NovelToon NovelToon

Menghempaskan Badai

01. Menghempaskan Badai (MB)

...~•Happy Reading•~...

Alangkah baiknya readers membaca Novel "Partner" sebelum membaca ini, karena Novel "Menghempaskan Badai" adalah lanjutan dari Novel tersebut di atas.

Terima kasih. 🙏🏻❤️🤗

^^^Flashback.^^^

^^^Pak Johan Thurana meninggal karena kecelakaan mobil, setelah dirawat beberapa waktu di ICU. Namun sebelum kecelakaan tersebut, Pak Johan sudah membuat surat wasiat, mengantisipasi jika terjadi sesuatu dengannya, hingga kehilangan nyawa.^^^

^^^Setelah Pak Johan dinyatakan meninggal, pengacara Darma yang dipercaya Pak Johan untuk membuat surat wasiatnya menetapkan untuk membaca surat wasiat setelah jenasah Pak Johan dimakamkan.^^^

^^^Dalam surat wasiat tersebut, semua warisan diberikan kepada anak tunggal dari istri pertama Pak Johan bernama Ophelia Nathania Thurana. (Untuk diketahui, istri pertama Pak Johan bernama Penny Akassa, telah meninggal karena kanker)^^^

^^^Sedangkan istri kedua bernama Dinna (dinikahi Pak Johan setelah Ibu Penny meninggal, sudah memiliki 2 orang anak perempuan dari pernikahan sebelumnya) tidak mendapatkan warisan harta, tapi warisan tuntutan hukum. Sehubungan dengan tindakan pencurian dan rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Ibu Dinna dan kedua anaknya kepada Pak Johan.^^^

^^^Warisan tuntutan hukum Pak Johan disertai bukti cctv yang dipasang dalam rumah tersebut. Sehingga berdasarkan bukti-bukti tersebut, aparat kepolisian yang diminta oleh pengacara Darma untuk mendampingi proses pembacaan surat wasiat bertindak cepat. Setelah pembacaan surat wasiat, Bu Dinna dan kedua anaknya dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa sesuai dengan tuntutan yang diajukan oleh pengacara Pak Johan.^^^

^^^Flashback off^^^

Bu Dinna dan kedua anaknya sudah berada dalam mobil polisi dan akan dibawa ke kantor polisi. Mereka mulai menyadari situasi yang akan dihadapi setelah keluar dari halaman rumah dan melihat Danur menutup pagar rumah Pak Johan di belakang mobil petugas.

Walau masih menangis, mereka saling memandang dengan wajah memutih dan air mata terus mengalir sambil berpikir. Kalau mereka bertiga di tahan, siapa yang akan menolong? 'Tidak boleh seperti ini dan tidak boleh terjadi.' Bu Dinna membatin dengan jantung berdetak tidak teratur.

Rasa panik mulai melada mereka bertiga, terutama Bu Dinna. Sambil melihat kedua anaknya, Bu Dinna berpikir dan terus membatin. 'Kami bertiga tidak boleh ditahan bersama-sama. Harus ada di antara kami yang bebas, supaya bisa ada yang menolong.'

Bu Dinna terus berpikir, sebab walaupun mereka sudah menangis meraung-raung dan dengan suara keras memanggil nama Ophelia, tidak bisa menyentuh hati seorang pun yang ada dalam rumah. Mereka tetap digelandang oleh polisi dan dimasukan ke dalam mobil petugas dengan tangan terikat, sambil terus diawasi.

Rasa panik mulai menjalar hati masing-masing dan menimbulkan ketakutan membayangkan mereka bertiga akan berada di dalam tahanan. Sambil menangis sesenggukan, Bu Dinna menggerakan kaki untuk menendang kaki Gina yang duduk terdekat dengannya.

Gina melihat isyarat Mamahnya untuk memanggil kakaknya juga. Kemudian Gina menendang kaki kakaknya dan menunjuk ke arah Mama mereka dengan wajahnya. Kakak Gina melihat ke arah Mamanya dengan alisnya bertaut, sebab tidak mengerti maksud isyarat mata Mamanya yang turun naik.

