NovelToon NovelToon

Transmigrasi Kimberly & Alter Ego

Kematian yang Konyol

Kimberly atau dipanggil dengan Lily berusia 21 tahun, gadis cantik, kulit putih bersih, tangguh, agen rahasia yang paling ditakuti, mempunyai tingkat bela diri tinggi dan kecerdasan diatas rata-rata mempunyai alter ego bernama Emily.

Emily merupakan alter ego Lily, wanita yang bermata merah, sangat tangguh, dingin, tidak mempunyai hati, tingkat bela diri master, menakutkan, bertindak kejam terhadap musuhnya, kecerdasan tinggi, yang akan muncul apabila Lily dalam keadaan sangat berbahaya.

Lily sedang duduk di sofa ruang keluarga sedang menikmati camilan bola susu favoritnya dengan melihat reality show Korea kesukaannya.

Sebuah adegan lucu membuat nya terbahak-bahak tanpa henti di sepanjang reality show itu berlangsung. Tanpa disadarinya, Lily menaruh bola susu dimulutnya sambil terus menonton hingga tanpa sengaja, bola susu tersangkut di tenggorokannya.

"Ha.. Ha.. Ha........" suara nya terhenti ketika ia merasakan sesak di tenggorokannya.

Lily secara otomatis menepuk nepuk dadanya dengan panik, berharap bola susu yang tersangkut itu keluar dengan sendirinya. Namun ia tidak bisa bernafas. Keringat sudah membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Semakin lama nafas nya semakin sulit.

"Tidak.... Tidak mungkin... Aku masih belum menikah... Tidak mungkin.." serunya dengan suara yang tersendat-sendat.

Lily mulai panik, ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Tetapi rasa sesak dan sakit di dadanya membuatnya lemas. Tanpa sadar, Lily memejamkan matanya dan ia melihat kegelapan.

🎉

Lily membuka mata nya perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Lily terbangun dengan perasaan asing dan kebingungan. Ia menatap langit dengan pola-pola sederhana, terdapat monitor yang berbunyi teratur di sebelahnya. Ia juga melihat banyak kabel yang terpasang di tubuhnya. Lily menggerakkan jarinya, memastikan ia masih hidup.

"Dimana aku?" pikirnya sambil memahami sesuatu.

"Bukankah aku tadi di Apartement, bola susu tersangkut di tenggorokan? Kira-kira siapa yang membawaku kesini? Apakah ini rumah sakit? Sebentar kenapa badanku terasa sakit semua?" tanya Lily dalam hati.

Lily mencoba mengangkat jari nya, kemudian tangannya ia angkat "Hah? Kenapa tanganku tiba-tiba kecil begini dan lebih berisi?" tanya nya bingung.

Tiba-tiba sebuah memori yang bukan miliknya, masuk kedalam kepalanya, ia menahan rasa sakitnya. Potongan-potongan kenangan berputar dengan kecepatan tinggi seperti sebuah film.

Ia melihat kehidupan seorang bernama Kimberly Queeni Carta, pewaris tunggal keluarga Carta, keluarga konglomerat nomor dua di Negara nya. Kimberly merupakan gadis pendiam, penakut dan suka menyendiri. Ia tidak suka berinteraksi dengan teman sekelasnya, bukan berarti teman sekelasnya jahat. Namun, Kimberly yang menjauh dari mereka.

Kimberly gadis polos yang jatuh cinta dengan Maxime Carlos meminta sang papa untuk menjodohkan dirinya dengan Max. Max sendiri telah mempunyai kekasih yang telah ia jalani selama 2 tahun bernama Lolita.

Kimberly tidak perduli jika Max tidak bersedia, ia tetap memaksa keluarga nya. Sedangkan dari keluarga Max sangat setuju, bagaimana tidak? Ini akan menjadi tunangan politik, perusahaan keluarga Carlos akan mendapatkan keuntungan dengan mereka, jika menjalin kerjasama atas hubungan pertunangan itu.

Kehidupan romantis Kimberly penuh dengan konflik, sangat tidak menyenangkan. Kimberly selalu mencari perhatian Max, namun Max tidak pernah menghargai nya, bahkan dengan kasar memaki dan membentak nya di muka umum. Namun, Kimberly tidak perduli. Ia sepertinya Bucin Akut.

