NovelToon NovelToon

Satu Cinta Dua Hati

Tengah Malam

    "Selamat, anda hamil!."

    Elmira tampak sedikit linglung malam ini... yang bisa wanita itu pikirkan hanyalah apa yang dokter katakan padanya sore itu.

    "Apa yang sedang kamu pikirkan?." Tanya Kevin sembari membuka kancing kemejanya

    

    Memperlihatkan dada bidang Kevin yang menggoda, Elmira tersipu malu. Mereka telah menikah selama tiga tahun, tetapi setiap kali melihat tubuh telanjang Kevin, Elmira tidak bisa menahan rasa malu.

    Tanpa menunggu jawaban dari Elmira, Kevin berbalik badan dan pergi menuju kamar mandi.

    Ketika Elmira mendengar suara percikan air shower yang menyala, wanita itu membuka laci dan mengeluarkan laporan tes kehamilan.

    Sore tadi, dia pergi ke rumah sakit karena merasa tidak enak badan. Elmira pikir itu hanya sakit badan biasa, tetapi dokter mengatakan jika dia sedang hamil.

   

    Dan akhirnya, setelah tiga tahun mencoba, dia dan suaminya akan segera di karuniai buah hati.

   

    Elmira tersenyum dan memeluk laporan itu didadanya sembari menunggu suaminya selesai membersihkan diri di kamar mandi.

    Mereka telah menikah selama tiga tahun, namun pernikahan mereka tetap menjadi rahasia bagi dunia luar.

    Meskipun mereka tidak pernah mengumumkannya ke publik sejak menikah dan meskipun orang lain mengira Elmira hanya sekretaris Kevin, dia tetap merasa sangat di cintai. Elmira sudah bisa membayangkan dirinya dengan bayi kecil diperlukannya.

    Dengan tersenyum lebar diwajah cantiknya, Elmira memutuskan untuk memberitahu suaminya mengenai berita kehamilannya. Dia tidak sabar untuk melihat reaksi Kevin saat mengetahui kehamilannya.

    Beberapa menit kemudian, Kevin terlihat baru saja keluar dari kamar mandi dan Elmira bergegas berjalan menghampiri suaminya.

    "Kevin, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Katanya sembari memegang kertas laporan itu ditangannya. Jantungnya berdebar tak menentu di dadanya karena kegembiraan yang dirasakannya.

    "Oh, ada apa?." Tanya Kevin, mengangkat sebelah alisnya keatas, bola mata abu-abu tampak mengamati Elmira.

    "Ya, kamu tidak akan percaya. Setelah sekian lama, akhirnya aku—"

    Sayangnya, ponsel Kevin mulai berdering saat itu, menukas perkataan Elmira. Kevin mengernyitkan dahinya dan berjalan menuju balkon kamarnya untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.

    Elmira membuka layar ponselnya sendiri dan melihat bahwa saat itu hampir pukul dua belas tengah malam. Siapa yang menelpon Kevin selarut ini? Elmira menjadi gelisah.

    Tetapi, entah apa yang dikatakan orang yang menelepon itu membuat ekspresi Kevin berubah. Pria itu tidak lagi terlihat tenang dan dia tampak sedikit cemas setelah kembali dari balkon.

    "Aku akan segera datang." Kata Kevin pada seseorang yang berada diseberang panggilan.

   Elmira merasa kecewa ketika memperhatikan Kevin dengan cepat mengganti pakaiannya dan mulai berjalan pergi. Elmira berjalan untuk mengejar Kevin. "Tunggu! Kevin. Ini sudah malam, kamu tidak bisa—"

    "Ada sesuatu yang sangat penting." Jawab Kevin tanpa menoleh kearah Elmira.

    Sebelum Elmira sempat memberitahu tentang kehamilannya, Kevin telah lebih dulu keluar dari pintu.

    Tampaknya pria itu sangat terburu-buru untuk pergi ke suatu tempat yang ingin ditujunya.

   Elmira berdiri di depan pintu dengan rasa kecewa dan sedihnya. Selalu seperti ini, Kevin tidak pernah mengutamakan dirinya.

    Tidak masalah apakah Elmira memiliki masalah penting untuk dibicarakan dengan suaminya atau dia ingin menghabiskan waktu bersamanya, bagi Kevin, wanita itu selalu menjadi yang terakhir.

    Satu-satu waktu Kevin memberikan perhatian pada Elmira adalah ketika pria itu ingin bercinta dengan Elmira. Setelah itu, mereka akan hidup seperti orang asing.

    Elmira berpikir memiliki anak akan memperbaiki hubungan mereka dan itulah sebabnya dia gembira ketika akan berbagi berita itu dengan Kevin.

    Akan tetapi, seperti biasa Kevin pergi tanpa mendengarkan apa pun yang keluar dari mulut Elmira.

    Beberapa jam berlalu, Elmira tidak bisa tidur. Saat ini wanita itu sedang berada diatas tempat tidur ketika tiba-tiba mendapatkan panggilan masuk dari sahabatnya— Sonia Natalia.

    "El, apa kamu sakit dan menggunakan kursi roda?." Tanya Sonia dari seberang sana.

    Elmira mengernyitkan dahinya setelah mendengar pertanyaan sahabatnya itu. "Tidak, aku tidak memakai kursi roda. Mungkin itu bukan aku, kenapa kamu malah bertanya padaku?."

    "Aneh, aku baru saja melihat seseorang yang sangat mirip dengan Kevin. Dia pergi ke restoran mewah mendorong kursi roda milik seorang wanita. Aku pikir kamu sedang bersama Kevin." Kata Sonia.

    Kedua mata Elmira terbelalak, dia terkejut. 'Seorang wanita? Siapa dia?.' Batin Elmira.

    "Ah, jangan terlalu dipikirkan. Lagipula, mungkin saja aku salah melihat." Imbuh Sonia.

    

    Setelah panggilan mereka terputus, entah mengapa hati Elmira terasa berat. Wanita itu hendak meletakkan ponselnya diatas meja nakas, tetapi secuil berita gosip muncul di notifikasi layar ponselnya.

  Notifikasi itu ada hubungannya dengan desain perhiasan, jadi Elmira mulai tertarik pada berita itu.

    [Perancang perhiasan terkenal bernama Daisy Liana telah kembali dan terlihat seorang pria misterius menemaninya].

    Tetapi, nama pria itu tidak disebutkan dalam berita itu. Namun, berita tersebut menyebutkan bahwa Daisy ditemani oleh seorang pria yang paling bergensi dikota yang juga merupakan seorang miliarder.

