“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia kekamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice
Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perumpuan dihidupnya selain mediang ibunya. Setiap wanita yang mendekat hanya akan dianggap angin lalu, dia hanya mengenal bekerja dan bekerja, wajah tampannya tidak pernah menunjukkan senyum ramah yang diidam-idamkan seorang wanita.
“Kakek aku tidak akan menikah” – Ale dengan tegas menentang permintaan kakek
“Ale, suatu saat kakek akan meninggal, siapa yang akan menjaga kamu” – Axel Caprice terbata-bata di ranjang rumah sakit
“Kakek tidak perlu memikirkan itu, kakek sehat dulu” – Ale menarik selimut kakeknya
Sikap perhatian Ale akan muncul hanya berhadapan dengan kakek tersayangnya, kakek yang membesarkannya saat kedua orang tuanya mati terbunuh dengan luka tembakan tepat didadanya.
Bisnis gelap yang keluarga Ale lakukan membuatnya kehilangan satu persatu orang yang dia cintai mulai dari sang nenek hingga nyawa kedua orang tuanya.
Bisnis gelap seorang mafia yang sudah mendarah daging membuat Ale tumbuh menjadi seorang pria yang dominan, aura tegasnya membuat orang yang menatap matanya bergidik ngeri. Klan mafia yang dipimpin oleh Ale sudah tersebar diseluruh dunia, semakin luasnya klan ini membuat musuh yang mengincar nyawa Ale menjadi bertambah.
Dia pria kejam dan dingin belum ada seorang wanita pun yang bisa masuk kedalam hati bekunya, banyak rumor yang menuduh Ale sebagai seorang penyuka sesama jenis tapi tidak ada bukti kongkret yang menjelaskan rumor itu. Dia bukan tidak suka wanita tapi dia takut suatu saat wanita yang dia cintai akan meninggal dia sama seperti kedua orang tuanya.
Ale bukan hanya menekuni bisnis hitam tapi dia penguasa di bisnis putih, didunia luar dia terkenal dengan kerajaan bisnisnya yang berada dimana-mana dalam semua bidang. Dia memiliki rumah sakit, bisnis properti, bisnis pertambangan, kasino dan masih banyak lagi. Semua orang tau siapa Alessandro Caprice dimasuk dijajaran pria muda terkaya di Eropa saat ini.
Setelah memastikan kakeknya tertidur dia keluar dari ruang VVIP rumah sakit miliknya.
“Sam, cari profil wanita difoto ini dengan lengkap” – Ale mengerahkan foto dari kakenya ke Sam.
“baik tuan” – Sam, meninggalkan Ale di depan ruangan kakeknya dengan 2 bodyguard yang biasa mendampingi dimanapun Ale berada.
Samuel adalah personal asisten Ale, dia condong bekerja dibisnis putih Ale semua kerjaan yang berhubungan dengan bisnis putihnya akan melalui Samuel terlebih dahulu.
Ale berjalan keluar menuju balkon, mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
“Maaf tuan mengganggu waktunya, Tuan Robert membuat ulah tuan beberapa pasar senjata kita disabotase, beberapa senjata kita diklain menjadi miliknya dan jual dengan harga 5x lebih mahal” – penjelasan Pete
“Kirim semua laporannya, urus semua kelakuan Robert acak-acak pasarnya, beri dia peringatan” – perintah Ale dengan santai tapi tetap menakutkan
Peter atau Pete adalah asisten Ale dibisnis hitam, Pete memiliki fisik yang menakutkan tapi memiliki kemampuan bisnis dan menaklukan orang lain dengan murah, oleh karena itu setiap permasalahan yang berhubungan dengan dunia mafia Ale selalu mempercayakan Pete.
Bisnis mafia Ale menjual semua yang dibutuhkan oleh kliennya tapi dia tidak memperdagangkan wanita dan organ manusia. Dia sangat kejam di bisnis mafia dia tidak kenal dengan istilah pengkhianatan. Setiap orang mengkhianatinya akan berakhir mengenaskan.
