NovelToon NovelToon

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Sebuah pesan

    Ting!!

    [Jika kamu ingin melihat kekasihmu, pergilah ke Narendra paradise hotel.]

    Mata Bella menyipit ke arah layar ponselnya yang menyala, lalu ia membaca sebuah pesan masuk dari notifikasinya.  Pesan yang baru saja ia terima, berasal dari nomor yang tidak di kenal.

    

    Bella mengernyitkan dahinya, berpikir apa yang di maksud oleh seseorang itu. Kekasihnya, Kenan Kevlar Narendra sama sekali belum menghubunginya hari ini, meskipun tepat di hari ini adalah hari anniversary kedelapan atas hubungan mereka.

    Setelah meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Kenan beberapa kali, namun tidak di angkat, Bella pun akhirnya menyerah dan beralih mengirimkan pesan suara di room chatnya bersama Kenan.

    Dan sekarang, pandangannya tertuju pada pesan dari nomor asing tersebut. 'Apa mungkin Kenan merencanakan kejutan dan mengirimi ku pesan dengan nomor asing?.' Batin Bella.

    Bella tidak ingin berfantasi dengan antisipasi, itu sebab dia bergegas untuk mengikuti apa yang pesan itu katakan.

    Jantungnya berdegup kencang, ia merasa sangat bergembira. Bella meluangkan waktunya sebentar untuk berdandan dan tampil cantik di malam itu. Karena mereka telah berhubungan selama delapan tahun, maka Bella berasumsi jika mungkin Kenan akan melamarnya hari ini.

    Wanita muda itu mengenakan gaun pendek selutut berkilau yang begitu memeluk tubuhnya dengan sempurna. Bella ingin terlihat menarik di depan kamera rahasia yang akan merekam dirinya bersama Kenan, saat lelaki nya itu berlutut di hadapannya dan meminta dirinya untuk mau menikah dengannya.

    Sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya ketika Bella membayangkan momen itu dan jantungnya semakin berdebar kencang.

    "Aku akan bertunangan dengan Kenan." Cicitnya dalam hati sembari mengaplikasikan lipstik warna nude dibibir ranumnya.

    Kenan dan Bella memiliki umur yang sama, keduanya saat ini telah berusia 25 tahun. Dan Kenan akan menjadi pewaris CEO Narendra Corporation, perusahaan keluarganya. Meskipun Bella belum mencapai banyak hal, dia sekarang telah bekerja di sebuah perusahaan sebagai asisten administrasi, itu karena Bella tidak ingin bekerja di tempat yang sama di perusahaan milik keluarga kekasihnya.

    Meskipun mereka berada di kelas sosial yang berbeda dan memiliki kesenjangan yang berbeda, Kenan selalu bersikap baik pada Bella dan tidak peduli dengan kesenjangan kelas sosial di antara mereka seperti orang kaya lainnya.

    ***

    Beberapa menit kemudian, sepatu high heel Bella yang berkilau telah menginjak lantai marmer di Narendra paradise hotel. Saat itu debaran jantungnya sungguh jelas terasa dan perutnya terasa tegang saat dia mendekati aula yang terlihat dari luar telah di sulap sebagai ruang dansa.

    Meski harus menunggu lama, Bella merasa gugup membayangkan Kenan yang akan melamarnya malam ini.

    Ponselnya berdenting lagi dan dia kembali mendapatkan pesan dari nomor asing yang sama.

   

    [Datang ke ballroom sekarang.]

    Pesan itu semakin menegaskan asumsi Bella. Sepertinya Kenan akan memberikan kejutan padanya di depan banyak orang malam ini.

    Bella bisa mendengar suara musik yang lembut di mainkan dan beberapa suara orang mengobrol yang menandakan berbagai orang hadir dan sibuk dengan percakapan mereka masing-masing.

    Sesampainya di pintu aula, Bella menarik napas tajam, jantungnya berdebar tak menentu.

    Wanita muda itu mendorong pintu hingga terbuka lebar, perasaan nya berdebar-debar. Bella berharap ia melihat Kenan menunggunya di balik pintu sambil memegangi bunga untuknya dan saat dia membuka pintu, dirinya akan melihat Kenan berlutut dan melamarnya.

    Namun, senyumannya memudar ketika melihat pemandangan yang ada didepan matanya.

    Di bagian tengah ruang dansa, Kenan sedang berdansa dengan posisi mengangkat tubuh seorang wanita dan mereka berdansa mengikuti alunan musik cinta yang lembut. Semua sorot mata dari tamu undangan tertuju pada mereka berdua dan sebuah lampu yang menyinari wajah mereka saat mereka kini saling bertatapan.

    Kenan Kevlar Narendra tetap terlihat begitu tampan dan menawan. Memiliki postur tubuh yang tinggi, rambutnya di semir coklat dan terlihat menawan di bawah sinar lampu yang menyinari dia dan seorang wanita didepannya.

    Rahangnya tajam, membuatnya terlihat semakin gagah. Sementara bola mata birunya menatap wanita yang berdansa bersamanya seolah-olah dia adalah wanita yang mampu membuat merasa tertarik pada sebuah cinta.

  Keduanya tampil dengan begitu mempesona di atas lantai dansa dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Banyak wanita yang mengagumi Kenan saat lelaki itu bergerak dengan anggun di atas lantai dansa, berharap jika merekalah yang diajak berdansa oleh Kenan.

    Itu tampak seperti adegan dari sebuah dongeng di mana seorang putri bertemu pangerannya.

    Hati Bella berdebar merasa sakit ketika ternyata dirinya mengenali wanita yang berada didalam pelukan kekasihnya itu. Wanita itu tidak lain adalah Sofia Vergara, putri dari salah satu pria kaya di kota ini dan sangat mengangumi Kenan.

    Tentu Bella merasa sangat cemburu, berpikir apakah dirinya melewatkan sesuatu?.

    

    Beberapa tamu menyaksikan dengan takjub saat Kenan dan Sofia menghiasi lantai dansa, tubuh mereka berdansa mengikuti alunan musik dan karena itu setiap gerakannya membuat hati Bella terasa sakit.

    Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengar bisikan berupa pujian di dalam aula untuk mereka berdua.

    "Mereka terlihat sangat serasi, Tuan Malvin telah membuat pilihan yang tepat."

