Cinta.
Sebuah kata yang mendeskripsikan perasaan rumit milik manusia. Perasaan untuk belahan jiwa, keluarga, saudara, teman, maupun diri sendiri.
Bagi Vivian sang raja iblis, cinta adalah senjata bermata dua milik manusia. Dengan cinta, manusia dapat menjadi sangat kuat dan dengan cinta pula mereka bisa menjadi sangat lemah.
Vivian tidak membutuhkan pedang bermata dua seperti itu. Lebih tepatnya, bangsa iblis memang dilahirkan tanpa perasaan itu.
Raja iblis ini membenci kekalahan. Dia membenci pahlawan dari bangsa manusia yang berhasil mengalahkannya dengan kekuatan mengerikan bernama cinta tersebut.
"Rasanya menyebalkan...
Namamu akan tercatat di dalam sejarah sebagai pahlawan yang berhasil mengalahkan raja iblis.
Baiklah...
Mau bagaimana pun aku tetap kalah. Selamat menikmati kedamaian, umat manusia."
Vivian, sang raja iblis telah mengakui kesalahannya.
500 tahun berlalu
Sebuah ramalan tentang kebangkitan muncul.
{Raja iblis akan kembali dalam wujud manusianya. Wujud berupa bunga kedua yang bersinar paling redup.
Ia bersiap untuk membalaskan dendam yang tak terbalaskan di kehidupan sebelumnya. Dendam yang tidak pernah terbayangkan oleh manusia.}
Begitu mendengar isi ramalan. Banyak orang mengira jika bintang kedua yang dimaksud adalah anak kedua.
Tahun itu, tercatat dalam sejarah sebagai kejadian kelam. Banyak keluarga mulai meninggalkan, membuang, bahkan melayangkan nyawa anak kedua mereka.
Tindakan ini jelas mengundang kecaman dari berbagai pihak.
Semua negara serta kerajaan besar memutuskan untuk melakukan percobaan tentang kebenaran dari ramalan tersebut.
Hasil dari percobaan itu akan menentukan nasib dari Kerajaan Suci Dolion selaku pihak pertaman yang menyebarkan ramalan.
Pada akhirnya, dibuktikan jika ramalan tersebut sebagai benar dan sebagian lagi tidak. Pihak kerajaan suci Dolion memerintahkan penangkapan salah satu petinggi kerajaan yang diduga sebagai orang yang telah memalsukan isi ramalan.
Memang masih ada beberapa pihak yang belum puas namun mereka tidak bisa berbuat banyak mengingat kerajaan tersebut merupakan salah satu peninggalan sejarah yang sangat penting.
Setelah kemunculan ramalan itu, mulai bermunculan manusia dengan kemampuan super, para monster berbahaya serta sebuah keajaiban dunia yang baru.
Hal ini merupakan tanda-tanda kebangkitan raja iblis.
Dunia jelas menjadi geger, di tambah lagi mereka masih belum mengetahui siapa sosok raja iblis itu.
Berbagai pihak saling mencurigai, saling berkhianat, serta saling bekerja sama untuk menemukan sosok raja iblis.
Akan tetapi sampai sekarang mereka masih belum mengetahuinya.
Prok!
Sebuah tepukan tangan terdengar, menyadarkan seorang remaja perempuan dari lamunannya.
"Nah, anak-anak. Itulah sejarah singkat tentang kemunculan manusia berkemampuan khusus yang sekarang di sebut Awakening. Tugas utama mereka adalah membasmi para monster dan menyelesaikan keajaiban dunia yang baru."
Mata remaja itu menatap kosong ke arah sang guru yang sedang menerangkan pelajaran sejarah. Dia muak. Bagi sebagian orang mungkin cerita tadi baru mereka dengan 4 atau 6 kali.
Akan tetapi, remaja bermata biru itu sudah mendengarnya ratusan kali.
Ia bangkit mengetahui sebuah fakta yang disembunyikan oleh pemerintah dunia.
Fakta jika akan ada 7 Raja Iblis yang bangkit untuk menyelesaikan dendam mereka masing-masing di era yang sama.
Apakah ini berbahaya? Jelas! Seseorang harus menghentikan ke 7 raja iblis tersebut bagaimana pun caranya.
Sayangnya, bukan remaja itu yang bisa menghentikannya.
Dan alasan kenapa dia bisa mengetahui hal itu adalah karena ini bukan pertama kalinya ia hidup sebagai seorang remaja.