“Tuan ini profil dari wanita yang berada di foto tersebut” – Samuel menyehkan map yang berisi informasi pribadi Olivia dan beberapa foto kegiatan yang dilakukan beberapa minggu yang lali
Ale menerima dan membukanya
“Istirahatlah dikamar kakek” – perhatian Ale kepada Sam yang telah bekerja keras untuk dirinya
“baik, terima kasih tuan” – Sam menunduk sekilah dan mengundurkan diri masuk kedalam kamar kakek
Ale membaca berkas yang dia pegang saat ini memperhatikan foto-foto yang diambil dan didapatkan dari beberapa media social dan foto amatir dari fotografer jalanan
Wanita cantik dengan rambut coklat bergelombang Panjang, mata yang berbinar penuh ekpresi, memakai apron dengan label nama toko bunga yang berada di ujung jalan kota tersebut.
Olivia Gumolily adalah seorang wanita cantik memiliki toko bunga yang bernama Toko Bunga Gumolily. Dia adalah anak yatim piatu, orang tuanya meninggal saat mengendarai mobil menuju rumahnya, penyebab kematiannya masih janggal. Dia tinggal diapartemen murah yang terletak 2km dari tokonya, dia mengendarai sepeda saat berangkat menuju toko bunganya.
Tidak ada yang mencurigakan menurut Ale dari profil Olivia yang yang dibaca saat ini, data pribadinya menjelaskan bahwa perempuan tersebut sedang sendiri tidak ada pasangan atau suami dikehidupannya.
“Lily” – gumam Ale yang sudah memiliki nama panggilan sendiri untuk Olivia
Disisi lain Olivia sedang berusaha menutup toko bunganya yang dibantu oleh satu pekerjanya yang bernama Anna.
“Oliv, gpp kan kalau kamu pulang sendirian ?” – Anna yang merasa bersalah
“tidak apa tenanglah, apartemenku hanya berjarak 2 km dari sini” – Olivia dengan wajah yang menenangkan
“Tapi ini sudah terlalu malam” – Anna dengan khawatir
“Gpp kok, aku sudah biasa untuk pulang sendiri, sudahlah pulanglah hari semakin malam” – Olivia menenangkan
“Aku akan pulang kamu hati-hati ya” – Anna tersenyum dengan melambaikan tangannya kearah Olivia
Mereka berjalan kearah yang berlawanan, Olivia mengendarai sepedanya menuju ke apartemennya setelah beberapa menit dia mengayuh sepedanya akhirnya dia sampai ke apartemennya. Membuka kunci dan meletakkan semua barang yang melekat di tubuhnya.
Olivia membersihkan seluruh tubuhnya dan mendaratkan tubuhnya kekasur kesayangannya.
“Hari ini sungguh melelahkan tapi menyenangkan, toko bunga hari ini sangat ramai” – gumamnya dengan tersenyum
“Pa, Ma aku merindukanmu… heeem aku merindukannya lagi huff” pasrahnya
“Ayo tidur besok kita harus bangun pagi, aku akan masak makanan yang cukup banyak dan seperti biasa aku akan menemui Willy dan teman-temannya” – Olivia yang sedang menyemangati dirinya sendiri.
Willy adalah anak jalanan yang tinggal di tempat yang sedikit kumuh diujung perkotaan dikota ini. Willy berusia 14 tahun dia sangat dengan dengan Olivia, menganggap Olivia sebagai kakak dan penolongnya saat ini. Kalau tidak ada Olivia mungkin dia benar-benar bukan manusia lagi.
Beberapa menit melamun memikirkan rencana untuk besok akhirnya Olivia tertidur dengan guling dipelukannya dan selimut yang memeluknya. Rambut coklat bergelombang cantik dibiarkan terlepas dari ikatannya dan menyentuh bantal seakan ikut tertidur dengan pemilikny.
Olivia adalah gadis cantik sejuta pesona tidak ada yang tau kalau Olivia memiliki kemampuan bela diri yang hebat, memiliki kemampuan bermain music dan menari. Orang lain hanya tau Olivia yang memiliki kemampuan memasak dan membuat kue, dia terkenal sosok yang lemah, lembut, anggun dan cerdas.
Hari berganti, Ale masih setia diruangan kakeknya rawat. Hari ini kakeknya akan pulang menjalani pengobatan jalan dengan beberapa dokter khusus dan perawat yang akan ikut ke kediamannya. Ale dan kakeknya tidak di tempat yang terpisah rumah kakeknya lebih kecil dan nyaman dengan beberapa taman mengelilinginya sedangkan Ale dirumah yang sangat mewah dengan pagar yang menjulang tinggi dengan keamaan yang super duper ketat.
Ale keluar dari ruangan kakeknya menuju lobby rumah sakit, dia harus kekantor saat ini mengurus semua dokumen bisnis yang ditinggalkan kamaren.