    "Benar, Nona Sofia pantas dengan status sosialnya. Hanya dialah yang bisa berdiri berdampingan dengan Tuan muda Kenan."

    "Apakah menurutmu mereka akan mengumumkan pertunangan mereka malam ini? Kudengar Tuan muda akan mengambil alih posisi CEO dari ayahnya."

    

    Bella tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa maksud dari semua ini?.

    Bella merasa bingung dan hanya Kenan lah yang bisa menjawab semua pertanyaannya ini. Dia juga tidak bisa berasumsi begitu saja. Bagaimana jika itu hanya dansa biasa yang di lakukan Kenan, tanpa ada maksud lain yang menyinggung dirinya?..

    Dan bagaimana pun, Bella tidak bisa menghilangkan perasaan buruknya didalam pikirannya.

    Tidak butuh waktu yang lama hingga lagu berakhir dan Kenan juga Sofia mengakhiri dansa mereka. Penonton bersorak dan tepuk tangan terdengar menggema di dalam aula.

    Saat itu mata Kenan tertuju pada Bella. Wajahnya tanpa emosi apa pun saat dia  mengalihkan pandangan kearah Sofia.

    Bella yang menyadari hal itu, mengernyit dahinya. 'Apa Ken baru saja mengabaikan ku begitu saja?.'

    Wanita muda itu mencoba menelan salivanya, Bella mengira jika Kenan mungkin tidak melihatnya. Lagipula di sini memang ada banyak orang.

    Sebelum Bella sempat melangkah baju, seseorang tiba-tiba menghampiri Kenan.

    "Apa Anda dan nona Sofia sekarang sudah berpasangan, Tuan muda?."

    Keheningan seketika menyelimuti aula begitu pertanyaan di lontarkan, membuat Bella menahan napasnya.

    Terlihat Kenan diam, tidak merespon. Tetapi Sofia dengan gaya centilnya merespon dan membuat hati Bella sakit seperti di tusuk tombak.

    "Ya, itu benar." Jawab Sofia sembari tersenyum bangga.

    Bella seketika membeku di tempatnya berdiri. Matanya melebar dan mulutnya menganga tak percaya.

    Dia tidak menyangka akan mendengar kabar bahwa kekasihnya menjalin hubungan dengan wanita lain malam itu. Sialnya, dirinya bahkan tidak mengetahui sejak kapan hubungan itu terjalin di belakangnya?.

     Bella menyadari kebodohannya dengan mengira jika dirinya akan mendapatkan kejutan yang spesial malam ini. Ya— ini juga kejutan, tetapi kejutan yang tidak ia harapkan.

    Jantungnya mulai berdebar kencang saat Sofia memeluk lengan Kenan dan berseru. "Ken, coba lihat! Itu Bella. Ayo kita ke sana!."

    Saat mereka menghampiri Bella, Sofia menunjukkan senyum lebarnya. "Hai, Bella! Senang bertemu denganmu di sini." Kemudian dia melepaskan kaitan lengannya dari lengan kekar Kenan dan menoleh pada lelaki itu. "Sayang, aku tau. Kamu dan Bella pasti ingin mengatakan sesuatu. Jadi, aku pergi dulu dan akan mengurus para tamu. Sampai jumpa lagi."

    Setelah mengatakan hal itu, Sofia berjalan maju dengan membelakangi Kenan yang juga berhadapan dengan Bella. Sofia melirik kearah Bella, menunjukan tatapan menghina dan menantang.

    Bella mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya dengan apa yang Sofia maksud. Sofia bersikap seolah-oleh dia sudah menjadi pemenang. Baru setelah itu Sofia pergi meninggalkan Bella dan Kenan, berdua.

    Namun, Bella tidak terus  memikirkannya karena fokusnya tertuju pada pria yang sekarang tetap bersikap tidak menyadari kehadiran nya, padahal berdiri di dekatnya.

    "Apa yang terjadi, Kenan?." Tanya Bella, mengepalkan tangannya sembari menunggu jawaban Kenan.

    Meski ada rasa pengkhianatan yang mencekam hatinya, Bella tetap bersedia memberikan kesempatan untuk Kenan menjelaskan. Bella ingin Kenan mengatakan jika dirinya terlalu memikirkan banyak hal dan tidak ada hubungan apapun diantara lelaki itu dan Sofia.

    "Apa yang kamu lakukan disini?." Alih-alih menjawab pertanyaan Bella, Kenan justru balik bertanya.

    Setitik air mata menetes di wajah Bella. 'Sampai sekarang dia bahkan tidak berusaha menjelaskan tentang ini semua?.' batin wanita muda itu.

    "Bukankah seharusnya aku ada di sini? Dan melihat pernyataan mu yang telah berhubungan dengan wanita lain." Suara Bella meninggi, ketika dirinya begitu emosi melihat tingkah Kenan.

    Beberapa helaan napas dari Bella setelah meninggikan suaranya, membuat orang-orang yang berada di aula itu menoleh dan menyaksikan drama di antara mereka berdua.

    Meski begitu raut wajah Kenan terlihat datar dan dingin. Kemudian lelaki itu mengernyit dahinya. "Jangan membuat keributan!."

    "Aku tidak sedang membuat keributan, aku hanya ingin tahu kenapa kekasih ku menjalin hubungan dengan wanita lain?!." Bentak Bella, rasa sakit terlihat dimatanya. Dia sangat terluka dan marah hingga dadanya naik turun dengan berat.

    Ada keheningan selama beberapa saat dan setiap detik itu terasa seperti ada seseorang yang menusuk dada Bella berulang kali.

    Keheningan itu membunuhnya.

    "Hubungan di antara kita sudah berakhir." Kata Kenan dengan dingin.

  

Jantung Bella berdebar kencang. Dia tidak hanya menyaksikan Kenan yang seakan mengumumkan hubungan barunya di depan umum malam ini, tetapi lelaki itu juga memutuskan hubungan nya dengan Bella di depan semua orang.

"A-apa? Dan kenapa? A-aku... Kenan hari ini hari jadi kita yang ke delapan, kita baik-baik saja pagi tadi. Apa maksud mu hubungan kita sudah berakhir?." Tanya Bella terlihat kaget.