Bu Dinna jadi emosi, melihat kedua anaknya tidak mengerti bahasa isyarat yang diberikan. Padahal maksudnya, meminta kedua anaknya jangan hanya menangis saja, tapi pikirkan nasib mereka. Sekarang tidak ada cara atau tempat untuk mereka berlindung. Nasib mereka bertiga sudah seperti telur di ujung tanduk. Karena kalau tidak ada yang menolong, mereka akan di penjara dalam waktu yang lama.

Suasana yang tiba-tiba sepi membuat petugas curiga. Apa lagi mendengar suara tangis ketiga tahanan tiba-tiba berubah dan tidak lagi stereo seperti saat keluar dari rumah. "Sudah puas menangisnya?" Polwan yang mendampingi bertanya sambil melihat mereka satu persatu.

Bu Dinna segera menghentikan gerakan mata dan pura-pura tidak melihat ke arah kedua anaknya.Dia menyadari gerakannya diperhatikan, sehingga berhenti membuat gerakan kepada kedua anaknya yang belum mengerti isyaratnya.

"Bu, bisa minta air?" Bu Dinna minta air untuk mengalihkan perhatian petugas dari bahasa isyarat yang dia berikan kepada anak-anaknya. Sontak Polwan melihat mereka bergantian dan makin curiga.

"Iya, Bu. Minta air juga." Kedua anak Bu Dinna ikut meminta air, untuk menghindari Mama mereka dari tatapan curiga Polwan.

"Makanya menangis jangan diborong semua. Simpan buat nanti, juga. Ini bagi buat bertiga." Polwan kesal melihat sikap pura-pura Bu Dinna dan kedua anaknya. mereka diberikan sebotol kecil air mineral yang tersisa dalam mobil.

"Bu, tangan kami tidak bisa pegang." Bu Dinna menggerakan tangannya yang diikat, supaya ikatan bisa dilepas.

"Kalau begitu, tunggu di kantor baru minum." Bentak Polwan dan botol air mineral dikembalikan ketempatnya. Kemudian berbicara serius dengan rekan polisi yang tugas mengawal bersamanya, sebab tidak mau membuka ikatan yang ada di tangan Bu Dinna dan anak-anaknya.

Sebelum tiba di kantor polisi, Bu Dinna melihat petugas sedang berbicara, lalu kembali memberikan isyarat kepada kedua anaknya dengan mata. Namun gerakannya kepergok oleh Polwan, sehingga interaksi mereka makin dicurigai. "Ayo, menghadap ke sana." Polwan meminta Bu Dinna dan kedua anaknya duduk saling membelakangi.

Bu Dinna makin panik dan memutar otak, agar bisa berbicara dengan salah satu atau kedua anaknya. Bu Dinna kuatir tiba di kantor polisi, mereka akan ditahan dalam sel yang berbeda. Sehingga sulit berkomunikasi untuk mengatur strategi saat diperiksa oleh petugas.

Tiba di kantor polisi, mereka diturunkan secara terpisah. "Pisahkan mereka di sel yang berbeda." Perintah petugas yang membawa mereka dari rumah Pak Johan kepada petugas polisi yang datang membantu untuk membawa mereka ke tahanan.

"Siap, Pak." Petugas memberi hormat dengan sikap sigap, lalu membawa Bu Dinna dan kedua anaknya yang kembali menangis.

"Pak, biarkan kami bersama." Mohon Bu Dinna dan diikuti kedua anaknya. Tapi petugas tidak bergeming, mereka tetap dibawa terpisah.

Sebelum mereka dipisahkan, Bu Dinna menangis dan merengek kepada polisi yang membawa mereka. "Pak, tolong berikan kesempatan kepada saya untuk memeluk anak-anak saya." Pinta Bu Dinna sambil berurai airmata, seakan sangat berat berpisah dengan kedua anaknya.