Posisi Ale saat ini di kursi penumpang dengan Ipad di tangannya, sedangkan Sam berada disamping supir.
“Sam kirim pengawal untuk memantau pergerakan lily dari kejauhan, kirim semua informasi setiap 3 jam sekali” – perintah Ale
“Maaf tuan maksud anda nona Olivia ?” – Sam meyakinkan
“Iya” – Ale singkat padat dan jelas
Sam mengotak-atik ponsel miliknya mengkoordinasikan semua permintaan tuannya ke Pete yang berurusan dengan keamanan.
“Tuan ada permintaan Kerjasama dari perusahaan Asia tepatnya di Singapura untuk pembangunan Mall, berkasnya akan saya kirimkan kepada anda tuan” – Sam yang mengotak atik Ipadnya
“Pelajari semuanya Sam” – Ale memperlajari beberapa detail dalam berkas tersebut
“baik tuan” – Sam dengan sopan
Beberapa menit dalam perjalanan Ale akhirnya sampai di depan lobby perusahaannya. Dia keluar dan menuju ke list yang menghubungkan lantai dasar langsung ke lantai ruangannya. Beberapa karyawati terpesona dengan aura yang dimilikinya tapi Ale tidak mengubrisnya sama sekali.
Sesampainya diruangannya, Sam menuju ke bilik yang diletakkan disebrang ruangan Ale untuk memudahkan dia berinteraksi dengan Ale.
“Sam, keruanganku” – Ale menghubungi Sam melalui intercom
“Iya tuan” – Sam mengetuk dan membuka ruangan Ale
“Data berkas ini tidak lengkap, periksa sekali lagi. Hubungi departemennya, kalau ada yang mencurigakan suruh mereka menemui saya” – Ale dengan tegas memerintahkan Sam
“baik tuan” – Sam keluar dengan membawa beberapa berkas
Sam memerikan berkas yang dia bawa, memang benar ada yang mencurigakan dengan beberapa laporan. Laporan keuangan yang tidak sinkron. Sam langsung menghubungi department keuangan untuk meluruskan laporan tersebut.
Disisi ruangan lain Ale memeriksa beberapa berkas dan mempelajari dokumen Kerjasama yang dikirimkan oleh Sam tadi pagi. Ponsel Ale berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, pesan itu adalah dari pengawal pribadi yang mengawasi Olivia
“Tuan, nona Olivia keluar dari apartemennya sangat pagi dia membawa tas besar yang berisi beberapa nasi menuju kehunian kumuh di ujung kota. Saya meihat nona Olivia sedang bercanda gurau dengan beberapa orang disana. Saya mengirimkan beberapa foto kegiatan nona. Setelah dari tempat ini nona langsung menuju ke toko bunganya tuan.” – Roy
“tetap awasi dari jauh” – balasan dari Ale
“baik tuan” – Roy
Ale masih melihat foto Olivia yang diambil secara diam-diam. “kenapa dia ditempat seperti ini?” – gumamnya
Tok-tok-tok ketukan pintu ruangnnya mengagetkannya
“masuk” – Ale dengan suara menggelegar
“Tuan mau di pesankan apa untuk makan siang?” – Sam
“Apa saja” – Ale yang tidak mau repot untuk memikirkan makanan apa yang dia makan
“Baik tuan, ini berkas yang anda kirimkan kesaya tadi sudah saya telaah, ada beberapa penyelewengan dari kepala departemen keuangan tuan” – Sam dengan penjelasannya
“Panggil dia setelah jam makan siang selesai” – perintah Ale
“baik tuan” – Sam keluar dan memesankan makanan untuk bosnya
Jam istiharat tiba, Ale makan dikantornya dengan menu makanan yang telah dipesankan oleh Sam. Dia makan dengan beberapa berkas yang ada Ipadnya, dalam segala hal apapun dia masih mementingkan pekerjaanya
Jam istirahat telah usai, Ale berjalan menuju ruang rapat di lantai dibawahnya, didampingi sam disamping kirinya. Ale masuk ke ruangan tersebut dengan aura yang menyeramkan dia marah bukan karna uang yang tak seberapa tapi karna pengkhianatan sekecil apapun itu.