    

    Bella tidak percaya tiba-tiba Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa sebuah alasan.

    Mereka berdua saling jatuh cinta, bukan? Setidaknya itulah yang Bella pikirkan.

    "Jadi, kamu memutuskan hubungan kita di hari anniversary kita? Apa kamu tidak bisa menunggu dan malah memberikan ku kenangan yang buruk ini?." Air matanya tak dapat terbendung lagi dan lolos jatuh di ke dua pipi Bella.

    "Ada rapat dewan besok dan sekarang aku sudah menjadi CEO, aku membutuhkan seseorang yang cocok dengan status ku." Jawab Kenan dingin, wajahnya tampak datar dan tanpa ekspresi.

    Meski wajahnya dingin, Kenan tidak mengalihkan pandangannya dari menatap Bella. Seolah-olah lelaki itu ingin melihat bagaimana reaksi Bella pada bom yang di jatuhkan padanya.

    "Oh, jadi latar belakang yang menjadi alasan kamu berpikir seperti itu? Kenapa kamu baru memikirkan tentang itu sekarang? Kamu sudah membuang-buang waktuku, brengsek!."  Bella mendesis, matanya menatap tajam pada lelaki di hadapannya yang tampak seperti tidak terpengaruh oleh situasi saat ini.

   

    Saat Kenan diam, tidak menjawab. Bella kembali buka suara. "Aku pikir kamu  mencintai ku." Katanya lirih.

    "Cinta? Ayolah Bella. Aku tidak pernah mencintaimu, aku hanya melewatkan waktu bersama mu, tapi justru malah lepas kendali. Ini saatnya kita saling melupakan." Jawab Kenan.

    "Bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku?." Tanya Bella tak percaya, dia teringat semua janji-janji yang lelaki itu buat padanya.

    Apakah semua itu bohong?

    Jantungnya berdegup kencang, rasa sakit yang mengancam seluruh tubuhnya. Ketika Bella mengira Kenan tidak akan mengatakan kata-kata yang menyakitinya lagi, tetapi ternyata lelaki itu kembali buka suara dan kata-katanya semakin mendorongnya jatuh ke tebing. "Aku akan memberikan kompensasi padamu, Bella."

    Kemarahan terlihat dimata Bella saat menatap Kenan, kebencian muncul di dalam dirinya.

    "Kompensasi untukku? Apakah aku terlihat seperti orang yang haus dengan uang? Begitu caramu melihatku selama ini? Beraninya kamu! Dasar bajingan!." Bella menjerit, jantung berdebar kencang.

    Kenan mengernyitkan dahinya, dia menoleh kearah petugas keamanan. "Bawa dia keluar!." Perintahnya.

    Mendengar kata-kata itu dunia Bella seketika hancur.

    

Berakhir

    "Diantara kita, semua sudah berakhir."

    Bella terbangun dari mimpi buruknya sekali lagi, jantungnya berdebar kencang.

    Meski sudah berhari-hari sejak perpisahan itu, Bella masih tetap tidak percaya Kenan meminta untuk mengakhiri hubungan mereka yang telah berjalan selama delapan tahun. Lelaki itu dulu sangat mencintainya, setidaknya itulah yang selama ini dia tunjukkan padanya. Bagaimana bisa tiba-tiba dia berubah pikiran tanpa alasan?.

    Memutuskan untuk menemui Kenan dan menanyakan apakah lelaki itu benar-benar serius dengan perkataannya, Bella mencoba mendatangi perusahaan Narendra Corporation. Bella merasa harus menemui Kenan dan mungkin membuatnya mengerti dengan alasannya.

    Bagaimana mereka bisa membuang cinta dan komitmen yang sudah terjalin selama delapan tahun begitu saja? Apakah perpisahan itu mudah?.

Apakah itu rencana Kenan selama ini? Apakah Kenan sengaja mengulur waktu hanya untuk memanfaatkan Bella dan kemudian membuangnya seolah dia  seperti sampah?.

    Meskipun hati Bella merasa sakit yang tak bisa tertahankan, dia tetap pergi ke perusahaan itu. Namun, petugas keamanan menghentikan Bella saat berada di pintu masuk.

    "Anda tidak di perbolehkan masuk, Nona." Kata petugas itu dengan serius. "Saya telah diperintahkan untuk tidak membiarkan anda masuk."

    "Minggir! Aku ingin bertemu dengan Kenan!." Desis Bella memaksa.

    "Beliau adalah seorang CEO sekarang dan anda tidak bisa menemui beliau sesuka hati." Kata petugas keamanan yang lain.

    Bersamaan dengan itu, Bella mendengar tawa ejekan dari seorang wanita. Membuat Bella pun menoleh dan berbalik badan.

    Dia tersentak begitu mendapati Sofia yang tersenyum padanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Sofia terlihat baru saja datang dan juga hendak masuk kedalam, dia bahkan melewati Bella begitu saja. Penjaga keamanan segera menyingkir dari pintu dan mengizinkannya masuk kedalam perusahaan.

  Saat itu juga, Bella merasa dirinya telah tertampar.

    Sofia tampak lebih disanjung, apalagi dengan pakaiannya yang mahal, memberinya penampilan kaya dan percaya diri.

    'Kenan putus denganku dan mengakhiri hubungan yang sudah kami jalani selama delapan tahun demi perempuan itu.' Batin Bella, jantungnya berdegup kencang dalam rasa sakit yang menyayat jiwa.

    

    Sebelum Bella sempat mengatakan apa pun, Sofia yang sebelumnya hanya melewatinya, kini berbalik badan dan memandangnya remeh. "Jangan terlalu keras dengan dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa kamu lakukan. Lihat! Aku disini untuk mendukung Kenan dengan bisnis milik keluarga ku agar penujukan nya sebagai CEO lancar. Asal kamu tau, aku lebih berguna untuk itu. Dan aku lebih daripada kamu, itu sebabnya dia membuang mu."

    Kata-katanya penuh racun. Wanita ini sama berbahayanya dengan ular dan dia terus menyerang Bella di tempat yang paling menyakitkan. Sofia tidak sebaik kelihatannya. Tak ingin mengalah begitu saja, Bella melayangkan tatapan tajamnya kearah Sofia. "Aku juga bisa membantu dia."

