NovelToon NovelToon

Is This A Perfect Marriage?

Bab 1

Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik dengan tubuh mungil namun berisi, kulitnya yang cerah bersinar, serta hidung mungilnya menambah daya tarik pada diri Adel.

Azzam Prasetyo seorang pewaris tunggal PT.PRASCOM. Dengan tubuh yang kekar dan berotot, pria berumur 24 tahun ini selalu menjadi bahan incaran wanita wanita yang ada di sekitarnya. Walau dengan sifat yang dingin dan tegas, malah semakin membuat para wanita tergila-gila.

...****************...

Burung burung berkicau menandakan hari telah pagi. Seorang gadis masih asik bergelung didalam selimut tebalnya, terdengar suara pintu di gedor gedor.

"Adel! Adel! Bangun nak" teriak Ibu dari luar. Adel terusik dari tidurnya, dia berusaha bangun dari tempat tidurnya. Dengan gontai dia berjalan membuka pintu.

"Ibu apaan sih, masih pagi juga" jawabnya sambil menguap, matanya pun masih setengah tertutup.

"Sudah jam 8 Adel, cepat ke kamar mandi" titah ibu.

"What!" mata Adel terbuka, dia lalu berlari ke dalam kamar mandinya.

Melihat itu, Ibu tertawa terpingkal-pingkal. "Padahal masih jam 6" batinnya, sambil berjalan keluar kamar.

................

Di meja makan, Ayah yang sedang membaca koran di buat heran dengan Ibu yang sibuk mengoles roti senyum senyum tak jelas.

"Ibu kenapa?" tanya Ayah. Ibu tidak menjawab hanya tertawa pelan saja, Ayah hanya menggeleng pelan.

Suara langkah kaki terdengar dari arah tangga. Terlihat Adel dengan wajah cemberutnya menarik kursi, lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar.

"Ibu ini, kebiasaan sekali sih" suara Adel terdengar kesal.

"Ya maaf, kamu kalo ngga gitu susah bangunnya" jawab ibu sambil mengelus tengkuknya yang tidak gatal.

"Kan-"

"Sudah... Sudah jangan diteruskan, sekarang waktunya sarapan" lerai Ayah. Akhirnya mereka duduk tenang memulai sarapan. Setelah sarapan, Adel dan Ayah berpamitan untuk pergi bersama.

................

Sampai di pelantaran kampus, Adel keluar dari mobil Ayah. "Nanti Ayah lembur, kamu pulang sendiri ya" ucap ayah

Adel mengangguk lalu berpamitan. Dengan langkah riang Adel berjalan menuju kelas.

"Sela!" teriak Adel kepada sahabatnya, tiba tiba

Bruk!

"Aww..." Adel meringis saat tidak sengaja tersandung lubang jalan. Melihat itu Sela segera menghampiri Adel. Untung belum terlalu ramai di sini.

"Makanya hati hati Adel" Sela mengulurkan tangannya membantu Adel berdiri.

Adel hanya meringis menahan nyeri di lututnya. "Kenapa sih lubangnya harus ditengah kaya gitu".

"Terserahlah" Sela mengangkat bahunya acuh. Mereka berjalan kembali ke kelas dengan kaki Adel yang sedikit pincang.

................

Setelah selesai semua mata kuliah, mereka berdua berjalan menuju UKS untuk mengobati luka di kaki Adel.

"Ish, diam Adel. Gimana ngga sakit lo aja ngga bisa diam" ucap Sela menahan geram.

"Jangan di tekan dong Sel" Adel menahan sakit, matanya berkaca kaca.

Sela hanya memutar bola matanya malas, Adel ini cengeng, ceroboh, dan keras kepala! Hatinya lagi jangan ditanya, seperti permen kapas kena air hilang.

Saat mereka keluar ruangan, tiba tiba Sela berhenti dan menatap Adel serius,"Kemarin waktu gue ke mall, gue lihat seseorang yang mirip banget sama Azzam. Apa dia udah balik dari Belanda?"

"Mungkin, aku udah ngga peduli lagi sama dia Sel. Jadi stop buat bicara tentang dia" ucap Adel tegas.

Mereka melanjutkan langkahnya keluar gerbang. Sela pamit, dia akan kerja part time di kafe dekat kampus.

Sementara Adel duduk menunggu taksi di halte bus. Pandangannya menerawang lurus. Azzam mantan kekasihnya, pacar pertama yang mungkin masih dia cintai hingga sekarang. Dia orang pertama juga yang menghancurkannya.

Adel tidak banyak mempunyai teman hanya Sela teman baiknya dan beberapa kenalan lainnya. Adel takut, ketika dia memperlakukan seseorang dengan sangat baik berharap dia di perlakukan dengan baik juga. Namun malah di tusuk dari belakang, sejak saat itu Adel tidak pernah memperlakukan seseorang dengan berlebihan secukupnya saja.

