NovelToon NovelToon

Cahaya Di Balik Gunung

Bab 1: Perjalanan Dimulai

Raka memandang ke arah pegunungan yang terbentang luas di kejauhan. Jalannya terasa panjang dan berliku, namun keinginannya untuk menemukan jawaban membakar semangatnya. Perjalanan ini bukan hanya perjalanan biasa, tetapi sebuah petunjuk yang membawanya pada jawaban yang telah lama ia cari.

Hari itu, matahari terbenam perlahan di balik horizon. Wararna kemerahan keemasan memantul di atas permukaan sungai kecil yang mengalir deras dari pegunungan tersebut. Udara pegunungan yang sejuk dan semilir angin terasa menenangkan, namun di dalam dada Raka, ada satu hal yang membuat hatinya tak tenang.

Setiap hari ia bertanya-tanya—apa yang akan ia temukan di akhir perjalanan ini? Apakah petunjuk dari peta ini benar-benar akan membawanya pada jawaban tentang masa lalu dan apa yang ia cari selama ini? Semakin ia memikirkan hal itu, semakin ketakutan menghinggapi dirinya.

“Raka, kau yakin kita harus ke sana?” suara lembut Amara memecah kesunyian yang mulai menyelimuti mereka berdua.

Raka berbalik. Amara berdiri di sampingnya, rambutnya yang hitam panjang berkibar lembut diterpa angin. Wajahnya yang tenang tetapi penuh teka-teki itu membuat Raka sadar bahwa ia tak bisa menanggung beban ini sendirian. Amara adalah seseorang yang sangat ia percayai, walau terkadang sikapnya yang misterius membuat Raka bertanya-tanya tentang maksud di balik semua perkataannya.

“Aku yakin, Amara,” jawab Raka tegas sambil menatap peta yang ia genggam erat. “Peta ini bukan sekadar gambaran kosong. Aku merasa ini akan membawaku pada jawaban yang sudah lama aku cari.”

Amara menghela napas panjang dan memejamkan mata sejenak. Ia mengerti betapa pentingnya perjalanan ini bagi Raka, tetapi ia juga merasakan ketakutan yang sama. Sesuatu tentang perjalanan ini tak terasa biasa. Perasaan itu seperti bisikan yang datang dari kegelapan yang tak kasat mata.

“Apa yang kita cari benar-benar ada, Raka?” tanya Amara dengan suara yang pelan, nyaris seperti bisikan.

Raka menghela napas dan mengulangi kalimat yang sama dalam hatinya. Petunjuk yang ia miliki adalah segalanya. Jika mereka salah, maka ia tahu, ia tak akan pernah bisa kembali ke kehidupan sebelumnya. Tapi jika ia benar... jawaban yang ia cari akan mengubah segalanya.

“Lihat ini,” ujar Raka sambil menunjukkan peta kuno yang sudah ia pegang sejak beberapa hari lalu kepada Amara. “Ada simbol ini di sini, Amara.” Ia menunjuk simbol berbentuk lingkaran dengan garis-garis bercahaya yang membentuk pola menyerupai pusaran di ujung peta itu.

Amara mendekat dan memerhatikan peta itu dengan seksama. Cahaya senja yang memudar membuat simbol itu semakin misterius di bawah pandangan mereka.

“Ini bukan hanya peta biasa,” lanjut Raka sambil menatap simbol tersebut. “Simbol ini memiliki arti, dan aku yakin ini akan membimbing kita.”

Amara menatapnya dengan pandangan penuh keraguan, namun ia tahu bahwa membujuk Raka untuk berhenti bukanlah hal yang mudah. Raka adalah sosok yang keras kepala dan memiliki semangat yang tak tergoyahkan.

“Baiklah,” ujar Amara akhirnya sambil menarik napas. “Kalau kita sudah di sini, kita akan teruskan perjalanan ini dan melihat ke mana ini membawa kita.”

Mereka melanjutkan perjalanan melewati jalan setapak yang membelah bukit dan pepohonan yang menjulang tinggi. Jalannya berkelok-kelok, dipenuhi semak belukar dan angin yang berhembus dari celah-celah pohon. Sepanjang perjalanan, mereka bertemu dengan berbagai hal—suara binatang malam yang samar, bayangan pohon yang bergerak di bawah cahaya matahari senja, dan desiran angin yang seolah memiliki nyawa sendiri.