    Sofia mengangkat sebelah alisnya dan tertawa. "Apa yang mungkin bisa kamu lakukan? Kamu hanya seorang anak yatim-piatu, kamu bukan siapa-siapa. Kenan bilang kamu hanya mengincar uangnya."

    "Itu tidak benar!." Desis Bella, matanya menatap tajam kearah wanita berambut pirang coklat yang berdiri didepannya itu.

    Beberapa karyawan yang berlalu-lalang sengaja berhenti untuk menonton Bella dan Sofia beradu mulut.

    "Aku tidak seperti itu!." Lagi, Bella kembali membela dirinya.

    "Aku lebih pantas untuk Kenan, benarkan? Kami berdua berasal dari keluarga kaya, sementara kamu tidak punya apa-apa. Tidak ada latar belakang yang mengesankan atau bahkan jabatan tinggi untuk dibanggakan. Kamu sangat menyedihkan, Bella. Dan kamu juga tidak tahu malu sudah bergantung pada lelaki luar biasa seperti Kenan, padahal sudah jelas kamu bukan tipe idamannya." Sembur Sofia begitu pedasnya.

  

 Bukannya Bella tidak ingin mengejar cita-citanya selama ini. Mimpinya adalah menjadi seorang pengacara dan menempuh pendidikan di salah satu universitas terbaik di luar negeri. Namun, Bella tidak bisa meninggalkan kota Brentwood, karena khawatir jikalau ibunya yang telah meninggalkan nya di panti akan kembali untuk menjemputnya. Selain itu, Bella juga tidak bisa meninggalkan Kenan.

    Lelaki itu adalah dunianya dan yang Bella inginkan hanyalah tetap berada didekatnya. Jadi, alih-alih mengejar mimpinya, Bella justru lebih memilih fokus dengan hubungannya dan menunggu ibunya datang mencarinya.

    Setelah menatap Sofia dengan penuh rasa amarah, Bella mendengus kesal dan memilih untuk pergi. Dia tidak mau menanggapi semua ejekan Sofia padanya.

    

   Tetapi sebaliknya, Sofia tidak ingin membiarkan Bella pergi begitu saja. Dengan gerakan halus tanpa Bella sadari dengan perhitungan dari gerakannya, kaki Sofia sengaja menyandung kaki Bella dan membuat Bella jatuh ke lantai.

    Sebuah rintihan kecil keluar dari bibir Bella saat dia memutar pergelangan tangannya kelantai, rasa sakit menjalar kebagian lengannya. Bella menggigit bibir bawahnya, menahan erangan kesakitan yang hampir keluar dari mulutnya.

    Sofia menyeringai. "Hei.... maafkan aku, bukan salahku kalau Kenan lebih memilih ku daripada kamu. Kenapa kamu malah mencoba memukulku? Maaf, aku harus menyingkir kalau tidak wajahku akan memar karena tinjuan mu." Kata Sofia dengan suaranya yang keras, ditambah lagi dia memasang raut wajah memelas.

    Bisik-bisik terdengar pelan menggema disekitar tempat itu, ketika para karyawan berkumpul untuk menyaksikan keributan itu.

    

    Semua orang tahu bahwa Bella adalah orang spesial bagi ceo baru mereka. Tetapi, mereka juga telah mendengar kabar bahwa ceo baru mereka akan menikah dengan putri dari Adam Alferd.

    Rasa malu Bella rasakan saat dia berdiri dengan susah payah. Pandangannya menatap ke sekeliling dan melihat bagaimana semua orang memperhatikannya dengan pandangan yang mencemooh.

   

 Sofia memasukkan tangannya kedalam tas bermerek H nya itu dan mengeluarkan sebuah cek. Wanita muda itu kemudian menulis sebuah angka di cek tersebut, sebelum akhirnya meletakan cek tersebut ke tangan Bella. "Aku tidak tahu apakah ini akan cukup untuk menenangkan amarah mu. Tapi, yang terpenting kamu tidak akan menyalahkan aku kan?."

    

Bella menatap tajam kearah Sofia saat kebencian muncul dalam dirinya, membuat darahnya seakan mendidih. Kata-katanya terdengar sok polos, tetapi sebenarnya Sofia telah menyindir bahwa Bella memintanya membayar dengan uang karena telah mengambil Kenan darinya.

    Bella hendak menanggapi semua kata-kata rendahan yang ditujukan padanya, tetapi Sofia tiba-tiba mengambil cek itu dan memasukkannya kedalam saku kemeja Bella. Sementara bibirnya melengkung membentuk senyuman jahat.

    

    "Buang cekmu, apa menurutmu semua orang sombong seperti mu orang kaya?." Balas Bella dengan marah. Dia mengeluarkan cek itu dari saku kemejanya dan melemparkannya ke wajah Sofia.

    "Aku mengerti, Bella. Kamu berusaha mendapatkan manfaat dari perpisahan kalian sebanyak mungkin. Dan kalau menurutmu cek ini saja tidak cukup, aku akan menulis cek lagi untukmu." Kata Sofia dan kembali mengeluarkan kertas cek dari dalam tas nya.

   

 Para karyawan itu terdengar keras mulai bergosip dan terlihat jelas jika pikiran mereka mulai berpihak pada Sofia. Mereka tidak meragukan bahwa Bella, yang baru saja di tinggalkan oleh ceo mereka, sedang memeras tunangan ceo yang tengah dirumorkan.

    Bella menggertakkan giginya, merasa terhina. 'apa semua orang kaya itu sombong? Apa aku yang sebenarnya kurang mengenal Kenan? Jadi, dia menyembunyikan status ku, padahal dia sudah memiliki wanita yang ingin dinikahinya?.' Batin Bella.

    Dia menyesal pernah bergaul dengan orang yang tidak memiliki status sosial yang sama dengannya. Itu hanya membuang-buang waktu dan emosi. Mereka semua berpura-pura! Mereka pembohong!.

    Cek yang baru saja Sofia tanda tangani jatuh ke lantai ketika Sofia mencoba memasukkannya kedalam saku kemeja Bella lagi dan Bella hanya mengabaikannya, air mata mengalir di kedua pipi Bella dan dia membuat keputusan untuk tidak pernah bertemu Kenan lagi.