Petugas jadi tersentuh melihat tangisan Bu Dinna dan kedua anaknya yang terus memanggil Mama mereka sambil menangis. Petugas yang belum mengetahui kejahatan Bu Dinna dan anak-anaknya, memberikan ijin, tetapi tidak melepaskan ikatan di tangan mereka.

Bu Dinna meneruskan aktingnya dengan berurai air mata, segera mendekati kedua anaknya lalu menautkan pipi kepada Gina. "Bilang saja ini rencana Mama. Ingat itu!." Bisik Bu Dinna, serius. Gina tidak berkata apa pun, tapi terus menangis sambil berpikir maksud mamanya. Hal yang sama juga dilakukan Bu Dinna kepada kakak Gina, supaya kedua anaknya bisa satu suara saat diperiksa oleh penyidik polisi.

Bu Dinna sudah pikirkan bahwa mereka semua tidak boleh ditahan, agar ada yang dilepaskan setelah pemeriksaan. Supaya ada yang berusaha cari pertolongan di luar. Oleh sebab itu Bu Dinna putuskan, lebih baik kedua anaknya bebas, dan dia yang dikorbankan.

...~°°°~...

...~●○♡○●~...

02. MB 2

...~•Happy Reading•~...

Setelah menyerahkan Bu Dinna dan kedua anaknya kepada petugas yang sedang berjaga, polisi yang membawa Bu Dinna dan kedua anaknya dari rumah Pak Johan langsung menuju ruang pimpinan untuk melapor.

Penyidik Bram yang sedang meneliti kasus di ruang kerjanya, mempersilahkan masuk saat ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Lapor, Pak. Tugas sudah selesai kami kerjakan." Petugas penangkapan melapor dengan sikap tegap dan hormat, saat berhadapan dengan pimpinannya yang sedang melihat dia dengan serius.

"Baik. Bagaimana proses pembacaan surat wasiat, tidak menimbulkan masalah keluarga?" Tanya penyidik Bram yang menerima surat permintaan dari pengacara Darma untuk membantu proses pembacaan surat wasiat Pak Johan. Sehingga penyidik Bram menugaskan beberapa anggotanya untuk mengamankan.

"Penuh drama, Pak. Istri dan anak tiri Alm tidak terima, sebab mereka tidak kebagian warisan harta sedikit pun." Lapor petugas pengamanan lebih lanjut.

"Persoalan klaksik dalam pembagian warisan. Biarkan saja. Kita tidak usah ikut campur masalah keluarga. Kalau bikin masalah, atau bikin keributan, baru kita turun tangan." Penyidik Bram merasa lega, anggotanya sudah kembali dari tugas dengan baik.

"Justru saya mau melapor, Pak. Ada masalah dalam pembacaan surat wasiat tersebut. Bukan saja ada warisan harta, tapi juga warisan kasus kriminal. Jadi sekarang mereka ditahan...." Petugas pengamanan menjelaskan apa yang terjadi di rumah Pak Johan, agar pimpinannya bisa turun tangan.

Sontak penyidik Bram melihat anggotanya dengan serius. "Maksudmu, istri dan anak tiri Alm Pak Johan ditahan berdasarkan surat wasiat itu?" Penyidik Bram terkejut mendengar laporan anggotanya.

"Iya, Pak. Ini dokumen yang diberikan pengacara Darma kepada Pak Bram dan mohon ditindak lanjuti." Petugas pengamanan menyerahkan surat tuntutan dan bukti yang diberikan pengacara Darma kepada penyidik Bram.

"Nanti saya baca. Sekarang kau berikan garis besar kejadian yang membuat kalian langsung menahan mereka." Perintah Bram yang tidak mau membuang waktu dengan membaca dokumen tebal yang diserahkan oleh pengacara Darma.

"Begini, Pak. Istri Alm Pak Johan dan kedua anaknya..." Petugas menjelaskan tentang tuduhan yang dilayakan Pak Johan dan bagaimana proses mereka menggeledah kamar tersangka.

"Apa alat bukti cukup?" Tanya penyidik Bram serius, setelah mendengar penjelasan anggotanya.