“jelaskan” – perintahnya ke kepala department keuangan
“Maaf pak saya saya mengaku salah, memakai uang kantor dalam jumlah besar” - kepala department keuangan dengan wajah penyesalan
Ale tersenyum sinis melihat wajah penyesalan itu
“serahkan surat pengunduran dirimu keruangan HRD besok pagi” – Ale meninggalkan ruang rapat menuju ruangannya
“Pak Sam tolong..... saya tidak mau keluar dari perusahaan ini pak” – Kepala departemen memohon
“Itu hukuman anda Pak, Pak Ale masih berbaik hati tidak memecat anda, kalau ada dipecat bukankah citra anda yang jelek” – Sam meninggalkan orang tersebut.
Mereka kembali bekerja ke tempat masing-masing
“Sam, mulai sekarang pesankan bunga Lavender dari toko milik Lily setiap harinya” – perintah Ale
“Baik pak” – Sam sekarang paham Lily yang dimaksud adalah Olivia
jam sudah menunjukkan pukul 16.00 Ale berencana untuk pulang kerumahnya hari ini. Supir dan beberapa pengawal sudah siap di depan lobby menunggu kedatangan tuannya yang turun dari ruangannya
Ale yang duduk di kursi penumpang, Sam di sebelah pengemudi dan di mobil belakangnya ada 4 bodyguard yang setia mengikuti mobil Ale
“Kita ke toko milik Lily dulu, berhenti agak jauh dari tokonya” – perintah Ale dengan nada datar
“baik tuan” – Sam. Menunjukkan alamat toko kepada supir pribadi tuannya
Setelah sampai Ale memperhatikan toko yang memiliki 3 pengunjung, dari penglihatannya dia melihat Olivia yang dengan senyum ekspresifnya menjelaskan bunga-bunga yang dia pegang, dengan cepat dan tanggap dia mengambil beberapa sulur dari masing-masing bunga yang dipesan pelanggannya, merangkai bunga tersebut menjadi bucket bunga yang cantik. Dia tersenyum ke pelanggan tersebut dan menyerahkan bunga di tangannya dari ekspresi mulutnya di juga mengucapkan “terima kasih” semua kegiatan yang dilakukan oleh Olivia tidak luput dari pandangan Ale.
“Apa kau sudah mengerjakan perintahku tadi sore” – pertanyaan yang ditujukan ke Sam
“Pemesanan bunga sudah saya lakukan tuan, setiap hari akan dikirim jam 9 pagi” – penjalasan Sam
“pesankan bunga edelweiss untuk kakek” – perintah Ale
“Baik Pak” – Sam mengotak atik ponselnya untuk mengirim pesanan tersebut ke admin toko bunga Olivia
Masih diposisi yang sama selama satu jam Ale masih mengamatai gerak gerik Olivia didalam mobil. Ada tanda-tanda Olivia akan menutup toko bunganya, dia dan karyawannya sedang memasukkan beberapa jenis bunga yang dipasang diluar toko. Toko bunga Olivia benar-benar tutup, Ale mengikuti perginya Olivia dari toko menuju keapartemennya
“Ini tempat tinggalnya?” – pertanyaan Ale
“Menurut informasi yang saya kumpulkan beberapa hari yang lali, benar ini apartemennya pak, dia tinggal di lantai 5 tepatnya di 503” – penjelasan Sam
“Apartemen sekecil ini?” – Ale dengan heran
“Iya tuan” – Sam menjawab apa adanya
“Kita pulang, bawakan informasi lengkap mengenai keluarganya, besok sudah ada di meja saya” – perintah Ale
Mobil mereka meninggalkan wilayah apartemen tempat tinggal Olivia menuju rumah miliknya. Ale masih mempertimbangkan keinginan kakeknya untuk menikahi wanita yang belum tau asal usulnya.
Mobil Ale masuk ke pekarangan rumahnya dengan beberapa bodyguard yang sudah berjaga, ada 2 bodyguard yang menjaga pintu rumah dan ada 4 bodyguard yang menjaga gerbang masuk dan sekitar pekarangan rumah.
Ale keluar mobil dan diikuti Sam disampingnya. Ale hendak naik ke kamarnya
“Sam, pulanglah laporankan seluruh pekerjaan besok pagi” – Ale tanpa melihat ke arah Sam
“baik tuan” – Sam
Ale berlalu menjauh, naik kelantai atas mencari pintu kamarnya. Sam sebelum pergi menghubungi Pete untuk memberitahukan bahwa dia akan pulang dan bergantian menjaga Ale dirumahnya. Sam dan Pete selalu bergantian posisi, mereka tidak membiarkan bossnya sendirian tanpa ada sala satu dari mereka.