Lily diperlihatkan oleh sosok pria dingin dan tampan sebagai bayangan samar-samar yang terasa hangat, namun Kimberly tidak menyadarinya. Dia adalah Davian Isandor Dhars atau nama panggilan masa kecilnya adalah Dave. Di dalam ingatannya, Kimberly pertama kali bertemu dengannya saat usia 12 tahun, saat itu mereka berjanji akan menikah. Dave menyukai Kim kecil, ia meminta sang Papa untuk melamarnya dan menjadikannya tunangan. Dave orang yang hangat bagi Kim Kecil, namun setelah Dave pindah keluar negeri mereka tidak berhubungan lagi.

Mereka bertemu kembali setelah Dave kembali ke Negara nya, namun dengan keadaan yang berbeda. Kimberly sudah lupa dengan Dave, ia jatuh cinta dengan Max dan sudah bertunangan dengannya. Dave kembali ke Negara ini dan bersekolah di tempat yang sama dengan Kimberly. Ia selalu mengawasi dan mengamatinya dari jauh. Hatinya masih terpaut untuk Kim gadis kecil lucu yang membuat hati nya hangat.

Sejak Dave tau, Kimberly sudah bertunangan dengan orang lain, ia menjadi pria yang dingin dan tidak pernah menunjukkan emosi nya. Namun dalam diamnya, Dave diam-diam selalu ada untuk Kimberly dan selalu melindunginya dari kejauhan dan tidak terlihat oleh orang lain.

Kimberly mempunyai Papa dan Mama yang sangat menyayangi nya dan semua yang di inginkan nya selalu di penuhi. Di rumah, Kimberly menjadi gadis ceria namun orang tuanya tidak tau jika di Sekolah, Kimberly gadis pendiam dan suka di bully oleh Lolita dan geng nya.

Kimberly dalam kesehariannya selalu berpakaian seksi dan terbuka, termasuk baju seragamnya yang ketat dan terlihat kecil dengan dandanan lebih tebal tidak sesuai dengan usianya. Orang tua nya tidak melarang, namun sudah berkali-kali membujuknya agar berdandan seperti gadis biasanya makeup tipis dan baju yang sedikit tertutup karena akan terlihat lebih cantik. Namun, karena ingin menarik perhatian Max, perhatian kedua orang tuanya ia abaikan.

Satu kata untuk Kimberly dari Lily "BODOH".

Lily mengerutkan kening memikirkan potongan-potongan memori di kepalanya, dan menyatukannya. Ia bingung, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin Lily memiliki ingatan orang lain? Saat ia merenung, ingatan terakhir muncul dengan jelas.

Kimberly saat itu berada di Sekolah, ia sedang berjalan menuruni tangga. Kimberly di dorong oleh seseorang hingga berguling ke bawah. Saat ia mendongak, ia melihat Lolita kekasih Max sedang tersenyum mengejek kepadanya. Tubuh Kimberly yang jatuh dengan keras, membuat dirinya bersimbah darah di kepala nya dan berakhir kehilangan kesadarannya.

Namun detik-detik ia menutup mata, ia melihat seseorang dengan panik dan menyebut namanya berlari menghampirinya. Ia adalah Davian Isandor. Dalam ingatan Kimberly, Dave terlihat sangat panik , wajahnya pucat pasi dan ia segera menggendong Kimberly yang tidak sadarkan diri menuju mobilnya.

"Kim.. Bertahanlah Kim...Ku mohon...!" suara Davian menggema di kepalanya. Davian berlari secepat mungkin menuju parkiran, membuka pintu bagian belakang, meletakkan Kimberly dan ia mengendarai dengan kecepatan tinggi menuju ke Rumah Sakit.

"Jadi, ini kehidupanku saat ini? Kehidupan Kedua? Reinkarnasi? transmigrasi?" ucap Lily dalam hati.

Lily merenungkan nasibnya, ia merupakan wanita 21 tahun mempunyai pekerjaan sebagai agen rahasia yang ditakuti, dan terperangkap dalam tubuh gadis pewaris kaya yang memiliki kehidupan rumit. Namun, ia sekarang bukan Kimberly si gadis lemah, Ia adalah Kimberly gadis tangguh dan mempunyai otak cerdas. Namun, satu hal yang Lily tahu, Kimberly yang lama telah meninggal.

Davian Isandor Dhars

Pintu kamar terbuka dengan pelan, seorang pria berpakaian seragam sekolah muncul. Rambutnya cream keemasan sedikit berantakan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh dengan ketenangan. Dan juga ia sangat "TAMPAN".

Jangan heran, Lily sangat suka dengan pria tampan guys. Lily pikir ia seperti pria di dalam novel, ganteng nya maksimal dan pujaan hati banyak wanita.