    'Aku tidak akan pernah mau berteman dengan orang kaya lagi!.' Janji Bella didalam hatinya sembari menyeka air matanya.

    Bella sangat marah sehingga dia tidak menyadari ada seorang wanita yang diam-diam mengambil cek tersebut dari lantai, mengikutinya.

    *****

    "Tuan muda, kita punya masalah. Seseorang mengambil sebuah foto Nona Bella dan Nona Sofia yang sedang bertengkar di lobi. Semua orang mengira Nona Bella sedang memeras Nona Sofia dan mengambil uangnya." Kata Farel  Gerviano— Asisten Kenan. Setelah masuk kedalam ruangan Kenan dan menunjukkan iPad itu padanya.

     "Apa katamu? Bella memeras Sofia demi uang?." Kenan terlihat geram sembari memelototi Farel. Lalu  pandangannya tertuju pada iPad dan amarahnya semakin bertambah ketika melihat berita utama yang menarik perhatiannya itu.

    [Mantan kekasih dari ceo muda yang putus asa menuntut sejumlah uang tunai dari wanita yang dikabarkan menjadi tunangan ceo]

    [Seberapa putus asanya seorang Arabella Brianna Caitlin Hamilton?].

    Berita tersebut berisi artikel panjang tentang kejadian tersebut. Gambar yang terlampir menunjukan bagaimana Bella saat memegang cek tersebut ditangannya dan gambar yang lainnya, menunjukan ketika Bella pergi dari sana. Membuat Kenan yang melihat semua ini merasa amat sangat marah. "Siapa yang membuat berita ini?." Tanya Kenan.

    "Reporter anonim, Tuan muda—"

    "Selesaikan semua omong kosong ini dalam waktu lima menit. Aku tidak ingin siapapun membicarakan Bella dan menyeret nama baiknya ke seluruh media." Perintah Kenan dengan suara tegasnya yang berbahaya.

    Sofia Vergara Alferd terus saja menempel pada Kenan, seolah-olah mereka benar-benar sepasang kekasih, padahal yang Kenan inginkan adalah Sofia pergi meninggalkannya sendirian.

   Satu-satunya alasan mengapa Kenan mentoleransi perbuatan Sofia adalah karena dia putri dari Adam Alferd. Sementara itu, Adam Alferd adalah investor terbesar dan Kenan membutuhkan dukungannya agar semua pemegang saham dapat memberikan suara untuk mendukungnya.

    "Saya sudah mengirimkan link ke tim teknologi untuk menghapus artikel tersebut. Tapi, Tuan muda—" Farel terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya. "Apakah menurut anda dia yang melakukannya?."

    Kenan tidak menanggapinya. Sebaliknya, dia menatap asistennya dengan tatapan dingin yang mampu membuat nyali Farel langsung menciut. "Haruskah saya meneleponnya?."

    "Tidak, biarkan saja." Jawab Kenan dengan nada datarnya.

    Farel kembali menoleh kearah bosnya. Dia terlihat ragu-ragu sebelum menanyakan pertanyaan yang telah mengganggu pikirannya. "Maaf Tuan muda, apakah anda benar-benar serius dengan perpisahan ini? Belum terlambat untuk berubah pikiran. Anda sudah bersamanya selama delapan tahun—"

    "Urus urusanmu sendiri dan jangan ikut campur!." Bentak Kenan.

    ***

    Setelah tidak menghubungi Bella selama beberapa hari, Kenan tidak dapat menahan rasa rindunya. Lelaki itu ingin memeriksanya dan ingin tahu bagaimana keadaan Bella. Kenan memang telah menghapus berita viral itu, tetapi dia tidak tahu jika Bella masih mengalami kesulitan setelahnya.

   

 Hari ini, Kenan akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke apartemen Bella. Tetapi begitu sampai di sana, Kenan mendapati jika apartemen Bella gelap.

    Lelaki itu mengernyitkan dahinya. "Apa dia belum pulang?." Tanya nya pada dirinya sendiri.

    Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Bella tidak pernah pulang seterlambat ini sebelumnya. Jadi, mengapa lampu apartemennya mati? Bahkan bagian depannya juga mati. Kenan pun memutuskan untuk menunggu dan setelah menunggu selama dua jam, tempat itu masih tampak seperti tidak ada orang yang masuk. Kenan pun kembali mencoba mengetuk pintu dan ketika dia tidak mendapatkan respon, detak jantungnya berdegup kencang, Kenan merasa khawatir.

   

 Kenan memutuskan untuk mengetuk pintu apartemen yang bertetanggaan dengan Bella. "Apa kau melihat Bella? Aku sama sekali tidak bisa menghubungi dia." Tanya Kenan begitu tetangga apartemen Bella membuka pintunya.

    "Dia sudah pindah." Jawab tetangga apartemen Bella..

    "Apa? Kemana dia pindah?." Tanya Kenan, hatinya tenggelam dan dia merasa bersalah pada Bella.

    "Aku tidak tahu." Jawab tetangga itu dan langsung menutup pintu apartemennya.

    Entah mengapa, Kenan merasa hancur saat itu, tetapi dia berusaha untuk tetap terlihat tegar. Lelaki itu meraih ponsel dari dalam saku jasnya untuk menghubungi asistennya. "Dimana dia? Dimana Bella? Aku tidak menemukan dia di apartemennya." Terdengar ada nada mendesak dalam nada bicaranya. Ketakutan terlihat jelas di raut wajahnya.

    Kenan benar-benar merasa bersalah. Dia tidak bermaksud menyakiti Bella.

    

Beberapa menit kemudian, Farel menelpon Kenan untuk memberikan laporannya. "Dia tidak sedang berada di Brentwood, Tuan muda. Nona Bella telah pergi dari seminggu yang lalu."

    "Pergi kemana dia?!." Bentak Kenan, jantungnya berdebar kencang tak menentu. "Dia tidak punya tempat lain untuk pergi!."

    Kenan terlihat frustasi, pikirannya terbang entah kemana. 'Apa rumor itu benar? Apa Bella benar-benar sudah memeras uang Sofia?.'

    "Tuan muda..."

    "Periksa pengawasan di lobi perusahaan. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi." Perintah Kenan dan langsung memutuskan sambungan panggilan mereka.