    Meskipun foto pasangan itu tidak terlalu jelas, Elmira nampaknya bisa mengenali sosok pria itu, itu adalah Kevin— Suaminya.

    Daisy Liana telah kembali.

  Jantung Elmira berdebar kencang saat membaca komentar-komentar yang memuji pasangan serasi itu.

    "Daisy memang menggunakan kursi roda, tapi dia tetap terlihat anggun dan berkelas. Tunangannya pria kaya dan tampan. Aku ingin sekali melihat wajahnya!"

    "Daisy sudah kembali? Apakah kita akan mendapatkan koleksi perhiasan barunya? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita mendapatkan desain baru darinya. Aku sendiri sangat tidak sabar!"

    "Aku sangat penasaran dengan pria kaya yang bersamanya, apakah mereka akan segera menikah?"

    "Aku berhasil mengambil foto close-up. Dia sangat tampan!"

    Ternyata, apa yang Sonia katakan benar. Pria yang dia lihat bersama dengan wanita lain tidak lain adalah suaminya— Kelvin Evando Delwyn.

    Jantung Elmira terasa seperti ditusuk dengan pisau.

    Jadi Kevin meninggalkan istrinya larut malam hanya untuk menjemput mantan pacarnya, cinta pertamanya begitu dia tahu wanita itu telah kembali ke negara ini?

    **

    Pagi harinya, Elmira terbangun dan setelah melakukan aktivitas paginya seperti membersihkan diri dan sarapan, wanita itu bergegas pergi ke kantor tepat waktu meskipun dia tidak tidur sepanjang malam.

    "Apa kamu sudah melihat berita? Daisy Liana sudah kembali!." Tanya Tiana, salah satu karyawan di grup Delwyn.

    Dia sedang berbicara dengan temannya saat mereka menunggu untuk masuk kedalam lift. Di belakang mereka, Elmira tetap diam ketika mereka terus membicarakan tentang Daisy tanpa mereka tahu hal itu melukai perasaan Elmira.

    "Maksudmu perancang perhiasan terkenal itu?." Tanya temannya— Yunita.

    "Ya, dia bukan hanya seorang desainer perhiasan terkenal, tapi dia juga adalah satu-satunya kekasih yang pernah diakui bos kita untuk diajak berkencan didepan umum dan aku dengar dia adalah cinta pertama bos." Kata Tiana.

    "Wah, tapi bukankah ada gosip kalau bos kita dan Elmira punya hub—"

    "Tentu saja tidak! Dia hanya simpanan!." Tiana segera menukas perkataan Yunita. "Hahaha! Sungguh sebuah kegagalan. Dia pikir tidur untuk mencapai puncak akan membuat bos kita jatuh cinta padanya. Sekarang wanita yang benar-benar bos cintai telah kembali. Aku yakin, dia tidak hanya kehilangan posisinya sebagai simpanan, tapi juga akan kehilangan pekerjaannya." Sambung Tatia.

    Elmira mengepalkan tangannya, dia menggertakkan giginya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Bagaimana pun, pernikahannya dengan Kevin adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Kevin dan keluarganya.

    Elmira adalah asisten pribadi Kevin, tetapi tidak seorang pun yang tahu bahwa keduanya telah menikah selama tiga tahun .

    Semua orang berasumsi bahwa Elmira adalah simpanan Kevin karena kedekatan mereka. Namun, Kevin tidak pernah mengoreksi gosip yang berkembang diantara para karyawannya dan Elmira juga tidak memiliki hak untuk mengoreksi mereka. Kevin membuat perjanjian untuk merahasiakan pernikahan mereka.

    Pintu lift terbuka dan mereka semua segera memasuki lift. Tatia dan Yunita berbagi pandangan sebelum melanjutkan percakapan mereka.

    "Kalau aku jadi dia, aku akan mengundurkan diri sendiri karena jelas bos memiliki seseorang yang dicintainya. Sungguh merendahkan diri untuk bergantung padanya seperti waktu yang putus asa." Lagi, Tatia kembali buka suara dengan kata-katanya yang penuh dengan ejekan.

    "Hei, jangan terlalu keras. Dia bisa mendengar suaramu." Bisik Yunita dan mereka berdua tertawa.

    Tampaknya mereka sangat bersenang-senang dengan kesulitan yang tengah dialami oleh Elmira. Mereka berdua termasuk diantara banyaknya wanita yang iri dengan kedekatan Elmira dan Kevin. Sekarang setelah wanita yang dicintai bos mereka kembali, mereka menemukan kesempatan untuk menghina Elmira.

    "Aku akan mengatakan yang sebenarnya. Dia adalah wanita simpanan yang akan segera ditinggalkan karena calon istri Tuan Kevin sudah kembali ke kota ini." Kata Tatia dengan cukup keras.

    Elmira kembali mengepalkan tangannya mendengar kata-kata itu.

    Calon istri? Elmira adalah istri sahnya! Tetapi, Elmira tidak bisa mengatakannya dengan keras.

    Elmira mengerutkan bibirnya, hatinya terasa sakit. Kevin belum pulang ke rumah semalam. Pria itu bahkan tidak memiliki niatan untuk menelpon Elmira dan memberitahu apa yang tengah dia lakukan.

    Jadi, Elmira menyimpulkan bahwa Kevin telah menghabiskan malam bersama dengan mantan kekasihnya. Memikirkannya saja membuat Elmira merasa seperti ada kucing yang mencakari hatinya.

    Kata-kata menghina dari dua karyawan itu terus saja menggema di telinga Elmira. Dia adalah istri sah, tetapi dia bahkan tidak bisa berbicara untuk membela posisinya. Bisakah Elmira mempertahankan posisinya?

    Bagaimana Elmira bisa mempertahankan posisi yang sebenarnya bukan miliknya sejak awal?.

    Tidak butuh waktu yang lama bagi Elmira untuk tiba di ruang kerja CEO. Namun, wanita itu sedang tidak bersemangat untuk bekerja hari ini. Jadi, dia pergi ke ruang kerja Kevin karena berpikir mungkin pria itu berangkat bekerja hari dan kemudian Elmira akan meminta izin kepada Kevin untuk tidak bekerja.

    Benar saja, ketika Elmira mengetuk pintu dan masuk kedalam ruang kerja Kevin, wanita mendapati jika suami rahasianya itu tengah duduk di kursi putarnya dengan mengenakan pakaian yang berbeda dari yang dikenakannya di malam sebelumnya ketika Kevin pergi tanpa mendengarkan perkataan Elmira.