...Visual Davian Isandor Dhars...

Di Sekolah ia dikenal dengan nama Davian Isandor. Sosok yang di ingatan Kimberly tidak pernah menunjukkan perhatiannya dengan terang-terangan. Tapi dia disini hari ini, sangat bertolak belakang dengan apa yang ia tahu.

Lily yang berada dalam tubuh Kimberly, memandang ia dengan penuh perhatian dan matanya tanpa berkedip. Hatinya mulai berdebar aneh, tetapi ia segera menenangkan dirinya.

Davian menutup pintu secara perlahan dan hati-hati, ia takut mengganggu ketenangan pasien di dalam ruangan itu. Kemudian pandangannya tertuju pada Kimberly yang terbaring di tempat tidur dengan mata tanpa berkedip menatapnya. Davian jadi salah tingkah sendiri karena di tatap oleh Kim.

"Hem.." suara ini membuyarkan keterpesonaan Lily terhadap Davian, pria di depannya ini.

"Kau sudah sadar?" tanya Davian dengan suara pelan dan dalam.

Kimberly mengangguk dengan pelan "Iya, baru saja."

"Apakah kau butuh sesuatu?" tanya Davian dengan sikap siaga.

"Heeeem.. Aku hauuuus" manja Kimberly.

Davian yang mendengar suara Kimberly terkejut, namun segera mengambil botol air minum dan sedotan yang telah disediakan diatas nakas. Davian membukanya dan menaruh sedotan di dalamnya. "Ini diminum" ucap Davian.

Kimberly hanya melihat botol air minum itu sambil mendengus "Yang benar saja, tanganku masih lemaaaah. Tolong ya..."

Davian kaget lagi, ada apa dengan Kim? Sepertinya ia berbeda, tak seperti biasanya. Namun, Davian tetap memberikan langsung kepada mulut Kimberly.

"Terima Kasih, Dave" ucap Kimberly. Davian sempat kaget, namun ia tetap menganggukkan kepalanya.

Davian menarik kursi di dekat tempat tidur dan duduk tanpa bicara lagi. Davian menatap Kimberly dengan pandangan yang sulit di artikan. Seolah sedang membaca pikiran Kimberly. Sedangkan Kimberly yang ditatap, tampak gugup dan berusaha untuk tetap tenang.

"Kamu membuat semua nya khawatir, Kim!" ucap Davian datar, namun dengan Lily bisa menangkap nada khawatir dan kepedulian yang tersembunyi di balik kata-katanya.

"Maaf, tapi aku tak bermaksud seperti itu" jawab Kimberly dengan suara serak. "Tapi...., terima kasih sudah datang, Dave."

Davian mengangguk, namun kemudian tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia memandang Kimberly dengan tatapan menelisik. Pria ini memiliki aura yang berbeda, dingin tapi ada sesuatu yang menenangkan akan kehadirannya. Kimberly merasakan ketulusan di balik sikap nya.

Sedangkan Davian menelisik, dan mengingat kata panggilan Kimberly "Dave?" itu panggilan ia waktu kecil bersama dengan Kimberly.

"Lily......." ucap Davian tiba-tiba memecah keheningan.

"Ya.. Dave, ada apa?" tanya Kimberly bingung.

"Apakah kamu... mengingatku?" tanya pelan Davian.

Apa yang harus aku katakan ya? Jawab iya aja deh, kali aja jadi pacarnya nanti. Lumayan orangnya ganteng. Pikir Lily. Ayo beracting.

Davian yang melihat Lily terdiam, memanggilnya kembali "Lily....!"

"Iya Dave, maafkan aku karena lupa padamu. Kenapa kamu tidak mengingatkanku bahwa kau Dave, laki-laki tampan yang mengajakku menikah waktu masih belia?" tanya Lily dengan nada sedih. "Bagus Lily, lanjutkan acting mu" ucap dalam hati Lily.

"Kamu ingat itu Lily...?" tanya Davian dengan hati yang bergetar, ia berharap hati nya sekarang akan dibalas oleh Lily nya.

"hem..." jawab Kimberly. "Dave, apakah kamu masih bisa menerimaku jika aku memutuskan tunanganku saat ini Dave?" tanya Kimberly dengan serius. "Cepat Dave jawab iya dong, lumayan dapat brondong, ganteng, kaya lagi kan?" ucap Lily dalam hati.

"kenapa Lily?" tanya Davian dengan bingung.