"Siap, Pak. Lebih dari dua alat bukti. Selain cctv dan laporan medis, barang curian ada dipakai oleh tersangka." Lapor petugas penangkapan, bagaimana mereka menemukan perhiasan istri pertama sedang dikenakan oleh tersangka.

"Jadi warisan kasus diperuntukan buat istri dan anak tirinya. Warisan harta kepada anak kandungnya. Apakah anak kandung Pak Johan ada saat surat wasiat ini dibacakan?" Penyidik Bram membayangkan ketegangan dalam keluarga saat mendengar warisan dibacakan.

"Anak Pak Johan hanya satu, perempuan. Dia ada saat pembacaan harta warisan. Tapi saat pembacaan warisan kasus, dia sudah diungsikan dari ruangan, sebab masih shock, Pak." Petugas pengamanan menjelaskan lagi.

Suatu kondisi umum terjadi. Namun ada warisan kasus kriminal menarik perhatian penyidik Bram. "Baik. Saya yang akan tangani kasusnya." Penyidik Bram penasaran dengan kasus kriminal yang melibatkan keluarga inti dan dampak dari pernikahan kedua.

"Siap, Pak." Petugas penangkapan jadi bersemangat, mengetahui pimpinannya sendiri yang akan menangani kasus penuh drama tersebut.

"Kau tahan mereka di sel yang terpisah?" Penyidik Bram menindaklanjuti, sebab mulai mengerti kasus yang akan ditanganinya.

"Siap, Pak. Itu yang saya perintahkan kepada petugas jaga." Petugas penangkapan melaporkan dengan sikap sigap.

"Kalau begitu, mari kita lihat mereka sebelum diperiksa. Saya ingin memastikan kondisi mereka." Penyidik Bram memasukan dokumen yang diberikan pengacara Darma ke dalam laci meja kerja, lalu berdiri dan berjalan keluar ruangan.

Setelah di luar, mereka terkejut melihat Bu Dinna sedang menautkan pipi bergantian dengan kedua anaknya. Sikapnya menarik perhatian dan mencurigakan bagi penyidik Bram. Sontak penyidik Bram melihat petugas jaga.

"Mengapa kau berikan kesempatan untuk mereka bersama? Cepat bawa mereka ke tahanan." Petugas penangkapan memarahi anggotanya yang ceroboh, membiarkan tahanan bebas berinteraksi dan belum membawa tersangka ke sel tahanan.

^^^Petugas jaga yang ditegur terkejut dan merasa bersalah. Apa lagi melihat penyidik Bram, pimpinannya, ada bersama dan melihatnya dengan tatapan tajam, menegur tanpa suara.^^^

"Siap. Maaf, Pak." Petugas jaga meminta maaf dengan sikap tegap dan hormat.

"Pak, saya hanya minta waktu sebentar untuk pamit kepada anak-anak saya." Bu Dinna jadi emosi melihat sikap petugas penangkapan yang memarahi petugas jaga yang sudah memberikan kelonggaran padanya dan anak-anak.

"Ibu mau kemana, hingga pamit kepada anak-anak?" Tanya penyidik Bram tenang, tapi petugas jaga yang sudah mengerti, tahu penyidik Bram sedang marah atas keteledorannya dan menegur tersangka.

"Bapak tidak lihat tangan kami ini? Mau kemana lagi? Katanya polisi." Bu Dinna menggerutu dengan emosi sambil menggerakan tangannya yang terikat, tanpa menyadari sedang berbicara dengan penyidik kasusnya.

^^^Dia kesal, sebab kedua anaknya belum memberikan jawaban atau isyarat, bahwa mereka mengerti maksud ucapannya. Oleh sebab itu, rasa kesalnya ditumpahkan kepada petugas penangkapan dan penyidik Bram.^^^

"Saya kira Ibu mau naik kapal, jadi kangen-kangenan sama anak-anak." Jawab penyidik Bram tenang dan santai. Namun jawaban penyidik Bram membuat Bu Dinna mendelik ke arahnya, marah.

