"Huwaaa... Gila lu apain gw farel ?" pekik salsa yang baru saja terbangun dari tidurnya. Saat ini dia memang sedang tertidur di kamarku setelah mengerjakan tugas kuliah tadi, kita memang teman dekat bahkan sangat sangat dekat.
"So.. Sory sal. Tadi gw kelepasan setan." ucapku dengan raut wajah bersalah.
"Anj*ng dasar lu cabul, tega banget lu udah ngerusak gw.. Keperawan*n yang gw jaga selama ini ?" tanya gadis itu lagi, mulutnya jadi ternganga seolah tak percaya.
"Sal, gw minta maaf. Gw bakal tanggung jawab kok lu tenang aja."
"Bangsat, lu mau tanggung jawab apa ?" tanya salsa setengah menahan tangis, amarahnya malah semakin menjadi saat dia menyadari bahwa ada banyak tanda merah di sebagian leher dan dadanya.
"Kita nikah abis ini ya." ucapku coba menenangkan, walaupun aku juga tak tahu kedepannya harus berbuat apa.
Singkat waktu pernikahan pun terjadi, pernikahan yang di gelar secara rahasia dan tak banyak orang tahu. Kita, aku atau pun salsa tak pernah menceritakan alasan mengapa kita ingin segera menikah dan orang tua kita setuju. Yang mereka tahu, aku dan salsa memang dekat jadi tak ada salahnya juga bila kita harus menikah.
Aku sebenarnya belum lulus kuliah, begitupun salsa. Sebelum menikah aku tak memikirkan nasib kedepannya, bagaimana nanti saja masih ada orang tua yang bisa di mintai tolong.
Malam ini adalah malam pertama kita, kelucuan pun terjadi. Dia mana aku dan salsa malah jadi merasa canggung karna ini benar benar untuk pertama kalinya kita ...
Sebenarnya, waktu itu aku tak melakukan apa apa pada salsa. Aku hanya mengoleskan gincu pada leher dan dadanya itu pun bukan aku yang melakukan melainkan adiba, temanku juga.
Dia yang membantu melancarkan aksi prank ini, hanya ingin tahu bagaimana reaksi salsa saat itu karna dia pikir aku yang sudah merusaknya padahal aku tak tahu apa apa.
Demi prank ini terlihat lebih alami, adiba ku persilahkan untuk pergi lebih dulu sehingga di dalam kamar hanya ada kita berdua jadi sangat meyakinkan bahwa semua yang dia pikir sudah benar benar terjadi padanya.
Itu karna aku yang merasa kesal, salsa tak pernah peka dengan perasaanku. Aku sudah mencoba untuk ungkapkan tapi dia menganggap bahwa itu semua hanya sebuah candaan. Salsa asal lu tau perasaan gw ke lu kayak gimana ? Makanya pas kita menikah aku sangat merasa senang.
Jodoh memang kadang harus di jebak dulu.
"Hmm sal, gw... " ucapku, suasana malam pertama di kamarku sungguh terasa canggung.
"Apa ?" tanya salsa, dia juga sama.
"Gw mau jujur sama lu."
"Jujur apa ?" tanyanya. Kita sama sama terbaring di atas ranjang seraya menatap ke atas dinding kamar.
"Kemaren sebenernya gw gak ngapa ngapain lu kok." ucapku, walau pun sedikit ragu karna aku yakin dia pasti akan marah.
"P, maksud lu ?" tanya salsa lagi.
"Sebenernya itu semua cuma prank."
"Apa, bagian mana yang prank ?"
"Semuanya dan gw juga gak bener bener ngerusak lu kok."
"Terus ?" jawab salsa sedikit tersentak.
'Gw sayang sama lu sal, mana berani lu gw rusak.' batinku.
"Jadi gw di jebak ? Terus kalo emang beneran itu semua cuma prank. Kenapa lu malah mau nikahin gw ?" tanya salsa dengan raut wajah yang berubah kecewa. Aku tahu ini semua pasti akan terjadi.
