...Disclaimer...
...Hai! Selamat datang dan selamat bergabung menjadi warga TKLNIG! 🥳...
...Sudah waktunya kita menghalu bersama cowok-cowok ganteng brutal! Nggak lupa cewek-ceweknya juga cantik badasssss!!! Udah kangen ‘kan meleyot-leyot karena salting dan jatuh cinta sama karakter fiksi! 😤😍🌝...
...Mau ngasih tau juga, ini genrenya romance fantasy; tapi ada gemasnya, lucunya, dan sedihnya. Kalian bakal diajak mereka ngerasain dunia tempat mereka hidup dan dunia dimensi lain yang bikin geleng-geleng. 🥺🤧...
...Visual hanya untuk pemanis dan memudahkan berimajinasi, tapi kalian juga boleh berimajinasi menggunakan pikiran kalian sendiri. Foto bersumber dari pinterest’....
...Ide cerita murni karyaku. Ditegaskan untuk jangan memplagiat/meniru!!! Yang plagiat, rambutnya auto gundul sebelah! 😀🫵🏻...
...100% FIKSI! Hanya Fiksi!...
...Kuingatkan lagi, FIKSI!...
...Jangan lupa untuk memberikan feedback yang baik : Like, Komen, tambah ke Favorit (subscribe), Gift, Vote dan share ke teman-temanmu yang suka membaca! ♥️...
...Follow akun instagram dan noveltoon...
...@YellowChipsZ...
...Yang nggak follow berarti nggak diajak! 😒...
...TUAN KUDA LAUT...
...&...
...NONA IKAN GUPPY...
...VISUALS :...
RADIKTA MANIK [Dikta; Tata; Manik-manik]
Kebayang nggak kalian, kalau di sekolah ada cowok ganteng; manis; gagah kayak gini?! Dia yang keringetan, aku yang gerah! Wahahah! Please, Dikta nih lucu tau’ dan pinter banget! Baca cerita ini, kalian bakalan mau peluk Dikta terus! 😭😭😭🌝🌝🌝😘😘😘🤎🤎🤎🤎🤎
RADIRHAM MARVA [Dirham; A’am]
Aduh! Ini abangnya Dikta! Sudah pasti ganteng banget!!! Ibarat bang Dirham ini susu vanilla, Dikta itu susu cokelatnya, hehe. Senyumya bang Dirham yang soft bikin meleleh! Tapi … ada satu fakta. Sebenarnya, bang Dirham ini … udah … 😭💔
Baca aja deh pokoknya! 🤍🤍🤍🤍🤍
SAILA GUPPY [Saila; Pypy]
Hayooo, udah cantik belum aku kayak Saila??? HAHAH! Nangis dulu di sudut wece! 😭😭😭😑
Saila cewek gemas, imut, cantik, pinter, nyebelin sedikit kadang! Tapi Dikta menerima kekurangan Saila dengan hati lapang kok! Saila royal banget orangnya! Coba bilang ke dia, pinjam dulu 100! ☝🏻😭🤣💸💸💛💛💛💛💛
BADROEL GUPPY [Badroel; U’ul]
Ck! Kenapa sih pada ganteng banget?! Tapi aku nggak capek ‘sih kalau mandangin orang ganteng, katanya bisa bikin kita bahagia! Ini abangnya Saila, mirip ‘kan mereka kayak kembar tapi beda tahun! 😭😭🤣🤣😳😳😳💜💜💜💜💜
PURI RADEA [Puri; Pur-ikan]
Ini satu cantik banget! Puriii!!! Kalau nggak pacaran sama Lingga, dia udah dari lama bakalan sama Dikta! Ups??? Tapi ya namanya juga tapi. Dia nanti bakal kemusuhan sama Saila, tapi gemes kok mereka berdua! Haha! 😭😭😏😏😏💙💙💙💙💙
LINGGA JORELL [Lingga; Linggis]
Huh, bentar! Napas dulu menghirup kegantengan Lingga! Dia bucin banget sama Puri, dan suka cemburuan karena Dikta! Dia sahabat karibnya Dikta meski disuguhi dengan bogeman! OMG??? 😱😱😱🫣🫣🫣🧡🧡🧡🧡🧡
ARJUNA BARZ [Juna]
Masih bertahan dunia dengan orang ganteng! Yang ini ganteng-ganteng nyebelin, tapi dia cinta mati sama Saila. Gimana, dong? Makin hari makin memanas hubungan Juna sama Dikta dikarenakan … ehm! 🤧🤧🤧😩😩😩❤️❤️❤️❤️❤️
BRUNO GWANG [Bruno]