"Yaelah, gini amat ngomong sama brondong, asem" ucap Lily dalam hati. "Kamu sudah tidak mengharapkan ku, Dave? Jika tidak, tidak apa-apa. Aku tetap mau putus hubungan dengan tunangan ku itu" ucap Lily dengan sesedih mungkin.

"Kenapa kamu ingin memutuskan hubungan dengannya?" tanya Davian, namun ia berharap yang dikatakan Kimberly benar.

"Mungkin karena mataku dulu buta melihat bahwa dia sangat sempurna. Ternyata masih banyak yang lebih lebih baik dari nya di luar sana yang bisa menerima aku tanpa syarat. Aku sudah tidak mau seperti dulu, menjadi gadis bodoh" jawab Lily.

"Jika kamu tidak mau tidak apa, Dave. Aku akan cari orang lain diluar sana yang bisa menerima ku tanpa syarat dan bahagia bersama" ucap Lily kemudian.

Dave langsung menjawab dengan cepat tanpa sadar"Aku mau". Dave yang berbicara itupun kaget dengan ucapannya sendiri.

Lily yang mendengar ucapan Davian juga ikut kaget "hah benarkah, Dave?"

"Iya" ucap Dave malu-malu.

Lily yang melihat ekspresi Davian tertawa dalam hati "ih so sweet banget berondong ku."

"Hm... Kalau begitu sayang? pacar? Honey? Baby? mana yang paling kamu suka? atau kita langsung nikah aja yuk? Sudah 17 tahun kan?" tanya Lily tanpa henti.

Davian yang mendengar ucapan Kimberly tertawa "Hahahahahaha...."

Lily yang melihat Davian tertawa tertegun dan tanpa sadar mengucapkan "Tampan".

"Kheem kheem" ucap Davian menenangkan dada yang bergejolak.

"Apakah secepat ini?" tanya Davian.

"Apanya? Jadiannya?" tanya Lily dengan bingung.

"Ya kita Lily, bagaimana cara mu memutuskan hubunganmu dengan Max? Bukankah kamu sangat menyukai nya?" tanya Davian dengan ragu.

"Sudah kubilang, waktu itu aku buta Dave!, itu gampang lah. Tinggal merengek pada papa dan mama minta putus, ya putus saja" ucap Lily dengan santai.

Davian hanya melongo "terus aku bagaimana Lily?."

"Lah ya kamu lah lamar aku, sayang...!" ucap Lily frustasi.

"Baiklah!" jawab Davian singkat.

"Itu aja? Aaah Dave kamu tidak romantis sama sekaliiiiii.. Aku jadi lapar dan haus deh!" ucap Lily dengan mengusap perutnya.

Sedangkan Davian hanya terkekeh mendengar ucapan kekasih nya yang baru jadian ini.

"Daaaaaave, kenapa kamu cuma tertawa Dave. Lapaaaaar cayaaaank..." rengek Lily.

"Iya iya... Mau makan apa?"tanya Davian dengan sabar.

"Makan mie ayam?" jawab Lily cepat.

"Tidak boleh, kamu baru bangun. Bubur ayam aja ya!" kata Dave memutuskan makanan yang akan di makan Lily.

"Kalau gitu ngapain tanya mau makan apa, kalau ujung-ujungnya kamu juga yang memutuskan" sebal Lily dengan menggembungkan pipinya sehingga terlihat lucu.

Sedangkan Dave tertegun dengan wajah kekasih baru nya ini atau CLBK bukan sih? Ia lalu tersenyum dan mengusap rambut Lily hingga agak berantakan.

"Ah Dave,, rambutku sudah kusut kamu berantakan pula.." sebal Lily.

"Iya iya maaf maaf, sayang" ucap Davian tanpa sadar.

"Baiklah, peluk dulu..." manja Lily.

Davian memeluk Lily dengan erat dan hangat, ia memastikan untuk membuatnya bahagia. Ini adalah harapannya dari dulu, dan terwujud sekarang. Haruskah aku egois ingin memiliki Lily sendirian?.

Tuan & Nyonya Carta

Dave meminta izin mengambil makanan yang telah di pesannya di lobi rumah sakit, dan Lily mengizinkannya.

Lily turun dari tempat tidur, menuju sebuah cermin besar yang menyatu dengan lemari. Sosok yang ia lihat membuatnya tertegun.

"wow...." Lily mengagumi tubuh yang kini ia tempati. Wajah yang cantik alami, kulit putih mulus, tubuh ramping tapi berisi di tempat bagian yang pas. Bahkan tanpa makeup pun, Kimberly ini sangat luar biasa.