"Dengerin gw dulu sal," ucapku, salsa tiba tiba langsung bangkit dan duduk seraya menatap tajam ke arahku. Aku hanya menelan ludah.
"Gw sebenernya sayang banget sama lu, jadi sory gw terpaksa harus ngelakuin semua ini." jawabku memberanikan diri.
"Lu kan tau, gw gak pernah suka sama lu. Sama sekali. Tega banget lu ya,"
"Udahlah, sekarang semua udah terjadi kan ? Mau di apakan lagi. Kita nikmati aja masa masa pengantin baru ini." ucapku coba membujuk.
"Gak, gw gak sudi nikah sama lu. Asal lu tau kalo bukan karna prank si*alan itu gw gak mau nikah sama lu. Lu udah gw anggap kayak abang gw sendiri farel, jujur aja kemaren gw kesel pas tau lu ngerusak gw. Tapi sekarang gw lebih kesel pas tau semua cuma prank dan sekarang gw terjebak di dalam pernikahan yang enggak gw inginkan ini." ucap salsa, sangat terpancar jelas kecewa dari raut wajahnya.
"Ya, lu tau kan ijab udah terucap dan sekarang kita udah suami istri."
"Gw mau kita cerai." ucap salsa seraya bangkit. Aku jelas saja merasa panik, tak menyangka salsa akan mengatakan hal itu padaku.
"Sal, eh dengerin gw dulu. Kita bisa jalani ini perlahan lahan. Gw gak akan pernah maksa lu buat ngejalani rutinitas layaknya istri gw kok." ucapku coba menghalau dia berjalan dan menghalangi pintu keluar kamar.
"Lu mau apa aja, terserah dan gw bakal tetep bertanggung jawab soal nafkah."
"Gw mau apa terserah, lu bilang ?" tanya salsa, aku hanya mengangguk.
"Gw mau kita cerai sekarang juga ! Minggir gw mau balik ke rumah orang tua gw." ucap salsa seraya mendorong tubuhku supaya menyingkir. Tenaga salsa jelas saja kalah kuat dengan tenagaku.
"Kok lu gitu sih ? Waktu itu pas gw bilang bakal tanggung jawab dan nikahin lu, kenapa lu mau hah ?" tanyaku mulai protes.
"Karna gw pikir lu udah rusak gw, udah gak bakal ada yang mau lagi sama cewek rusak kan rel ? Dan gw gak mau kalo semisal gw hamil anak gw gak ada bapaknya." jelas salsa dengan air mata yang mulai berderai. Aku pun jadi tergamang setelah mendengar jawaban dia.
"Sekarang lu paham kenapa gw mau nikah sama lu kan ?" tanya salsa lagi. Jadi salsa mau menikah denganku bukan karna dia cinta ya ? Hahah seharusnya gw sadar ini sih.
"Iya gw tahu, gw udah salah sama lu sal. Gw minta maaf."
"Emang seenggak ada perasaan itu lu sama gw ya ?" tanyaku, entah dia akan mengerti atau tidak dengan ucapanku barusan.
"Plis farel, gw sayang sama lu. Tapi bukan sebagai pasangan. Lu paham kan apa yang gw rasain ?" tanya salsa.
"Gw mau balik." ucap salsa, karna lengah akhirnya dia pun lolos. Aku segera sadar dan menyusulnya keluar kamar.
"Salsa ? Kamu belum tidur ?" tanya ibukku yang berpapasan dengan salsa di ruang tamu.
"Belum ngantuk mah." jawab salsa, dari sebelum menikah dia memang sudah akrab dengan ibukku jadi dia tak merasa ragu memanggil ibukku dengan sebutan mamah juga.
"Kamu kenapa ?" tanya ibukku lagi saat sadar ada yang aneh dengan raut wajah menantunya. Salsa hanya menjawab dengan gelengan.