   Kenan tidak menyelidikinya karena dia tidak percaya bahwa Bella bisa memeras seseorang.

    Jantungnya berdegup kencang, Kenan merasa kecewa, marah dan sakit hati.

    

Bagaimana Bella bisa pergi dengan semudah itu? Apa Bella benar-benar mencintainya? Tampaknya begitu mudah baginya untuk mengemasi barang-barangnya dan pergi. Apa jadinya memperjuangkan cinta mereka?

Kenan bisa melakukan apa pun yang bisa dirinya lakukan untuk melindungi Bella dari ancaman yang membayangi Bella dan kemudian apa yang wanita itu minta? Dia meminta uang dan pergi?

    Setelah melakukan apa yang bisa dirinya lakukan untuk menjadi kuat agar bisa melindungi Bella, wanita itu hanya bisa meninggalkan nya sebelum dirinya bahkan memiliki kesempatan untuk menebus kesalahannya di pesta dansa itu.

    ***

    Keesokan harinya di perusahaan, Farel datang ke ruangan Kenan untuk memberikan laporannya. "Tuan muda, saya sudah menonton rekaman cctv-nya. Semua ini tampaknya hanya sebuah jebakan. Nona Bella tidak menerima cek tersebut. Tapi ada seorang wanita tua yang mengambilnya."

    Kenan membuang arah pandangnya. 'Jadi, dia tidak menerima uang itu. Lalu kenapa dia pergi?.'

    Saat memikirkan hal itu, Kenan mengernyitkan dahinya. 'Bella tidak akan pernah pergi meninggalkan kota Brentwood tanpa alasan. Apakah mungkin seseorang menculiknya? Atau apakah dia menerima ancaman?.'

    Pikirannya terus berputar, memikirkan beberapa hal yang mungkin terjadi tanpa sepengetahuan nya.

    Bagaimana jika ternyata tindakannya  yang membuat Bella terlibat kedalam bahaya? Akankah Kenan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada Bella?.

    Kenan menoleh kearah asistennya. "Cepat temukan Bella!." Perintahnya.

Bandara

    Enam tahun kemudian...

    "Mommy... apa kita akan tinggal disini sekarang?."

    Di bandara kota Brentwood, seorang wanita dengan setelan profesional yang feminim terlihat baru saja turun dari pesawat.

    Tidak hanya memiliki kecantikan yang luar biasa, tetapi dia juga memiliki aura kuat yang memancar, mampu memberikan kesan bahwa dia bukan tipe orang yang bisa dianggap enteng. Wanita itu memancarkan aura yang anggun, kepercayaan diri terpancar dalam setiap langkahnya saat sepatu hak tingginya yang runcing menyentuh lantai.

Disalah satu tangannya, dia memegangi tas dari desainer terkenal dan tangannya yang lain memegangi sebuah tangan kecil yang mungil. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan dirinya sedang berjalan disampingnya, bocah kecil itu melihat ke sekeliling tempat dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan yang terpancar dimatanya.

    Pipinya yang kemerahan dan senyumnya yang manis menghiasi wajah imutnya. Ibu dan anak perempuan itu menoleh saat mereka sedang berjalan di bandara, kehadiran mereka menarik perhatian beberapa orang yang berlalu lalang.

    Wanita itu menunduk menatap putrinya dan tersenyum manis. "Kita tidak akan tinggal disini, sayang. Tapi Mommy harus mengurus beberapa hal di sini. Kita akan pergi dari kota ini setelah urusan Mommy selesai. Karena ini bukan tempat kita, kamu mengerti, sayang?."

    

    Ya— wanita itu tidak lain adalah Arabella Brianna Catlin Hamilton dan putrinya— Stevia Catlin Hamilton. Bella akhirnya kembali ke kota Brentwood. Kota yang menyimpan banyak kenangan yang paling menyakitkan baginya.

    Setelah Kenan Kevlar Narendra menghancurkan dunianya enam tahun yang lalu, Bella bertemu dengan ibunya. Itu semua terjadi secara tiba-tiba, tetapi Bella merasa senang karena sekarang dia memiliki tujuan baru.

    Untuk menjatuhkan keluarga Narendra.

    Apa yang baru saja Bella ketahui sungguh mengejutkan. Tetapi setelah merasakan pengalamannya ketika bagaimana Kenan membuangnya seperti sampah, dia mencemooh apa yang baru saja dia ketahui itu. 'Aku pikir buah apel jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, ternyata Malvin Kevlar Narendra, ayah Kenan yang bertanggung jawab setelah menjebloskan ayahku, Justine Hamilton ke penjara.'

    Sejak saat itu, Bella memutuskan masuk kedalam sekolah hukum. Lulus dari sana, Bella segera menjadi pengacara yang hebat dan kuat. Dia sekarang di kenal mampu memenangkan kasus-kasus yang terberat, bahkan kasus-kasus yang melibatkan pejabat korup yang ingin lolos dari kejahatannya.

    Semua ini dia lakukan sebagai balas dendamnya. Dia kembali ke kota Brentwood dan ingin menghancurkan keluarga Narendra.

    "Apa kita akan melawan seseorang, Mommy?." Sebuah suara yang lembut nan manis menyadarkan Bella dari pikiran gelapnya. Senyum tersungging di bibirnya saat menatap putrinya yang saat ini berusia lima tahun.

    Bella mengulurkan tangannya dan membelai rambut Stevia. "Tidak, Mommy akan bekerja. Tugas Mommy adalah memperjuangkan orang-orang yang tidak bersalah di pengadilan dan memastikan orang-orang jahat masuk penjara." Balasnya.

    

    Stevia tersenyum, matanya berbinar gembira dan terlihat bola mata hijau hazelnya. "Saat aku besar nanti, aku ingin menjadi pengacara yang hebat seperti Mommy." Katanya, lalu sedetik kemudian, Stevia mengernyitkan dahinya. "Meskipun sebenarnya aku juga ingin sekali mengetahui pekerjaan Daddy, supaya aku bisa memilih aku akan menjadi yang mana saat dewasa nanti."

