Kerusakan layar laptopnya membuat Jian tiba-tiba dideportasi kedunia novel yang baru saja ia baca .
Ia hanya sekedar iseng membaca beberapa novel populer disosial media, untuk mencari referensi novel yang akan ia selesaikan ,namun siapa sangka ia bisa kesedot masuk dalam salah satu alur cerita novel kolosal yang belum ia selesaikan sampai akhir cerita.
"SELIR "
Baru membaca judulnya saja ia sudah duduk dipinggiran ranjang mengenakan gaun merah ,serta asesoris lengkap dikepala .
Sepertinya pemeran utama wanita dalam cerita ini baru saja menyelesaikan upacara pernikahannya.
Jantung Jian berdegup cepat,saat ia melihat sepasang kaki melangkah mendekati dirinya.
Jian hanya bisa melirik sebentar dari tudung tipis yang menutupi wajahnya, untuk melihat siapa yang datang.
Namun mata Jian teralihkan oleh suasana ruangan yang begitu asing dimatanya.
"Apa ini? Apa aku sedang berada di dunia lain? Apa aku sedang bermimpi?" Jian meremas remas gaun pernikahannya.
Perasaan gelisah,bingung dan cemas menjadi satu dalam fikirannya.
Tudung merah yang tipis menutupi wajah indah Jian kini sudah dibuka oleh Raja Xiang Rong.
Raja Xiang Rong adalah Karakter utama yang ada didalam cerita tersebut.
Mata Jian tak hentinya melihat setiap inci sudut wajah sang Raja .
Dengan hidung tinggi,alis tebal,bibir ranum yang indah,serta aroma tubuh rempah yang membuat Jian mabuk sejenak.
Dia ...dia benar-benar sosok Pria yang indah tak pernah Jian lihat sebelumnya.
"Apa aku sudah mati? Apakah orang ini malaikat maut ? " Jian berkata di dalam hati hingga tanpa sadar ia sedang menatap Raja Xiang Rong dengan sangat dalam.
"Kenapa kau memperhatikan aku seperti itu? Apa kau puas? Sekarang apa lagi yang ingin kau lakukan padaku hah?"
Raja Xiang Rong memegang erat pundak Jian.
Jian meringis merasakan sakit dari cengkraman kuat sang Raja.
"Bisaa...Tolong lepaskan... Kau menyakiti ku"
Jian berusaha untuk melepaskan pegangan erat yang dilakukan oleh Raja Xiang Rong.
Namun Raja Xiang Rong tetap saja tidak peduli,wajahnya memerah karna menahan amarah.
"Kau..kau ...aku benar-benar sangat membenci mu"
Raja Xiang Rong sangat kesal ia lalu pergi setelah menghempas kasar tubuh Jian ditengah ranjang.
Entah kenapa menyikapi perlakuan Raja Xiang Rong seperti itu, seolah-olah ratusan anak panah datang menghantam tubuh Jian dalam sekali serangan.
Air mata Jian lolos begitu saja membasahi pipi Jian.
Sebenarnya Jian juga tidak tahu kenapa ia tiba-tiba saja menangis,apakah ia sedih atas perlakuan Raja Xiang Rong atau ia merasakan dirinya bukan berada di tempatnya berasal.
Kepala Jian terasa pusing dadanya sesak tak tertahan kan, tubuhnya seperti ingin meledak dan terbakar.
"Nona...!" Seorang wanita muda datang dengan terburu-buru membawa nampan berisi seteko air berserta manisan .
Wanita muda itu segera meletakkan bawaannya kepinggiran ranjang ,lalu membantu Jian duduk,ia segera mengelus tubuh Jian dengan lembut.
"Nona apa kau baik baik saja?"
Jian menatap wanita itu binggung,apakah Jian adalah Majikan dari wanita muda ini.
Apa alur cerita ini Jian seorang Putri kerajaan ? Jian masih tidak bisa mengingat apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Jian hanya berharap bahwa ini hanya mimpi saja.
"Nona? Kau memanggilku Nona? "
Jian menyentuh dadanya yang masih sakit.