"Apa yang dilakukan gadis ini hingga setiap hari memakai makeup tebal?"

Namun, sebuah memori Kimberly melintas memberikan jawaban atas pertanyaannya. Kimberly terlalu insecure, ia takut tidak menarik di mata Max, dan mencoba segala cara untuk menarik perhatiannya. Namun sayang sekali, Max tidak menghiraukannya bahkan tidak menanyakan apapun tentangnya. Ia lebih memilih pacarnya, Lolita, yang lebih percaya diri.

"Kim... Kim... Kau memang sangat bodoh. Beruntung saat ini aku yang menempati dan mengendalikan tubuh ini" ucap Lily dalam hati.

Suara langkah kaki mengalihkan perhatian Lily. Pint kamar terbuka menampilkan Dave yang sedang membawa satu kantong berisi makanan yang tadi ia pesan.

"ini makanlah, Lily" ucap Davian penuh kelembutan.

"hem, terima kasih sayang" ucap Lily dengan malu.

Lily memakan bubur itu dengan tenang, sedangkan Davian selalu melihat sang kekasih yang memakan bubur nya dengan lahap. Tak lupa ia mengambilkan air minum untuknya.

Setelah makan, Davian membantunya membersihkan dengan tisu basah. "dahlah, anak ini memang tulus."

"Kamu melakukan seperti ini kepada wanita lain, Dave?" tanya Lily dengan penasaran.

"Tidak Lily, hanya kamu wanita pertama dan terakhir yang akan aku perlakukan seperti ini" ucap Davian dengan jujur.

"Dave, kamu suka aku yang dulu atau suka aku yang sekarang?" tanya Lily dengan serius.

"Apa maksudnya? Bukankah sama saja Lily?" tanya Davian selanjutnya.

"Aku suka kamu yang sekarang, lebih kuat dan lebih ceria dan pasti nya kamu ingat sama aku sekarang" jawab Davian dengan tegas.

Lily merasa hatinya bergetar ia mendengar jawaban itu. Lily tidak tau ini perasaan nya sendiri atau perasaan pemilik tubuh? Namun yang ia tahu, perasaan terhadap Davian mulai tumbuh.

"Davian ini sangat berbeda dengan Max itu, Dia perhatian, tidak terlalu memaksakan kehendak dan jelas sangat perduli dengan Kimberly. Lalu kenapa gadis bodoh ini memiliki si Max bajing*n itu."

"Dave, apakah nanti nya kau akan selalu baik padaku?" tanya Lily penasaran mencoba menggali kebenaran atas ucapannya.

Davian memandang Lily sejenak sebelum menjawab "karena aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan melindungimu. Itu takkan berubah sampai kapanpun.

"Baiklah baiklah, ini sudah hampir gelap. Pulanglah dulu, besok kembali lagi ya, Aku juga mau istirahat" ucap Kimberly dengan wajah melas nya.

"Siap. Besok aku kesini lagi" ucap Davian pamit, ia bangkit dari kursi nya dan memeluk Lily. Awalnya Lily kaget, namun kemudian ia membalas pelukannya.

Ketika Davian pergi, Lily berfikir apa yang akan ia lakukan nanti nya. Ia harus membersihkan masalah-masalah Kimberly.

Mungkin pertama aku harus menyelesaikan masalah Max. Dia kan tidak ingin mengakui ku, jadi biarkan ia menyesal. Dan Lolita, tunggu aja pembalasannya dariku jika kau masih menggangguku nanti.

"Baiklah Kimberly, kau mungkin tidak cukup kuat untuk menghadapinya, tapi aku berbeda. Dengan kemampuanku, dan ingatan mu ini, aku kan memastikan jika hidup Kimberly setelah ini akan lebih baik. Dan tak ada seorangpun yang bisa meremehkanmu."

Kimberly menutup matanya untuk beristirahat, namun tak lama kemudian sebuah suara pintu terbuka membangunkannya. Sepasang suami istri memasuki ruangan dengan penuh harap dan cemas. Lily langsung mengenali mereka, ia merupakan kedua orang tua nya Tuan dan Nyonya Carta. Ya orang tua yang sangat perduli pada Kimberly, meskipun dalam keadaan sibuk melakukan pekerjaan sebagai konglomerat.

Mama Kim pandangannya tertuju pada Kimberly yang sedang menatap mereka. Mama Kimberly tentu saja kaget "Kim, kau telah sadar?." Ia menghampiri Kimberly dan langsung memeluknya. Isak tangis dari sang mama terdengar pilu.