Namanya Sanika Igarashi, seorang Awakening kelas emas dengan kemampuan yang membuatnya mampu mengulang kehidupan sampai ia benar-benar ingin mati.
Dia sudah muak dan lelah untuk hidup. Sudah ratusan kalian ia mati dengan bermacam-macam cara tapi sampai sekarang, ia belum berhasil menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi.
Yang ia dapatkan hanya trauma mendalam karena melihat kematian mereka berkali-kali tepat di depan matanya tanpa bisa berbuat apapun.
Tes!
"Sanika."
Salah satu teman sekelasnya memanggil dirinya.
Sanika menoleh pelan. "Ya?"
"Kau mimisan! Ayo ke UKS!"
Tanpa Sanika sadari, cairan merah keluar dari hidungnya. Segera, siswi tadi menarik pergelangan tangan Sanika dan membawanya ke UKS.
"Ini bukan penangan tepat untuk orang yang sedang mimisan," pikir Sanika.
Ujung matanya melirik ke tangan hangat yang menarik dirinya. Walau sudah menyerah, Sanika masih tidak ingin mati. Dia mungkin hanya butuh waktu untuk istirahat.
Hal-hal kecil seperti kekhawatiran teman sekelasnya ini merupakan alasan sederhana yang membuat Sanika tetap ingin hidup.
.
.
.
Di sebuah Rumah pohon yang terletak diantara dahan-dahan kokoh pohon beringin. Terlihat seorang perempuan berambut putih sedang duduk sembari menatap langit.
Dari arah Utara, awan gelap sedang bergerak perlahan menuju rumahnya
Mata biru perempuan itu melirik ke halaman belakang rumahnya.
Tap!
Entah bagaimana caranya, ia berhasil melompat turun dari ketinggian 3 meter tanpa terluka. Kakinya melangkah pelan ke tempat yang ia tatap tadi.
Di sana terbentang puluhan kain yang digantung. Tangan perempuan itu menyentuh salah satu kain.
"Mampus, belum kering juga cucianku ini anjir! Kenak omel mama ini mah!"
Tahun 2040, tahun kemunculan ramalan tentang kebangkitan raja iblis serta tahun di mana dunia mulai mengalami perubahan besar-besaran.
Perubahan paling ekstrim adalah kemunculan sebuah fenomena alam baru yang dinamai Ruang Gelap. Fenomena ini merupakan peristiwa di mana sebuah asap hitam memenuhi sebuah ruang acak seperti gunung, rumah, dan sebagainya.
Fenomena ini memiliki sesuatu yang berada di luar akal. Sesuatu yang mengubah, menggabungkan, merusak, serta menambah sesuatu pada makhluk hidup. Yang paling sering terkena dampaknya adalah hewan dan tumbuhan.
Tiap Ruang Gelap memiliki aturannya masing-masing. Beberapa mengikuti aturan tempat mereka muncul, beberapa yang lain membuat aturannya sendiri.
Selain itu, kemunculan manusia berkemampuan atau awakening berhasil membuat umat manusia berkembang dan tidak mengalami kehancuran.
Salah satu awakening paling bersejarah adalah Roberto Van Garcia dan Oktaviano. Mereka terkenal sebagai ilmuwan paling jenius abad itu bersama beberapa rekannya yang lain.
Mereka telah menciptakan banyak penemuan canggih yang membantu kemajuan teknologi manusia.
Sayangnya, umat manusia masih belum bisa menghentikan kemunculan para monster dan makhluk-makhluk mistis yang mulai muncul dari tempat persembunyiannya.
Seluruh senjata canggih masih belum bisa menandingi kekuatan mahluk yang berada di level Legenda. Level tertinggi di kalangan awakening.
Salah satu makhluk mistis yang berada di level ini dan muncul di depan banyak orang adalah Hydra. Kini, makhluk berkepala 7 itu telah di kurung dalam penjara paling kuat sedunia.
.
.
.
Tahun 2204.
Di sebuah teras rumah. Terlihat seorang perempuan berambut putih sebahu sedang memperagakan gerakan berpedang dengan sapu.
Tiap gerakannya mengeluarkan hembusan angin, membuat debu-debu di lantai teras terbang ke sembarang arah.
Tindakan perempuan itu memunculkan tanda tanya besar dalam kepala seorang remaja laki-laki yang baru duduk di bangku SMP.
"Dasar Wibu." Ucapan remaja dengan name tag 'Arkara' itu membuat perempuan tadi memasang wajah datar.