"Nona ini aku Lin Li aku sudah 10 tahun melayani mu di kediaman,sekarang Nona baru saja melakukan upacara pernikahan bersama Pangeran Xiang Rong Putra kedua dari Raja Hwang Dong"
"Nama mu Lin Li? Aku menjadi istrinya Raja? Aku menjadi Permaisuri maksud mu?"
"Lebih tepatnya Selir Nona" Ucap Lin Li pelan ia takut Nona nya marah karna ucapannya.
"Selir? Aku menjadi selirnya?"
Lin Li hanya membalas dengan anggukan
Jian memijit pelipisnya pelan,ia sangat bingung atas apa yang terjadi sekarang.
Dadanya semakin sakit tak tertahan dan ia masih tidak tau apa penyebabnya.
Rasa sakit didadanya itu sebenarnya sudah membuktikan bahwa ia tidak sedang bermimpi sama sekali,tapi ia masih tetap saja menegaskan bahwa ini hanya bunga tidur semata.
"Lin Li apa kau bisa menceritakan aku lebih jelas ,bagaimana aku bisa menjadi selir ...dan .."
"Selir bagaimana ceritanya aku bisa menikah dengan orang yang sudah beristri?"
Jian beranjak dari ranjang,lalu mondar mandir tidak jelas sambil mengigit kukunya.
"No...Nona apa yang sedang terjadi padamu? Apa Pangeran Xiang Rong barusaja mencelakai kepala mu?" Lin Li memeriksa perlahan area kepala Jian,sekiranya apa ada cedera serius ,yang menyebabkan Tuannya pikun.
"Entahlah Lin Li sepertinya aku sedang melakukan kesalahan,sehingga aku dikirim kesini"
"Kau memang sedang melakukan kesalahan Nona " Lin Lu mengenggam kedua tangan Jian,mencoba menenangkannya.
"Aku sudah menduganya...sejak aku melihat langkah seorang pria ,mendekati ku dengan wajah yang merah padam ,aku yakin ia sedang membenci ku"
"Raja Xiang Rong benar-benar membencimu Nona,karna ulah Nona, Raja Xiang Rong terpaksa menikah dengan Nona"
"Apa yang kulakukan pada Xiang Rong
"Nona menjebak Raja Xiang Rong dengan obat peranggsang dan Nona membuat seolah olah sedang dilecehkan "
"Sebenarnya Nona itu sama sekali tidak menyukai Raja Xiang Rong tapi entah kenapa Nona membuat rencana seperti itu dan berhasil menikah "
"Aku tidak mencintainya? Atas dasar apa aku rela menikah?"
"Entahlah Nona aku sendiri juga tidak menduga Nona bisa berbuat seperti ini"
Dikediaman Adipati Dong Yi Ayahnya Jian Yi,Jian sibuk membuka satu demi satu lemari yang ada dikamar tempat Jian sebelum pindah ke dikediaman Raja Xiang Rong.
Jian pagi sekali pergi secara diam diam bersama Lin Li dayang pribadinya untuk pulang ke rumah mencari petunjuk atas apa yang terjadi pada dirinya.
Jian membaca satu demi satu lembaran kertas yang ada di dalam laci milik karakter Jian Yi,namun satu petunjuk pun tidak ia dapatkan untuk bisa kembali ke dunia nyata.
Jian hanya mengetahui bahwa ia adalah Putri pertama dari seorang pejabat istana kaisar yaitu adipati Dong Yi yang berjasa menaklukkan tiga negara bagian selatan,utara dan timur.
Karna keputusasaannya Jian Yi yang mengalami sakit Jantung, ia menjebak Raja Xiang Rong agar bisa menikahinya,walaupun ia tahu bahwa Raja Xiang Rong sudah memiliki seorang permaisuri yang sangat ia cintai dan ia tidak akan pernah mau menikah lagi .
Dengan mendapatkan sebagian jantung milik Raja Xiang Rong ,penyakit jantung Jian akan segera sembuh.