Umh, ini … ganteng juga, sih. Tapi … banyak-banyak bersabar ya kalau kalian udah ketemu dia. Siapin panci juga buat nimpuk!!! 🙄🙄😤😤😤👊🏻👊🏻👊🏻
SATRIA ARLAN [Pak Satria]
Pak, ajarin aku dong! Huhuuu, guru gondrong satu ini bakal jadi guru favorit banget meski banyak bawelnya! PAK, SINI POTONG RAMBUTNYA BIAR MAKIN GANTENG!!! 😤😤😤😭😭🩷🩷🩷🩷🩷
LILY GARDENIA [Nenek Lily]
Huhu, jadi kangen nenekku. By the way, ini neneknya Dikta dan bang Dirham. Walau sudah tua, tapi anggunnya nenek nggak pernah luntur! Nenek Lily berkomunikasi pakai bahasa isyarat. ☺️😘🌸💚💚💚💚💚
NYLA PUSPA/**Mrs. GUPPY* [Mama Nyla]
Kalau melihat namanya pasti udah tau ini siapa. Ya! Mrs*. Guppy, mamanya Saila dan bang Badroel! Cantik banget ‘kan mama mertua aku. Eh???! 😭😭😭😛😛😛💛💛💜💜✨
ANJANA BARZ [Ayah Anja]
Emmm, ini ayahnya Arjuna. Aku diem aja, deh! 🫢🫢😶😶🤐🤐🤐🤐
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Semesta bergurau padaku, tapi kuikuti permainannya.—...
...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...
09.40 🌧
Awan Stratocumulus berulah lagi yang menyebabkan hujan ringan di wilayah sekitaran Tanjung Duyung, Pulau Kapal Karam.
Hari ini warga SMA Permata Laut menyambut semester ganjil.
Libur telah usai, waktunya pelajar bersiap mengasah otak untuk menguasai kembali medan prestasi.
Ada yang berjuang mati-matian mempertahankan posisi peringkat pertama, tapi ada juga yang mempertahankan agar tidak masuk posisi pertama! Mengapa demikian? Tentu para murid itu punya tujuan masing-masing.
Ada pintu cokelat dengan hiasan stiker bertuliskan 12 IPA 2 sebagai lambang kelas. Tak lupa papan kecil memampang nama guru Seni Budaya yang sedang mengajar di kelas saat ini.
Mr. Satria Arlan, guru laki-laki paling ganteng sekaligus paling gondrong di SMA Permata Laut. Setiap ada razia rambut teruntuk murid laki-laki, pak Satria agaknya ketar-ketir karena dituntut para murid untuk memangkas rambut juga! Namun, dunia selalu membelanya hingga pak Satria selamat dan bebas memamerkan kemenangan rambutnya.
Jendela mengizinkan tamu angin perlahan mengipas surai murid-murid badung.
12 IPA 2 dikenal sebagai kelas paling bising sejagat IPA di sekolah Permata Laut. Namun, saat ini mereka agak jinak karena sedang berhadapan dengan guru laki-laki yang amat cerewet jika sudah marah, itulah wali kelas mereka.
Ngomong-ngomong, posisi duduk di kelas adalah satu bangku untuk satu murid.
Kala ini sang Semesta berpusat pada sosok siswa laki-laki bernama Dikta yang sedang memilin penghapus pensil berbentuk kuda laut. Dia adalah definisi cowok pemuja karakter hewan laut yang memiliki nama ilmiah hippocampus. Kuda laut adalah lambang kesetiaan yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidup, sama seperti prinsip cinta-kasih yang Dikta agungkan.
Rambut Dikta mendadak lemas dimainkan angin. Bagian poninya yang semula tegak, kini menjadi lembek karena angin begitu usil ingin menutupi jidat sempurnanya. Namun, hal itu malah membuatnya makin imut meski terlihat galak.
Jangan coba-coba membuat Dikta mendelik, yang ada malah menimbulkan rasa suka akibat bentuk kelopak matanya membulat indah pada parasnya.