Selama perjalanan itu, Raka sering kali memikirkan kata-kata Amara. Apakah mereka benar-benar siap untuk apa yang akan mereka temui? Perjalanan ini bukan hanya tentang pencarian simbol atau artefak. Ini juga tentang kebenaran yang tak diketahui dan mungkin akan mengubah segalanya.

---

Malam menjelang lebih cepat dari yang mereka duga.

Ketika mereka akhirnya sampai di sebuah kawasan berbatu yang dipenuhi kabut tipis, senja telah berganti gelap. Cahaya bulan yang redup memantul dari permukaan sungai yang mengalir deras di bawah mereka. Udara di sekitar mereka semakin dingin, dan ketenangan malam memaksa mereka berhenti sejenak untuk beristirahat.

Raka memutuskan untuk mencari tempat yang cukup terlindung dari angin dan membangun api kecil untuk menghangatkan tubuh mereka. Amara duduk di sisi lain jalur setapak sambil memeriksa beberapa kayu yang mereka kumpulkan. Wajahnya terlihat serius, namun tak bisa ia sembunyikan ketegangan yang sama seperti yang dirasakan Raka.

“Raka,” suara Amara memutuskan kesunyian di malam itu. “Kita harus berhati-hati. Semakin kita mendekati tujuan ini, semakin banyak yang akan kita temui—hal-hal yang mungkin tak kita mengerti atau yang bahkan berbahaya.”

Raka menatap api yang mulai membesar di hadapan mereka. Nyala api berwarna merah keemasan memantulkan bayangan samar di wajah mereka berdua.

“Aku tahu,” jawabnya perlahan sambil menghangatkan tangannya di depan api. “Tapi kita harus terus berjalan. Ini adalah satu-satunya cara kita bisa memahami semuanya.”

Suara angin malam semakin terdengar. Semakin lama, mereka semakin merasakan bahwa perjalanan ini bukan sekadar petunjuk dari simbol atau peta, tetapi sebuah panggilan yang lebih dalam—sesuatu yang bahkan mereka belum mengerti.

---

Suasana malam itu semakin membebani pikiran mereka. Raka dan Amara tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan yang akan membawa mereka ke tempat yang tak mereka ketahui—jawaban, bahaya, dan takdir mereka.

Apakah mereka siap untuk apa yang akan mereka temui?

Dan bagaimana jika petunjuk ini hanya membawa mereka pada kebohongan dan kegelapan yang tak bisa mereka tembus?

Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan misterinya masih tersembunyi di balik kabut yang menutupi pegunungan itu.

Raka memandangi bara api yang terus berkelap-kelip di hadapan mereka. Panasnya yang menjalar ke telapak tangan memberikan ketenangan sesaat, tetapi ketegangan dalam dirinya tetap belum reda. Amara duduk di sampingnya, matanya memantulkan cahaya api dengan kilauan yang sulit ditebak. Dia seperti menyimpan banyak hal dalam pikirannya, dan hal itu membuat Raka semakin penasaran.

“Amara,” Raka memutuskan untuk memecahkan kebisuan itu. “Kau sudah tahu banyak tentang perjalanan ini, kan? Apa yang kau rasakan tentang simbol ini?” Ia menunjuk peta yang masih ia genggam. “Kau bisa memberitahuku, kan?”

Amara memandangi bara api sejenak sebelum mengalihkan pandangan pada Raka. Tatapannya lembut, tetapi ada keraguan di balik mata itu. “Ada banyak hal yang belum aku pahami, Raka,” katanya akhirnya. “Simbol ini memiliki kekuatan yang jauh lebih dalam daripada sekadar petunjuk. Aku bisa merasakannya, seperti sebuah kehadiran yang mengintai dari jauh.”

Raka menatapnya serius. “Kehadiran apa maksudmu?”

Amara menghela napas panjang sebelum melanjutkan, “Kita mungkin berhadapan dengan kekuatan yang sudah lama tertidur, kekuatan yang mungkin tidak kita pahami sepenuhnya.”