Ji An Yi mendapatkan informasi dari tabib ,bahwa Raja Xiang Rong memiliki jantung teratai yang sangat ampuh untuk mengobati penyakitnya,dengan satu syarat ia harus membuat pemilik jantung itu mencintainya dengan tulus.
Dari bagian bagian kertas itulah Ji An mendapatkan informasi ,bahwa karakter Ji An Yi saat ini hanya ingin penyakitnya sembuh.
Entah kenapa tiba-tiba ada samar samar suara wanita yang sedang berbicara kepada Ji An.
"Tolong bantu aku...aku hanya ingin hidup" Suara itu mengema seisi ruang kamar Ji An.
Jian kesana kemari melihat lihat sekitar untuk mencari dari mana asal suara itu.
Namun Jian sama sekali tidak bisa melihatnya.
Hanya terdengar suaranya saja.
"Nona apa Nona baik baik saja?" Lin Li menghampiri Tuannya yang sedang duduk berlutut dilantai seperti orang ketakutan.
"Apa kau mendengar ada seseorang yang sedang minta tolong?"
"Aku sama sekali tidak mendengarnya Nona"
Ji An sekali lagi melirik sekeliling ruangan ,lalu beralih kepintu,lemari bahkan ke Lin Li yang berlutut tepat disampingnya ,memastikan bahwa tidak ada orang lain dikamar itu.
Tangannya gemetar ia mencoba menarik nafas dalam dalam untuk memenangkan dirinya,ia sadar bahwa suara ini mungkin ada hubungannya tubuh yang ia huni saat ini.
Mungkin jalan satu satunya Ji An kembali ke dunia nyata,harus menyembuhkan penyakit jantung pemilik Ji An Yi dahulu.
Hari ini Ji An mendadak disuruh untuk menghadap Kaisar bersama Raja Xiang Rong dikediamannya.
"Ji An Yi sekarang aku sudah menikahkan kau dengan anak ku Xiang Rong,aku harap kau bisa memaafkan kesalahan atas perbuatan Xiang Rong yang tercela itu "
"Ayah... aku sudah bilang berkali-kali itu semua perbuatan wanita licik ini,dia menjebak ku Ayah,sampai sekarang aku tak sudi dia menjadi selir ku"
"Xiang Rong tolong jaga sikapmu! Kau adalah seorang raja,tunjukkan sikap seorang raja mu itu,aku juga sudah bisa menebak sikap ceroboh yang kau lakukan ,apa karna Yang Xi permaisuri mu itu yang tidak bisa memiliki keturunan ,kau jadi kehilangan kontrol?"
"Ayah kenapa kau selalu menghina dan membenci permaisuri ku?"
"Ji An Yi aku harap dengan bertemunya kau dengan Xiang Rong bisa memberikan banyak penerus dikediaman ini"
Saat Ji An berbicara kepada Kaisar ia mendengar kembali suara misterius itu.
Suara itu kali ini berbisik lebih jelas ,menyebutkan suara " Kunci itu ada di hatinya "
Ekspresi wajahnya seketika berubah. Dari sikap yang tenang, matanya membesar, alisnya sedikit berkerut, dan kepalanya bergerak sedikit untuk mencari asal suara itu.
Ji An mencoba menjaga wibawanya di depan Kaisar dan Xiang Rong, tetapi tubuhnya terasa tegang. Ia berusaha menahan napas untuk meredam ketakutannya..
Suara itu terdengar sekali lagi
“Kunci itu... ada di hatinya...”
Ji An merasakan dingin menjalar di punggungnya. Tangannya, yang semula bersandar di pangkuan, mulai menggenggam kain bajunya erat, berusaha menyembunyikan kegelisahan.
Kaisar yang memperhatikan gelagat Ji An merasa ada sesuatu yang aneh. Ia menatap Ji An dengan kening berkerut.
“Ji An Yi, ada apa denganmu? Kau terlihat seperti kehilangan fokus.”
Ji An buru-buru menunduk untuk menyembunyikan ekspresinya. Dengan suara yang sedikit gemetar, ia menjawab
“Ampun, Baginda. Hamba hanya merasa sedikit lelah.”