"Si farel maennya kasar ya ?" bisik ibukku salsa langsung menoleh karna terkejut.
"Eh, enggak kok mah. Salsa mau pulang dulu ke rumah mamih ya. Mau ambil keperluan dulu." ucap salsa dan berlalu.
Aku pun nyelonong lewat di depan ibukku untuk menyusul kepergian salsa.
"Eehh.. Mau ke mana kamu ?" tanya ibukku seraya menjewer telingaku pelan.
"Apaan sih mah ? Mau nyusulin salsa."
"Heh, kamu apain dia sampe nangis gitu ?"
"Mamah tau dia nangis ?" tanyaku.
"Kamu ya kalo maen jangan kasar, maklum dia masih gadis. Kamu harus banyak banyak sabar." ucap ibukku.
"Ah, iya mah. Aku mau nyusul salsa dulu ya." ucapku dan segera berlalu. Ternyata ibukku benar benar mengira bahwa kita sedang melaksanakan malam pertama tadi. Padahal permasalahan salsa menangis bukanlah itu. Sekarang aku harus menyusul anak itu menuju rumah orang tuanya dan aku harus bersiap dengan berbagai pertanyaan yang akan di layangkan mertuaku nantinya.
Jarak rumahku ke rumah salsa memang tak terlalu jauh karna kita memang tinggal di lingkungan komplek yang sama.
Wanita itu sudah tak kudapati lagi keberadaannya mungkin dia sudah sampai di rumah orang tuanya.
Benar saja, pintu rumah itu dalam keadaan sedikit terbuka dan ternyata ibu mertuaku masih berada di sana.
"Kalian kenapa sih ? Malem malem begini bukannya tidur ?" tanya tante linda saat aku masuk ke dalam rumahnya.
"Eh iya mih, salsa gak mau tidur di rumahku katanya jadi kita berdua ke rukau mamih sekarang." jawabku coba beri alasan tak mungkin juga bila aku harus mengatakan apa yang telah terjadi sebenarnya bukan ?
Saat naik ke lantai 2 kamar salsa memang berada di lantai 2 rumahnya, pintu kamar itu terkunci dari dalam mungkin salsa juga sengaja tak akan membiarkan aku masuk ke dalam kamarnya.
"Sal, buka pintunya." pintaku seraya mengetuk ngetuk pintunya pelan.
"Jangan harap pintunya gw buka." sahutan dari dalam. Huftt aku jadi menghela nafas, apa iya malam pertama aku harus tidur di ruang tamu.
"Sal plisss.. Entar orang tua kita curiga kalo kita kayak gini." ucapku coba membujuk.
"Bodo amat, gw gak peduli." ucap salsa dari dalam kamarnya.
"Kenapa ?" tanya tante linda yang ternyata sudah berada di belakangku. Aku tak tahu sejak kapan dia naik ke lantai 2 ? Aku takut dia akan mendengar percakapanku dengan salsa tadi.
"Sal, ini farel di luar kamu buka doang pintunya kasian dia." ucap tante linda seraya mencoba memutar gagang pintu kamar anaknya. Akhirnya aku merasa seperti ada pahlawan yang melindungiku.
"Iya bentar, tadi lagi di kamar mandi." ucap salsa, dengan raut wajah cemberut dia pun terpaksa harus membuka pintunya.
Aku pun masuk dan duduk di tepi ranjang, setelah menutup pintu salsa berbalik kearahku.
"Jangan lu pikir gw terima sama semua ini, gw cuma gak mau orang tua gw kecewa dan bikin mereka malu sama keluarga lu gara gara gw." ucap salsa.
"Iya sal, sory ya. Walaupun yang kemaren cuma prank tapi rasa sayang gw ke lu beneran kok bukan cuma prank." ucapku coba mengungkapkan.
