asih sambil terus memperhatikan keadaan di luar. "Retta akan dijadikan istri kelima oleh tua bangka itu." Lanjut Mbak Asih.

"Apaa?!" Vanno dan Mommy kompak berteriak.

Bagaimana bisa aki-aki menjadikan gadis remaja istri kelimanya, ini tidak bisa dibiarkan. Batin Mommy.

Belum selesai dengan keterkejutan masing-masing terdengar suara yang lebih memilukan. Suara pukulan, tamp*ran dan tangisan menyelimuti ruang tamu. Terdengar suara seseorang memohon sambil terisak. Tak lama kemudian terdengar teriakan.

"Rettaaaa….."

Mbak Asih, Mommy dan Vanno segera berlari menuju ruang depan. Terlihat beberapa orang disana. Wajah-wajah pria berbaju hitam tadi terlihat ketakutan sambil menunduk, sementara si aki-aki tua yang tak lain adalah Pak Kurdi terlihat duduk bersimpuh di bawah kaki seorang wanita.

Sementara seorang wanita tengah memeluk seseorang yang tengah tergeletak. Pelipisnya terlihat berdarah, mungkin terkena benturan.

Mommy, Mbak Asih dan beberapa ibu-ibu ikut membantu membantu memindahkan gadis itu ke dalam kamar.

"Pak Yusuf, anda benar-benar tidak tahu diri. Anda sudah saya bantu dengan meminjami uang untuk biaya pengobatan orang tua anda bukannya membayar tapi malah menikahkan sang anak untuk membayar hutang. Cuiihh… Tidak tahu malu." Hardik wanita yang paling tua. "Dan kamu Pa, tidak bosan-bosannya melakukan ini lagi. Berapa kali kami peringatkan untuk tidak menikah lagi, tapi masih saja dilakukan." Lanjutnya lagi sambil menunjuk-nunjuk si aki-aki tua.

"Kamu itu masih beruntung Pa, memiliki kami istri yang mau menerima kamu, tapi apa yang kamu lakukan Pa, kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama. Hari ini bersiap-siaplah untuk suntik agar si cacing tidak bisa hidup lagi." Kata wanita yang usianya lebih muda.

"Apaaaaa….." 

\=\=\=\=\=\=

Mohon maaf masih belajar menulis cerita...

Lanjut nggak ini?🤗🤗

Bisa mampir di cerita othor yang lainnya ya

Part 2

Setelah perdebatan cukup lama akhirnya pernikahan Pak Kurdi dan Retta dibatalkan dengan catatan Pak Yusuf harus membayar seluruh hutang beserta bunganya.

Awalnya si aki-aki menolak membatalkan pernikahan kelimanya, namun karena takut jika cacingnya dijadikan korban akhirnya dia menyetujuinya.

"Pak Yusuf kenapa kok tidak bilang sama saya atau Mas Evan jika membutuhkan biaya untuk pengobatan bapak dan ibu, Insya Allah kami bisa membantu." Kata Mommy ketika si aki-aki dan antek-anteknya itu pergi.

Pak Yusuf menggeleng lemah. "Kami sudah terlalu banyak merepotkan Bu, kami tidak ingin tambah merepotkan lagi." Kata Pak Yusuf sambil mengusap wajahnya. Keningnya berkerut menandakan dia tengah berpikir keras.

"Tidak Pak. Bagi kami, Bapak dan keluarga sudah kami anggap seperti keluarga kami sendiri. Jadi sama sekali tidak merepotkan." Kata Mommy. "Sekarang tolong Bapak sebutkan berapa seluruh hutang beserta bunganya. Saya akan meminta Tora untuk mengurusnya." Lanjut Mommy.

"Tidak Bu, tidak usah. Saya akan berusaha sendiri membayar hutang itu, sudah terlalu banyak saya dan keluarga merepotkan Ibu dan Bapak." Kata Pak Yusuf.

Mommy mengerutkan keningnya. Dia kelihatan berpikir keras saat itu.

Tiba-tiba seorang laki-laki setengah baya keluar dari ruang tamu. 

"Maaf Pak Yusuf, berarti ijab qobulnya tidak jadi ini. Saya pamit permisi dulu." Kata Pak Imran, penghulu dari KUA yang bertugas hari itu.

Ketika Pak Yusuf hendak menjawab, Mommy langsung bersuara.