Kata-kata itu menggantung di udara, dan Raka merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Kekuatan apa yang ia maksudkan? Perasaannya yang sebelumnya hanya tentang petunjuk dan perjalanan kini semakin dipenuhi oleh ketakutan yang tak terjelaskan.

“Apakah maksudmu bahwa kita berbahaya?” tanya Raka dengan suara yang bergetar.

Amara menggelengkan kepala pelan. “Tidak, bukan berbahaya, Raka. Tapi kita harus berhati-hati. Perjalanan ini akan mengungkap banyak rahasia, tetapi rahasia itu mungkin tak selalu indah.”

Raka memejamkan mata sejenak, mencoba mencerna perkataan Amara. Kakinya yang masih bergetar karena perjalanan panjang dan semangat yang tak kunjung padam terasa semakin lelah mendengar ini. Ia tahu Amara bukan hanya berbicara omong kosong—ada sesuatu yang ia rasakan, semacam intuisi atau firasat, yang membuat kata-kata itu terasa lebih serius dari yang semestinya.

“Mari kita beristirahat dulu,” ujar Amara akhirnya, memutuskan topik yang membebani pikiran Raka lebih lanjut. “Kita harus melanjutkan perjalanan ini lebih awal besok pagi.”

Raka menatap api, membiarkan pikiran-pikirannya berlarian bebas. Kelelahan mulai menguasai tubuhnya. Tidur malam di pegunungan ini akan terasa sulit, tetapi ia tahu ia harus tetap berusaha.

---

Pagi yang Datang Cepat

Keesokan harinya, sinar matahari menyinari lembah dengan keemasan yang menawan. Burung-burung kecil berterbangan di atas pepohonan, dan udara pagi yang segar membangkitkan semangat baru dalam diri Raka dan Amara. Mereka berkemas dengan cepat sambil memeriksa persiapan mereka.

Pagi ini terasa berbeda. Sesuatu yang samar dan tak terjelaskan menggelayuti udara. Raka bisa merasakannya, seakan petunjuk dari simbol itu semakin mendekat ke dalam pemahaman mereka.

“Raka,” suara Amara membawanya kembali ke kenyataan, “periksa peta kita. Kita harus memastikan kita tetap di jalur yang sama dan tidak melewatkan petunjuk penting.”

Raka membuka peta dan memeriksa setiap detailnya. Sejak kemarin, mereka terus bergerak berdasarkan peta itu, mengikuti simbol-simbol dan jejak yang tersembunyi di berbagai tempat. Dengan tekad yang lebih kuat hari ini, mereka memulai perjalanan mereka lebih cepat.

Jejak mereka membawa mereka ke lembah yang dalam, ke arah sebuah kompleks reruntuhan kuno yang masih tertutup dengan semak-semak.

“Menurut peta ini,” ujar Raka sambil menunjukkan ke arah sebuah simbol berbentuk huruf tertentu di peta, “kita harus menuju ke kompleks itu. Itu adalah lokasi yang akan membimbing kita lebih dekat pada jawaban.”

Amara menatap kompleks itu dengan tatapan waspada. “Kita harus siap menghadapi apapun yang kita temui di sana. Tempat-tempat seperti ini biasanya memiliki penjaga, atau lebih buruknya, jebakan.”

Raka mengangguk. “Kita akan tetap berhati-hati. Semua ini berawal dari petunjuk ini, dan kita harus mengevaluasi setiap detail dengan seksama.”

Mereka berjalan melalui jalur yang semakin sempit, berpindah dari satu jalur setapak ke jalur lainnya sambil mendaki bukit dan melewati lembah kecil yang dipenuhi pohon dan semak. Setiap langkah yang mereka ambil semakin mendekatkan mereka ke lokasi yang ada dalam peta.

---

Jejak Reruntuhan

Setibanya di kompleks itu, Raka dan Amara memandang reruntuhan yang terlihat sangat tua dan usang. Batu-batu berlumut dan ukiran yang hampir tak terlihat menghiasi dinding bangunan yang setengah runtuh ini. Semuanya membangkitkan perasaan aneh dalam diri mereka—seperti ada sejarah yang pernah hidup di sini.

“Lihat ini,” ujar Amara sambil menunjuk ke sebuah ukiran yang mulai terlihat di salah satu dinding bangunan yang sudah runtuh. “Ada simbol yang sama seperti di peta kita.”