    "Kamu terlambat." Kata Kevin dengan suara dinginnya yang dalam.

    "Ya, aku kesiangan. Aku kesini untuk meminta cuti sehari." Pinta Elmira sembari berusaha keras menahan tangisnya.

    "Kenapa? Apa kamu sakit?." Tanya Kevin acuh tak acuh, bola mata abu-abunya mengamati tubuh Elmira.

    "Aku sedang tidak enak badan." Jawab Elmira.

    Masalahnya, Elmira sangat ingin bertanya dimana Kevin menghabiskan malamnya, tetapi juga Elmira tidak ingin tahu bahwa Kevin menghabiskan malamnya bersama dengan wanita lain.

    Memikirkan dan mendengarkan dari mulutnya adalah dua hal yang berbeda.

    "Oke." Jawab Kevin da ketika Elmira masih diam ditempat, pria itu mengangkat sebelah alisnya keatas. "Apa ada lagi?."

    Elmira diam, lalu dia menggelengkan kepalanya. Wanita itu tak kuasa menahan rasa kecewa. Kevin bahkan tidak berusaha untuk menjelaskan dimana dia menginap semalam. Pria itu bersikap seolah-oleh apa yang telah dia lakukan adalah hal yang biasa dan wajar.

    Dengan perasaannya yang hancur, Elmira pergi meninggalkan ruangan Kevin dan langsung turun ke lantai dasar, wanita ingin segera pulang ke rumah dan menuangkan air matanya yang masih tertahan itu.

    Sesampainya di parkiran, Elmira dengan pikirannya yang sedang kacau tidak sengaja menabrak seorang wanita yang duduk diatas kursi roda.

    Ya— wanita itu tidak lain adalah Daisy Liana, mantan kekasih Kevin.

    Dengan keadaannya yang duduk di kursi, Daisy terlihat sangat rapuh, membuat orang-orang disekitarnya memiliki perasaan untuk ingin melindunginya. Wanita itu mengerakkan kursi roda pintarnya dan berhenti didepan Elmira, menghalangi jalan Elmira.

    "Jadi, kamu Elmira Revalina, istrinya Kevin? Aku Daisy Liana. Senang bisa bertemu denganmu." Kata Daisy..

    Elmira terlihat pucat, terlihat dari tatapan matanya kalau dia sangat terkejut, Elmira tidak menyangka akan bertemu dengan Daisy secepat ini.

    "Terima kasih karena sudah menjaga Kevin selama tiga tahun terakhir ini." Lagi, Daisy kembali buka suara dan dia kemudian tersenyum.

    Elmira menarik napasnya dalam-dalam, Daisy mengatakan hal seperti itu seolah-olah Elmira selama ini terlihat hanya seperti seorang pengurus! Apakah dari kata-kata itu secara tidak langsung Daisy meminta Elmira mundur dari posisinya sengat istri Kevin karena dia sudah kembali?

    "Kamu tidak perlu berterima kasih karena aku memang ingin menjalankan tugasku seperti sebagai istri." Jawab Elmira. Dia merasa kasihan pada Daisy karena dia hanya bisa menggunakan kursi roda, tetapi Elmira merasa pernyataan Daisy merupakan sebuah ejekan terhadap situasi sebenarnya dalam hubungannya dengan Kevin.

    Daisy tersenyum manis. "Baiklah, sampai jumpa." Kata wanita itu pada Elmira.

    Daisy mulai menekan tombol di kursi rodanya untuk bergerak maju, namun tiba-tiba ponselnya yang berada di atas pangkuannya terjatuh ke atas lantai. Daisy menoleh, menatap Elmira. "Apa kamu bisa membantuku mengambilkan ponselku? Aku tidak bisa menggapainya seperti apa yang kamu lihat sekarang." Pintanya.

    Elmira menganggukkan kepalanya dan mendekati Daisy untuk membantunya mengambil ponsel wanita itu. Namun, tepat ketika Elmira berjongkok untuk mengambil ponsel, Daisy tiba-tiba jatuh ke lantai dan berteriak.

    "Apa yang terjadi—"

    "Aduh. Sakit sekali!." Teriak Daisy saat darah menetes dari dahinya, membuat mata Elmira terbelalak ngeri.

    "Apa yang—"

    "DAISY!!." Sebuah suara berat menggema di area itu.

    Jantung Elmira berdegup kencang ketika mendengar suara yang dia tahu jika itu adalah suara Kevin. Dan Elmira belum pernah mendengar suara Kevin yang terdengar begitu khawatir.

    Pria itu bergegas menghampiri Daisy dan memeluk wanita itu. Ketika melihat darah yang menetes didahi Daisy, alis Kevin mengernyit dan dia terlihat marah, melayangkan tatapan tajamnya ke arah Elmira.

    Tunggu, apa Kevin berpikir jika Elmira yang telah melakukan ini pada Daisy? Mata Elmira terbelalak kaget saat menyadari apa yang terjadi. Dirinya telah dijebak!

    "Kevin! Aku bersumpah, aku tidak mendorongnya—"

    "Pergilah dari sini!." Teriak Kevin dan mendorong Elmira hingga wanita itu terduduk.

    Sementara Kevin segera menggendong Daisy ala bridal style, tatapan matanya penuh kekhawatiran. Dia menatapnya dan berbisik dengan lembut. "Jangan khawatir, Daisy. Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Ayo bercerai!

    "Apa yang sebenarnya terjadi?." Tanya Kevin pada Daisy setelah dokter memeriksa keadaan wanita itu. Rasa bersalah merayapi diri Kevin ketika dia melihat perban didahi Daisy. "Maaf, aku tidak tahu kenapa Elmira berubah. Dulu dia sangat baik."

    Ketika Kevin pergi ke tempat parkiran, dia pikir dirinya melihat Elmira menarik Daisy dari kursi rodanya. Pria itu menjadi sangat gugup karena takut jika Daisy akan terluka.

    Lagipula, kaki Daisy terluka karena dirinya. Jadi, Kevin tidak ingin Daisy kembali terluka karena Elmira yang merasa cemburu.

    "Aku harap kamu bisa memaafkan dia, biasanya Elmira tidak mudah marah." Lagi, Kevin kembali buka suara.

    Mereka saat ini tengah berada di ruang rumah sakit VIP dengan Daisy yang terbaring di brankar rumah sakit karena mereka meninggalkan kursi rodanya.