"Jadi Pak. Ijab qobulnya jadi. Yang jadi mempelai prianya anak saya, Vanno." Kata Mommy sambil menarik lengan Vanno agar mendekat.

Duuuaaaarrr……

"Apaaaaa….?!" Teriak Vanno. "Apa-apaan sih Mom, jangan bercanda deh. Vanno nggak mau." Sungut Vanno.

Mommy bukannya menjawab Vanno, tapi malah berbicara dengan pak Yusuf. 

"Pak Yusuf, saya meminta ijin untuk melamar putri Bapak untuk Vanno anak saya. Meskipun mereka masih sekolah, tapi sebentar lagi kan sudah lulus. Selain itu, ini jadi satu-satunya cara agar hutang pak Yusuf segera lunas." Kata Mommy.

Pak Yusuf masih melongo. Dia terlihat masih bingung dengan apa yang dikatakan Mommy. "Maksudnya bagaimana Bu, bagaimana menikah bisa membayar hutang?" Tanyanya ketika belum bisa mencerna maksud Mommy.

Mommy tersenyum yakin. "Bisa Pak. Pak Yusuf tidak mau menerima bantuan kami dengan cuma-cuma kan, jadi kita nikahkan saja Vanno dan Retta. Setelah menikah, Vanno sebagai suami akan memberikan uang lebih dari cukup untuk melunasi semua hutang Bapak sekaligus bisa untuk mengobati orang tua Bapak. Pak Yusuf jangan berpikir telah menjual anak gadis Bapak kepada kami. Saya pribadi sangat menginginkan anak perempuan. Saya berjanji akan menyayangi dan memperlakukan Retta seperti anak saya sendiri. Bapak tahu bagaimana masa lalu dan keseharian saya dan Mas Evan. Saya yakin Bapak tidak akan menyesal." Kata Mommy panjang lebar.

Vanno semakin pusing mendengar perkataan Mommynya. "Mom, apa-apaan ini. Mommy sembarangan saja memutuskan. Vanno nggak mau nikah." Kata Vanno.

Mommy mendelik melihat Vanno. "Kamu ini nggak mau nikah dengan perempuan ya Van?" Tanya Mommy.

"Maksud Mommy apa?" tanya Vanno semakin bingung.

"Mommy ini menikahkan kamu dengan Retta agar kamu itu tidak semakin terjerumus."

"Terjerumus?. Emang Vanno ngapain?" Vanno semakin bingung.

"Kamu itu selama ini hanya berhubungan dengan Axcell, Neo, Mario, Johan dan Arya. Semuanya laki-laki, sama sekali tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Apa kamu seorang g*y?" tanya Mommy blak-blakan.

Mendengar perkataan Mommynya Vanno merasa panas. "Enak saja, Vanno normal kali Mom." Bantah Vanno.

"Beneran kamu normal?" Mommy masih belum yakin.

"Iyalah Vanno normal Mom, Vanno bukan seperti orang yang Mommy tuduhkan." Sungut Vanno.

"Berarti kamu mau menikah dengan perempuan kan?" Tanya Mommy lagi.

"Iya. Vanno mau menikah dengan perempuan." Jawab Vanno yakin.

"Bagus." Kata Mommy sumringah. Vanno merasa perasaannya tidak enak ketika melihat senyuman sang Mommy.

"Pak Yusuf, anak saya sudah setuju untuk menikah dengan putri Bapak. Kita bisa segera melakukan ijab qobulnya." Kata Mommy yakin.

Melihat Mommy yang sangat semangat pak Yusuf pun mengangguk. Sementara Vanno terus membujuk Mommynya untuk membatalkan rencananya, tapi tidak berhasil.

Acara ijab qobul segera dipersiapkan lagi. Pak penghulu mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan, sementara untuk kekurangannya bisa menyusul. Mommy menyiapkan uang mahar untuk Retta sebanyak uang yang tersedia di dalam dompetnya dan dompet Vanno sendiri. Selanjutnya, mommy menelpon Tora untuk mempersiapkan uang yang akan digunakan untuk melunasi hutang keluarga pak Yusuf.

Saaahhhh.

Dada Vanno bergetar hebat ketika suara sah menggema di ruang tamu tersebut. Dia hanya diberi waktu sepuluh menit untuk menghafalkan bacaan ijab qobulnya. Tangannya masih berkeringat, sementara dahinya terus mengucurkan keringat dingin.