Di sisi lain, Xiang Rong melirik Ji An dengan tatapan mencurigakan.
"Rencana busuk apa lagi yang akan dilakukan wanita licik ini?Kenapa ia terlihat ketakutan"
Ji An merasa sulit untuk fokus pada percakapan karena suara itu terus terngiang di telinganya, seolah memaksanya untuk memperhatikan pesan itu
Ji An menggigit bibir bawahnya pelan, mencoba menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi yang terlalu mencolok. Tangan kirinya menyentuh dadanya perlahan, merasakan degup jantungnya yang semakin cepat.
Dalam pikirannya, Ji An bertanya-tanya apakah suara itu datang dari Ji An Yi yang asli, atau dari sesuatu yang lebih besar yang berkaitan dengan takdir tubuh ini
Ketika Kaisar melanjutkan pembicaraan, suara itu terdengar lagi, kali ini lebih mendesak.
“Hati Raja... itulah jalannya.”
Ji An merasa napasnya hampir terhenti. Ia mencuri pandang ke arah Xiang Rong tanpa sadar, seolah mencoba memahami pesan tersebut. Reaksinya membuat Kaisar merasa ada sesuatu yang aneh.
“Ji An Yi, kau terus melihat ke arah Xiang Rong. Ada sesuatu yang ingin kau katakan?”
Ji An buru-buru menggeleng. Dengan nada gugup, ia berkata:
“Tidak, Baginda. Hamba hanya ingin memastikan hamba memahami perintah Anda dengan baik.”
Kaisar tertawa mendengar perkataan Ji An barusan,seolah-olah itu adalah perintah yang wajib Ji An lakukan .
"Baiklah Ji An Yi,setelah ini kau beristirahat lah,nanti aku akan menyuruh Xiang Rong untuk membawa mu berkeliling dan berjalan jalan ,aku harap kalian bisa lebih dekat setelah ini "
Setelah audiensi dengan Kaisar selesai, Ji An merasa lega bisa keluar dari ruangan itu. Namun, pikirannya masih dihantui oleh pesan suara tersebut.
Saat berjalan bersama Lin Li, ia bergumam pelan.
“Hati Raja... Apa yang dimaksud suara itu? Apa ini ada hubungannya dengan jantung teratai milik Xiang Rong?”
Lin Li, yang melihat Tuannya tampak pucat dan linglung, bertanya dengan nada cemas:
“Nona, apa Anda baik-baik saja? Anda terlihat seperti mendengar sesuatu lagi.”
“Aku mendengarnya lagi, Lin Li... Suara itu semakin jelas. Aku harus menemukan apa maksudnya, atau aku tidak akan pernah bisa keluar dari sini.”
Ji An duduk dipinggiran ranjang tidurnya,memikirkan cara agar ia bisa mendekati Raja Xiang Rong,suara misterius itu benar-benar menekan dirinya.
Lin Li masuk dengan tergesa-gesa, suaranya terdengar cemas
"Nona ...Raja Xiang Rong datang menemui Nona"
Ji An terkejut mendengar kabar itu, tetapi ia tidak punya waktu untuk mempersiapkan diri. Raja Xiang Rong melangkah masuk, auranya yang kuat memenuhi ruangan, membuat Ji An merasa semakin kecil di hadapannya
"Ji An Yi, cepatlah. Selesaikan sandiwara ini," ujar Raja Xiang Rong dingin, matanya menatap tajam ke arah Ji An. "Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?"
Ji An terdiam bingung ,harus menjawab apa.
Tatapan tajamnya membuat Ji An kehilangan kata-kata sejenak. Ia meremas ujung gaunnya, berusaha menenangkan diri.
Ia harus mencari cara untuk mendekati pria ini demi tujuannya
"Yang mulia hamba minta maaf atas apa yang terjadi, semua itu memang kesalahan hamba,jadi mulai hari ini hamba memohon maaf dengan setulus hati ,lebih baik kita jalani hidup masing-masing hamba menjalani hidup hamba disini dengan baik, lalu yang mulai juga"
Raja Xiang Rong mendengus sinis, lalu melipat tangannya di depan dada.