    Daisy tersenyum dan meraih tangan kekar Kevin. "Hei, jangan salah paham. Ini bukan salah Elmira. Aku jatuh sendiri karena kursi rodaku sepertinya bermasalah."

    Kedua mata Kevin melebar. "Apa katamu? Elmira tidak mendorong mu?."

    Daisy menggelengkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya. "Tidak, dia tidak mendorongku. Tolong jangan salahkan dia untuk ini, aku tidak ingin kalian berdua salah paham karena aku."

    Kevin mengernyitkan dahinya, pria itu teringat ketika dirinya mendorong Elmira dengan kasar. Dirinya bahkan tidak menoleh untuk melihat apakah Elmira terluka atau kesakitan saat terjatuh.

    Siapa yang tahu jika Kevin akan salah membaca keadaan dan menyalahkan Elmira atas sesuatu yang tidak wanita itu lakukan?

    

    Perasaan bersalah kembali merayapi dirinya. 'Kalau di pikir-pikir, aku bereaksi berlebihan tanpa mencari tahu apa yang terjadi.' Batin Kevin.

    "Aku tidak tahu—"

    Daisy menunjukan senyuman manisnya. "Kamu harus menemui dia sekarang dan menyelesaikan kesalahan pahaman ini."

    Kevin menatap Daisy, dia pikir Daisy masih tetap sama perhatiannya seperti dulu. Kevin kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan pergi menemuinya. Tapi pertama-tama, izinkan aku mengantarmu pulang karena kita meninggalkan kursi rodamu di kantor. Dan aku sudah memerintahkan seseorang untuk membelikan kursi roda yang baru untukmu."

    "Ya, aku terima kasih. Tapi, jangan meninggalkan Elmira sendirian terlalu lama." Kata Daisy.

    "Jangan khawatir. Aku akan menjelaskan padanya dan dia akan bisa mengerti." Jawab Kevin..

    ***

    Sementara itu, Elmira bertemu dengan sahabatnya di sebuah cafe sebelum pulang.

    "Apa? Kamu hamil?." Mata Sonia terbelalak lebar. "Ini berita yang luar biasa, El."

    Tetapi, senyuman lesu terlihat di wajah Elmira. "Entahlah, kamu benar tentang kemarin malam. Pria yang kamu lihat benar-benar Kevin. Ternyata wanita yang bersamanya adalah wanita yang selalu dicintainya sampai sekarang ini."

    "Apa-apaan ini?." Desis Sonia, tak terima. Dia mengepalkan tangannya. "Apa dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya?."

   

    "Aku tidak tahu. Tapi, aku tahu kalau dia tidak mencintaiku, tetapi rasanya sangat sakit untuk memastikannya. Mungkin, aku harus melakukan sesuatu yang selama ini selalu aku tunda." Jawab Elmira, hatinya terasa sesak.

    "Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu mau meninggalkan hubungan pernikahan kalian? Apa lagi setelah kamu tahu kalau kamu sedang hamil? Menjadi ibu tunggal itu sangat berat, El. Menurutku, kamu hanya perlu menyingkirkan pelakor itu. Di sini, kamu adalah istri sahnya!." Seru Sonia. "Kalau kamu tidak bisa memarahinya, aku bisa melakukan itu untukmu, aku akan melabraknya."

    "Lalu menurutmu apa yang terjadi?." Elmira menggelengkan kepalanya. "Kamu tidak melihat betapa khawatirnya Kevin ketika dia mengira kalau aku yang sudah mendorong Daisy. Kevin tanpa ragu mendorongku karena Daisy. Aku tidak sanggup melihat Kevin lebih membela Daisy, lagipula aku hanya akan mempertahankan pria yang ingin di pertahankan."

    Sonia mengangguk kecil, dia merasa kasihan pada Elmira. "Coba kasih tahu dia tentang kehamilan mu. Aku yakin kegembiraan sesaat nya setelah melihat mantan kekasihnya itu akan hilang begitu dia tahu kalian akan segera punya anak."

    Elmira meletakan tangannya di perut dan mengusapnya pelan. Pikirannya teringat ketika Kevin mendorongnya. Pria itu bahkan tidak mencoba memeriksa keadaannya untuk memastikan dia baik-baik saja. Bagaimana jika Kevin ternyata tidak ingin memiliki anak bersama dengannya?.

    Kevin mungkin akhirnya akan meminta  Elmira untuk menyingkirkan bayi mereka agar pria itu bisa hidup bersama dengan wanita yang dicintainya— Daisy Liana.

    Elmira pun kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan memberi tahu dia tentang kehamilanku. Dia tidak pernah ingin menikahiku sejak awal... Aku yakin memiliki anak bersamaku adalah hal terakhir yang diinginkannya saat ini. Aku hanya akan menghalangi kebahagiaannya."

    Sonia menghela napas beratnya. Dia menyadari bahwa Elmira telah mengambil keputusan. Jadi, tidak ada gunanya membujuk Elmira untuk tidak melakukan hal itu.

    "Aku akan mendukung keputusan apa pun yang kamu buat, El. Dan kamu harus tau kalau aku ingin kamu bahagia." Kata Sonia.

    ***

    Beberapa saat kemudian, Kevin kembali ke rumah mereka dan mendapati Elmira yang tengah menunggunya di ruang tamu. Melihat kearah wanita itu, Kevin teringat ketika bagaimana dirinya memperlakukan Elmira sebelumnya dan hatinya di penuhi rasa bersalah.

    "Elmira, dengar! Tentang tadi, aku—

    "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, Kevin." Kata Elmira menukas perkataan Kevin.

    Wanita itu tampak penuh tekad ketika dia beranjak dari tempat duduknya dan memberikan dokumen yang ada ditangannya kepada Kevin.

    Kevin mengernyitkan dahinya karena dia bingung melihat dokumen tersebut. "Apa ini? Apa ini urusan pekerjaan? Apakah tidak bisa menunggu besok saja? Aku ingin kita bicara tentang—"

    "Tidak, aku tidak bisa menunggu. Dokumen ini berisikan surat permintaan ceraiku. Jadi, aku lakukan tanda tangannya." Kata Elmira. Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam. "Kita berpisah saja, Kevin. Aku sudah lama menahan semua ini dan sekarang mari kita bercerai!!."

    Sementara itu, Kevin tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

    Itu bukan kata-kata yang dia duga akan keluar dari mulut Elmira.

    Kevin melihat kearah dokumen yang masih berada ditangan Elmira dan benar saja, itu adalah surat cerai dan surat pengunduran diri Elmira sebagai asisten pribadinya.