"Ssstt.. Inget, gw gak bakal pernah anggap lu sebagai suami gw. Anggap aja kalo sekarang kita masih temenan dan lu cuma nginep di kamar gw, paham." ucap salsa.
"Kok gitu sal ?" tanyaku dengan perasaan heran.
"Sekarang lu pindah dan tidur di sofa, inget di depan orang tua kita harus bersikap seperti biasa. Layaknya suami istri." tegas salsa.
"Hmm sampe kapan mau kayak gitu sal ?" tanyaku seraya tersenyum miring.
"Gak tau, pokoknya kita jalani aja dulu sampe gw bener bener cape." ucap salsa.
Aku pikir setelah mengetahui fakta itu salsa bisa ikhlas menerimaku namun ternyata tak segampang itu.
"Dan gw minta, lu rahasiain pernikahan kita dari semua orang tanpa terkecuali. Termasuk temen temen gw juga." ucap salsa. Aku jadi sedikit tersentak setelah mendengar permintaan gadis itu. Ya salsa memang masih gadis meskipun sudah sah menjadi istriku namun aku belum menyentuhnya.
"Kok lu gitu, gak bisa dong." protesku tak terima.
"Terserah, atau mending kita pisah aja sekarang juga." ucap salsa dengan wajah serius.
"Dosa loh sal, lu begituin gw. Gw kan udah jadi suami lu sekarang." ucapku.
"Heh, semenjak gw tau semua cuma prank, gw udah gak anggap lu suami gw lagi. Ngerti ?" ucap salsa dengan bola matanya yang hampir keluar.
Aku tak mungkin melepaskan salsa begitu saja bukan ? Apalagi pernikahan ini memang sudah lama aku idam idamkan. Walaupun ternyata berakhir tak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Pernikahan ini pun terjadi bahkan tanpa adanya pesta yang gelar.
Mungkin di sini letak ujianku sekarang, setelah sebelumnya susah payah untuk mendapatkan salsa dan berakhir gagal. Namun ternyata mudah bagiku untuk menikahinya dan kini aku harus bisa mengambil dan meyakinkan hatinya kembali.
'Baik salsa, gw bakal nyoba sabar dan ngertiin lu, semoga aja gw bisa.' batinku.
"Oke, gw tidur di sofa." ucapku mengalah, salsa hanya mendelik.
"Jadi malam ini gw gak dapet jatah sal ?" tanyaku memberanikan diri.
"Jatah apa hah ? Jangan harap lu bakal dapet jatah karna gw gak bakal pernah kasih sampai kapanpun juga." ucap salsa dengan nada penuh kebencian.
"Jangan ngomong gitu, entar lu yang malu." ucapku coba merayu.
"Malu, kenapa jadi gw yang malu ?" tanya salsa.
"Karna lu pasti bakal jilat ludah lu sendiri."
"Gak bakalan yah, sory." ucap salsa dengan raut wajah meremehkan.
"Yaudah." ucapku pasrah.
Salsa memberikan ku sebuah bantal dan 1 selimut tipis.
Aku pun beranjak dan pindah dari ranjang menuju sofa yang memang berada di kamar salsa, aku mulai berbaring di sana. Badanku terasa sangat lelah. Gak apa apalah aku belum bisa dapet jatah yang penting aku udah bisa tidur di kamar salsa sekarang ini.
Keesokan pagi, aku terbangun dengan badan yang jadi terasa sakit semua. Sementara salsa sudah tak kudapati lagi keberadaannya di dalam kamar.
"Sal." ucapku mencari cari namun tak ada juga sahutan.
Aku beranjak keluar kamar dengan keadaanku yang masih berantakan, aku bahkan lupa membawa peralatanku pindah ke rumah tante linda yang kini sudah menjadi mertuaku.
Sementara salsa di lantai bawah, dia sudah dalam keadaan rapi dan tengah terduduk bersama kedua orang tuanya di bangku meja makan.