"Kamu diam!"
Remaja bernama Arkara itu mendengus pelan. Dia sudah lelah dengan sifat sang kakak yang agak lain ini.
Sambil mengabaikan tingkah kakaknya, Arkara berjalan memasuki rumah. Aroma mie kuah rasa soto langsung menusuk hidungnya.
"Mama masa mie," pikir Arkara.
Remaja berambut hitam itu berjalan menuju dapur. Di ruangan yang penuh alat maka itu berdiri seorang wanita cantik yang tengah berbicara sendiri.
Hal itu membuat Arkara heran. "Ma, kaya Papa jangan sering masak mie."
Ia berjalan mendekati sang ibu. Menyadari keberadaan dang anak, wanita berambut hitam itu tersenyum cerah.
"Gak papa, cuman sekali-kali kok. Besok mama mau bikin jajan. Kamu mau yang manis atau asin?"
"Yang manis saja," jawab Arkara sambil menyalami sang ibu.
Setelah itu, Arkara membungkukkan kepalanya sedikit ke salah satu sudut dapur. Meski tidak bisa dilihat secara langsung, remaja itu bisa merasakan hawa keberadaan seseorang di sana.
Sementara itu, di depan teras.
Ekilah Rajendra. Itulah nama dari kakak perempuan Arkara yang saat ini sedang galau karena kehilangan uang ketika jalan-jalan kemarin.
"Padahal aku pingin beli komik itu," gumam Ekilah.
Dalam keheningan selama beberapa menit, Ekilah pun akhirnya bertekad untuk mencari uang dengan cara benar agar tidak di usir dari rumah. Sekalian dia ingin melengkapi koleksi komiknya.
"Yosh! Aku akan cari pekerjaan!"
Jdaaar!
Petir menyambar di langit. Melihat itu Ekilah terdiam sejenak.
"Hmm... Mulai besok aja deh aku nyari kerjanya."
.
.
.
"Aku mau cari kerja."
Satu kalimat dari mulut Ekilah berhasil mengejutkan seluruh anggota keluarganya yang sedang berkumpul untuk makan malam.
Karsa Rajendra selaku kepala keluarga pun termenung sebentar. "1 bulan lewat 2 Minggu."
"Kayaknya sekarang jadi 1 bulan pas deh Pa," ujar Arkara.
Ekilah mengerutkan keningnya sebal, "Maksudnya apa ya, Tuan-tuan?"
Ini bukan pertama kalinya Ekilah berkata ingin mencari kerja.
Rahayu menghela nafas panjang. Dia harus menghentikan pembicaraan ini sebelum keseruan dalam rumah tangga terjadi.
"Kalian berdua jangan seperti itu." Rahayu kemudian menatap sang putri.
"Memangnya sekarang Eki mau kerja apa? Mama sarankan jangan kerja di supermarket lagi, nanti Papamu harus membayar makanan yang kamu makan."
Ekilah tidak tahu apakah sang ibu sedang membela atau ikut menghina dirinya.
"Aku mau jadi Awakening."
"!!"
Karsa sedikit mengerutkan kening mendengar jawaban sang putri. "Kamu yakin, Eki? Menjadi awakening itu bukan hal yang mudah. Papa tidak mempermasalahkan soal biasa hanya saja jalan yang kamu tempuh kedepannya bisa sangat berbahaya."
Bagi kebanyakan orang, menjadi awakening sama dengan mempersembahkan nyawa kepada dewa kematian. Sudah tak terhitung banyak nyawa yang hilang dalam pekerjaan ini. Walau ada beberapa orang fomo yang menganggapnya keren.
"Aku yakin, Papa tahu sendirikan impianku waktu kecil."
Karsa menaikkan satu alisnya bingung, "bukannya kamu cuman ingin makan kue tingkat 10?"
"Bukan, bukan yang itu Pa, tapi yang satunya."
"Oh! Yang setelah kamu dapat masalah besar di sekolah itu ya."
Ekilah mengangguk kecil.
Arkara yang masih duduk di bangku SMP memilih untuk tetap diam. Lebih tepatnya dia masih belum siap masuk ke dunia orang dewasa.
"Papa tenang saja, aku bisa jaga diri kok. Waktu pemeriksaan di SMA aku masuk dalam kategori orang yang bisa membangkitkan kekuatan dengan mudah kan."
Karsa menghela nafas. "Bukan itu yang papa khawatirkan. Jika kamu pergi menjadi awakening maka Mamamu akan tinggal sendiri di rumah."