    

    Jantung Bella berdebar. Dia berdehem sebelum akhirnya tersenyum canggung. "Mommy sudah memberitahu kamu tentang Daddy. Sayang, Daddy kamu—"

    "Iya, Mommy. Aku tau. Daddy ada diatas sana." Kata Stevia menunjuk keatas dan menekuk bibirnya sebal. "Aku berharap Mommy menikah dan mencarikan ayah baru dikota ini."

    "Mommy akan memikirkan itu, sayang." Balas Bella dengan cepat untuk mengganti topik pembicaraan diantara mereka.

   Namun, jauh dilubuk hatinya, dia tahu hal itu tidak akan pernah terjadi. Hatinya sekarang gelap dan dia sengaja menutup diri dari apapun yang melibatkan cinta.

    'Aku sudah cukup membiarkan seseorang menyakiti dan memanfaaatkanku dan aku bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta lagi.' Batin Bella.

    Sementara itu, sebuah pesawat pribadi tak lama mendarat di landasan bandara. Saat itu Kenan Kevlar Narendra telah meninggalkan bandara melewati bagian VIP, namun tiba-tiba dia melihat punggung seorang wanita yang nampak familiar baginya. Seketika dia menghentikan langkah kakinya.

    Kenan menyipitkan matanya untuk melihat dengan baik-baik. Rambut hitamnya yang panjang, bergelombang dan tergerai menari-nari tertiup angin sepoi-sepoi.

    Sebelum Kenan dapat melihat wajah wanita itu, sebuah taksi berhenti didepannya dan dia masuk kedalam bersama dengan seorang gadis kecil.

    "Tuan, apakah anda memerlukan sesuatu?."

    Kenan tersadar dari lamunannya ketika suara asistennya terdengar ditelinga nya. Lelaki itu mengernyitkan dahinya, menggelengkan kepalanya. "Jam berapa ada rapat di departemen hukum?."

    Farel Gerviano melihat arlojinya. "Tiga puluh menit lagi, Tuan."

    Mereka berjalan menuju konvoi mobil hitam yang menunggu dan Kenan duduk di kursi belakang pada mobil yang terparkir di tengah. Farel mengikutinya, tetapi dia duduk di kursi penumpang depan.

    "Siapa direktur hukum yang baru? Apa kau sudah mengetahuinya?." Tanya Kenan saat mobil mulai berjalan keluar dari kawasan bandara.

    

Farel tersenyum. "Para pendukung Zenith berhasil mencari seorang wanita yang merupakan salah satu pengacara paling kuat di negara ini. Dia terkenal dengan caranya menangani dan memenangkan kasus."

    Kenan mengernyitkan dahinya, tetapi dia tetap diam. Meskipun Kenan menghindari pekerjaan jika yang menanganinya perempuan, bagaimana pun caranya. Tetapi dia membutuhkan seseorang untuk memperbaiki kekacauan yang telah dilakukan oleh direktur hukum sebelumnya pada korporasi.

    "Lalu bagaimana dengan pencarian mu?." Tanya Kenan mengalihkan topik pembicaraan mereka.

    "Sayangnya, sampai saat ini... kami masih belum mendapatkan petunjuk apa pun." Jawab Farel. Mau tak mau dia ikut merasa kasihan pada Kenan. Meskipun atasannya itu pandai dalam pekerjaannya dan bisa melakukan apa pun yang tidak bisa orang lain lakukan, Kenan tetap tidak dapat menemukan orang yang selama ini dia cari selama enam tahun lamanya.

    ***

    Tiga puluh menit kemudian, Kenan dan timnya akhirnya telah tiba di perusahaan dan mereka langsung pergi menuju ruang konferensi, tempat Kenan akan mengadakan rapat dan bertemu dengan tim kuasa hukumnya.

    Mereka harus berkenalan dengan direktur hukum yang baru sebelum dia memulai pekerjaannya. Namun, begitu Kenan membuka pintu yang menjulang tinggi itu dan masuk kedalam ruang konferensi, langkahnya berhenti dan dia diam membeku ketika kedua matanya melihat seorang wanita yang juga menatap kearahnya dengan senyuman yang sopan.

    "Senang bertemu dengan anda, Tuan Kenan Kevlar Narendra. Saya Arabella Brianna Catlin Hamilton, direktur hukum anda yang baru." Kata wanita itu memperkenalkan diri.

    Mata Kenan sedikit terbelalak, jantungnya berdebar kencang saat melihat wanita cantik yang selama ini dia cari dimana keberadaannya. Wanita itu benar-benar Bella, gadis yang pergi dan membawa hatinya bersamanya.

    Rambut hitamnya yang halus tergerai, mengalir di bahunya dan dia terlihat cantik dengan mengenakan setelan feminim berwarna biru tua, juga terlihat profesional. Wanita itu terlihat sedikit berbeda dari penampilannya dimasa lalu,. tetapi dia tetap Bella, cinta pertamanya dan satu-satunya.

    'Ternyata Bella yang sering dijuluki

    Female Devil? Dia pengacara terkenal yang dibicarakan semua orang?.' Batin Kenan, berusaha pulih dari keterkejutan nya.

    Setelah enam tahun, Kenan tidak menyangka jika mereka akan bertemu dengan seperti ini. Dia membayangkan reuni yang lebih sentimental dimana dia akan bisa langsung menarik Bella kedalam pelukannya dan memeluknya dengan begitu erat, bukan pertemuan dengan banyak orang penting dalam satu ruangan ini.

    "Semua pergi. Saya ingin berbicara dengan Nona Bella sendirian." Perintahnya, suaranya serak karena emosi yang mengalir dalam dirinya.

    Kenan sangat ingin berbicara dengan Bella, menanyakan banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

    Namun, senyum sopan yang Bella tunjukan memudar. Pandangannya berubah dingin ketika menatap Kenan. "Menurut saya itu tidak perlu. Anda sudah terlambat dan saya harus menghadiri pertemuan lain. Jangan buang waktu orang lain hanya karena anda lebih berkuasa dengan semua harta kekayaan anda. Dan perlu diingat, anda membutuhkan kami, bukan sebaliknya. Bertindaklah sebagaimana mestinya, Tuan Kenan."

    Kenan tertegun mendengar jawaban Bella. Meskipun wajahnya tidak menunjukan emosinya, Kenan bertanya-tanya bagaimana bisa Bella mengeluarkan kata-kata dingin dari mulutnya.