Raka mendekat dengan hati-hati. Saat ia melihat ukiran itu lebih dekat, darahnya berdebar cepat. Ukirannya sama—simbol lingkaran bercahaya dengan pola pusaran yang mirip dengan simbol pada peta mereka.

“Ini berarti kita berada di tempat yang tepat,” ucap Raka dengan semangat yang baru.

Amara menatapnya, tetapi ketegangan tetap tergambar di wajahnya. “Hati-hati, Raka. Tempat ini mungkin memiliki rahasia yang lebih besar dari yang kita kira.”

Kedua sahabat itu berdiri di hadapan reruntuhan yang mulai membuka gerbang petualangan mereka yang sebenarnya. Keberanian mereka diuji, tetapi ketakutan tetap menyelimuti hati mereka. Mereka tahu ini baru awal dari perjalanan panjang mereka—dan rahasia dari simbol ini baru saja akan terungkap.

---

Keberanian mereka mengantarkan mereka pada petunjuk yang tak terduga. Rahasia ini akan membimbing mereka pada jawaban yang mungkin akan mengubah segalanya. Namun, perjalanan mereka akan diwarnai oleh ancaman, misteri, dan hal-hal yang lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan.

Apakah mereka akan mampu mengungkap semua ini?

Bab 2: Pintu Menuju Rahasia

Raka berjalan perlahan-lahan dengan langkah hati-hati melewati semak-semak yang basah akibat embun pagi. Udara di sekitarnya terasa dingin, seakan-akan membawa rahasia yang tak ingin diungkapkan. Cahaya matahari menembus celah-celah pepohonan, menciptakan bayangan yang berputar-putar seperti makhluk yang hidup di dalam kabut.

Amara berjalan di sampingnya, matanya tajam mengamati setiap detail yang ada di sekitar mereka. Mereka sudah sampai di lokasi yang memiliki petunjuk yang mereka cari—tempat yang katanya memiliki rahasia besar yang telah tersembunyi selama berabad-abad.

“Aku yakin ini adalah tempatnya,” ujar Raka sambil menatap reruntuhan batu yang terlihat seperti sisa peninggalan sebuah bangunan kuno. “Lihat simbol ini di batu ini, Amara. Ini sama seperti simbol di peta.”

Amara mengangguk sambil mendekatkan senter kecilnya pada simbol tersebut. Simbol itu terlihat samar tetapi memiliki garis-garis berliku yang membentuk pola yang sangat khas. “Kita harus berhati-hati di sini. Simbol ini mengarah pada sesuatu yang sangat tua. Kekuatan yang bisa kita temui mungkin lebih berbahaya dari yang kita kira.”

Raka memandangi simbol itu dengan penuh perhatian, perasaannya campuran antara ketertarikan dan ketakutan. “Peta ini tidak hanya petunjuk biasa, Amara. Ini seperti peta menuju sebuah rahasia besar.”

Sebelum Amara bisa memberikan tanggapannya, suara lembut dari semak-semak di sisi mereka menarik perhatian mereka. Keduanya saling berpandangan dengan cemas.

“Siapa itu?” bisik Amara sambil memegang senter lebih erat.

Raka berusaha tetap tenang sambil mendekati suara tersebut. “Mungkin hanya binatang,” ujarnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Tetapi kemudian, suara itu terdengar lagi, lebih dekat. Keduanya sama-sama merasa bahwa ini bukan hanya kebetulan.

“Jangan panik,” ujar Raka sambil menarik napas dalam-dalam dan mempersiapkan diri. Dengan langkah pelan, ia mendekati semak-semak tersebut sambil memanggil dengan suara lembut. “Siapa di situ?”

Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul dari balik semak itu. Raka dan Amara berdua sama-sama terkejut, hampir berteriak, tetapi suara itu tertahan ketika mereka melihat wajah sosok tersebut.

Seorang wanita dengan rambut hitam yang panjang dan pakaian sederhana muncul di hadapan mereka. Matanya tajam namun memancarkan aura yang misterius. Sosok itu memandang mereka dengan tatapan yang sulit dipahami.

“Apa kalian datang untuk mencari itu?” tanyanya dengan suara yang pelan namun tegas.

Raka dan Amara saling berpandangan. Jantung mereka berdebar lebih cepat.