Dia bernama lengkap Radikta Manik, si Paras Manis-tampan dengan kulit tanned yang menjadi perbincangan gemas para siswi. Hampir semua orang memanggilnya Dikta, meski dia lebih suka dipanggil Tata oleh neneknya di rumah.
*Tanned: kecokelatan
Tatapan seorang Dikta akan setenang laut dingin jika ia tak peduli keadaan. Namun, keadaan akan merubah netranya menjadi seperti lava mendidih jika ada yang mengusik pahamnya.
Dikta tampak serius menatap layar proyektor yang dipenuhi materi tulisan-tulisan kecil bak koloni semut. Murid lainnya sampai mengeluh pening dan mata mereka tak kuat mengamati materi seni yang harus dihapali selain tugas praktek.
"Ck! Gedean dosa-dosa pak Sat daripada materinya!" cicit Dikta letih menatap ke depan.
Hening kembali melanda usai keluhan kecil dari para penghuni 12 IPA 2. Hanya suara sang guru yang kini beradu dengan hujan.
Jemari Dikta perlahan menggamit sebuah kertas binder berwarna putih dari bawah kolong mejanya. Itu bukanlah kertas kosong, melainkan surat cinta dari pengagum rahasianya yang bernama Nona Ikan Guppy.
Kenikmatan dua hal yang sedang dirasakan Dikta, yaitu suasana hujan yang menenangkan dan membaca tulisan manis dari Nona yang membuatnya jatuh cinta berkali-kali.
Guratan senyum mulai mewarnai kekosongan hati Dikta. Sudah sedari awal masuk SMA, Dikta berbalas-balasan surat dengan Nona Ikan Guppy yang hanya mengaku sebagai murid 12 IPA, tak tahu IPA yang mana.
Dikta sampai kecanduan membalas surat dan akan menerima balasan di kolong mejanya. Bagi Dikta, sosok Nona Ikan Guppy sangat mengerti tentang dirinya, bahkan merespons Dikta dengan penuh kasih dan semangat walau melalui tulisan.
Mumpung pak Satria sedang berfokus pada murid yang lain, Dikta diam-diam membaca isi surat sembari menuliskan balasan di kertas tersebut.
💌dari Nona Ikan Guppy:
Hai, Tuan Kuda Laut yang baik hati. Aku merindu pada kehadiranmu melintas di dekat kelasku.
Dikta mulai menulis balasan. ✒Sampai kapan kamu main rahasia terus, Nona Ikan Guppy? Nggak adil rasanya kamu tahu aku, tapi aku terus menebak tanpa petunjuk darimu dua tahun terakhir ini.
💌dari Nona Ikan Guppy:
Menyambut semester baru, aku berharap kamu makin semangat belajar. Ini aku kasih hadiah, permen kentang goreng buat Tuan Kuda Laut. Hihihi!!!
Dikta semringah mendapatkan bonus kecil dari Nona Ikan Guppy, yaitu satu bungkus permen bertuliskan 'Gummi Fries'.
Lucu, batin Dikta memuji.
Dikta menulis balasan lagi. ✒Makasih hadiahnya. Permen kentang ini lucu, pasti yang ngasih juga lucu, kan?
💌dari Nona Ikan Guppy:
Aku tau permennya gurih dan sedikit asam. Namun, makin sering dikunyah, kamu akan menjumpai manisnya yang unik—seperti Dikta yang nakal menggemaskan, tapi tulus hati. Aku suka Dikta, Tuan Kuda Lautku. 🤎
Menarik napas, lalu mengembuskannya diiringi semburat merah yang hampir meledak. Dikta menulis agak gemetar kali ini. ✒Aku cuma bisa menyebutmu 'Nona Ikan Guppy'. Kapan-kapan kasih tahu namamu. Aku juga suka kamu dan ingin menghargaimu lebih dari sebatas surat di kolong meja.
💌dari Nona Ikan Guppy:
Tapi ... sainganku berat. Dikta 'kan suka sama Lavina Hafa.
Dikta hampir tak sengaja tertawa membaca nama Lavina Hafa, yaitu gadis fiksi kesayangan Dikta yang abadi di catatan cerita milik mendiang abangnya. Fiksi sekadar fiksi, Dikta tentu lebih memilih gadis yang nyata.
Dikta menulis lagi. ✒Mungkin dengan tahu namamu yang sebenarnya, aku bisa melupakan Lavina Hafa. Wleee!