     'Apa dia tidak mengenal ku?.' Batin Kenan. Hatinya terasa sakit melihat perubahan sikap Bella padanya.

    Tetapi, tidak mungkin Bella melupakannya. Selain lebih jantan dan dominan dari sebelumnya, Kenan tidak banyak berubah. Tidak mungkin Bella melupakannya, terlebih mereka telah tumbuh bersama dari kecil kecuali jika Bella mengalami hilang ingatan.

    Tatapan matanya yang jauh membuat Kenan merasa tidak nyaman.

    Kenapa Bella bertingkah seolah mereka baru saja bertemu? Kenan merasa bingung dan jantungnya berdegup kencang, mengingatkannya dengan rasa sakit yang terus meneruskan ia rasakan selama enam tahun terakhir.

    

Sementara itu, direktur farma hukum Zenith Advokat berkedip cepat kearah Bella, mencoba memperingati Bella agar tidak bersikap kasar pada klien mereka yang terhormat.

    Saat Bella mengabaikan isyarat berupa kedipan mata itu, Felix  Stevenson mengepalkan tangannya dan berdehem. Dia menoleh kearah Kenan dan buka suara. "Maafkan saya, Tuan Kenan. Dia bukan berasal dari sini, jadi dia belum tau siapa anda—"

    

Kata-kata Felix terpotong ketika Kenan mengangkat sebelah tangannya. Bola mata biru langitnya bertatapan dengan bola mata hijau hazel milik Bella. Tak satupun dari mereka berdua yang memalingkan wajah.

  

  Kenan mengamati Bella dan kerutan kecil menghiasi dahinya. Bella sepertinya menembaki belati kebencian kearahnya, terlihat dari tatapan tajamnya.

  

  'Mengapa dia memilih perusahaan ini jika dia sangat membenci ku?.' Renung Kenan dalam hatinya.

   

 Ketegangan terjadi didalam ruangan. Semua orang seakan menahan napas mereka, menunggu Kenan yang sepertinya akan memecat pengacara yang baru saja melontarkan kata-kata kasar padanya itu.

    

Namun nyatanya, Kenan tidak bereaksi terhadap sikap kasar Bella. Jauh dilubuk hatinya, Kenan sangat ingin berbicara dengan Bella, membawanya kedalam pelukannya. Tetapi Kenan tidak punya pilihan, untuk saat ini dia mengikuti keinginan Bella.

    "Mari kita mulai rapatnya." Kata Kenan.

   

    Dan membuat semua orang bingung dengan reaksi Kenan yang terlihat tenang.  Mereka semua pun duduk mengelilingi meja dan memulai pertemuan rapatnya.

    Selama sisa pertemuan, Kenan nampak berkonsentrasi dengan apa yang dirinya katakan didepan semua orang. Dan berbeda dengan Bella, pikiran wanita itu kembali kacau.

    Sudah berapa lama? Enam tahun terasa seperti kemarin baginya, karena kenangan itu masih segar di dalam kepalanya. Tetapi untuk beberapa alasan, Bella tidak ingin mengenalinya.

Setelah memberikan penjelasan yang di perlukan, Kenan menatap Bella. Wanita yang dia cari sudah ada tepat dihadapannya.

    "Nona Bella, ada yang bisa dikatakan? Apakah anda ingin kontrak anda diubah? Tuan Kenan dapat memberikan sedikit tambahan untuk mendapatkan layanan terbaik." Desak Felix dan Bella terlihat mengernyit.

    Wanita itu menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan nada dinginnya. "Saya akan mendapatkan jumlah yang sesuai dengan pekerjaan saya. Mendapatkan lebih banyak berati saya harus melakukan hal-hal ilegal yang bertentangan dengan hati nurani saya. Jika itu adalah tipe direktur hukum yang diinginkan Tuan Kenan, berarti saya berada ditempat yang salah. Saya tidak menerima suap."

    Keheningan menyelimuti ruangan itu dan wajah Felix terlihat merah karena marah. Dia melayangkan tatapan tajamnya kearah karyawan barunya itu. "Nona Bella! Bisakah anda bersikap—"

    "Tidak masalah, Tuan Felix. Atasan saya juga tidak melakukan suap dan jika Nona Bella merasa tidak nyaman, kami dapat membatalkan bonus tambahan tersebut. Kami menambahkannya demi kenyamanan karyawan. Lagipula, pekerjaan ini sangat dibutuhkan." Farel  Gerviano menyela perkataan Felix.

     Sementara itu, Kenan terlihat tengah memandangi Bella dengan penuh minat. Dia memperhatikan betapa berbedanya Bella setelah enam tahun mereka tidak bertemu.

Bella lebih percaya diri, profesional dan dia mengutarakan pikirannya tanpa perduli apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Kenan menganggap versi baru Bella saat ini sangat menarik. Bella memang sudah cantik dan sempurna bertahun-tahun yang lalu, tetapi sekarang, dia terlihat jauh lebih baik. Sosok Bella yang baru bisa memimpin sebuah diskusi dan membuat semua orang  mendengarkan sesuai arah pandangnya. Membuat Kenan kagum dengan betapa suksesnya Bella.

   

 Yang kemudian menimbulkan pertanyaan bagi Kenan adalah kemana saja Bella selama ini dan siapa yang telah menolongnya?.

    

Apa yang terjadi pada Bella hingga membuat wanita itu berubah menjadi orang yang benar-benar baru? Ada sesuatu yang hilang dari tatapannya, kilauan yang selalu bersinar setiap kali dia tersenyum telah hilang. Tatapan matanya dingin, terlihat penuh perhitungan.

  

  Sementara itu, Bella bisa merasakan tatapan Kenan yang tertuju padanya. Tatapan panas yang tidak pernah terlepas darinya selama satu jam terakhir selama pertemuan di ruangan ini. Bella merasa kesal dengan hal itu dan dia tidak bisa menahannya lagi.

    

Bella mengarahkan pandangannya kearah Kenan. "Apakah ada sesuatu diwajah saya, Tuan Kenan? Apa yang sedari tadi anda lihat, hm?."

    Saat semua orang terdiam melihat keberanian Bella, Kenan tertawa kecil dan kemudian dia menyeringai. "Karena saya terkesan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!