“Kami mencari petunjuk... tentang simbol ini,” ujar Raka sambil menunjukkan simbol yang ia temui tadi di batu. “Kau tahu apa tentang ini?”

Wanita itu menghela napas, lalu menatap mereka lebih serius. “Kalian harus mengikuti aku jika ingin menemukan kebenarannya,” ujarnya.

Kata-katanya memicu rasa penasaran yang mendalam di hati Raka dan Amara. Namun, ada juga rasa was-was yang membayangi mereka. Mereka saling berpandangan lagi untuk memastikan apakah mereka bisa mempercayai orang ini.

“Siapa kau?” tanya Amara dengan hati-hati sambil tetap memegang senter. “Dan kenapa kami harus mengikuti kamu?”

Wanita itu menghela napas lagi, lalu akhirnya berkata dengan suara yang terdengar seperti memaksa mereka untuk percaya.

“Aku adalah penjaga rahasia ini. Dan aku tahu bahwa kalian memiliki tujuan yang sama denganku. Jika kalian tetap berada di jalur ini, kalian harus mendengarkanku.”

Raka merasa ragu, tetapi ia tahu bahwa dalam petualangan ini, setiap petunjuk adalah penting. Dengan langkah ragu-ragu, ia memutuskan untuk mengikuti sosok itu lebih jauh.

“Kemana kita akan pergi?” tanya Raka sambil menatapnya.

“Ke tempat yang lebih dalam. Pintu ini hanya bisa kita buka jika kita memiliki pemahaman yang tepat,” ujar wanita itu sambil menunjuk ke arah sebuah reruntuhan yang tersembunyi di balik pohon besar.

Dengan langkah hati-hati, mereka bertiga mulai berjalan menuju lokasi yang ditunjuk. Langit semakin mendung dan angin mulai bertiup lebih kencang. Semakin mereka mendekati reruntuhan itu, semakin tebal ketegangan di hati masing-masing.

---

Melalui Pintu Rahasia

Pintu yang dimaksud berada di balik reruntuhan yang dipenuhi lumut dan semak belukar. Sosok wanita itu mendekati pintu tersebut dan mulai membuka semacam mekanisme yang tersembunyi di salah satu batu. Dengan suara berderit yang menakutkan, pintu itu perlahan terbuka.

Raka dan Amara berdiri di sisi pintu itu dengan rasa was-was yang semakin mendalam.

“Apa yang ada di balik sini?” tanya Amara dengan suara bergetar.

“Jawabannya ada di dalam. Tapi ingat, apa yang akan kalian temui di dalam bisa menguji keberanian dan tekad kalian,” ujar wanita itu sambil memandang mereka.

Mereka saling berpandangan. Raka menghela napas panjang dan melangkah pertama kali melewati pintu tersebut, diikuti oleh Amara.

Dalam kegelapan, hanya senter mereka yang memberikan cahaya. Suasana dalam ruangan ini terasa sangat tua—bau lembab dan batu yang berusia ratusan tahun. Mereka mulai melihat ukiran dan simbol yang sama dengan yang mereka temui sebelumnya.

“Ini adalah tempat yang memiliki jawaban kita,” ujar Raka sambil memandangi setiap detail yang ada di sekeliling mereka.

Dengan hati-hati, mereka mulai menyusup lebih dalam ke ruang rahasia ini, tanpa menyadari bahwa perjalanan mereka akan segera menghadapi berbagai ancaman yang lebih besar dan misteri yang lebih dalam.

---

Ketegangan Semakin Memuncak

Amara merasakan ada sesuatu yang salah di balik setiap langkah mereka. “Raka... ada sesuatu di sini...”

Namun sebelum ia sempat mengatakan apa-apa, suasana mulai bergetar, dan suara aneh terdengar di dalam kegelapan.

“Kita harus siap...” kata Raka dengan napas yang bergetar.

Mereka terus melangkah, tak tahu apa yang akan mereka temui di akhir perjalanan ini.

Raka dan Amara terus berjalan melewati lorong yang sempit dan basah. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan lumut tebal dan ukiran-ukiran yang samar. Suasana di dalam sini terasa seperti berada di dunia yang lain—gelap, lembab, namun penuh dengan nuansa kuno yang tak bisa mereka abaikan.