Dikta terkenal sebagai si Nakal yang pintar. Nakal di sini maksudnya ... dia bukan cowok kalem layaknya pemeran utama yang kelewat pasrah; bukan yang nurut-nurut saja diperlakukan seenaknya karena tanpa sukar dia bisa melumpuhkan lawannya; bukan jua yang tebar pesona kepada semua figur di bumi. Senyum manisnya yang menggetarkan nadi hanya dia tunjukkan ke beberapa persona yang beruntung.
Usai menulis balasan surat yang cukup banyak, Dikta memasukkan kembali kertas itu ke bawah kolong mejanya. Dia berpikir ingin membalas hadiah pemberian si Nona nanti.
Kira-kira permen kentang dibalas dengan apa, ya? batin Dikta tidak sabar.
Tiba-tiba aura aneh mengganggu konsentrasi Dikta. Bulu kuduknya berdiri kaget. Dikta meringis kecil sebagai respons terhadap hal ganjil yang tengah bergurau padanya.
"Radikta Manik ...," panggil pelan suara asing, memanjakan. Suara dari sosok tak kasat mata. 🍃
Tak disangka hati Dikta langsung bergetar sampai sinyal tak diundang itu memenuhi otaknya.
"Iya?!" sahut Dikta begitu antusias mendengar nama lengkapnya dituturkan.
Semua murid di kelas sontak menatap kaget ke arah Dikta yang berbicara seorang diri dengan nada lantang.
Sosok murid laki-laki bernama Lingga mulai meledek Dikta, "Lo nyahut panggilan dari siapa? Hantu???"
Bersambung ... 👑
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Kusahut panggilan dari sosok tak kasat mata, lalu panggung fana mengonfirmasi kegilaanku.—...
...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...
“Radikta Manik …,” panggil pelan suara asing, memanjakan. Suara dari sosok tak kasat mata. 🍃
Tak disangka hati Dikta langsung bergetar sampai sinyal tak diundang itu memenuhi otaknya.
“Iya?!” sahut Dikta begitu antusias mendengar nama lengkapnya dituturkan.
Semua murid di kelas sontak menatap kaget ke arah Dikta yang berbicara seorang diri dengan nada lantang.
Sosok murid laki-laki bernama Lingga mulai meledek Dikta, “Lo nyahut panggilan dari siapa? Hantu???”
Lingga, cowok modis yang memegang takhta peringkat satu di kelas 12 IPA 2, menganggap Dikta adalah saingannya. Padahal, sedari SMP, Lingga dan Dikta bersahabat sedekat jantung dan darah. Namun, semuanya terkikis di waktu SMA semester ke dua karena sesuatu!
Dikta tidak menggubris ledekan Lingga dan berusaha untuk tetap cuek.
"Ada apa, Dikta?" tanya guru laki-laki dengan surai panjang itu—pak Satria. Rambutnya mendadak heboh digerayangi angin sampai menciptakan tornado kerontokan, membuat makhluk-makhluk kelas dicekik tawa.
"HUAHAHA!" tawa Dikta paling keras.
"Tutup jendelanya, Puri!" perintah pak Satria gelagapan menyelamatkan beberapa helai rambutnya yang sudah kabur dari kepala.
"Hahaha! Iya, Pak!" sigap seorang siswi elegan berambut pendek sebahu, Puri Radea.
Puri si Peringkat Dua di kelas, tak bisa menyembunyikan tawanya karena melihat rambut wali kelasnya yang nyentrik itu. Dia lanjut menutupi jendela yang terbuka tak jauh dari bangkunya. Posisi duduk Puri berada di sebelah kiri Dikta.
Usai melawan angin, pak Satria kembali menatap heran ke arah murid nakalnya yang pintar itu. "Kamu ngomong sama siapa tadi, Dikta?"
Dikta menoleh ke kanan, ke kiri, dan ke segala arah untuk memastikan keadaan. Jika menilik raut murid-murid sekelas, memang tidak ada pelaku yang memanggil namanya. Sebenarnya, Dikta meyakini bahwa yang memanggilnya tadi adalah suara perempuan.
"Bukan Bapak yang manggil namaku tadi?" tanya Dikta yang terlanjur malu atas kejadian aneh ini.
"Pakai 'Saya', jangan 'Aku'!" celoteh pak Satria begitu rewelnya.