"Tidak perlu khawatir soal itu. Mama tidak masalah, kok," timpal Rahayu.
Malam itu, Ekilah sudah memutuskan untuk menjadi awakening agar bisa mewujudkan impian masa kecilnya.
Di dalam kamar, Ekilah mulai membaca beberapa artikel di ponselnya tentang ujian menjadi awakening resmi. Setelah mengikuti ujian peresmian dari Federasi Awakening Dunia yang biasa diadakan 1 tahun sekali, Ekilah akan mendapatkan 3 jenis pilihan.
Pertama, bergabung dengan Federasi Dunia untuk menjalankan misi dan langsung bergabung dengan Federasi Awakening cabang di negaranya ini.
Kedua, bergabung dengan sebuah Guild dan mengikuti sosok Guildmaster.
ketiga, menjadi awakening independen yang bergerak sendiri. Mereka bebas ingin mengikuti misi dari Federasi atau misi dari seseorang atau organisasi.
Untuk bergabung dengan Federasi seorang Awakening harus memiliki kekuatan di atas tingkat perunggu. Meski bisa mendapatkan penghasilan banyak bagi Ekilah, Federasi itu seperti sedang mengikat rantai pada tiap leher Awakening agar mereka patuh dan tidak menjadi lawan yang berbahaya di masa depan.
monster yang tidak bisa mengeluarkan kekuatannya adalah hal yang paling menyedihkan bagi Ekilah. Maka dari itu Ekilah akan memilih antara pilihan yang kedua atau ketiga.
Awalnya Ekilah pernah ditawari untuk mengikuti ujian saat lulus SMA tapi dia menolaknya dengan alasan ingin merasakan jadi pengangguran lebih dulu. Walaupun alasan seperti itu sempat ditolak akhirnya Ekilah pun menggunakan keluarganya sebagai alasan.
Ekilah mengerutkan keningnya kesal. "Agh! Kenapa jadi Awakening di jaman sekarang begitu menyusahkan sih!?"
Ting!
Tiba-tiba muncul sebuah ide dalam kepala Ekilah. "Bagaimana jika aku membunuh petinggi Federasi dan memaksa penerus mereka untuk mengganti aturannya?"
"... Lupakan sajalah, itu terdengar lebih merepotkan."
Bruk!
Aqila pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ponselnya bergetar pelan, perempuan itu membaca pesan masuk dan menaruh ponselnya kembali.
"Ah, besok aku harus minta tolong ke bang Rizal."
.
.
.
"lo telat," kata seorang pemuda berkaos hitam longgar tanpa lengan.
pemuda itu sedang minum kopi di sebuah cafe. Ekilah selaku orang yang datang terlambat hanya bisa tertawa kecil.
"Jadi, mau mintol apa?"
"Mintain formulir pendaftaran peresmian Awakening dong, bang."
"kenapa gak lo ambil sendiri." Rizal meneguk kopi pesanannya.
Ekilah mendengus pelan. Dia lalu menopang dagunya dengan tangan dan menatap ke sekumpulan orang yang berada di dalam kafe.
"Bang Rizal tahu sendiri kan soal masalah yang aku buat dengan cowok buaya waktu SMA dulu. Dia itu anak salah satu orang berpengaruh di dalam Federasi. Seperti kata pepatah lawanlah racun dengan racun."
"Gua gak pernah denger pepatah kayak gitu deh."
"Pokoknya aku minta tolong ya, Bang Rizal."
Rizal termenung sebentar, dia sebenarnya tidak mau meminta bantuan pada kerabatnya yang bekerja di Federasi. Hanya saja jika dia menolak permintaan Ekilah sekarang ada kemungkinan perempuan berambut putih ini akan meminta bantuan yang lebih berat di masa depan.
"Baiklah, aku akan membantumu."
Masalah surat izin peresmian sudah beres kini, Ekilah hanya perlu menunggu ujian Awakening dan lulus. Perempuan berambut putih itu tidak mencari informasi lebih lanjut tentang ujian Awakening bukan karena dia percaya diri tapi karena dia sudah terlena dengan game online.
"Hahaha.. Yang penting yakin dulu," ucap Ekilah pada dirinya sendiri.
Ekilah menaiki kereta agar lebih cepat sampai namun di tengah jalan tiba-tiba ia menerima sebuah pesan horor dari sang ibu.
[mau ke mana nak, kok tidak pamit sama mama? kamu tidak menganggap mama penting ya?]
