NovelToon NovelToon

Perjalanan Menggetarkan Langit

Chapter 1 Prolog

Darah terciprat kemana-mana. seluruh anggota klan Shen yang sudah dibuang oleh klan gemetar karena ketakutan. Seorang algojo utusan klan utama menatap seluruh anggota buangan klan Shen dengan tatapan tajam.

"Siapapun yang memulai kultivasi, mau gagal atau berhasil, maka dia akan dieksekusi. Kalian para anggota buangan tidak berhak untuk menjadi ahli kultivasi." Algojo yang baru saja mengeksekusi sepasang suami istri itu berteriak lantang.

"Diberi kesempatan hidup adalah keberuntungan terbesar kalian. Jadi, jangan coba-coba untuk menandingi klan utama. Jika itu terjadi, maka tanggung sendiri akibatnya," ancam algojo tersebut.

Di saat seluruh anggota buangan ketakutan, ada seorang pemuda yang berdiri tanpa rasa takut. Sorot matanya yang tajam tertuju pada algojo yang mengeksekusi kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, aku berjanji, kematian kalian tidak akan sia-sia. Darah klan Shen akan membayar semuanya." Pemuda itu membatin dengan tangan mengepal dan sorot mata yang penuh dendam.

Setelah algojo itu pergi, pemuda itu langsung membawa mayat orang tuanya ke suatu tempat dan menguburkannya. Pemuda itu menangis sejadi-jadinya di samping makam kedua orang tuanya.

"Darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa. Kalian anggota klan Shen akan membayar semuanya. Aku bersumpah akan mengambil nyawa kalian satu per satu." Erlang Shen berteriak dengan lantang. Seorang pria parubaya yang mendengar sumpah Erlang Shen langsung mendekatinya sambil tersenyum.

"Nak, simpan sumpahmu. Itu tidak akan berguna. Kita anggota buangan memiliki ruang gerak terbatas," jelas pria itu.

"Aku tidak takut kepada siapapun. Mereka membunuh orang tuaku, maka mereka harus membayarnya. Kalau kakek takut maka teruslah bersembunyi." Erlang Shen meninggalkan makam orang tuanya dengan hati yang dipenuhi amarah.

"Sudah puluhan tahun aku di tempat ini, tapi baru pertama kali aku melihat keberanian diantara generasi muda," gumam pria itu.

"Erlang Shen." Pria itu menyebutkan nama Erlang Shen, setelah itu ia menghilang.

Erlang Shen bersandar di dinding rumahnya yang sudah dimakan rayap. Ia menatap menara tinggi klan Shen yang terus menerus mengeluarkan cahaya.

"Kalian merenggut semuanya dariku. Bersenang-senanglah sampai aku datang dan mencabut nyawa kalian satu persatu." Erlang Shen masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya. di kamar itu, Erlang Shen seperti mencari sesuatu. Setelah beberapa menit, akhirnya ia menemukan sebuah liontin kecil.

Erlang Shen juga membongkar tempat tidur ayah dan ibu. Dibawah tempat tidur itu, terdapat botol giok yang berisi pil dan juga sebuah cincin ruang tersembunyi di sana.

"Akan kuhancurkan semuanya." Erlang Shen langsung menelan sebutir pil. Hawa penas langsung menjalar di sekujur tubuh Erlang Shen. cairan hitam keluar dari tubuh Erlang Shen bersama dengan sebuah kristal kecil berbentuk prisma.

"Ini kristal yang dimaksud oleh ayah. Selama kristal ini tidak hancur, maka klan utama tidak akan tahu." Erlang Shen mengambil potongan kain dan membungkus kristal kecil itu tanpa membersihkannya. Setelah itu, ia menelan pil terakhir.

Boooommmmm

Ledakan teredam terdengar. Ledakan itu menandakan jika Erlang Shen berhasil membuka dantiannya. Tahap 1 ranah pemurnian qi adalah ranah paling rendah di dunia kultivasi. Erlang Shen melukai jarinya dan meneteskan darahnya di atas bandul liontin kecil dan juga cincin ruang yang ditemukan oleh Erlang Shen di bawa tempat tidur kedua orang tuanya.