Dikta terpaksa mengulang kembali pertanyaannya. "Bukan Bapak yang memanggil nama saya tadi?"
Sang guru berkacak pinggang dan menyemprot, "Heh?! Saya daritadi fokus menjelaskan di depan. Belum ada saya memanggil nama kamu, Radikta Manik!"
"Pft! Itu Bapak manggil nama saya barusan!" balas Dikta cengengesan sampai membuat Puri dan siswa lainnya terkikik lagi. Padahal, di dalam pikiran Dikta dipenuhi kerumitan mengenai hal tak kasat mata yang terus memanggil namanya.
"Dah-dah! Saya lagi nggak mau ribet terjebak permainan konyol kamu!" elak pak Satria yang sedang tidak ingin melayani candaan Dikta seperti biasanya. "Kalau saya sedang menjelaskan, tolong didengarkan dan dipahami. Apa kamu sudah paham tentang materi sekarang?!"
"Paham 'kok, Pak," jawab Dikta dengan muka malas.
"Dikta tadi pasti mengkhayal lagi, Pak!" tuduh Lingga puas mengolok Dikta yang dianggap gila.
Dikta sudah di ambang bosan karena dituduh mengkhayal lagi, lagi, dan lagi. Pandangan matanya nelangsa ke arah Lingga yang selalu menghakiminya seperti itu. Dikta menggeleng dan berdebat di dalam hati. Dia memarahi dirinya sendiri yang sudah menjadi pusat perhatian karena keanehan yang dia rasakan.
Bukan kali pertama Dikta dipermainkan oleh hal tak kasat mata tersebut, tapi sudah beberapa kali. Selalu ada yang memanggil namanya tanpa tahu siapa pelakunya. Apa perlu Dikta ke dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan) untuk periksa telinga?
"Ngaku aja. Lo tadi mengkhayal tentang apa sampai ngomong 'IYA' segala? Apa beneran lo punya temen hantu?" tantang Lingga yang duduk di bangku sebelah kanan tak jauh dari Dikta. Berikutnya, Lingga berbisik, "Pasti mengkhayal tentang cewek bisu nggak nyata yang ada di dalam buku catatan milik abang lo, kan?!"
Dada Dikta memanas mendengar Lingga seolah mencerca tentang catatan abangnya yang amat penting baginya. Tangan sang Tuan Kuda Laut mengepal ingin menghantam perangai di sebelahnya. Namun, Dikta menahan kemurkaan sebisanya.
"Diem lo, Linggis!" geram Dikta menahan ledakan.
Lingga berniat melemparkan penanya ke arah Dikta karena tidak terima namanya dipelesetkan menjadi 'Linggis'.
"Sudah-sudah!" cegah pak Satria tentang perdebatan Dikta dan Lingga. Selanjutnya, guru seni tersebut memberi tes kepada Dikta.
"Dikta, coba kamu kaitkan antara seni dan ...," kata pak Satria berpikir sebentar sembari menengok ke arah jendela, "hujan!"
"Bapak sengaja ngasih pertanyaan yang nggak ada hubungannya dengan materi hari ini?" geleng Dikta atas kejailan gurunya itu.
"Kamu nggak bisa jawab, kan?" tantang pak Satria tersenyum lebar sebagai tanda akan menang. "Fix, saya gundulin kamu kalau nggak bisa!" ancam pak Satria kesenangan.
Dikta terdiam. Dirinya terlihat tenang meski harus digunduli. Ah, mana mau Dikta digunduli paksa. Lagipula, tak mungkin pak Satria setega itu padanya hanya karena tidak menjawab tentang seni dan hujan.
Puri terkekeh dan mengangkat tangan kanannya. "Pak, saya boleh bantuin Dikta menjawab pertanyaan Bapak? Saya nggak mau Dikta gundul walau dia tetap ganteng, sih!"
Sosok Puri ini adalah sahabat Dikta juga sedari SMP. Kenyataannya, dulu Dikta bersahabat dekat dengan Lingga dan Puri. Namun, Puri masih seperti biasa mengobrol dengan Dikta, sedangkan Lingga agak rumit. Faktanya lagi, Lingga dan Puri sudah berpacaran sejak awal masuk SMA.
Lingga menatap cemburu ke arah Puri—pacarnya itu—yang memuji Dikta 'ganteng walau gundul'.