Cahaya senter mereka memantul dari permukaan batu yang basah, mengungkapkan berbagai simbol kuno yang tersembunyi di dinding. Setiap simbol tampak memiliki makna yang samar dan membingungkan, seakan-akan mereka mengisyaratkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar petunjuk.

“Lihat ini,” ujar Amara sambil menunjuk salah satu ukiran di dinding yang mencuri perhatian. Cahaya senter memfokuskan cahayanya pada simbol berbentuk spiral dengan garis-garis yang berputar. “Ini sama dengan simbol yang kita lihat di peta.”

Raka mendekat, mengamati dengan seksama simbol itu. “Aku pikir ini adalah salah satu petunjuk yang bisa kita ikuti,” katanya dengan suara pelan. “Simbol ini memiliki makna yang sama seperti yang ada di peta.”

Wanita itu berjalan di belakang mereka, matanya tajam memandangi setiap detail seperti tahu apa yang akan mereka temui selanjutnya. “Kalian harus berhati-hati. Simbol ini adalah tanda dari kekuatan yang bisa membimbingmu, tetapi juga bisa menjerumuskanmu jika kamu tidak memahami maknanya.”

Raka dan Amara saling berpandangan, seketika hati mereka dipenuhi keraguan dan ketakutan yang semakin mendalam.

“Kita harus terus bergerak,” kata Raka, berusaha memecahkan ketegangan yang semakin membebani mereka. “Masa lalu tidak akan menunggu kita.”

Bab 3: Malam yang Membingungkan

Raka, Amara, dan wanita misterius itu berdiri di tengah ruangan yang berisi altar kuno dan simbol-simbol yang bercahaya samar. Suasana di sekitar mereka dipenuhi dengan ketegangan yang sulit diungkapkan. Cahaya lilin bergoyang-goyang, menciptakan bayangan yang memantul di dinding.

Setiap langkah yang mereka ambil di ruangan ini terasa seperti mengganggu kedamaian yang tersisa dari masa lalu. Mereka bertiga saling berpandangan, tetapi tak ada yang berani mengucapkan kata-kata.

“Kalau kita terus maju seperti ini, kita akan menemukan lebih banyak misteri yang harus kita hadapi,” ujar Raka, berusaha memecahkan kebisuan yang menguasai mereka.

Wanita itu menatap kristal biru di atas altar dengan mata serius. “Kita harus memahami ini. Ini adalah awal dari perjalanan kita. Namun, kita harus melakukannya dengan hati-hati,” ujarnya sambil mengulurkan tangan ke arah altar.

“Jangan sentuh itu!” Amara berteriak dengan suara panik, menahannya sebelum wanita itu sempat menyentuh kristal tersebut. “Ada sesuatu yang tak beres di sini!”

Namun, wanita itu tetap tenang dan menarik tangannya kembali dengan gerakan yang sangat lambat.

“Tenanglah,” ujarnya sambil berbalik dan menatap mereka berdua. “Kita bisa membuka jalannya tanpa harus memaksanya.”

Raka memandang Amara dengan tatapan khawatir. Mereka tahu bahwa ketegangan ini tak bisa diabaikan.

“Bagaimana caranya?” tanya Raka dengan suara yang masih berusaha tetap tenang.

Wanita itu menarik napas panjang dan memejamkan mata sejenak sebelum berbicara. “Dengan memahami simbol-simbol ini dan rahasianya. Ini bukan hanya sebuah petunjuk—ini adalah jembatan yang mengarah ke tempat yang lebih dalam.”

Amara memijat dahi dengan frustrasi. “Kita sudah mengikuti petunjuk ini sejauh ini, tetapi kenapa setiap langkah terasa semakin berbahaya?”

Wanita itu menatap mereka dengan tatapan dalam yang sulit dimengerti. “Petunjuk ini bukan hanya petunjuk biasa. Ini adalah jejak yang akan membimbing kalian, tetapi juga akan menguji kejujuran dan keberanian kalian.”

---

Malam Mulai Datang

Mereka keluar dari ruang tersebut dan kembali ke lorong sempit tempat mereka memasuki kompleks ini. Suasana semakin mencekam dengan langit yang mulai gelap. Angin dingin berhembus dari lorong yang berisi keheningan aneh.