"Nak, klan inti datang kesini. Kenakan kalung itu dan sembunyikan dibalik bajumu. Seorang pria pria parubaya memberikan kristal kepada Erlang Shen.

"Kristal itu akan menyelamatkanmu. Pecahkan kristal itu jika kau ingin kabur." Setelah mengatakan itu, pria parubaya itu langsung menghilang.

Erlang Shen tersenyum dingin, lalu ia memakai cincin ruang peninggalan orang tuanya. Di saat yang sama, beberapa anggota penegak hukum klan Shen langsung menangkapnya.

"Dasar pembangkang! Beraninya kau melanggar aturan!" bentak pemuda yang usianya beberapa tahun lebih tua dari Erlang Shen.

"Setelah membunuh kedua orang tuaku, kalian ingin membunuhku juga? Jangan mimpi!" Erlang Shen memecahkan kristal yang diberikan oleh pria parubaya sebelumnya. Saat itu juga, sebuah lubang hitam langsung menghisap Erlang Shen. Lubang hitam itu membawa Erlang Shen ke sebuah bangunan tua.

"Aku tidak percaya kalau kau senekat ini," kata seorang pria parubaya.

"Sebenarnya, kakek siapa?" tanya Erlang Shen.

"Dulu, Aku adalah Tetua Agung di klan Shen, tapi karena satu kesalahan kecil Aku dibuang. Mereka tidak mengetahui kalau kultivasiku tidak hilang," jelas pria parubaya tersebut.

Pria itu memberikan sebuah gulungan kepada Erlang Shen. Gulungan itu adalah gulungan teknik yang masih tersegel.

"Gulungan itu untukmu. Kuharap, kau menjadi kultivator hebat. Itu yang kuharapkan darimu, cucuku," jelas Pria itu.

"Maksudnya?" tanya Erlang Shen.

"Jika kau mengetahui banyak hal, itu hanya akan membebani pikiranmu. Teruslah berlatih hingga kau menjadi yang terkuat," jelas Pria parubaya itu.

Erlang Shen membuka gulungan itu. Entah kenapa, segel gulungan itu langsung menghilang saat Erlang Shen membuka gulungan tersebut.

"Shen Qiao, kau menciptakan mautmu sendiri," batin pria parubaya tersebut.

Erlang Shen membaca gulungan itu dengan seksama. Hanya dengan sekali baca saja, Erlang Shen dapat mengingat semua yang ia baca.

"Pengkhianat tua, keluar kau!" seru seseorang.

"Sialan, mereka menemukan tempat ini." pria parubaya itu langsung membawa Erlang Shen ke tempat lain. Setelah itu, pria parubaya tersebut langsung pergi.

"Kakek." Erlang Shen mengepalkan tangannya. Dia tahu kalau pria parubaya yang membantunya itu memiliki luka dalam yang cukup parah.

"Kakek, terimakasih, aku tidak akan menyia-nyiakan bantuan kakek." Erlang Shen langsung berlari menyusuri hutan. Bayangan dari kedua orang tuanya serta pria parubaya yang membawanya pergi masih terbayang-bayang di ingatannya.

"Klan Shen baj*ngan! Aku bersumpah akan meratakan klan itu dimasa depan," ucap Erlang Shen.

Erlang Shen terus berlari tak tentu arah. Ia terus berlari melewati ajar dan pepohonan yang tumbang. Erlang Shen berhenti berlari setelah ia kelelahan.

"Kurasa, ini sudah cukup jauh dari klan Shen." Erlang Shen bersandar di bawah pohon. Karena sangat kelelahan, Erlang Shen ketiduran dibawah pohon tersebut.

Erlang Shen bangun karena merasa kedinginan. Erlang Shen mencari sebuah gua, tapi rasa dingin yang dirasakannya membuat ia tidak bisa berdiri. Perlahan-lahan, tubuhnya mulai membiru. Itu adalah efek dari racun kutukan yang ditanamkan petinggi klan Shen secara diam-diam.