"Huh... Sudahlah jangan terlalu berlebihan Adel, ingat itu" gumamnya dalam hati. Hingga tanpa sadar taksi pesanannya sudah datang, dia langsung masuk ke dalam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Salam sayang Adel dan Azzam

Bab 2

Adel sedang mematut penampilannya di depan cermin, dengan dress selutut di padukan flatshoes dan Sling bag membuat dirinya terlihat semakin mungil.

Dia akan mengajak Sela jalan jalan. "Oke, beres semua" Adel langsung keluar kamar, dia bisa melihat Sela sedang mengobrol dengan Ibunya. Terdengar tawa kecil dari Ibu, entah apa yang mereka bicarakan.

"Ayo Sel, sudah siap nih. Telat 30 menit ngga papa kan hehe" ucap Adel mendekati Sela

"Iya, ngga papa mau seribu tahun juga gue turutin" dengan wajah masamnya. Adel hanya tertawa lalu tiba tiba dia bangkit hampir berjalan sebelum Ibu menariknya.

"Anak ini, bukannya pamit malah langsung mau pergi saja" Ibu sambil menarik lengan Adel. Yang di tarik hanya cengar cengir tak jelas.

Sela hanya menggeleng pelan lalu mengulurkan tangannya ke Ibu, "Pamit dulu ya tante." di ikuti Adel, lalu mereka berjalan keluar.

"Hati-hati ya, jangan pulang kemaleman" pinta ibu mengantarkan ke depan rumah.

......................

Sesampainya di pusat perbelanjaan, mereka menuju ke toko baju. Saat Adel sedang asik memilih tiba tiba bahunya di tepuk oleh seseorang.

Adel menoleh ke belakang, mematung sebentar sebelum orang itu berbicara, "Adel... ya ampun lama ngga ketemu" sapa antusias wanita paruh baya itu.

Adel tergagap, "Tan- tante." Ternyata itu adalah Tante Sinta mama Azzam.

"Tante apa kabar?" Adela langsung memeluk wanita dihadapannya.

"Tante baik, oh iya kamu mau ketemu Azzam? Kebetulan tadi di antar kesini sama Azzam, atau kita pulang bareng saja."

Adel bingung, mungkinkah mama Azzam belum tahu jika mereka sudah putus? Padahal sudah 3 tahun berlalu.

"Maaf tante, aku kesini sama teman. Jadi lain kali saja ya" jawab Adel dengan tersenyum paksa.

"Ah begitu,,, ya sudah, tante pergi dulu ya kebetulan ada barang yang mau tante beli di atas." ucap tante Sinta seraya melambaikan tangan.

"Huh... Akhirnya" gumam Adel dalam hati.

......................

Sore hari mereka selesai berkeliling pusat perbelanjaan. Sela menyadari bahwa, sedari tadi Adel tampak melamun.

Akhirnya dia berdehem, hingga Adel menoleh. "Kenapa?" tanya Sela.

"Tadi, aku ketemu tante Sinta. Bukan itu yang jadi masalah. Tante Sinta belum tahu kalau aku sama anaknya sudah putus. Apa Azzam ngga bilang mereka ya? Takut brengseknya terbuka?"

Sela terdiam sebentar, dia seperti sedang berfikir. "Menurut gue, mending loh selesaikan secara baik baik. Temuin dia, minta kejelasan hubungan kalian. Lo mungkin nganggep hubungan ini udah putus. Tapi gimana sama Azzam sendiri, selama ini lo selalu ngumpet setiap dia mau ngasih kejelasan ke lo sampai dia berangkat ke luar negeri."

"Ak- aku ngga tau harus gimana Sel. Waktu itu aku terlalu kecewa sama apa yang aku lihat. Mungkin dia udah lupa sama aku." ucap Adel bimbang.

"Terserah lo deh, tapi nanti ketika ga sengaja ketemu dia. Lo jangan kabur kaburan lagi. Buktiin ke Azzam kalo lo bisa. Walaupun gue ngga yakin sih, lo bisa move on." ucap Sela datar.

Adel cemberut menatap Sela. Sahabatnya ini cuek, jarang ngomong sekali ngomong nyelekit ke ulu hati. Tapi Sela sahabat terbaiknya. Dia orang yang peka, perhatian walau sering nyindir.

"Aku udah move on kok" ucap Adel percaya diri. Sela memutar matanya malas.

......................

"Adel pulang" serunya saat masuk rumah. Namun tidak ada yng menyahut ucapan Adel. Dia heran padahal mobil ayahnya ada di depan.

"Huh... pasti lagi di kamar berduaan" Adel terlihat kesal.