Di luar kompleks tersebut, bintang-bintang mulai memudar di balik kabut. Semakin jauh mereka berjalan, semakin mereka merasa ada yang mengawasi.

“Amara,” kata Raka sambil memeriksa peta mereka lagi, “kita harus mempelajari simbol ini lebih dalam. Ini semua pasti ada hubungannya.”

Amara memandangi ke arah bayangan di kejauhan. “Kita harus berpikir jernih. Semakin kita mendekati jawaban, semakin banyak hal yang mulai merasuk ke dalam benak kita. Aku merasa ada yang tak beres dengan ini.”

Wanita tersebut berdiri di belakang mereka, menatap ke arah kegelapan malam. “Kalian harus percaya bahwa jawaban ini tidak mudah. Akan ada ujian yang harus kalian hadapi. Bersiaplah.”

Mereka berdua memandang wanita itu dengan perasaan campuran antara ketakutan dan rasa ingin tahu. Tak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi selanjutnya.

---

Kembali ke Desa

Malam semakin larut ketika mereka memutuskan untuk kembali ke tempat mereka memulai perjalanan. Perjalanan ini tak hanya memakan waktu tetapi juga mempengaruhi psikologi mereka.

Kegelisahan semakin menyelimuti hati mereka. Setiap jalan yang mereka lewati seakan memiliki bayangan yang mengikuti. Ada bisikan-bisikan samar yang tak bisa mereka pahami—bisikan dari mana, mereka tak tahu.

Amara berhenti sejenak dan memandang ke arah langit yang mulai dipenuhi bintang.

“Kita harus tetap berjuang untuk mengungkap ini,” ujarnya sambil berbisik.

Raka memandang Amara dengan rasa khawatir. “Kau yakin kita siap menghadapi ini?”

“Siapa yang bisa yakin jika kita belum tahu apa yang harus dihadapi?” balas Amara dengan mata yang dipenuhi kecemasan.

Keduanya saling berpandangan untuk sesaat, tetapi kemudian mereka memutuskan untuk terus berjalan menuju tempat yang familiar. Jalanan di malam hari terasa jauh lebih panjang ketika diselimuti ketakutan yang tak mereka pahami.

Namun, satu hal yang mereka tahu: petualangan mereka baru saja dimulai.

Keduanya melanjutkan perjalanan menuju desa dengan langkah yang terasa lebih lambat dari biasanya. Angin malam berhembus dengan lembut, membawa aroma tanah dan pohon yang basah. Suasana terasa sunyi, hanya suara langkah mereka yang terdengar samar. Namun, perasaan cemas yang menggelayuti mereka tidak juga hilang.

“Raka,” suara Amara memutuskan keheningan malam. “Kau mendengar bisikan itu tadi, bukan?”

Raka memutar pandangannya ke kanan dan kiri, memastikan bahwa mereka tak sedang diikuti atau diawasi. “Ya,” jawabnya dengan suara pelan. “Aku mendengarnya. Tapi darimana asalnya?”

Amara menggigit bibirnya, tak yakin dengan apa yang baru saja mereka alami. “Aku rasa kita harus berhati-hati. Ini bukan perjalanan biasa. Sesuatu sedang mengintai kita.”

Raka menghela napas dan menoleh ke arah Amara. “Kita harus mencari tahu apa ini. Jika kita terus menghindar, kita tidak akan pernah menemukan jawaban.”

Amara mengangguk pelan, meskipun ketakutan masih menggigit di dalam hatinya. Mereka berdua tahu bahwa petunjuk ini semakin mengarah ke ketidakpastian, tetapi mereka tak bisa mundur.

---

Malam Berlanjut

Ketika mereka sampai kembali di tempat perkemahan mereka, suasana terasa lebih menekan dibanding sebelumnya. Lampu kecil yang mereka bawa hanya memberikan cahaya redup di tengah kegelapan. Raka membuka tenda sementara Amara menyalakan api kecil untuk menghangatkan diri mereka.

Raka mengambil peta yang mereka bawa dan mulai memeriksa simbol-simbol yang mereka temui tadi. Cahaya dari api memantul pada permukaan peta yang berdebu.