"Akkkkhhhh"

Erlang Shen berteriak kesakitan. Racun itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Erlang Shen jatuh ke tanah dalam keadaan tak sadarkan diri. Disaat racun itu hampir menginfeksi jantungnya, pria misterius datang dan menghentikan penyebaran racun di dalam tubuh Erlang Shen.

"Siapa yang tega meracuni bocah yang berusaha 13 tahun?" tanya pria itu.

Pria misterius itu membawa Erlang Shen ke tempatnya. Di sana, ia langsung mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuh Erlang Shen.

.

Chapter 2 Racun Bulan Es dan Tombak Suci

Meski berhasil mengeluarkan sebagian besar racun yang ada di dalam tubuh Erlang Shen, pria tersebut tidak dapat mengeluarkan racun yang berada di dantian Erlang Shen. Racun berbentuk akar itu akan menghancurkan dantian Erlang Shen jika dikeluarkan secara paksa.

"Sepertinya aku pernah melihat racun ini." Pria itu bergumam, lalu ia mengeluarkan sebuah buku yang berisi informasi tentang berbagai jenis racun dan cara menyembuhkan atau mengeluarkan racun tersebut.

"Racun bulan es," gumam pria itu.

"Sangat sulit untuk menyembuhkan racun bulan es. Kebetulan juga penawar racun itu hanya dimiliki oleh Yang Hao," lanjut pria tersebut.

"Sepertinya anak ini tidak akan bisa berkultivasi." Pria itu lalu meninggalkan tempat itu dan mencari herbal. Sejam kemudian, Erlang Shen sadar.

"Dimana ini?" tanya Erlang Shen.

"Ini pasti di klan Shen." Erlang Shen buru-buru meninggalkan tempat tersebut. Sebelum pergi ia meninggalkan surat kecil.

"Siapapun yang menyelamatkan aku ucapkan terimakasih, tapi maaf aku tidak bisa berlama-lama di sini." Erlang Shen langsung pergi.

Pria yang menyelamatkan Erlang Shen hanya tersenyum sembari melihat pemuda yang diselamatkan itu semakin menjauh. Pria itu tidak berniat untuk mengejar Erlang Shen, Ia kembali ke kediamannya dan menyuling pil.

******

"Kalau racun ini ada di dalam tubuhku, mungkin racun yang sama ada di dalam tubuh kakek," gumam Erlang Shen.

"Meskipun ayah mengatakan semuanya, tapi penawar racunnya disimpan oleh patriak sialan itu." Erlang Shen bermonolog sembari terus berlari.

Setelah dirasa cukup jauh, Erlang Shen berhenti. Ia menatap buah-buahan di sekitarnya sambil menahan lapar. Karena rasa laparnya itu, Erlang Shen tidak dapat berpikir jernih. Ia memetik buah persik yang memancarkan sinar keemasan. Buah itu Ia petik dari pohon persik yang tingginya hanya 2 meter.

Swuuuussss

Energi dari persik tersebut menyebar keseluruhan tubuh Erlang Shen dan menghancurkan racun yang mengakar di dantiannya buah persik itu membentuk 8 akar elemen.

"Persik apa ini? Kenapa aku merasa lebih kuat?" tanya Erlang Shen.

Erlang Shen duduk bersila, kemudian ia mengecek racun di dantiannya. Dia sangat senang saat mengetahui jika racun yang mengakar di dantiannya sudah hilang.

"Dimana cincin ruang itu?" tanya Erlang Shen.

"Sepertinya cincin itu ketinggalan di tempat itu," ucap Erlang Shen.

Tanpa ia sadari, cincin itulah yang menunjukkan keberadaannya. Cincin yang seharusnya ditinggalkan orang tuanya ditukar oleh seseorang dengan cincin lain yang dapat memberitahukan lokasi orang yang memakai cincin tersebut.

"Jika ada waktu, aku akan mencari cincin itu." Erlang Shen kembali berjalan menyusuri hutan. Medan terjal dan lereng curam ia lewati. Setelah menempuh perjalanan selama sebulan, ia tiba di wilayah bersalju.

"Aku tidak memiliki sumber daya untuk berkultivasi," gumam Erlang Shen.