“Kau bicara seolah-olah aku akan percaya pada niat baikmu. Kau adalah wanita yang licik, Ji An Yi. Aku tidak akan tertipu olehmu lagi.”
Ji An menggigit bibirnya, menahan rasa sakit akibat tuduhan Raja Xiang Rong yang tajam. Namun, ia tahu ini bukan saatnya untuk menunjukkan kelemahan. Ia mengangkat kepalanya, menatap Raja Xiang Rong dengan pandangan yang lebih tegas.
“Yang Mulia,” Ji An akhirnya berbicara, suaranya bergetar ringan, tetapi ada ketegasan di dalamnya. “Hamba memang telah membuat kesalahan di masa lalu, dan hamba tidak meminta Yang Mulia untuk memaafkannya. Tapi hamba ingin memperbaiki segalanya. Jika Yang Mulia tidak percaya pada niat hamba, beri hamba kesempatan untuk membuktikannya.”
Raja Xiang Rong menyipitkan mata, ekspresinya tetap keras, tetapi ada sedikit ketertarikan dalam tatapannya. “Kesempatan?” Ia mendekat, langkahnya penuh tekanan. “Kau pikir aku akan membuang waktuku untuk permainanmu, Ji An Yi?”
Ji An menahan napas saat Raja Xiang Rong berdiri hanya beberapa langkah darinya, auranya semakin mendominasi. Tapi ia tetap teguh, bahkan ketika tubuhnya gemetar sedikit.
“Hamba hanya meminta waktu, Yang Mulia,” ucap Ji An pelan. “Jika dalam waktu itu hamba gagal membuktikan niat hamba, Yang Mulia berhak menghukum hamba dengan cara apa pun yang dianggap pantas.”
Raja Xiang Rong tertawa dingin, tetapi ada nada penasaran di balik tawa itu. “Baiklah, Ji An Yi,” katanya, suaranya menjadi lebih rendah tetapi tetap mengancam. “Aku akan memberimu waktu. Tapi ingat, jika ini hanya tipu muslihat lain, kau tidak akan punya tempat untuk bersembunyi di mana pun di kerajaan ini.”
Ji An mengangguk, hatinya bercampur antara lega dan takut. Ia tahu ia telah memasuki permainan yang berbahaya, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuannya. Dengan kepala yang menunduk, ia hanya bisa berharap bahwa pilihannya tidak akan menjadi akhir dari segalanya.
Ji An menundukkan kepalanya dalam-dalam, menyembunyikan perasaan yang bercampur aduk di balik wajahnya yang datar. Ia tahu dirinya sedang berada di tepi jurang; satu langkah yang salah bisa membuatnya hancur.
"Terima kasih, Yang Mulia," katanya dengan suara rendah, berusaha terdengar tulus. "Hamba tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."
Raja Xiang Rong mendengus pelan, matanya masih menatap tajam ke arah Ji An, seolah mencoba menembus topeng ketenangannya. "Kita lihat saja, Ji An Yi. Kau pernah menjadi racun di hidupku, dan aku tidak akan membiarkanmu melakukannya lagi."
Ia berbalik, jubah panjangnya melambai anggun saat ia melangkah menuju pintu. Namun, sebelum keluar, ia berhenti sejenak, suaranya terdengar tanpa berbalik. "Mulai besok, kau akan tinggal di Paviliun Utara. Jangan berpikir ini adalah hadiah. Aku hanya ingin memastikan kau ada di bawah pengawasanku."
Ji An tertegun. Paviliun Utara adalah tempat yang sunyi, jauh dari istana utama, tapi ia tahu itu juga dekat dengan kediaman pribadi Raja Xiang Rong. Jantungnya berdebar kencang, ia tidak tahu apakah ini adalah peluang atau ancaman.
"Sesuai perintah Yang Mulia," jawab Ji An, menahan emosi yang berkecamuk di hatinya.
Raja Xiang Rong tidak memberikan jawaban lagi. Ia melangkah pergi, meninggalkan Ji An dengan ribuan pikiran yang berserakan di benaknya.