“Apa yang kita cari sebenarnya, Amara?” Raka bergumam sambil memeriksa setiap detail simbol pada peta.

Amara mendekati Raka dan memandangi simbol yang sama. “Aku belum yakin. Tapi simbol-simbol ini jelas memiliki hubungan dengan peta yang kita temukan sebelumnya. Jika kita bisa mempelajarinya lebih dalam, mungkin kita bisa mengerti apa maksudnya.”

Tiba-tiba, mereka mendengar suara dari kejauhan.

Keduanya saling berpandangan, terkejut.

“Suara apa itu?” tanya Raka dengan berbisik.

Mereka berdua berdiri, memusatkan perhatian pada keheningan malam. Suara itu terdengar samar, tetapi jelas: langkah kaki yang berderak dan bisikan rendah. Amara merasakan hatinya berdebar dengan cepat.

“Raka… ini bukan suara angin,” bisiknya dengan gugup.

Raka merasakan hal yang sama. “Kita harus tetap tenang dan siap jika ada sesuatu.”

Mereka berdua mempersiapkan senjata seadanya dan berdiri di depan tenda, siap menghadapi apapun yang datang.

---

Kemunculan yang Tak Terduga

Tak lama kemudian, bayangan muncul dari balik pohon-pohon di kejauhan. Langkah kaki semakin mendekat. Mereka bisa melihat sosok itu semakin jelas dengan cahaya dari api yang mereka buat. Sosok itu berjalan pelan, berpakaian sederhana namun dengan gerakan yang sangat lihai.

Raka dan Amara saling berpandangan.

“Ada seseorang mendekat,” kata Raka dengan suara yang berisi kewaspadaan.

“Apakah kita harus menyerang atau menunggu?” Amara bertanya dengan napas yang terasa berat.

Sosok itu semakin mendekat hingga akhirnya mereka dapat melihat wajahnya. Sosok itu adalah seorang pria yang berwajah serius dengan mata yang tajam menyoroti mereka. Tubuhnya ramping, dengan gerakan yang penuh ketenangan.

“Kalian tidak perlu khawatir,” ujar pria itu sambil menghentikan langkahnya tepat beberapa meter dari mereka. Suaranya tenang, tetapi mengandung nuansa yang membuat keduanya tetap waspada. “Aku bukan musuh.”

Raka memegang senjatanya dengan lebih erat, tetapi ia tetap mencoba untuk mendengarkan. “Siapa kau? Mengapa kau datang kemari di malam seperti ini?”

Pria itu menghela napas, menatap ke arah mereka dengan penuh perhatian. “Nama saya Arjuna. Aku memiliki informasi yang mungkin akan membantu kalian memahami apa yang kalian hadapi.”

Amara dan Raka saling berpandangan. Informasi adalah hal yang mereka butuhkan sekarang. Namun, ketidakpercayaan masih menggigit hati mereka.

“Informasi apa yang kau miliki?” tanya Raka dengan suara yang terdengar hati-hati.

Arjuna mengangkat tangannya pelan-pelan, menandakan ia tidak memiliki niat jahat. “Kita harus bicara di tempat yang lebih aman. Tempat ini terlalu terbuka untuk membicarakan hal ini.”

Raka menatapnya dengan penuh curiga. “Kau pikir kami bisa percaya kepadamu hanya berdasarkan satu pertemuan ini?”

Arjuna tersenyum samar. “Kalian bisa memilih untuk percaya atau tidak. Tapi jika kalian mendengarku, mungkin kita bisa mengungkap rahasia ini bersama-sama.”

Keduanya menimbang-nimbang ucapan Arjuna. Ada ketakutan, keraguan, tetapi juga rasa penasaran yang mendorong mereka untuk mendengarkan.

“Baiklah,” kata Raka akhirnya. “Kita dengarkan apa yang ingin kau katakan.”

Arjuna mendekati mereka sambil tetap memegang tatapannya yang serius. “Kalian sedang berada di jalur yang sangat berbahaya. Ini bukan hanya tentang petunjuk dan simbol, tetapi ini juga tentang warisan yang telah lama terlupakan dan ancaman yang sedang membayangi kita semua.”

Suasana di sekitar mereka semakin mencekam. Raka dan Amara tahu bahwa mereka berada di tengah konflik yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!