"Segera bawa mereka dan tempatkan di sel yang berbeda. Setelah itu, ke ruangan saya." Penyidik Bram berkata tegas kepada petugas jaga, membuat Bu Dinna dan kedua anaknya terdiam.

^^^Dalam kondisi demikian, penyidik Bram sudah melihat gerak-gerik Bu Dinna dan kedua anaknya. Sehingga sudah mengerti, arti dari sentuhan gerakan mata atau gerakan tubuh lainnya sebagai kode di antara mereka.^^^

"Raka, mari kita kembali ke ruangan saya." Perintah penyidik Bram kepada petugas penangkapan untuk mengikutinya. Penyidik Bram langsung berjalan cepat menuju ruang kerjanya.

^^^Petugas jaga langsung membawa Bu Dinna dan kedua anaknya ke sel tahanan sesuai perintah, tanpa mempedulikan Bu Dina dan kedua anaknya yang merengek dan meronta.^^^

Setelah duduk di ruang kerjanya, penyidik Bram melihat petugas Raka yang masih berdiri di depannya, menunggu perintah. "Coba jelaskan kronologis penangkapan mereka bertiga. Apa mereka tahu akan ada penangkapan malam ini, atau hanya pembagian warisan?" Penyidik Bram ingin tahu kronologis penangkapan, agar tidak ada kejadian yang tercecer dari peristiwa tersebut.

"Siap, Pak. Kalau lihat reaksi mereka di rumah, mereka hanya fokus pada pembagian warisan. Ibunya sangat emosi dan marah, sampai mengeluarkan kata-kata kasar kepada Alm karena...." Petugas Raka menceritakan proses mereka menangkap Bu Dinna dan kedua anaknya.

"Jadi sejak dari saat itu, mereka belum berkomunikasi satu dengan yang lain?" Penyidik Bram bertanya lagi, menyelidiki.

"Belum, Pak. Karna mereka bertiga terus menangis setelah ditetapkan sebagai tersangka...." Petugas Raka menceritakan tangisan dan rengean Bu Dinna dan kedua anaknya, dan menyatakan tidak bersalah.

"Jadi tadi itu, interaksi di antara mereka sejak dari rumah?" Penyidik Bram memastikan, sebab curiga dengan sikap Bu Dinna dan kedua anaknya.

...●~Kisah tentang kinerja Penyidik Bram dapat diikuti pada Novel berjudul: "Menghapus Jejak"~●...

...~°°°~...

...~●○♡○●~...

03. MB 3

...~•Happy Reading•~...

Pertanyaan penyidik Bram membuat Petugas Raka memikirkan dan mengingat lagi apa yang dilakukan oleh Bu Dinna dan kedua anaknya sejak, ditahan di rumah Pak Johan.

"Secara dekat, iya, Pak. Tapi di mobil mereka berusaha berkomunikasi, tapi dipisahkan oleh petugas." Petugas Raka menjelaskan lagi, mengingat teguran polwan dalam mobil dan memisahkan mereka.

"Baik. Segera periksa dan cari data tentang sang ibu sebelum menikah dengan Pak Johan." Perintah penyidik Bram, memulai penyelidikan.

"Apakah mantan suaminya masih hidup dan apakah kedua anaknya itu satu bapak. Kita akan menggali mulai dari sana." Penyidik Bram mau mengetahui latarbelakang Bu Dinna, agar lebih mengenal karakter tersangka, mengingat dua kasus yang dituduhkan kepada mereka.

^^^Penyidik Bram tidak mau kecolongan, kejahatan yang dilakukan oleh keluarga. Pikirnya, jangan sampai ini adalah perilaku kambuhan dan pernah lakukan diwaktu yang lalu. Sekarang diulang lagi, karena pernah lolos dengan mudah di kejahatan sebelumnya.^^^

"Siap, Pak. Laksanakan." Petugas Raka sigap dan hormat.