Deg!
Ekilah lupa. Walaupun mamanya memberikan emoticon tersenyum sebagai tambahan bukan berarti beliau tidak marah.
Segera Ekilah berdiri dan turun entah di stasiun mana, perempuan itu lalu memesan ojek dan bergegas pulang. Pesan mamanya tadi membuatnya merasa bersalah.
.
.
.
Sementara itu.
Di sebuah gedung besar yang tertutup. Terlihat seorang pemuda dengan rambut hitam bergelombang tengah menggenggam erat pedang yang berada di pinggangnya dia tidak memperlihatkan rasa gugup seperti peserta ujian yang lain.
Beberapa menit berikutnya pintu gedung terbuka, menunjukkan 5 orang dengan pakaian seragam resmi Awakening Federasi. Aura kalimat orang itu cukup untuk menambah rasa gugup tiap peserta.
"Tes! Tes! ... Perkenalkan, namaku Angelina, Awakening kelas emas."
Suara bisik-bisik mulai terdengar di penjuru gedung, kebanyakan meragukan kemampuan Angelina karena penampilan wanita itu.
Rambut merah muda, mata hijau serta pita kecil yang digunakan sebagai jepit rambut. Sebuah penampilan yang cukup feminim.
Angelina sendiri tidak terlalu peduli dan melanjutkan perkataannya.
"Sebelum ujian dimulai kalian harus memberikan surat izin pada keempat rekanku di samping ujian akan terdiri dari 3 fase setelahnya baru kami akan mengukur level kalian di tempat yang sudah ditentukan."
Tak!
Angelina menjentikkan jari seketika muncul drone terbang berbentuk bulat yang mengambang di dekat para peserta.
"Drone itu akan menjaga kalian agar tidak melakukan tindakan yang berlebihan. Juga sebagai kunci kalian untuk lolos dari fase pertama ujian. Kalian cukup menekan tombol kuning dengan gambar kaca pembesar yang ada pada drone tersebut untuk mendapatkan informasi lebih lanjut."
Angelina mulai memperhatikan tiap peserta sambil menebak-nebak siapa saja yang akan lulus.
"Hanya ada 99 peserta ... bukankah harusnya ada 100? apa pegawai bagian pendaftaran melakukan kesalahan?" Pikir Angelina yang terheran-heran.
Wanita berambut merah muda itu pun kembali mengamati. Dalam sekali pandangan dia sudah menemukan beberapa kandidat yang pasti lulus.
Angelina pun mulai berjalan menuju sebuah pintu besi besar yang tertutup rapat di sudut gedung. Dia mengumamkan sesuatu dan seketika pintu besar itu bergetar dan terbuka sepenuhnya.
""Wanita itu bisa membuka Portal?!""
Begitulah isi pikiran sebagian besar peserta. Itu dikarenakan hanya orang-orang dengan kapasitas energi tinggi saja yang mampu membuka portal.
Kejadian ini membuat beberapa peserta yang awalnya meremehkan Angelina seketika bungkam.
"Begitu kalian masuk ke dalam, ujian fase 1 akan langsung dimulai."
Seorang pemuda dengan pedang di pinggangnya menjadi yang pertama memasuki portal dengan wajah percaya diri. Setelahnya beberapa peserta lain mulai ikut masuk.
Salah satu Awakening selain Angelina mulai menyalakan monitor pengawas.
Angelina meminta data beberapa peserta. "Hmm... Kian Silverlake. Rupanya pemuda tadi berasal dari keluarga yang cukup bersejarah ya."
Mata hijau Angelina kembali menatap portal yang masih terbuka. "Apa dia ingin membangkitkan keluarga Silverlake yang berada diambang kehancuran dengan menjadi awakening? Jalan anak itu akan sulit kedepannya."
Ujian Fase 1.
- Naiki 20.000 anak tangga tanpa menggunakan kekuatan super apapun.
Monitor mulai memperlihatkan para peserta. Kebanyakan peserta memilih untuk berlari agar tidak menjadi yang terakhir, sisanya memutuskan untuk berjalan.
"Mengingat rata-rata kemampuan fisik Awakening. Maka 20.000 anak tangga bukanlah hal yang sulit untuk dilalui," batin Angelina.
Perempuan itu memperhatikan beberapa kandidat pilihannya yang memilih untuk berjalan kaki. "Mereka bersiap-siap untuk fase kedua rupanya."
"Angelina, menurutmu ada berapa peserta yang akan lolos tahun ini?" Salah satu rekan Angelina bertanya.