Ale masuk kekamarnya melepas semua pakaiannya dan masuk kedalam jacuzzi miliknya, melepaskan penat yang ada dibadannya dan memikirkan wajah cantik seseorang “Lily” .
Setelah berendam dia memakai piyamanya berjalan ke ruang kerjanya, di pintu ruang kerjanya sudah ada Pete yang memegang Ipadnya dengan jari-jari yang lincah kesana-kemari
“Pete” – suara menyeramkan Ale
“Maaf tuan” – Pete menutup Ipad nya
Ale masuk kedalam ruang kerjanya diikuti Pete yang berada dibelakangnya
“Laporkan” – tegas Ale
“Masalah tuan Robert sudah terkendali tuan. Sampai sekarang belum ada pergerakan dari tuan Robert…. Saya mengirimkan undangan dari Ketua balapan di ujung kota mengundang anda sebagai kehormatannya tuan” – penjelasan Pete
“Awasi terus pergerakan Robert jangan lengah” – tegas Ale
Ale membuka Ipad nya menelaah tulisan yang tertera diundangan tersebut
“Siapkan beberapa keperluan kita hadiri balapan ini” – Ale berjalan keluar untuk berganti pakaian
Pete heran dengan tuannya biasanya dia tidak mau menghadiri acara remeh seperti ini.
Ale, Pete dan supir berada di mobil 1 dan 4 bodyguardnya berada di mobil 2 mereka beriringan menuju ujung kota dekat dengan lokasi rumah Olivia untuk menghadiri undangan.
“Pete awasi beberapa orang yang hadir dibalapan ini termasuk Fernandez” – perintah Ale dimobil saat perjalanan menuju tempat balapan
Suasana balapan hari ini sangat ramai banyak undangan mafia kelas kakap turut hadir menaruhkan beberapa lembar uangnya untuk pilihan pembalap andalannya. Alih-alih bertaruh Ale memberikan beberapa uang untuk membayar minuman orang-orang disana. Dia duduk di tempat yang sudah disediakan dengan tv monitor yang menunjukkan pembalap-pembalap yang sedang bersiap.
Ale ke tempat ini bukan untuk menikmati ajang balapan melainkan mengamati sifat orang-orang yang berpengaruh di bisnis hitam maupun putih.
“Tuan dari pengamatan saya Fernandez sedang melakukan transaksi narkoba dipangkalan dermaga ujung kota” – laporan Pete
“Pantau dari jauh, aku akan pulang” – Ale meninggalkan tempat balapan
Ale berjalan beriringan dengan Pete masuk mobil dan meninggalkan tempat tersebut. Dia datang kelokasi tersebut bukan tanpa sebab, dia ingin membuktikan mengenai beberapa mafia yang memanfaatkan peluang dengan menyebarkan narkoba atau narkotika di arena balapan.
Ale merupakan mafia kelas kakap tadi dia tidak pernah berurusan dengan narkoba dan sejenisnya. Perdagangan narkoba sangat gampang diendus oleh jajaran polisi, dia tidak mau sekecil kesalahn itu membuat karir disemua bisnisnya hancur.
Di perjalanan pulang Ale menerima panggilan dari sang kakek
“Halo kek” – Ale menjawab orang yang ada disebrang sana
“kamu sudah memikirkan permintaan kakek” – kakek Axel
“Aku sedang berfikir kek” – Ale seadanya
“Turuti permintaan kakek untuk kali ini nak” – kakek Axel dengan lemas
“Iya kek, aku sedang mencari tau mengenai gadis ini. Kakek jangan memikirkan apapu” – Ale
Nafas panjang terdengar keluar dari bibir Ale, dia memalingkan pandangannya ke jendela mobil, melihat pemandangan kota yang mulai sepi dari hiruk pikuk kegiatan manusia. Hingga dia menemukan pemandangan yang menarik
“Stop” – perintahnya ke supir
“Kenapa tuan? Ada yang anda perlukan ?”- Pete
Ale melihat gadis dseberang jalan sedang menaiki sepedanya dan memarkirkan di depan minimarket.