"Sebaiknya aku melatih teknik pemberian kakek." Erlang Shen mulai melatih teknik bertarung pemberian mantan tetua agung klan Shen.

wuuuussssss

Angin yang sangat kencang menerbangkan salju. Teknik yang diperagakan oleh Erlang Shen menggunakan elemen angin dan petir. Meski masih kaku, tapi Erlang Shen berhasil membentuk seekor naga, meski masih transparan.

"Teknik ini menggunakan Qi yang sangat banyak." Erlang Shen yang memiliki Qi yang terbatas tidak dapat melanjutkan latihannya.

"Hei anak kecil, pergi dari sana!" pinta seorang pria setengah baya.

"Maaf, Paman, tapi aku sangat kelelahan! Aku ingin beristirahat," jelas Erlang Shen.

"Aku tidak peduli! Kau lelah atau sekarat sekalipun, aku tidak mau tahu. Tempat ini adalah wilayah sekte Bintang Es. Sampah rendahan sepertimu tidak pantas di sini!" hina pria setengah baya tersebut.

"Aku akan pergi." Erlang Shen bersiap untuk pergi, tapi pria parubaya itu menyerangnya hingga ia terpental sangat jauh.

"Dasar sampah tidak berguna," hina pria tersebut.

Erlang Shen menghantam batang pohon yang sangat besar. Serangan dari pria itu membuat ia terluka. Es yang menghantam tubuh Erlang Shen mengandung racun bulan es. Racun itu membuat Erlang Shen kedinginan.

"Akan kubalas kau suatu hari nanti." batin Erlang Shen.

Erlang Shen berjalan menyusuri hutan dengan tubuh yang menggigil. Meski racun itu tidak melukainya atau menyerang organ dalamnya, tapi tetap saja racun itu membuatnya kedinginan.

Erlang Shen berjalan melewati pinggiran hutan dengan tubuh yang menggigil. Ia tak mempedulikan kondisinya, yang ia inginkan adalah menjadi kuat dan membalas orang-orang yang merendahkannya.

"Ayah, Ibu." Erlang Shen terjatuh ke tanah. Tubuhnya perlahan-lahan mulai membeku.

"Ayah, Ibu, kita akan bersama lagi," ucap Erlang Shen sembari menahan suhu dingin yang menyerangnya.

"Tidak boleh, Aku tidak boleh mati! Dendam ayah dan ibuku belum kubalas." Erlang Shen berdiri dan berjalan kembali, tapi tubuhnya membeku dengan cepat. Hal itu membuatnya tidak dapat bergerak sama sekali. Saat es itu sudah mencapai dada Erlang Shen, liontin yang dikenakan oleh Erlang Shen bersinar. Seketika es yang membekukan tubuh Erlang Shen menghilang.

Erlang Shen mengeluarkan liontin yang ia kenakan. Liontin itu terus bersinar. Tak lama kemudian, asap putih keluar dari liontin tersebut. Asap putih itu membentuk sesosok pria transparan yang memakai armor perang.

"Dari sekian banyak orang yang memakai kalung itu, kau yang berhasil membangunkanku," ucap pria itu sembari menatap Erlang Shen dengan tatapan merendahkan.

"Menjadi wadahku termasuk keberuntungan besar bagi manusia rendahan sepertimu. Untuk itu, jadilah wadah Dewa Perang ini," ujar pria yang menamai dirinya dewa perang.

Tangan Erlang Shen mengepal dengan erat. Ia menggenggam liontin yang dipakainya dengan penuh kemarahan. Energi transparan mengalir ke telapak tangan Erlang Shen dan menghancurkan liontin tempat dewa perang bersembunyi selama ini.

"Makhluk rendahan sebenarnya adalah kau." Erlang Shen menunjuk kearah Dewa Perang.

"Manusia tidak tahu terimakasih! Aku sudah menyelamatkanmu, tapi kau menghinaku! Kau benar-benar tidak tahu malu, manusia rendahan!" Seru Dewa Perang.

"Sekarang juga, jadilah wadahku!" pinta Dewa Perang.

"Tidak akan!" tolak Erlang Shen.