    Kevin melayangkan tatapan tajamnya ke arah Elmira. "Apakah karena kejadian tadi, kamu sampai berpikir seperti ini? Apakah itu sebabnya kamu memberikan dokumen ini padaku?."

    Elmira menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, aku memang sudah lama ingin bercerai denganmu. Dan sekarang kebetulan Daisy telah kembali, kamu bisa bebas bersama wanita yang kamu cintai."

 Kevin mendengus, dia merebut dokumen itu dari tangan Elmira dan merobeknya hingga menjadi dua bagian, membuat Elmira terkesiap.

    "Kenapa kamu melakukan itu? Kamu jelas-jelas tidak mencintaiku, kenapa kamu tidak ingin menceraikan aku?!." Teriak Elmira.

    Ada nada putus asa dalam suaranya yang bahkan dia sadari. Jantungnya berdebar kencang dan sakit pada saat yang bersamaan.

    Elmira ingin bercerai karena selama tiga tahun pernikahan mereka, Kevin tidak pernah mencintainya. Pria itu tidak pernah terbuka padanya atau menunjukan kasih sayang apa pun.

    Padahal Elmira sangat mencintainya dan karena itulah wanita itu setuju ketika Kevin mengajaknya menikah, Elmira berharap bahwa jika dirinya menunjukkan cintanya pada Kevin dan mencintainya tanpa syarat, maka pria itu akan belajar mencintainya secara perlahan.

    Namun sayangnya, tiga tahun telah berlalu dan hati Kevin masih sedingin itu. Seberapa keras pun Elmira berusaha, wanita itu masih tidak dapat membuat suaminya mencintainya.

    "Aku mohon, Kevin. Biarkan aku pergi agar kamu juga bisa bahagia." Lagi, Elmira kembali buka suara. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca.

    "Tidak akan pernah, kamu bilang cerai? Kamu ingin bercerai dariku?." Tanya Kevin. "Setelah menghancurkan hidupku, kamu pikir bisa begitu saja pergi dan menuntut cerai dariku? Dalam mimpimu, Elmira."

    "Kenapa? Bukankah kamu ingin bersama dengan Daisy? Dan bukankah itu alasan kenapa kamu menginap bersamanya semalam?." Elmira tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.

    "Ah... jadi ini maksudnya? Ini bukan saat merasa cemburu, itu tidak perlu. Aku tidak melakukan apa pun dengannya.... Daisy tidak enak badan setelah pesta penyambutan nya dan aku harus menemani di rumah sakit. Kemudian dia baru diperbolehkan pulang ketika pagi hari." Kata Kevin menjelaskan.

    Elmira mengepalkan tangannya. "Aku sama sekali tidak peduli dengan penjelasanmu. Sekarang tidak ada cinta diantara kita. Lebih baik akhiri saja pernikahan ini!."

    Kevin berjalan mendekati Elmira dan mencengkram dagu wanita itu, mendongakkan wajah Elmira agar menatapnya. "Akulah yang akan mengatakan kapan pernikahan ini bisa berakhir. Aku tidak ingin mendengarmu membicarakan tentang perceraian ini lagi, kamu mengerti?."

    "Wanita yang kamu cintai sudah kembali dan jelas kamu tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Mengapa menunda hal yang tak terelakkan?." Tanya Elmira, airmata nya menetes, membasahi kedua pipinya.

    Kevin tidak mencintainya, tetapi pria itu tidak ingin melepaskannya. Sulit untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia inginkan. Kevin ingin bersama dengan Daisy, bukan? Bukankah itu sebabnya dia bergegas menemui Daisy begitu wanita itu kembali?

    Tatapan mata Kevin berubah menjadi teduh ketika melihat air mata Elmira, pria itu menangkup wajah Elmira dan menyeka air mata wanita itu dengan ibu jarinya. "Tidak akan pernah ada perceraian, kakek menyayangimu. Jangan membuatnya khawatir dengan masalah-masalah kecil seperti ini."

    Elmira hendak menjawab, namun tiba-tiba hidungnya mencium wangi yang menyengat dari pakaian Kevin. Wangi itu berasal dari parfum wanita yang Elmira duga itu pasti dari parfum Daisy.

    Parfum itu menjijikkan, ditambah setelah dia tahu tentang siapa pemiliknya, Elmira menghela napas dan menutup mulutnya dengan tangan.

    Dia menjauh dari Kevin dan bergegas lari ke dapur, karena tempat itu yang paling dekat.

    Pada saat yang sama, Kevin mengernyitkan dahinya, dia berjalan mengikuti Elmira dan mendapati jika wanita itu tengah muntah-muntah di wastafel.

    "Kamu baik-baik saja?." Tanya Kevin, berjalan mendekati Elmira dan membantu menahan rambut panjang Elmira saat wanita itu sedang muntah.

    Ketika Elmira sudah selesai dan membersihkannya, jantungnya berdebar kencang, dia tidak tahu apakah Kevin dapat menyadari bahwa dirinya hamil atau tidak?

    "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba muntah?." Lagi, Kevin kembali bertanya.

    "Eh... tadi aku memakan makanan basi." Jawab Elmira mencari alasan.

    Kevin menyipitkan matanya, menatap Elmira. "Kamu selalu berhati-hati dengan apa yang kamu makan, Elmira. Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?."

    Jantung Elmira berdegup kencang. 'Apa dia sudah mengetahuinya?.' Batin wanita itu.

    Kevin tampak mengamati Elmira, dia bisa melihat bahwa Elmira pucat dan dia juga tampak sedikit lebih gemuk.

    Kevin mengernyitkan dahinya. "Tunggu! Apa kamu—"

    Elmira menghela napas lega ketika tiba-tiba ponsel Kevin berdering dan tanpa menunggu lama lagi, pria itu segera mengangkat panggilan tersebut..

    "Halo."

    "Tuan Kevin, Nona Daisy menghilang!." Kata seseorang dari seberang sana.

    Mata Kevin terbelalak kaget. "Apa? Aku akan segera kesana!."

    Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Kevin langsung pergi begitu saja, tanpa menoleh kearah Elmira sedikit pun dan sebelum dia tahu apa yang terjadi pada Elmira.

    Kevin keluar dari rumah dengan raut wajah khawatir.

   

    Sementara itu, Elmira menertawakan dirinya sendiri. "Dan aku pikir dia tidak ingin menceraikan aku karena dia punya perasaan padaku. Tapi ternyata itu hanya khayalan ku."