"Besok kita langsung lakukan BAP secara terpisah. Saya akan siapkan pertanyaan buat kedua anaknya untuk kalian eksekusi. Sedangkan ibunya saya sendiri yang tangani." Penyidik Bram langsung menyusun rencana di kepalanya.

"Kita akan lihat drama yang akan mereka mainkan, dan kita sutradaranya." Penyidik Bram langsung mengatur strategi untuk memeriksa Bu Dinna dan kedua anaknya, sebab sebelum mereka dibawa oleh petugas ke sel tahanan, penyidik Bram melihat gerakan mata Bu Dinna kepada kedua anaknya.

^^^Penyidik Bram juga melihat anggukan pelan dari kedua anaknya dan terlihat gerakan bahu Bu Dinna yang mengisyaratkan sedikit lega setelah melihat anggukan anak-anaknya.^^^

"Siap, Pak. Laksanakan." Petugas Raka makin bersemangat, karena dipercayakan akan terjun langsung untuk memeriksa tersangka.

"Pak, saya mau laporkan juga, mengenai anak tertuanya. Ini yang saya lihat dari gerak-geriknya. Tadi dia sangat takut kepada pacar anak kandung Pak Johan yang menerima warisan. Menurut pengamatan saya, sepertinya mereka saling kenal, karna sebelum ditahan, dia tiba-tiba mau mendekati pria itu." Petugas Raka menceritakan kejadian janggal menurut pantauannya saat kakak Gina mau mendekati Andreas.

"Jadi pacar anak Alm Pak Johan ada hadir dalam acara pembacaan warisan?" Alis Penyidik Bram bertaut saat mendengar laporan petugas Raka.

'Mengapa seorang pacar bisa ikut dalam acara pembacaan surat wasiat keluarga.' Penyidik Bram ingin tahu, mereka sudah sedekat apa, sampai pengacara Darma mengijinkan pacarnya ikut hadir.

"Iya dan tidak, Pak. Maksud saya, saat pembacaan warisan harta, dia tidak ikut. Tapi sebelum pembacaan warisan kasus kriminal, pacarnya meminta dia masuk istrirahat dan dia menggantikan bersama pengacaranya."

"Menarik. Jadi anak Alm sudah siapkan pengacara sendiri?" Penyidik Bram makin tertarik dengan apa yang dilaporkan petugas Raka.

"Sepertinya, bukan anak Alm Pak Johan yang siapkan, tapi pacarnya, Pak. Itu bisa terlihat saat pengacara Darma bertanya, apa Nona Ophelia sudah punya pengacara? Sebelum dia menjawab, pacarnya yang dari ruangan lain langsung menjawab..." Petugas Raka menjelaskan yang terjadi.

'Menarik. Pacar anaknya sudah mengantisipasi situasi. Apa pengacara Darma sudah kasih bocoran, atau pacarnya hanya menyiapkan, karena berpikir mungkin akan dibutuhkan.' Penyidik Bram berpikir.

"Makin menarik. Kalau begitu, kita pasti akan bertemu dengan pengacara Darma atau pengacara anaknya." Penyidik Bram yakin dan ingin tahu tentang siapa pacar anak Pak Johan. Apakah ini bagian dari pemain drama keluarga yang mau mengakali penerima warisan atau bentuk kepedulian dari kasih sayang yang tulus.

"Menurut pengamatan saya, pacar Nona Ophelia sangat tidak suka, bahkan seperti marah kepada anak-anak tiri Pak Johan. Jadi dia minta pengacaranya terus dampingi kasus yang dituntut oleh Alm Pak Johan. Mungkin besok mereka akan datang ke sini untuk mewakili client mereka.

"Baik. Segera lengkapi data tersangka, besok kita lakukan pemeriksaan. Tanyakan tersangka sudah punya pengacara atau belum. Kalau mereka tidak bisa membayar pengacara, negara akan siapkan." Penyidik Bram memberikan instruksi untuk persiapan pemeriksaan.

...~°°°~...

Keesokan harinya, Bu Dinna dan kedua anaknya diperiksa secara marthon oleh penyidik di ruangan yang berbeda.