"No!" larang pak Satria dengan wajah sebal menatap Puri, "Nggak usah bantuin Dikta!"
"Yaaah," keluh Puri mengedikkan bahu.
Dikta masih diam memperhatikan pak Satria yang melotot padanya. Dengan berani Dikta ikut melotot juga, tapi dibarengi mengulum tawa.
"Pak, lomba nggak kedip paling lama, yok!" ajak Dikta belum berkedip sampai sekarang.
Pak Satria mengeluarkan asap dari hidungnya karena kesal diajak Dikta untuk bermain-main. Namun, guru satu ini berjalan menghampiri bangku Dikta dan menantang sebentar untuk tidak berkedip.
Tiba-tiba saja pak Satria teringat masa SMA-nya ketika pernah bermain tahan kedip dengan adik kelas sekaligus sahabatnya dulu, tak lain adalah abang kandung Dikta. Makanya, pak Satria terbilang cukup dekat dengan si Dikta ini.
Mata pak Satria seketika memanas karena teringat kenangan masa SMA sehingga membuatnya berkedip di hadapan Dikta.
"Yesss! Bapak kalah, berarti Bapak yang harus menjawab pertanyaan tadi!" ujar Dikta mengenai seni dan hujan, "Atau ... Bapak bakal gundul tak bersisa sampai ke bulu ketiak!"
"HAHAH!" ledak tawa murid lainnya mendengar omongan Dikta.
Pak Satria spontan memegangi kedua ketiaknya, takut benar-benar dibabat habis oleh Dikta. "Kamu tahu apa tentang bulu ketiak saya?!"
"Tahu lah, 'kan foto Bapak ada banyak di album lama milik abang Dirham saya," jawab Dikta menyeringai, berniat membahas lebih banyak kekocakan pak Satria di masa SMA.
Pak Satria mendelik lagi sebagai kode kepada Dikta untuk tidak membeberkan semua kegilaan masa mudanya.
"Pak, jawablah pertanyaan tadi," desak Dikta. "Masa Bapak nggak bisa menjawab pertanyaan sendiri?"
"Nggak ada kewajiban saya menuruti permintaan kamu, Manik-manik!" semprot pak Satria sembari menepuk kepala Dikta menggunakan spidol.
Beberapa murid mentertawai nama belakang Dikta yang menjadi jenaka jika digandakan.
"Pak, jangan sebut nama saya kayak gitu!" protes Dikta sebal. Kemudian, Dikta memicing ke arah murid lainnya yang tertawa dan berujar, "APA LUCUNYA 'MANIK-MANIK' SAMPAI KALIAN KETAWA?!”
"Huahaha!" tawa Puri geli. "Nama terlarang Dikta itu, Pak!"
Lingga mencoba tidak tertawa dengan keras hatinya. Dia malah mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan dominasi di kelas sebagai peringkat satu sejak semester pertama sampai semester ke empat.
Puri bertepuk tangan untuk Lingga dengan heboh dan berseru, "Wah! Langganan juara satu di kelas kita bakal menjawab, nih! My pacar!"
Semua murid ikut bertepuk tangan untuk menyemangati Lingga.
Tanpa disuruh pak Satria, Lingga menjawab, "Seni itu mahakarya yang dipuja karena memberi warna kehidupan, sedangkan hujan tak berwarna dan hanya dianggap indah oleh yang memujanya."
"Woaaah, Lingga Jorell!" sorak Puri dan murid lainnya bertepuk tangan.
Pak Satria berdeham dan hampir menyetujui pernyataan Lingga.
"Benar," ucap Dikta menoleh sinis ke arah Lingga, "karena lo golongan yang suka mengutuk hujan, lo anggap hujan nggak berwarna. Gue apresiasi pendapat lo, tapi ... gue diam sebentar bukan berarti gue nggak punya jawaban."
Pak Satria diam-diam menyeringai karena berhasil memancing kemampuan Dikta. Sungguh, pak Satria ingin mendengar jawaban dari adik sahabatnya itu.
Dikta lanjut berbicara kepada pak Satria. "Sebagai pengagum hujan, izinkan saya menjawab dengan bebas, Pak."
Pak Satria mengangguk sembari menguncir rambutnya berbentuk cepol, lalu ... menunggu jawaban unik dari Dikta.
Bersambung ... 👑
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!