Mommy segera memeluk tubuh putra satu-satunya tersebut sambil menangis sesenggukan. Vanno membalas pelukan sang Mommy. Vanno tahu kesedihan dan rasa bersalah yang dirasakan sang Mommy, jadi bagaimanapun dia akan selalu sulit untuk menolak permintaan sang Mommy.

Sementara itu, di dalam kamar Retta masih belum sadarkan diri sepenuhnya. Dia jatuh pingsan setelah didorong oleh istri ketiga Pak Kurdi hingga membentur ujung meja sampai pelipisnya berdarah.

Beberapa saat kemudian, Tora datang dengan membawa uang yang diminta mommy Vanno. Pak Yusuf terlihat berlinang air mata ketika menerima uang pemberian Vanno tersebut. Dia dengan diantar Tora segera pergi menemui Pak Kurdi untuk melunasi semua hutangnya. Vanno hendak ikut namun dilarang oleh Pak Yusuf.

Retta POV

Samar-samar terdengar suara pelan memanggil namaku. Bau minyak angin tercium dengan sangat menyengat. Sementara kepalaku sudah berkurang pusingnya.

Aku membuka mata pelan-pelan. Hal pertama yang kulihat adalah wajah ibuku yang sembab. Namun, wajah itu tetap tersenyum. Senyum yang selalu ingin kulihat.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Tanya seseorang yang duduk di dekat kepalaku. Aku tidak menyadarinya tadi. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

Aku mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ibu tadi membantuku duduk dan mengambilkan teh hangat untuk kuminum. Aku menerima teh itu dan meneguknya sedikit demi sedikit. Ada rasa hangat yang menjalar di seluruh tubuh setelah meminum teh tersebut.

Aku memandangi baju kebaya yang kupakai sudah kusut, sementara sanggulku sudah berantakan karena jamb*kan, c*karan dan puk*lan dari beberapa orang tadi. Aku menghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan sebelum bertanya.

"Buk, a-apa aku jadi me-menikah dengan laki-laki i-itu?" Tanyaku dengan bibir bergetar. Aku tidak kuasa menahan bulir air mataku yang mengalir ke pipi.

Ibuku mengusap air mata yang mengalir di pipiku. Kulihat air matanya juga tumpah. Hatiku sakit melihat ibuku meneteskan air mata. Aku tak kuasa melihatnya bersedih. Hal itu yang membuatku menerima syarat yang diajukan si tua Kurdi untuk menikah, karena aku tak ingin orang tuaku menderita karena terlilit hutang.

"Tidak Ta, kamu tidak jadi menikah dengannya. Tapi,... " Ibuku menggigit bibir bawahnya tak kuasa untuk menjawab pertanyaanku.

Hatiku semakin tak karuan, rasa cemas melanda dan kini mulai menusuk-nusuk di hati. "Tap-tapi apa Buk?" Tanyaku semakin penasaran.

"Tapi kamu menikah dengan anak tante, eh bukan, Mommy. Sekarang kamu harus memanggil tante Mommy, karena kamu sudah jadi menantu Mommy." Jawab wanita yang duduk di sampingku.

"Hhaaaa.." Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku.

\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa dukungannya for up next part…

☺️☺️

Part 3

Keningku berkerut tak bisa memahami maksud wanita itu. Menikah?. Menantu?. Ini maksudnya apa?. Aku semakin bingung.

Melihatku mengerutkan kening, ibuku mulai menjelaskan awal mula kejadian setelah aku pingsan sampai aku tersadar kembali.

Aku melongo sambil membulatkan mata. Kedua tanganku ku gunakan untuk menutup mulutku rapat-rapat, khawatir aku akan kelepasan berteriak. Kepalaku terasa semakin pusing, cekut-cekut.

Bagaimana ini? Aku sudah menikah dengan laki-laki yang belum kuketahui namanya, apalagi wajahnya. Bagaimana aku ingin mengejar cita-citaku jika aku sudah menikah?. Pikiran-pikiran tentang masa depan semakin berkelebat di pikran. Hingga suara ibuku menyadarkanku.

"Ta, Bu Nadia dan Pak Evan ini sangat baik, putranya juga sangat baik. Jadi, kamu tidak usah khawatir." Kata ibu sambil mengusap pelan rambutku yang berantakan.