    Ketika mendengar sesuatu terjadi pada Daisy Liana, Kevin langsung keluar dari rumah hanya untuk mencarinya.

    Elmira bertanya-tanya apakah Kevin akan memiliki kekhawatiran yang sama di wajahnya ketika dirinya juga menghilang.

    Tak lama kemudian, Elmira pergi meninggalkan dapur dan hendak menaiki tangga menuju kamar utama. Namun, tiba-tiba dia merasakan sakit yang tajam di bagian belakang kepalanya dan dia pun jatuh dengan keadaan matanya yang terpejam.

Sebuah pilihan

    Elmira terbangun dan mendapati jika dirinya telah terikat disebuah kursi dan sepertinya dia berada disebuah gudang kosong.

    Elmira teringat jika sebelumnya dirinya telah dipukul dengan cukup keras di bagian belakang kepala, sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. 'Apakah aku di culik?.' Pertanyaan itu yang pertama kali terlintas didalam pikiran Elmira.

    Seketika, perasaan takut pun merayapi dirinya. "Dimana aku? Tolong! Tolong! Lepaskan aku!."

    "Elmira, tenanglah. Berteriak tidak akan membantu.... percayalah, aku sedari tadi juga sudah mencobanya." Sebuah suara yang familiar terdengar di telinga Elmira.

    Wanita itu kemudian, menoleh ke kanan dan mendapati jika Daisy juga tengah dalam keadaan diikat sama seperti dirinya. Matanya tergeletak ngeri.

    "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita berdua di culik?." Tanya Elmira, dia terlihat panik dan jantungnya berdebar kencang. Namun, didalam hatinya, Elmira lebih mengkhawatirkan akan keselamatan bayi yang ada didalam kandungannya..Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, dia bisa kehilangan anaknya.

    "Pertanyaan yang bagus."Suara seorang pria terdengar menggema di gudang itu.

     Elmira menoleh ke sumber suara dan jantungnya berdebar kencang ketika dia melihat 4 orang penjahat yang berjalan mendekati mereka.

    Salah satu penjahat yang nampak seperti seorang pemimpin melangkah maju. Dia berkepala botak dan bergigi kuning. Bau alkohol dari tubuhnya dapat tercium karena begitu menyengatnya bau itu.

    "Jangan khawatir, Elmira. Kelvin akan datang untuk menyelamatkan kita." Kata Daisy dengan percaya dirinya.

  'Ya, karena Kevin adalah suami ku.' Batin Elmira dengan penuh harap.

    Namun, saat dia mengetahui jika Daisy juga di culik, harapan Elmira kembali redup.

    Elmira mengerutkan bibirnya ketika dia mengingat bagaimana Kevin bergegas keluar dari rumah setelah mendengar kabar jika Daisy menghilang. Elmira tersenyum getir, karena dia tahu Kevin mungkin hanya akan datang untuk menyelamatkan Daisy.

    'Aku tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Daisy.' Batin Elmira.

    Tak butuh waktu yang lama bagi Kevin untuk bisa menemukan di mana letak ke dua wanita itu di sembunyikan. Pria itu melangkah masuk kedalam gudang dan berhenti ketika melihat dua orang wanita yang diikat dihadapannya.

    Kevin mengepalkan tangannya dan melayangkan tatapan tajamnya kearah para penjahat itu. "Lepaskan mereka! Akulah yang menjadi masalah untuk kalian. Jadi, jangan melibatkan wanita dalam masalah ini."

    "Kau datang cepat sekali. Sepertinya kedua wanita itu sangat penting bagimu." Kata pemimpin penjahat sembari memainkan pisau ditangannya.

    "Biarkan mereka pergi sekarang!." Lagi, Kevin kembali memerintah.

    "Tidak bisa. Karena mereka sepertinya begitu penting bagimu, mereka akan dianggap telah menjadi bagian dari permasalahan ini." Kata penjahat itu. "Tapi, aku akan berbaik hati padamu dan memberikanmu kesempatan untuk menyelamatkan salah satu dari mereka, sementara yang satu lagi akan tetap bersama kami sebagai sandera."

    "Apa kau bercanda?." Tanya Kevin.

    "Kau bisa menyelamatkan satu atau tidak sama sekali!." Kata penjahat itu dan kemudian dia tertawa. "Oh... Kevin, aku ingin tahu siapa yang akan kau pilih. Tadinya aku ingin bersenang-senang, tapi akhirnya aku merasa penasaran tentang wanita mana yang paling kau cintai diantara mereka." Kata pria itu seakan hal itu adalah sebuah lelucon.

    Kevin mengepalkan tangannya. Ia mengatupkan rahang tegas sambil menatap kedua wanita yang sama-sama terlihat ketakutan itu.

    "Kevin, pilih saja Elmira. Dia istri mu! Jangan khawatirkan aku..." Kata Daisy Liana sembari menatap Kevin dengan raut wajah sedihnya.

    Daisy tampak pucat dan lemah. Namun, dia tetap bersikap baik hati dan memikirkan Elmira dengan sepenuh hati.

    Perasaan Kevin di penuhi rasa bersalah. Tangannya mengepal erat, seakan mengancam akan memukul para penjahat itu hingga berdarah.

    "Lanjutkan, Kevin. Kau di perbolehkan menyelamatkan satu wanita. Cepatlah sedikit, waktu terus berjalan." Kata ketua penjahat itu.

    Kevin mendesis, tatapannya beralih ke kedua wanita itu. Sementara itu, jantung Elmira berdegup kencang ketika memperhatikan tatapan Kevin.

    Namun, Kevin hanya meliriknya sekilas. "Lepaskan Daisy!."

    Mendengar hal itu, hati Elmira seketika hancur berkeping-keping.

    "Kau yakin? Itu pilihan mu?." Tanya penjahat itu, terlihat seringaian yang menjengkelkan diwajahnya. Pria itu menikmati drama yang terjadi saat ini.

    Rahang tegas Kevin terlihat jelas. Wajahnya tanpa emosi apa pun saat dia mengulangi perkataannya. "Ya, aku memilih Daisy!."

    Seakan seluruh dunia Elmira hancur runtuh. Dia tahu hal ini pasti akan terjadi, tetapi dari dalam lubuk hatinya, Elmira berharap jika Kevin akan memilihnya. Karena bagaimana pun juga Elmira adalah istri sahnya.

    Melihat Kevin memilih wanita lain dan pergi meninggalkannya menjadi sandera untuk para penjahat itu, terasa lebih menyakitkan dari yang dapat dibayangkannya.