"Liat pap, penganten baru. Pagi pagi udah seger abis mandi." goda tante linda seraya tersenyum ke arah suaminya, salsa jadi merasa ilfeel.
"Apaan sih mih, emang kenapa kalo penganten baru pagi pagi udah rapi ? Aku kan emang biasa gini. Sebelum jadi penganten baru pun aku selalu bangun pagi, jadi apa salahnya ?" tanya salsa dengan raut wajah yang heran.
"Gak ada yang salah kok sal." ucap papih arga, mertua lelaki ku.
"Kamu kan sekarang udah jadi istrinya farel, harusnya kamu juga bantu buat siapin dia dong !" ucap papih arga coba menasihati anaknya.
"Males banget." gumam salsa pelan.
"Kamu gak boleh gitu, itu kewajiban kamu loh sebagai istri." ucap tante linda, sepertinya dia cukup jelas mendengar perkataan salsa tadi.
"Emang siapa yang mau jadi istrinya dia ?" tanya salsa seraya melahap 1 buah roti lapis yang sudah dia buat untuk dirinya sendiri.
"Kalian nikah atas kemauan berdua kan ?" tanya papih arga merasa heran.
"Gak tau, tanya aja sama farel." jawab salsa dengan nada malas.
Bertepatan aku juga baru saja turun dari lantai 2.
"Farel sarapan dulu." ucap tante linda mengajakku sementara istriku malah cuek bebek.
"Iya nanti aja tan, eh mih. Aku mau ganti baju dulu ke rumah." jawabku.
"Loh, emang kamu gak bawa bajumu kemaren ?" tanya mertuaku lagi.
"Aku lupa tan," jawabku coba beri alasan, mertuaku hanya geleng geleng.
Aku berpamitan, namun baru saja sampai di depan gerbang. Teman teman salsa yang lain dan mereka juga memang teman temanku juga ternyata sudah berada di depan rumah salsa.
"Farel ? Lu ngapain sepagi ini dari rumah salsa ?" tanya alesha dengan tatapan heran.
"Eh, gw... "
"Hay guys, ini tadi farel abis ngambil buku tugasnya yang ketinggalan kemaren. Makanya dia pagi pagi udah dateng ke rumah gw." jawab salsa yang tiba tiba datang, seolah tahu bila tak dia yang menjawab aku akan menjawab bahwa kita sudah melangsungkan pernikahan kemarin.
Tanpa teman temannya sadari, salsa menyenggol tanganku lumayan keras.
"Eh iya, gw abis ambil buku gw." jawabku membantu melancarkan kobohongan gadis itu. Padahal lidahku sangat gatal sekali ingin mengatakan kebenarannya.
"Mana ? Gw gak liat lu bawa buku tuh ?" tanya adiba,
"Eh, itu.. "
"Entar gw yang bawain ke kampus." jawab salsa menyela.
"Yaudah, lu balik gih. Entar kita gak usah berangkat bareng gw berangkat bareng mereka aja." ucap salsa bersikap biasa.
"Oke," aku pun mengiakan sandiwara istriku. Ya salsa memang istriku kan ?
Setelah jam kuliah selesai, aku berniat ingin mengajak salsa pulang bersama. Sebelumnya tadi dia memang berangkat bersama teman temannya.
"Sal, ayok pulang bareng gw." ajakku seraya menghampiri salsa yang masih berada di dalam ruangan.
"Heh, di luar rumah kita tuh cuma temen biasa. Lu gak usah sok sok perhatian ya. Kita pulang sendiri sendiri. Paham." tegas salsa.
"Lah ?"
"Lu balik duluan aja, gw mau mampir dulu ke tempat temen." ucap salsa.
"Temen yang mana ?" tanya ku seraya melipat tangan di dada.
"Gak usah kepo."
"Kita udah jadi suami istri loh sekarang." tegasku.
"Inget, itu cuma berlaku di rumah sama di depan orang tua gw." ucap salsa tetap pada pendiriannya.