"Ha-ha-ha-ha-ha-ha." Tawa Dewa Perang menggema. Lalu, ia memasuki tubuh Erlang Shen.

"Tidak akan kubiarkan!" Tangan Erlang Shen mengepal. Amarahnya itu membangunkan kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.

Wuuuussssss

Kekuatan itu menahan pergerakan jiwa Erlang Shen. Bukan hanya itu, kekuatan misterius itu bahkan memurnikan jiwa Dewa Perang dan menyatukannya dengan jiwa Erlang Shen.

Wuuuussssss

Kekuatan jiwa yang sangat kuat menyapu wilayah yang sangat luas. Kekuatan jiwa itu bahkan menggetarkan dimensi sekte Dewa Agung. Disaat yang sama, seluruh teknik bertarung dan teknik kultivasi yang dimiliki oleh dewa perang dimasa lalu kini dimiliki oleh Erlang Shen.

"Aku akan tumbuh dengan usahaku sendiri," ucap Erlang Shen.

Dimensi Sekte Dewa Agung ....

Istana sekte Dewa Agung bergetar. Tombak Naga suci yang sudah tersegel selama ratusan juta tahun bereaksi. Tombak itu melesat menembus pembatas dimensi. Beberapa orang yang melihat itu langsung mengejar tombak tersebut.

swuuuussss

Tombak itu menancap dihadapan Erlang Shen. Erlang Shen memperhatikan tombak itu beberapa saat, sebelum ia memberanikan diri untuk mencabut tombak tersebut.

Tombak itu dengan mudahnya dicabut oleh Erlang Shen. Bukan hanya itu, jiwa dari tombak naga suci menyerap esensi darah Erlang Shen. Tiga pria setengah baya yang berasal dari sekte Dewa Agung menghampiri Erlang Shen.

"Siapa kalian?" tanya Erlang Shen kepada ketiga orang yang tiba-tiba saja muncul didepannya.

"Kami penjaga tombak itu. Jika Tuan Muda berkenan, bergabunglah dengan sekte Dewa Agung," jawab salah seorang pria berambut merah.

Chapter 3 Tetua Zilong

"Terima kasih atas tawarannya, tapi aku ingin mendapatkan kekuatan dengan usahaku sendiri," tolak Erlang Shen dengan sopan.

"jika suatu saat nanti Tuan Muda berubah pikiran, datanglah ke sekte kami, dan tunjukkan lencana ini." pria berambut merah memberikan sebuah lencana kepada Erlang Shen. Setelah lencana itu diterima oleh Erlang Shen, Pria berambut merah itu beserta rekannya yang lain langsung pergi.

"Sekte Dewa Agung lebih baik dari sekte pengguna es itu," gumam Erlang

Di Klan Shen ....

"Apakah kalian menemukan bocah itu?" tanya Patriak Shen Fu kepada seorang tetua yang berlutut dihadapannya.

"Mohon maaf, Patriak! Kami tidak menemukannya. Tetua Gu membawa cucunya itu pergi ke tempat yang jauh," jelas seorang pria yang sedang berlutut dihadapan patriak Shen Fu. Pria itu bernama Shen Guang, orang yang bertugas mengawasi sekaligus mengeksekusi anggota buangan yang berkultivasi.

"Tetua Gu dan juga Shen Duan adalah mantan jenius teratas klan Shen dimasa lalu. Tentu saja mereka akan melahirkan jenius yang sangat berbahaya," jelas Patriak Shen Fu.

"Cari anak itu! Jangan biarkan kultivasinya meningkat!" pinta Patriak Shen Fu.

"Baik!" Shen Guang lalu menghilang.

Patriak Shen Fu lalu mengeluarkan sebuah cermin. Cermin itu ia gunakan untuk melacak keberadaan dari Erlang Shen. Namun, cermin itu tidak menunjukan reaksi apapun.

"Sial, anak itu tidak memakai cincin itu." Patriak Shen Fu menyimpan cermin itu. Untuk pertama kalinya, ada ada anggota buangan yang lolos dari pantauannya.