“Putar arah berhenti di minimarket itu” – Perintah Ale
“Baik tuan” – supir
Ale mengamati Olivia dari jauh, melihat gerak gerik wanita itu sedang membayar dengan beberapa bahan makanan yang dibawanya. Dia cukup kesulitan dengan barangnya tapi masih bisa diatasi. Keluar dari minimarket, meletakkan barangnya di keranjang sepedanya, dengan hati-hati dia mengayuh sepedanya kearah apartemen.
“Kau sudah dapat perintah dari Sam untuk mencari profil keluarga dari gadis itu?” – Ale yang ditujukan ke Pete
“Sudah tuan dia adalah anak dari Anatasya Cassaro dan Andrew Gumolily, mereka adalah teman semasa SMA orang tua anda tuan. Andrew adalah sahabat Papa anda, beliau juga pernah terjun ke bisnis hitam tapi berhenti semenjak anaknya Olivia berusia 5 tahun. Saat usia nona itu menginjak 14 tahun orang tuanya mengalami kecelakan, dari data yang saya temukan penyebab kematiannya hanya menabrak tiang listrik karena efek kelelahan tapi terkesan janggal.” – Penjalasan Pete
“cari tau kebenaran kematian orang tuanya, tetap awasi gerak geriknya” – perintah Ale
“baik tuan” – pete
Mereka pulang ke kediaman Ale, meninggalkan Kawasan apartemen Olivia.
************SSSSS***********
Dipagi yang cerah dengan senyum yang mereka Olivia bangun dan bersiap menuju tempat tinggal Willy, dia akan mengajar disana untuk orang-orang yang putus sekolah. Dia mengayuh sepedanya sekuat tenaga dengan senyum yang merekah menikmati semilir angin.
“Willy” – teriak Olivia
“Kak Oliv” – Willy melambaikan tangan ke Olivia
“Mereka sudah berkumpul?” – Olivia bertanya
“Sudah kak mereka berkumpul di sana” – Willy membantu mambawakan beberapa barang di tangan Olivia
“Oke ayo kesana” – Olivia mendahului Willy
“Kakak bawa sarapan lagi ?” – Willy heran
“Iya seperti biasa” – Olivia dengan senyumnya
“Mulai sekarang jangan bawa sarapan lagi kak, aku sudah memiliki pekerjaan” – Willy
“Kerja apa kamu diusia segini, fokuslah belajar” – peringatan Olivia
“Aku bekerja mencuci piring setelah pulang dari sekolah” – Willy membela diri
“jangan sampai pekerjaan itu menghambat sekolahmu Wil” – Olivia
“Tidak akan kak” – Willy meyakinkan
“haiiiiii ayo mulai belajar” – teriak Olivia menyapa beberapa anak disana
“Halo kak Oliv” – sapa Audrey
Olivia mengajar beberapa pelajaran disana, prosesi pembelajaran yang menyenangkan dengan beberapa canda gurau.
“Aku pergi bekerja dulu ya” – pamit Olivia
“Bye kak makasih waktunya” – Audrey dengan lucunya
Olivia mengendarai sepedanya menuju toko bunga miliknya, dia membuka toko bunga tersebut menata dan memajang beberapa jenis bunga diluar toko untuk dipamerkan. Dia menerima pesanan bunga yang setiap hari akan dia antar jam 9 pagi
Bunga Lavender dan Bunga Edelweis, dia mengambil beberapa batang bunga lavender menyusunnya dengan cantik membubuhkan pita dan ucapan Pengabdian, Kesucian dan Cinta – Gumolily di kartu ucapannya.
Dia mengambil bunga Edelwies merangkai dengan cantik sama halnya bunga lavender dia juga emberikan pita dan kartu ucapan yang bertuliskan Pengorbanan, Perjuangan dan Kesungguhan – Gumolily.
Bunga-bunga cantik siap di serahkan kekurir hari ini, dia menyerahkan dengan hati-hati
“tolong antarkan bunganya dialamat ini ya, berhati-hatilah” – pesan Olivia kekurir tersebut
Tepat jam 10 kurang bunga Lavender tiba di kantor Ale saat ini, karyawan dari resepsionis lantai bawah membawa bunga tersebut kelantai atas, Sam yang tau itu langsung membawa ke meja ruang kerja tuannya
‘Bunganya sudah tiba’ – pikir Ale
Ale dengan telatennya membawa bunga itu dan melihat pesan di kartu ucapannya. Dia tersenyum ‘menarik’ pikirnya, dia menyimpan kartu itu dilaci kerjanya. Membongkar bunganya dan memasukkannya kedalam vas kaca berisi air.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!