    'Kevin, apakah aku benar-benar tidak berarti bagimu?.' Batin Elmira, air matanya menetes.

    "Kevin, tampaknya kau memang kejam seperti gosip di luar sana." Kata penjahat itu dan tersenyum jahat. "Apa kau akan baik-baik saja meninggalkan wanita itu di tempat ini bersama kami?."

    "Lepaskan Daisy!." Tuntut Kevin dengan nada dinginnya..

    Si ketua penjahat itu terkekeh dan memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan kaitan tali yang mengikat tubuh Daisy. Barulah setelah itu, Kevin segera merengkuh Daisy ke dalam pelukannya, mendekap Daisy erat didada nya seperti sebuah boneka yang bisa rapuh jika tidak disentuh dengan hati-hati.

    "Kevin, sebaiknya kamu memilih Elmira. Aku cacat dan aku akan duduk di kursi roda seumur hidupku. Aku tidak berguna bagimu." Kata Daisy dengan suara lembutnya.

     "Jangan khawatir, Daisy. Aku akan mengeluarkan mu dari tempat ini." Janji Kevin sebelum akhirnya menggendong Daisy keluar dari gudang.

    Elmira tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya telah hancur berkeping-keping. Satu-satunya yang dia khawatirkan hanyalah tentang bayinya yang tidak bersalah yang akan terbunuh karena cintanya yang buta pada Kevin.

    Andai saja waktu bisa di putar kembali, Elmira tidak akan menyerahkan hatinya kepada pria berhati dingin seperti Kevin.

    "Karena Kevin sudah menentukan pilihannya, aku tidak akan membiarkan mu hidup." Kata penjahat itu sembari memainkan pisau di tangannya dan menatap Elmira.

    "Silahkan. Apa yang kau tunggu?." Kata Elmira, terlihat tatapan kosong dari wanita itu.

    "Aku pikir, kau akan memohon dan menangis agar nyawamu aku ampuni... meskipun faktanya aku tidak akan membiarkan mu pergi." Kata penjahat itu, lalu tertawa dan diikuti dengan yang lainnya.

    Dia memerintahkan anak buahnya untuk menyiram area gudang itu dengan bahan bakar.

    

    "Tapi bos, apakah hal ini yang benar untuk dilakukan?." Tanya salah satu dari mereka.

    "Wanita itu tidak masalah jika kita melenyapkan nya." Jawab ketua penjahat.

    Elmira mendengar hal itu, tetapi dia tetap diam dan tidak punya energi untuk memikirkan percakapan para penjahat itu. Dia sudah terlanjur patah hati, sampai akhir dan disaat yang mendesak pun, dia tidak pernah menjadi pilihan pertama untuk Kevin.

    Mengapa Elmira hidup seperti ini? Mengapa dia membiarkan Kevin memperlakukannya seperti sampah? Kevin tahu jika ini adalah saat-saat terakhir bagi Elmira dan pria itu akan sangat menyesal.

    "Hai, Nona. Ada kata-kata terakhir?." Tanya penjahat itu pada Elmira sembari tersenyum lebar.

    Wanita itu tetap terdiam, memejamkan matanya dan menerima nasibnya.....

    DUUAAARRRRR!

    Sebuah ledakan dahsyat mengguncang tanah.

    Di luar gudang yang baru saja meledak, Kevin terlihat berlari akan kembali masuk kedalam gudang, namun karena kekuatan ledakan yang dahsyat itu, membuat Kevin terlempar ke belakang.

    Dia menatap gudang di depannya dengan raut wajah kaget, gudang itu telah berubah menjadi lautan api, melahap seluruh bangunan.

    Elmira, istrinya masih berada didalam gudang.

    "Elmira!."

    "TIDAK!!!." Teriakan Kevin yang bersedih menebus udara.

    ****

    Enam tahun kemudian...

    Di sebuah gedung yang telah disulap menjadi ruang acara yang bergengsi di kota itu, terlihat ramai dengan beberapa tamu undangan atau pun para wartawan media yang sengaja datang untuk meliput acara tersebut.

    Ini karena pemilik perusahaan terbesar yang bernama Alister Edwar Ardonio telah kembali ke negara itu untuk memperkenalkan putri mereka yang telah lama menghilang kepada dunia.

    Alister Edwar Ardonio, seorang desainer perhiasan ternama adalah orang yang memiliki pengaruh kuat yang telah membangun bisnis perhiasan keluarganya dan menciptakan kekayaan untuk dirinya sendiri.

    Alister Edwar Ardonio selalu memimpin tren mode di dunia perhiasan. Orang-orang selalu memuji perhiasan rancangannya.

    Namun, beberapa tahun yang lalu dia pergi ke luar negeri bersama dengan istrinya. Banyak orang-orang yang menyesalkan hilangnya kesempatan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan keluarga Ardonio.

    Tetapi akhirnya, keluarga Ardonio mengumumkan kembali nya mereka ke negara ini.

    Banyak pria dan wanita dari kalangan kelas atas di kota itu, sangat ingin bertemu dengan Alister Edwar Ardonio, CEO Ardonio  Corporation. Mereka datang dengan mobil mewah dan membawa hadiah mahal untuk membuat keluarga tersebut terkesan.

    "Hadirin sekalian, kita telah berkumpul di acara terbesar tahun ini, dimana CEO Ardonio Corporation akan memperkenalkan putri satu-satunya kepada dunia. Dan saya yakin, semuanya yang hadir di sini pasti sangat ingin bertemu dengan Nona Ardonio, termasuk seorang pria yang paling menarik di kota ini. Ya... siapa lagi kalau bukan Tuan Kevin Evando Delwyn yang ditemani oleh tunangannya Nona Daisy Liana. Tampaknya CEO yang terhormat itu juga tertarik ingin mengetahui putri tunggal keluarga Ardonio yang sudah lama hilang...."

    Kata-kata sambutan host tersebut terpotong ketika seorang pria tampan tinggi dengan setelan jas hitam berjalan melewati pintu dan memasuki aula.

    Pria itu tersenyum mengejek ketika mendengar host yang mengatakan jika dia datang ke tempat ini karena tertarik dengan kabar putri keluarga Ardonio. Padahal tujuan pria itu datang ke tempat ini adalah hanya untuk membentuk kemitraan dengan Alister Edwar Ardonio untuk perusahaan perhiasan barunya.

    Ya, pria itu tidak lain adalah Kevin Evando Delwyn, CEO grup Delwyn.

    "Kevin, ke sini!." Sebuah suara lembut terdengar memanggil Kevin dari satu sisi aula.