"Anak itu beruntung, tapi saat aku menemukan, maka itu adalah akhir dari hidupnya," batin Patriak Shen Fu.

Swuuuussss

Sapuan angin dari tombak naga suci menumbangkan pepohonan. Erlang Shen melatih tombak naga suci dengan mata yang tertutup. Erlang Shen sendiri mengikuti orang yang sedang memainkan tombak di alam pikirannya.

Roaaaarrrrggg

Raungan naga yang sangat keras menumbangkan beberapa baris pepohonan. Erlang Shen yang sudah menyelesaikan latihannya membuka matanya. Ia terkejut saat melihat pepohonan disekitarnya tumbang. Bahkan, area seluas 1 km berubah menjadi kawah.

"Jurus yang sangat dahsyat." Erlang Shen ambruk ke tanah karena kelelahan dan kehabisan Qi. Tadinya, ia terlalu bersemangat, sehingga ia lupa jika kultivasinya masih sangat rendah.

"Tahap 1 ranah pemurnian qi, hampir saja aku mati," ucap Erlang Shen dengan tubuh yang masih lemah.

Erlang Shen mengabaikan rasa lelahnya. Ia mengambil sikap lotus kemudian ia mempraktekkan teknik kultivasi milik dewa perang di masa lalu.

Beberapa saat kemudian ....

Boooommmmm

Boooommmmm

Boooommmmm

Tiga kali ledakan teredam terdengar dari dalam tubuh Erlang Shen. Itu menandakan jika kultivasinya menembus tahap 4 ranah pemurnian Qi. Erlang Shen membuka matanya, prioritas utama sekarang adalah mencari sumber daya sebanyak-banyaknya.

Saat sedang menjelajahi hutan, sekelabat bayangan melintas dihadapan Erlang Shen. Sebelum Erlang Shen bereaksi, sebuah serangan menghantamnya dengan keras. Hantaman dari serangan tersebut membuat Erlang Shen terjatuh dan menghantam tanah dengan keras.

"Lemah! Bisa-bisanya tombak naga suci memilih orang lemah sepertimu," ujar seseorang yang memakai topeng.

"Kalau aku membunuhmu, maka tombak itu akan menjadi milikku." Orang yang memakai topeng itu menciptakan puluhan tombak angin di udara. Puluhan tombak angin itu melesat kearah Erlang Shen dengan sangat cepat.

Wuuuussssss

Wuuuussssss

Wuuuussssss

Puluhan tombak itu dihindari oleh Erlang Shen, tapi karena dia tidak memiliki pengalaman bertarung, sebuah tombak akhirnya menembus tubuhnya.

"Dasar lemah!" seru orang bertopeng tersebut.

"Tombak naga suci akan menjadi milikku." Orang yang memakai topeng itu menghampiri Erlang Shen. Orang itu mencabut tombak angin yang menembus tubuh Erlang Shen. Saat itu juga, Erlang Shen ambruk ke tanah.

"Orang lemah sepertimu tidak pantas memegang tombak itu." Saat orang bertopeng itu hendak mengambil tombak naga suci yang melingkar dipergelangan tangan Erlang Shen, seseorang tiba-tiba saja muncul dan menyerangnya. Serangan tiba-tiba itu membuat orang itu terpental.

Orang itu langsung melarikan diri sebelum identitasnya dibongkar. Sementara orang yang menggagalkan aksi dari orang bertopeng adalah salah satu Tetua pelindung tombak naga suci, Tetua Yang Zilong.

Tetua Yang Zilong membawa Erlang Shen ke sekte Dewa Agung. Di sana, Tetua Zilong mengobati luka Erlang Shen yang cukup parah.

Tetua Zilong yang juga merupakan seorang alkemis langsung membuat ramuan untuk mempercepat penyembuhan luka Erlang Shen. Ramuan yang sudah dibuatnya itu langsung dioleskan ke luka Erlang Shen.

Setelah mengobati luka Erlang Shen, Tetua Zilong pergi ke aula dan melapor kepada Patriak Sekte, Bing Zhang. Untuk pertama kalinya, Patriak Bing Zhang terlihat begitu bersemangat.