Di kamar dia menghempaskan tubuhnya di kasur, pikirannya menerawang beberapa tahun yang lalu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 3

3 tahun yang lalu

Hari itu merupakan hari ulang tahun Azzam. Adel sangat bersemangat menyiapkan kejutan untuk kekasihnya. Dia memegang sebuah paperbag dari brand ternama dan sebuah kue beserta lilinnya. Saat masuk ke dalam apartemen Azzam, dia melihat ada sepasang sandal wanita.

Tapi Adel hiraukan, dia tidak pernah berpikir macam macam. Mengetuk pintu kamar tapi tidak ada jawaban. "Aneh" gumamnya.

Di dorong sedikit pintu itu ternyata tidak dikunci. Tepat di saat membuka pintu kamar betapa terkejutnya, dia melihat kekasihnya tidur satu ranjang dengan seorang wanita, yang tak lain teman dekatnya - Dina

Kue dan hadiah yang dia bawa, jatuh tak terbentuk. Badannya gemetar, dunianya runtuh dalam sekejap.

"BRENGSEK!"

Mereka tersentak kaget, Azzam yang terbangun karena teriakan itu terlihat panik, "Sayang ini ngga seperti yang kamu lihat." sedangkan Dina, dia diam dan terlihat menyeringai.

Namun Adel berjalan mundur, dia berlari keluar apartemen.

"Adel! Adel!" seru Azzam berlari mengejar.

Adel tak menghiraukan panggilan tersebut, dia asal masuk taksi yang ada di depan

"Pak tolong pak, antar saya pulang" nada bicaranya gemetaran.

Sang supir taksi, yang mengira Adel sedang dalam bahaya langsung tancap gas.

"Sayang Adel! Argh" Azzam berteriak frustasi di depan lobi apartemen.

......................

Di sisi lain, seorang pria dengan perawakan tinggi tegap. Tengah berdiri diam di balkon, memandang lurus ke depan. Tatapannya sulit di artikan. Seolah olah dia sedang memikirkan sesuatu. Azzam pria itu, lebih tepatnya Azzam Prasetyo seorang pewaris satu satunya PT. PRASCOM

Lamunannya buyar ketika pintu kamar di ketuk dari luar. Azzam berbalik berjalan ke dalam untuk membuka pintu.

"Waktunya makan malam den, nyonya sudah menunggu." ucap bibi.

Azzam hanya berdehem, bibi sudah tak heran dengan jawaban tuan mudanya.

Semua orang berkumpul di meja makan, hanya ada suara denting sendok yang beradu. Sebelum mamah Sinta membuka suara.

"Azzam, tadi mamah ketemu Adel waktu belanja. Dia semakin cantik saja, dan terlihat lebih dewasa. Tapi ada yang aneh, dia kelihatan kaget ketika mamah ngomongin kamu. Kalian nggak ada masalah kan?"

Azzam menghentikan makannya, berpikir sebentar alasan apa yang akan dia paka. Lalu menoleh ke arah mamah, "Aku belum menemuinya setelah pulang ke sini."

Dia memang tidak memberitahu orang tuanya bahwa ia dan Adel telah putus. Karena Azzam rasa akan percuma mereka akan kembali bersatu bukan, Adel hanya miliknya.

"Kalian mencurigakan, jika ada masalah cepat selesaikan. Jangan sakiti dia azzam, Adel udah papa anggap putri sendiri." ucap papah yang sedari tadi hanya menyimak.

Azzam hanya mengangguk pelan, tanpa suara. Kedua orang tuanya saling menatap, mereka heran dengan sifat putranya yang irit bicara. Apakah saat di rumah sakit tertukar?

Setelah selesai Azzam kembali ke kamar, dia bersiap siap akan pergi. Entah akan kemana dia.

......................

"Good night Ibu, good night Ayah" Adel mencium pipi mereka satu persatu.

"Good night, sayang" jawab Ibu dan Ayah bersamaan.

Setelah mendengar jawaban itu Adel berjalan menuju kamarnya, dia masuk ke kamar mandi untuk bersih bersih diri. Dilanjut skin care malam dan menuju kasur kesayangannya.

"Hah... ngga bisa tidur" Adel mencoba memejamkan matanya dan menggulingkan badannya kesana kemari. Melihat jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Akhirnya dia memutuskan untuk menonton satu film sebelum tidur. Namun tetap saja rasa kantuk belum menyerang.

Tok tok!

Jantung Adel berdetak kencang mendengar suara ketokan di pintu, apakah ada maling? Dia berpikir logis, mana ada maling mengetuk pintu balkon.

Dengan keberanian yang masih ada, Adel berjalan mengendap-endap menuju arah balkon kamarnya. Dilihatnya ada seseorang memakai jaket kulit, yang sedang membelakangi. Postur tubuh yang gaga mengingatkan dia dengan seseorang.

Dia mengambil tongkat baseball dan membuka pintu. Hampir memukul orang itu, tapi di tangkis dengan mudah. Mulut Adel di bekap, lalu di dorong ke arah kamar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!