"Lu pulang duluan, jangan nungguin gw." ucap salsa seraya berlalu meninggalkanku yang masih berdiri mematung.
Sekarang aku jadi bingung, bagaimana bisa aku pulang tanpa bersama salsa ?
Sementara salsa, sore ini dia ada niat untuk jalan jalan terlebih dulu bersama teman temannya.
Malam sekitar jam 8 salsa baru pulang, dia memesan taksi online. Tak lama taksi online itu datang dan langsung mengantarkannya menuju tempat tujuan.
"Farel pasti lagi nungguin gw di kamar." gumam salsa seraya masuk ke dalam rumahnya.
"Sal, kok pulangnya malem banget tumben ?" tanya ibunya.
"Iya, tadi aku keluar dulu sama temen temen mih." jawab salsa.
"Sama farel ?" tanya ibunya lagi, salsa hanya menggeleng.
"Mamih pikir kamu pergi sama farel soalnya dia juga belum pulang." ucap tante linda, salsa jadi berpikir.
"Oh ya ? Emang dia belum pulang ya ?" tanya salsa.
"Kamu gak tau dia belum pulang ?" tanya ibunya merasa heran. Salsa kembali menggeleng.
"Emang kalian gak pulang bareng ?"
"Enggak mih." jawab salsa.
"Kok bisa ?"
"Bukannya kemaren kalian bilang pengen cepet cepet nikah karna pengen sama sama terus ya ?" tanya tante linda seraya tersenyum.
"Eh, oh iya itu tadi mungkin dia pulang ke rumah tante amel dulu." jawab salsa coba cari alasan.
"Yaudah mih, aku mau naik dulu ya." ucap salsa seraya naik ke lantai 2. Dia masuk kamar mungkin dengan perasaan kecewa.
"Eh lagian ngapain juga sih gw ngarepin dia nungguin gw ?" gumamnya, sampai malam semakin larut pun ternyata aku tak juga datang ke rumahnya.
Salsa jelas saja merasa heran, dia jadi berpikir mungkin aku ngambek kepadanya gara gara di tolak untuk pulang bareng tadi sore.
"Di pikir pikir kasian juga dia ya." gumamnya, mungkin dia jadi merasa bersalah kepadaku.
Tiba tiba pintu kamar terbuka, jelas sekali raut khawatir nampak di wajahnya.
"Lu belum tidur ?" tanyaku yang baru saja datang. Aku datang dengan membawa sebuah tas berukuran besar berisi barang barangku.
"Ini baru mau tidur," jawab salsa sedikit gelagapan. Mungkin dia takut aku tahu bahwa dia mengkhawatirkan ku saat ini.
"Kenapa ke sini nya malem banget ? Pulang kuliah lu pergi ke mana dulu ?" tanya salsa, aku jadi mengulum senyumanku, apa dugaan ku benar ?
"Kenapa ? Lu nungguin gw ya ? Atau lu khawatir sama gw karna gw belum ke sini ?" tanyaku penuh percaya diri.
"Eh, enak aja. Gw cuma nanya ya." tegas salsa.
"Bilang iya aja kenapa sih ? Bikin gw seneng gitu loh." ucapku seraya meletakan tas di lantai dan akan duduk di tepi ranjang.
"Eitss.. Lu mau ngapain hah ?"
"Mau tidur lah, ini kan udah malem." jawabku.
"Siapa yang nyuruh lu buat naik ke atas ranjang gw ?" tanya salsa, aku tersentak dan seketika langsung menghentikan aksiku.
"Emang gak boleh ya ?"
"Gak, lu tidur di sofa kayak kemaren." ucap salsa lagi.
"Sal, tega banget sih lu. Lu tau gak tadi pagi badan gw sakit semua gara gara tidur di sofa sempit itu." ucapku coba mengeluarkan keluh kesahku.
"Gak peduli." ucap salsa, apa dia benar benar tak peduli padaku ?