"Dimana dia sekarang?" tanya Patriak Bing Zhang kepada Tetua Zilong.

"Ada di balai pengobatan. Aku sengaja mengawasinya saat sedang berlatih, tapi saat ia diserang oleh orang bertopeng, aku tidak ada di sana," jelas Tetua Zilong.

"Jaga dia dengan baik!" pinta Patriak Bing Zhang.

"Baik, Patriak." Tetua Zilong memberi hormat, kemudian dia kembali di balai pengobatan.

"Aku tidak tahu siapa yang menyerangmu, tapi aku mencurigai seseorang," gumam Tetua Zilong.

"Walaupun begitu, aku harus memastikannya terlebih dahulu," sambungnya.

Tetua Zilong membuat formasi untuk melindungi Erlang Shen. Setelah itu, ia meninggalkan balai pengobatan. Sesaat setelah Tetua Zilong pergi, Erlang Shen membuka matanya.

"Orang itu memakai gelang tombak hijau. Aku yakin, orang itu berasal dari sekte Dewa Agung," batin Erlang Shen.

"Penjaga tombak." Erlang Shen teringat dengan tiga orang yang menemuinya sesaat setelah tombak naga suci muncul di depannya.

"Salah satu dari ketiganya memakai gelang berwarna hijau," batin Erlang Shen.

Erlang Shen mencoba mengeluarkan elemen cahayanya. Setelah berhasil, ia mengalirkan elemen cahaya tersebut ke bagian tubuhnya yang terluka.

Ukkkhuuuukkk

Erlang Shen memuntahkan beberapa teguk darah hitam. Darah itu adalah sisa-sisa racun yang tidak dikeluarkan oleh Tetua Zilong sebelumnya. Selain itu, lukanya juga mulai menutup dan pulih seperti sebelumnya.

"Kau sudah sadar?" tanya Tetua Zilong kepada Erlang Shen.

Erlang Shen mengangguk. Untuk saat ini, ia tidak bisa mempercayai siapapun, termasuk tetua Zilong. Tetua Zilong lalu memeriksa kondisi Erlang Shen. Ia terkejut saat mengetahui luka Erlang Shen sudah sembuh dan tak ada bekas tusukan tombak di punggungnya.

"Jangan kemana-mana, aku akan melapor dulu." Tetua Zilong menemui patriak di aula sekte. Sementara itu, tombak naga suci bersinar. Sinar dari tombak itu memasuki kepala Erlang Shen.

"Teknik kultivasi naga suci." Shen Long bermonolog sembari membandingkan teknik tersebut dengan teknik kultivasi milik dewa perang.

"Lebih baik aku menggabungkannya." Erlang Shen duduk bersila diatas kasur. Ia menggunakan dua teknik kultivasi sekaligus.

Boooommmmm

Erlang Shen terpental hingga menghantam dinding. Menyatukan dua teknik kultivasi yang bertolak belakang adalah sesuatu yang mustahil, tapi Erlang Shen tak mau menyerah begitu saja.

Boooommmmm

Ledakan terdengar. Ledakan itu membuat Erlang Shen terpental hingga menghantam dinding untuk yang kedua kalinya. Kali ini, ia memuntahkan beberapa teguk darah.

"Aku tidak akan pernah berhenti mencoba sebelum aku berhasil." Erlang Shen kembali mengambil sikap lotus. Ia kembali menggunakan dua teknik kultivasi sekaligus. Perlahan-lahan, kedua teknik kultivasi menyatu dengan sendirinya. Disaat yang sama, tubuh Erlang Shen melayang di langit. Aura dewa perang dan aura naga suci terpancar dari tubuhnya. Aura itu membuat balai pengobatan bergetar.

Boooommmmm

Ledakan terdengar. Kultivasi Erlang Shen menembus tahap 5 ranah pemurnian qi. Selain itu, penyatuan teknik kultivasi dewa perang dan juga teknik kultivasi naga suci berhasil ia satukan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ranah kultivasi

Pemurnian Qi

Perunggu

Perak

Emas

Bumi

Langit

suci

Raja

Kaisar

Leluhur

Dewa

(★1-★9)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!