Bu Nadia? Pak Evan? Ah iya. Beliau adalah majikan bapak yang sangat baik. Aku mulai memahaminya. Lalu, apakah ini berarti aku menikah dengan putra semata wayangnya? Ah tidak mungkin. Aku belum pernah bertemu dengannya, karena sejak dulu dia tinggal di luar negeri. Aku menutup mulutku kembali sambil melirik wanita yang duduk di sampingku ini.

Melihat keterkejutanku, Bu Nadia menarik kedua tanganku dari mulutku sambil tersenyum manis. Ah, cantik sekali mertuaku ini. Ups mertua. 

"Naretta, mulai sekarang kamu akan menjadi anak Mommy dan Daddy. Mommy berjanji, kami tidak akan membedakan anak dan menantu, jadi kamu tidak usah khawatir." Katanya sambil mengusap rambutku. "Kamu juga tidak usah khawatir dengan keinginanmu di masa depan. Meskipun sudah menikah, kami akan terus mendukung dan berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkan cita-citamu." Lanjutnya.

Aku berusaha mencerna semua yang terjadi ini pelan-pelan. Kupandangi wajah wanita yang masih sangat cantik di sampingku ini. Ku perhatikan usianya mungkin tak lebih dari empat puluh tahun. Dia masih setia membelai kedua bahuku sambil tersenyum. Tak ada raut kebohongan di wajahnya. 

Ku alihkan pandangan kepada ibuk dan bulik Asih, keduanya tersenyum dan mengangguk. Entah kenapa seketika hatiku terasa sejuk. Rasanya seperti saat mendapat air segar ketika dahaga yang hebat melanda. Nyeesss.

Aku kembali menoleh kepada Bu Nadia yang sekarang telah menjadi mertuaku. Wajahnya seperti menyiratkan sebuah harapan. Aku pun mengangguk dan berusaha tersenyum. Seketika Bu Nadia memelukku dengan sangat erat.

"Terima kasih, sayang. Mulai hari ini kamu adalah putri Mommy. Mommy sangat bahagia." Ujarnya dengan masih memelukku erat.

"I-iya Bu." Jawabku terbata-bata. Aku masih berusaha meyakinkan hatiku jika ini bukan mimpi.

"Kok ibu lagi, sih. Mommy, mulai sekarang kamu harus memanggil Mommy." Katanya lagi sambil melepaskan pelukannya.

Aku masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Namun, aku berusaha untuk menghormatinya. Aku pun mengangguk. "I-iya Mom." Kataku kemudian.

Mommy kelihatan senang sekali. "Baiklah, karena kamu sudah baikan, aku akan meminta mbak-mbak perias untuk membenahi make upnya. Setelah itu, kita bisa mengabadikan moment bahagia ini." Katanya sambil membelai pipiku sebelum beranjak pergi keluar kamar.

Beberapa saat kemudian mbak-mbak perias yang tadi pagi meriasku meminta izin masuk kamar. Mereka segera membenahi make up dan hiasan rambutku yang berantakan. Aku hanya bisa pasrah.

Bismillah. Ya Allah, jika ini sudah menjadi takdirku, aku ikhlas. Jadikan pernikahan ini sakinah, mawaddah, warrahmah serta menjadi pernikahan pertama dan terakhir bagiku. Aamiin. Doaku dalam hati.

Retta POV end

Sementara itu, di luar kamar Mommy tengah berbicara dengan Vanno.

"Van, mulai sekarang kamu sudah menjadi seorang suami. Kamu harus bisa lebih bertanggung jawab. Ada satu orang lagi yang harus kamu jaga, kamu lindungi dan kamu nafkahi. Kamu sudah tidak bisa seenaknya lagi keluar malam atau nongkrong dengan teman-temanmu itu." Kata Mommy sambil mengusap kedua lenganku.

"Mommy kan yang memaksaku melakukan ini. Ini bukan keinginanku Mom. Aku masih sekolah, masih ingin menghabiskan masa remajaku, masih ingin mewujudkan mimpi-mimpiku." Kata Vanno setengah berteriak.

Mommy mendengus. Dia tahu Vanno itu memang keras kepala, tapi sebenarnya dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Melihat Vanno masih emosi, Mommy berusaha menenangkannya dengan berkata lebih lembut.