    Kevin menoleh dan dia tersenyum ketika mendapati Daisy Liana. Tak menunggu waktu lama, Kevin pun segera berjalan mendekati Daisy. "Bagaimana apakah kamu sudah berbicara dengan Tn. Edwar?."

    

    Daisy terkekeh canggung. Wanita itu telah datang lebih dulu karena ingin bertemu dengan Alister Edwar Ardonio, tetapi Daisy di minta untuk kembali ke ruang aula oleh petugas keamanan. Semua orang yang ingin bertemu pria itu harus menunggu hingga acara selesai. Ayah Daisy mengenal Edwar, tetapi dia juga  tidak bisa membantu Daisy.

    "Aku memutuskan untuk menunggunya di sini. Jangan khawatir, Kevin. Aku akan membantumu mendapatkan kerja sama dengan Tn Edwar. Beliau adalah teman Ayahku, jadi aku yakin dia akan setuju dengan permintaan ku." Kata Daisy.

    Kevin yang berdiri, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya dan menganggukkan kepalanya. Kevin tidak punya pilihan lain, selain mengandalkan Daisy karena usahanya sendiri untuk menghubungi Edwar terbukti sia-sia. Tampaknya pria itu sengaja mengabaikan lamaran kerja sama Kevin karena suatu alasan.

    Tidak butuh waktu yang lama bagi Host untuk mengumumkan bahwa Tn. Alister Edwar Ardonio  telah tiba di aula tersebut dan perhatian semua orang langsung tertuju ke arah pintu masuk aula.

    Satu menit kemudian, terlihat seorang pria yang berumur lima puluh tahun berjalan melewati pintu masuk dengan seorang wanita yang berumur empat puluh tahun berjalan dengan anggun di samping pria itu. Dia adalah istri Alister Edwar Ardonio, bernama Gissela Pavo Elvara, yang juga merupakan seorang desainer perhiasan terkenal.

    "Itu dia, kita harus kesana untuk menyapa mereka." Ajak Daisy, lalu mendongak menatap Kevin. "Aku akan memperkenalkannya padamu." Sambung Daisy dengan percaya dirinya.

    Kevin menganggukkan kepalanya dan mendorong kursi roda Daisy. Mereka mendekati Edwar dan istrinya ketika mereka berdua sengaja berhenti untuk menyapa beberapa tamu penting lainnya.

    Setelah mendekat, Daisy tersenyum melihat Edwar. "Paman Edwar!."

    Alister Edwar Ardonio menoleh ketika dia mendengar seseorang memanggil namanya. Pria paruh baya itu kemudian mengernyitkan dahinya ketika melihat jika yang memanggilnya adalah Daisy.

    "Paman ingat aku, kan? Aku putri dari—"

    "Selamat malam." Alister Edwar Ardonio menyapa dengan singkat, tanpa menoleh kearah Kevin sedikitpun.

    Daisy terlihat terkejut dan dia tidak menyangka jika Edwar akan mengabaikannya didepan semua orang ini.

    "Tadi kau bilang keluarga kalian berteman dan apalagi ayahmu?." Tanya Kevin, merasa aneh karena Edwar mengabaikan Daisy yang mengenalnya secara pribadi.

    "Mungkin dia tidak mengenaliku.... karena sekarang aku lumpuh." Gumam Daisy, mendengar kata-katanya membuat Kevin mengernyitkan dahinya.

    "Lupakan saja. Aku akan menemuinya sendiri setelah acara selesai." Kata Kevin dengan lembut.

    "Hadirin sekalian." Alister Edwar Ardonio menaiki panggung dan meraih mikrofon. "Silakan."

    

    Kerumunan yang bersemangat segera terdiam, dan semua orang memperhatikan Edwar dan Elvara di atas panggung.

    "Terima kasih atas dukungan kalian semuanya. Perusahaan Ardonio Corporation akan memindahkan pusat bisnisnya kembali ke kota ini, mulai hari ini." Kata Edwar mengumumkan.

    Para undangan yang hadir terlihat bersorak-sorai. Meski mereka sudah mengetahui berita pemindahan perusahaan tersebut saat menerima undangan, mereka tetap tidak pelit dengan antusiasmenya.

    "Sekarang, izinkan saya memperkenalkan pada kalian semua, putri saya yang telah lama menghilang. Silakan masuk dan bergabung dengan kami Davina Grizelle Ardonio."

    Tiba-tiba terdengar suara berisik di pintu masuk. Seorang wanita cantik terlihat masuk ke dalam aula dan langsung menarik perhatian semua orang.

   

    Wanita itu berpakaian elegan. Kulitnya putih mulus dan rambut cokelat tuanya diikat dengan gaya sanggul yang elegan. Dia mengenakan gaun malam biru safir dengan riasan tipis di wajahnya yang menunjukkan kecantikannya.

    Mendengar jika semua orang heboh akan kedatangan wanita itu. Kevin pun kemudian ikut menoleh untuk melihat apa wanita yang di hebohkan oleh orang-orang itu. Namun, ketika dia melihat wanita yang memasuki aula, rahangnya ternganga dan matanya terbelalak.

  'Elmira?.' Batin Kevin.

    Apakah dia sedang bermimpi? Wanita itu sangat mirip dengan mending istrinya Elmira Revalina yang meninggal karena ledakan di gudang beberapa tahun yang lalu.

    Sama seperti Kevin, Daisy juga sama terkejutnya. Wanita itu tampak pucat dan bergumam lirih. "Apakah dia Elmira? Bagaimana mungkin? Dia sudah meninggal!."

    Namun, Kevin masih terdiam dan tidak menanggapi Daisy. Pandangan pria itu tetap tertuju pada wanita yang tampak seperti bidadari yang sangat mirip dengan istrinya.

    Hati Daisy hancur saat dia menyadari bahwa perhatian Kevin telah teralihkan oleh wanita misterius itu. Daisy mengepalkan tangannya erat saat rasa takut merayapi dirinya... siapa wanita itu dan mengapa dia terlihat seperti Elmira?.

    Para tamu bertepuk tangan ketika Davina Grizelle Ardonio naik ke panggung dengan anggun. Wanita cantik itu berjalan menghampiri ayahnya.

    Sembari memegangi mikrofon, Davina tersenyum menatap para tamu undangan. "Hallo semuanya, saya Davina Grizelle Ardonio. Saya sudah kembali dan akan mengambil alih jabatan sebagai CEO Ardonio Corporation mulai sekarang."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!