Penyidik Bram langsung menangani pemeriksaan Bu Dinna di ruang interogasi. "Selamat pagi, Pak. Bapak yang akan memeriksa saya?" Tanya Bu Dinna sok akrab, saat petugas masuk ke ruang interogasi.

"Bukan, Bu. Pimpinan saya yang akan memeriksa anda." Petugas menjawab sambil menyiapkan perlengkapan untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

"Oh, saya kira ...." Bu Dinna tidak meneruskan ucapannya, karena pintu ruang interogasi dibuka. Petugas segera berdiri dengan sikap sigap dan memberi hormat kepada penyidik Bram yang masuk. Bu Dinna yang sedang duduk langsung berdiri dan tertegun melihat penyidik Bram masuk ke ruang interogasi dengan penampilan yang berbeda.

"Ini pimpinan anda?" Bu Dinna tanya dengan suara pelan dan ragu-ragu, sebab mulai ingat kepada petugas yang dimarahinya tadi malam.

"Iya, Bu. Jangan salfok. Silahkan duduk." Petugas mengingatkan, sebab sudah terbiasa dengan reaksi orang yang melihat pimpinannya. Selain tampan, juga gagah. Apa lagi di pagi hari, belum lelah bekerja.

"Pak, pantesnya jadi aktor. Sayang banget..." Bu Dinna tidak meneruskan ucapannya, saat penyidik Bram melihatnya dengan tatapan tajam. "Sayang penjahatnya? Silahkan duduk." Penyidik Bram mempersilahkan Bu Dinna duduk di depannya.

Bu Dinna (BD) : "Pak, saya sendiri yang diperiksa?" Bu Dinna menjawab, tapi mengalihkan ke hal yang lain.

Penyidik Bram (PB) : "Ibu mau diperiksa dengan artis siapa?" Penyidik Bram menjawab dengan balik bertanya.

BD : "Saya kira sekalian dengan anak-anak saya."

PB : "Nanti, ada waktunya." Jawab penyidik Bram sambil memberikan isyarat kepada petugas yang mendampinginya.

BD : "Kami tidak bersalah, Pak." Bu Dinna coba membela dirinya dan anak-anak.

PB : "Simpan dan konsultasikan dengan pengacara anda."

BD : "Saya tidak punya pengacara. Makan saja susah, apa lagi mau bayar pengacara." Bu Dinna menggerutu, kesal dan mencari simpati.

PB : "Kalau anda tidak mampu menyediakan pengacara, Negara akan berikan pengacara untuk mendampingi anda. Sebutkan nama..." Penyidik Bram langsung lakukan pemeriksaan, saat melihat tersangka mulai mengacau.

BD : "Dinna Thurana." Sontak penyidik Bram melihat Bu Dinna yang menyebut nama belakang Pak Johan dengan lancar, tanpa rasa bersalah.

PB : "Alasan anda menikah dengan Alm Pak Johan Thurana." Penyidik Bram bertanya setelah petugas sudah siap.

BD : "Saya mencintainya, makanya mau menikah dengannya."

PB : "Tapi anda berada di sini, karena berencana untuk membunuhnya."

BD : "Saya tidak berencana membunuhnya. Mana ada istri yang mau membunuh suaminya? Saat itu saya hanya spontan karna marah padanya."

PB : "Spontan karna marah? Lakukan bertahap dan berkali-kali, itu spontan?" Penyidik Bram sudah melihat rekaman cctv yang diberikan pengacara Darma, jadi sudah tahu yang terjadi.

BD : "Saya hanya melakukannya sekali. Enak saja bilang berkali-kali." Bu Dinna mulai kesal mendengar pertanyaan penyidik Bram.

PB : "Anda lakukan hanya sekali? Kami akan cross check dengan bukti cctv." Bu Dinna terkejut mendengar cctv. Namun terlambat, reaksinya sudah menjadi perhatian dan dicatat oleh penyidik Bram.

...~°°°~...

...~●○♡○●~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!