"Mommy tahu Van, tapi pernikahan bukan menjadi suatu halangan untuk mewujudkan mimpi-mimpi kamu. Kamu bisa terus mengejar mimpi kamu. Kamu masih bisa sekolah, sekaligus kuliah." Kata Mommy sambil menangkup kedua pipi Vanno. "Justru dengan menikah kamu bisa tambah semangat beraktifitas nanti." Lanjut Mommy sambil tersenyum jahil.

Vanno mendengus kesal. Dia merasa pasrah. Tak akan pernah menang memang melawan Mommynya ini. Bahkan, Daddynya pun akan langsung kicep jika berdebat dengan Mommy.

Melihat Vanno sudah mulai pasrah, Mommy segera memeluk sekilas Vanno dan berkata, "Tunggu sebentar, Mommy akan panggilkan istri kamu. Kita bisa mengabadikan moment bahagia ini." Katanya sambil melepas pelukan dan berjalan menuju kamar.

Vanno POV

Aku benar-benar pusing. Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri. Bagaimana aku akan menjalani hari-hariku ke depannya. Kepalaku terasa ikut berputar. Kuhela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Bismillah. Gusti, jika ini sudah menjadi kehendak Mu, mantabkan dan yakinkan hati ini, bimbinglah keluargaku ke jalan Mu. Jadikan keluargaku sakinah, mawaddah, warrahmah. Aamiin. Doaku dalam hati.

Suara berisik di ruang tamu menyadarkan lamunanku. Aku menoleh dan berjalan pelan menuju ruang tamu. Seketika pandanganku tertuju pada seorang gadis memakai kebaya putih tengah menunduk di dekat pintu. 

Deg.

Entah kenapa jantungku berdetak dengan cepat dan nafasku menjadi seakan memburu. 

Rasa apa ini? Aku sama sekali belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Diakah istriku? Tanyaku dalam hati. 

Gadis itu masih menundukkan kepala. Kulihat di dahi sebelah kiri ada plester penutup luka yang kuyakini bekas benturan tadi. Aku bingung harus melakukan apa.

Kulirik Mommy yang berdiri di sampingnya. Bertanya melalui tatapan mata. Seolah mengerti, Mommy berjalan mendekatiku.

"Van, ini istrimu. Kalian sudah sah menjadi suami istri. Mommy harap kamu bisa menjadi suami yang bertanggung jawab untuk Retta, Imam yang baik untuk keluarga, dan ayah yang bisa diandalkan oleh anak-anakmu nanti." Kata Mommy yang langsung membuat beberapa orang disana tertawa lirih.

Mommy ini bisa-bisanya berpikir sampai ke arah situ. Aku mendengus sebal. Kulirik gadis di depanku sedang gugup. Mungkin karena perkataan Mommy.

"Baiklah, apa kita bisa mulai mengambil gambar sekarang Bu?" Interupsi seorang laki-laki yang kuyakini dia seorang fotografer.

"Ah.. iya bisa. Ayo, kita mulai sekarang." Kata Mommy sambil menarik lenganku.

Mommy membawaku mendekati istriku. Ah istri. Aku harus terbiasa dengan sebutan itu sekarang.

Vanno POV end.

Mommy mengarahkan berbagai pose kepada Vanno dan Retta. Awalnya mereka merasa canggung, tapi lama kelamaan mereka mulai terbiasa. Berbagai pose mesra diarahkan Mommy. Vanno sempat menolak karena harus berpose mengangkat Retta sambil dicium pipinya. Vanno dan Retta merasa malu berpose seperti itu.

Setelah acara foto selesai, Retta segera berkemas karena harus ikut Vanno dan Mommy pulang. Dia juga tidak mungkin tinggal di rumah kakeknya, sementara sekolahnya jauh dari rumah kakeknya itu, dan lumayan dekat dengan rumah Vanno. 

Setelah acara perpisahan yang diiringi isak tangis, disinilah mereka berada, di dalam mobil menuju rumah Vanno. Dengan Vanno yang menyetir, sementara Mommy dan Retta duduk di belakang bercerita kesana kemari.

Vanno sudah seperti supir yang tidak dianggap. Dia hanya bisa mendengus kesal.

\=\=\=\=\=

Masih mau next partnya?

Keuwuan Vanno dan Retta bakal dimulai ini

Jangan lupa kasih dukungan dong..😉😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!