"Sal plis, gw gak bakal gangguin lu kok."
"Gak, lu tetep tidur di sofa. Jangan harap bisa tidur di sini sama gw." ucap salsa.
"Oke." ucapku pasrah, kali ini mungkin aku masih harus bersabar. Tapi entah sampai kapan.
Aku berjalan dengan lemas menuju sofa sebelah ranjang, jadi kalau seperti ini terus kapan aku bisa tidur sambil meluk kamu sal ?
Malam berlalu pagi pun menjelang, aku bangun lebih awal karna ada kelas pagi hari ini. Salsa masih tertidur jadi ku biarkan saja dia sampai nanti mungkin akan terbangun dengan sendirinya.
Aku mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetku, sebenarnya itu uang terakhir yang ku miliki dari hasil kerja kerasku sendiri. Niatnya untuk menambah uang jajan istriku, aku juga mau cari pekerjaan tapi entah kapan.
Ku simpan uang itu di atas meja riasnya salsa, aku tak tega bila harus membangunkannya hanya untuk memberikan uang yang tak seberapa ini.
Setelah itu aku bersiap dan turun menuju lantai 1.
"Mih," sapaku pada ibu mertua yang sedang berada di sofa lantai 1.
"Eh farel," sahut mertuaku.
"Aku berangkat duluan ya mih." ucapku seraya akan berpamitan.
"Loh, kenapa gak bareng sama salsa sih ?" tanya mertuaku merasa heran.
"Gak dia .."
"Hubungan kalian baik baik aja kan ?" tanya wanita itu tampak khawatir.
"Kok mamih bisa nanya kayak gitu sih ? Emangnya kenapa ?" tanyaku seraya tersenyum tipis.
"Kemaren salsa yang pulang duluan sekarang kamu yang pergi duluan. Sebenernya kalian kenapa ?" tanya wanita itu sekali lagi.
"Mih gak usah khawatir, kita baik baik aja kok. Kemaren aku bantuin mamah dulu di rumah jadi pulang ke sini malem banget, sementara hari ini aku ada kelas pagi jadi harus berangkat duluan."
"Ya bagus deh kalo hubungan kalian baik, mamih cuma khawatir aja." ucap tante linda.
"Iya mih," jawabku seraya akan berangkat.
"Kamu gak sarapan dulu ?" tanya wanita itu lagi.
"Enggak, aku gak biasa sarapan dulu." jawabku beralasan padahal aku hanya tak bisa menyiapkan semuanya sendiri.
"Yaudah, kamu bawa aja bekelnya. Mamih udah bikin sandwich tadi." ucap tante linda seraya beranjak, tak berapa lama dia kembali dan memberikan sebuah kotak bekal lengkap dengan botol air minumnya juga.
"Makasih mih." ucapku, aku pun berangkat takut keburu telat. Untuk berangkat kampus aku memang biasa mengendarai motorku supaya lebih cepat sampai.
Aku jadi merenung, seandainya salsa yang menyiapkan semua perlengkapan ku pagi ini. Tapi sayang, ternyata salsa tak peduli dengan itu semua.
Sementara salsa, dia baru saja terbangun dan menyadari aku memang sudah tak berada di kamarnya.
Dia tampak tak perduli, setelah bersiap dia juga turun.
"Farel udah jalan ya mih ?" tanyanya seraya duduk di bangku meja makan dan mulai melahap sarapan yang sudah di siapkan oleh ibunya.
"Iya, emang kamu gak tau ?" tanya tante linda, salsa hanya menggeleng tak peduli.
"Kamu loh harusnya yang bangun pagi, siapin suaminya."
"Tapi kan aku masuk siang hari ini mih." bantah salsa.
"Gak peduli kamu masuk siang atau malem juga, ngurus suami itu kewajiban kamu. Kalo kamu gak mau ngurusin dia ngapain kalian nikah ?" tanya tante linda dengan tatapan tajam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!