"Mungkin 20 orang. Omong-omong apa jumlah peserta tahun ini hanya 99 orang?"
Rekan Angelina itu memasang wajah heran. "Huh? Tidak kok. Mungkin peserta terakhir memilih untuk—"
Braak!
Pintu gedung tiba-tiba didobrak kencang sontak menarik perhatian para Awakening yang sedang mengawasi para peserta.
"Maaf telat!" Ekilah sendiri hanya bisa merutuki nasibnya.
Salah satu Awakening meminta Ekilah untuk menyerahkan surat izinnya. Sebuah drone lalu terbang di sekitar Ekilah. Perempuan itu pun diperbolehkan untuk mengikuti ujian meski agak terlambat.
"Siapa dia?" Angelina sedikit penasaran.
"Ekilah Rajendra."
"Maksudmu Rajendra yang itu?" tanya Angelina dengan nada terkejut.
"Lebih tepatnya dia anak dari Pengacau di keluarga Rajendra yang sudah diusir," jawab rekannya.
Angelina mengangguk pelan. Dia tidak terlalu tertarik dengan keluarga yang penuh sejarah kelam tersebut. Mata hijaunya kembali menatap layar monitor.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke atas sekitar 2 hingga 3 jam bagi Awakening. Setelah 1 jam berlalu pemuda bernama Marcel menjadi peserta yang berada paling depan. Dia hanya membutuhkan waktu 5 menit lagi untuk sampai.
Beberapa peserta mulai berhenti di tengah jalan untuk bersinar atau bahkan menyerah.
Whuuus!
Angin kencang berhembus. Ekilah melirik sekilas pada salah satu pohon Cemara di dekatnya.
"Hei, kira-kira di atas ada yang jual es teh gak?"
Ekilah tahu jika ada seseorang yang bersembunyi di sana. Setelah beberapa saat, seseorang yang bersembunyi itu masih tidak menjawab pertanyaan Ekilah.
"Ya sudah kalau tidak mau jawab." Ekilah pun kembali menaiki tangga.
Tindakan aneh Ekilah ini cukup mengejutkan seseorang yang sedang berdiri di balik pohon.
"Perempuan tadi benar-benar bisa menyadari keberadaanku."
Dia adalah Lonan. Awakening kelas 11 yang cukup terkenal di masyarakat karena kemampuan serta ketampanannya.
Lonan tersenyum tipis pada sosok Angela yang mulai menjauh. "Sepertinya Guildmaster akan terkejut jika tahu ada Awakening tingkat atas di daerah kecil ini."
.
.
.
[Bagaimana keadaan di sana, Nona Angelina?]
"Semua berjalan dengan baik, senior. Ada beberapa kandidat yang mungkin akan mendapatkan level perak."
Angelina sedang berbicara di hadapan layar hologram yang menampilkan sosok pria berusia sekitar 30 tahunan dengan seragam Federasi.
[Benarkah? menurutmu, apa ada kandidat yang bisa menarik perhatian Valentino si Raja Malam itu?]
Pertanyaan dari orang itu membuat Angelina tertawa kecil. "Anda mencari di tempat yang salah, senior. Untuk daerah kecil seperti di Gunung Tua ini, menemukan rekening dengan potensi kelas emas saja merupakan hal yang luar biasa."
[Tidak perlu merendahkan daerah kamu lahir, Angelina. Lagipula itu berita bagus. Kamu tahu bukan, semakin banyak Awakening level atas yang muncul di suatu daerah maka semakin berbahaya pula daerah tersebut.
Dalam hal ini, berarti Gunung Tua merupakan daerah teraman di negara ini maka dari itu banyak dibangun tempat bermain anak-anak di sana jujur aku sangat ingin pergi ke sana sesekali dan bermain dengan mereka...]
[Hah... Tapi ada daya, situasi di ibu kota makin hari makin merepotkan.]
"Saya tahu itu senior anda sudah bekerja keras demi keamanan rakyat," ujar Angelina sambil tersenyum.
[baiklah sampai di sini saja teleponnya aku menantikan seperti apa para Awakening itu ke depannya.]
"Tentu, senior."
Tit!
Layar hologram itu padam. Mata hijau Angelina melirik ke arah monitor yang menampilkan beberapa kandidat yang sudah sampai di tempat ujian fase 2.
Angelina tersenyum tipis. "Sesuai dugaanku, Kian menjadi yang pertama lulus fase 2."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!