Ketika pintu tertutup, Lin Li yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan mendekat dengan ekspresi khawatir. "Nona, apa yang sebenarnya terjadi? Apa maksud Raja Xiang Rong?"
Ji An menghela napas panjang dan berdiri, mencoba menguatkan dirinya. "Aku tidak tahu, Lin Li. Tapi aku harus siap menghadapi apa pun. Ini mungkin satu-satunya jalan untuk mencapai tujuanku."
Lin Li mengangguk pelan, meski jelas raut wajahnya tidak sepenuhnya tenang. "Kalau begitu, hamba akan membantu Nona mempersiapkan segalanya untuk pindah ke Paviliun Utara."
Ji An memandang ke arah jendela, menatap bulan yang menggantung di langit malam. Ini belum selesai, pikirnya. "Terima kasih, Lin Li. Kita mulai dari sini."
Keesokan harinya, Paviliun Utara terasa dingin dan sunyi. Ji An berdiri di tengah ruangan baru itu, memandangi perabotan yang tertata rapi tetapi terasa asing baginya. Tempat ini lebih seperti penjara dibandingkan kediaman. Meski demikian, ia tahu tidak ada waktu untuk mengeluh.
Lin Li datang membawa sebuah baki berisi teh hangat. “Nona, haruskah kita mulai menata barang-barang? Tempat ini memang sunyi, tetapi hamba yakin Nona bisa terbiasa.”
Ji An mengangguk sambil tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Lin Li. Kita mulai saja. Aku ingin tempat ini terasa lebih seperti rumah."
Namun, baru saja mereka hendak memulai, pintu terbuka tanpa aba-aba. Seorang pelayan istana masuk dengan angkuh, membungkuk hanya sekedarnya sebelum berbicara. "Nona Ji An, Yang Mulia Raja memanggil Anda dikediamannya. Segera."
Ji An menahan napas. Kediaman Raja? Mengapa dia memanggilku begitu cepat? pikirnya. Meski bingung, ia tidak menunjukkan keraguan. Ia hanya melirik Lin Li dan mengangguk sebelum mengikuti pelayan itu keluar.
---
Saat tiba dikediaman Raja Xiang Rong, suasana tegang langsung menyelimuti Ji An. Raja Xiang Rong duduk di atas singgasananya, mengenakan pakaian kebesaran yang menambah wibawanya.
Raja Xiang Rong menatapnya dengan dingin saat Ji An memasuki ruangan. "Ji An Yi, kau ingin membuktikan dirimu, bukan? Maka kau akan memulai tugasmu hari ini."
Ji An menundukkan kepalanya, menutupi kegelisahan yang merayap di hatinya. "Perintah apa pun dari Yang Mulia, hamba akan melaksanakannya."
"Permaisuri tidak bisa tidur selama berminggu-minggu. Beberapa pelayan mengatakan ini karena kehadiranmu yang membawa energi buruk di istana. Aku ingin kau menyelidiki ini. Cari tahu apakah benar kau penyebabnya, atau ada alasan lain. Jika kau gagal, maka ini akan menjadi alasan yang cukup bagiku untuk mengusirmu dari istana."
Ji An menundukkan kepalanya, menyembunyikan kegelisahannya. “Hamba menerima perintah ini, Yang Mulia.”
__
Ji An memulai tugasnya dengan mengunjungi para pelayan di sekitar Paviliun Permaisuri untuk menggali informasi.
Banyak dari mereka yang enggan berbicara, tetapi satu pelayan tua, Nyonya Hua, akhirnya membuka mulut.
"Permaisuri mulai mengalami mimpi buruk sejak dua minggu lalu," kata Nyonya Hua dengan suara pelan. "Setiap malam, ia terbangun dengan keringat dingin, mengatakan bahwa ia mendengar bisikan aneh di kamarnya."
Ji An merasa ada sesuatu yang janggal. Bisikan? Apakah ini benar-benar sesuatu yang alami, atau ada permainan kotor di baliknya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!