Papa nya juga kaget, Kimberly, anaknya telah sadar. Ia memencet tombol panggil untuk memanggil dokter memeriksa sang anak.

"Ya, aku sudah sadar Ma. Baru saja, aku juga merasa lebih baik" ucap Lily pelan, meniru nada bicara Kimberly yang agak manja dan tenang.

Papa nya menatap dengan khawatir "Tunggu dokter dulu ya, Kim."

Tak berselang lama, seorang dokter muda memasuki ruangan beserta satu perawat di belakangnya. Ia menghampiri Kimberly, sedangkan sang ibu mundur dan agak menjauh agar sang dokter bisa memeriksa sang anak.

"Selamat malam, nona Kimberly," sapa seorang dokter muda berusia 30an itu dengan jas dokter rapi dan stetoskop yang melingkar di lehernya. Dokter ini tersenyum hangat "Saya Dr. Leon, saya akan memeriksa Nona untuk memastikan keadaan nona setelah koma dalam sebulan."

"Sebulan? Selama itu?" ucap Lily dalam hati yang kaget namun tetap tenang.

Dokter Leon mengeluarkan beberapa alat sederhana, termasuk tensimeter. Dokter Leon membantu Kimberly untuk duduk di tempat tidurnya, sementara perawat itu menyiapkan beberapa catatan.

"Bagaimana perasaan Anda sekarang, nona Kimberly? Apakah ada rasa pusing atau sakit kepala?" tanya dokter Leon dengan lembut sambil memasang alat tensimeter di lengan Kimberly.

Lily berfikir sejenak "Tidak dokter, saya merasa jauh lebih baik sekarang. Hanya saja sedikit lelah."

Dr. Leon mengangguk "Itu wajar, tubuh Nona masih dalam tahap pemulihan. Tapi, melihat keadaan Nona saat ini, itu kemajuan yang sangat luar biasa. Saya sempat khawatir Nona tidak sadar selama sebulan."

Dokter Leon melepas tensimeter dan memeriksa jantung Kimberly dengan stetoskopnya "Tubuh Nona merespons stres emosional dengan cukup parah. Untungnya, kondisi fisik nona masih sangat baik."

"Stres emosional?" tanya Lily dengan nada ingin tahu, meskipun ia tahu apa penyebabnya.

Dr Leon melirik Kimberly dengan tatapan penuh simpati "Iya, tekanan yang nona alami mungkin karena masalah pribadi atau beban mental. Saya sarankan untuk jangan ragu bercerita kepada kedua orang tua atau teman dekat."

Lily mengangguk, mencoba menyembunyikan pikiran aslinya. Dalam hati Lily dengan tertawa kecil "Masalah pribadi? Jika dokter ini tau apa masalah Kimberly, pasti dia akan ngomel selama sehari penuh."

Dr Leon memeriksa pupil mata Kimberly menggunakan senter kecil "penglihatan nona baik baik saja."

"Ia dokter, tidak ada masalah" jawab Lily sambil mengikuti intruksi dari dokter Leon.

Setelah selesai pemeriksaan, Dokter Leon menulis catatan terakhirnya "Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi nona dalam keadaan yang sangat baik. Tapi tetap istirahat total selama seminggu. Jangan terlalu banyak berfikir dan jangan melakukan aktivitas fisik yang berat."

Lily tersenyum tipis "Baik Dokter. Terima kasih."

Saat Dokter Leon akan pergi, ia berhenti sejenak dan berbalik kearah Kimberly " Satu hal lagi nona Kimberly, saya tahu keluarga nona sangat peduli. Tapi kesehatan mental juga sangat penting nya dengan kesehatan fisik. Jika nona ingin berbicara dengan seseorang, saya bisa merekomendasikan seorang psikolog terbaik."

Lily tersenyum kecil "Psikolog ya? Aku rasa aku butuh strategi untuk menghadapi Max dan Lolita dari pada sesi konseling." Tapi Lily tetap tersenyum dan menjawab sopan "Terima kasih dokter, saya akan mempertimbangkannya."

"Baiklah. Kondisi Nona Kimberly sudah stabil Bapak, Ibu. Jaga kesehatan Nona Kimberly. Kami pamit. Selamat malam" ucap dokter Leon melangkah pergi bersama perawat nya.

Saat dokter dan perawat pergi, ia merasa lega tapi pusing memikirkan peran apa yang akan ia lakukan dan harus dijalani Kimberly nantinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!