Balqis Azzahra Naura, gadis cantik berusia 25 tahun yang bekerja sebagai sekretaris dari seorang CEO yang memiliki perusahaan paling besar di kota ini. Faaris Zhafran Al-Ghifari, pria tampan berusia 35 tahun yang menjabat sebagai CEO. Faaris memiliki istri bernama Elma Zahira Qanita, tapi sudah 3 tahun ini wanita itu hanya bisa berbaring di ranjang tanpa bisa melakukan apapun.
Jangankan melayani kebutuhan batin suami nya, untuk makan saja dia hanya bisa mengandalkan pelayan untuk menyuapi nya. Hingga membuat Faaris terbiasa mengurusi dirinya sendiri, tanpa bantuan siapapun. Meski pun awalnya dia tak bisa dan banyak bertanya pada sang istri yang bahkan bicara saja tidak bisa, istri Faaris mengalami kelumpuhan syaraf karena kecelakaan hebat 1 tahun silam.
Dulu, Elma adalah seorang pebisnis hebat, wanita karir yang berjaya, tapi kecelakaan itu membuatnya lumpuh seutuh nya. Dokter memvonis kalau wanita itu takkan hidup lebih dari 3 bulan, tapi takdir tuhan berkata lain, Elma mampu bertahan hingga saat ini.
"Sayang, hari ini aku ada meeting pagi. Menurut mu jas mana yang bagus untuk ku pakai hari ini?" Tanya Faaris pada istri nya. Tapi Elma hanya diam, biasa nya dia akan menggerakkan satu jari nya untuk menunjuk pakaian yang dia kira cocok untuk sang suami.
Hari ini Elma terlihat berbeda dari biasa nya, wajah wanita itu terlihat sendu dengan tatapan nanar.
"Kamu baik-baik saja sayang?" Tanya Faaris, pria itu meletakan jas nya dan duduk di sisi ranjang tempat istri nya berbaring selama 3 tahun ini, mengusap rambut wanita itu dengan lembut.
"M-mas.." Elma bicara, dia memang bisa bicara, tapi hanya kata-kata tertentu.
"Ya sayang, ada apa? Kamu baik-baik saja kan? Kamu lapar?" Tanya Faaris lagi, tapi wanita itu hanya menggeleng, air mata nya luruh membasahi wajah nya.
"A-aku le-lah, a-pa aku bi-sa menye-rah?" Tanya Elma terbata. Nafas nya tersengal, seolah bicara beberapa kata itu seperti olahraga yang begitu menguras tenaga nya.
"Tidak sayang, bukan nya kita sedang berobat? Kamu pasti bisa sembuh."
"Per-gilah, a-ku ingin ber-istirahat. Mas a-kan terlambat nan-ti."
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu sayang. Jangan menyerah, jangan putus asa, kamu pasti bisa, kamu wanita kuat, aku mencintaimu elmaku." Faaris mengecup singkat kening Elma, lalu mengenakan jas yang menurut nya cocok lalu pergi meninggalkan kamar nya bersama Elma.
"Bagaimana kau bisa sekuat itu mas, sedangkan aku saja ingin menyerah. Aku wanita yang tak berguna, aku tak bisa apa-apa, aku lumpuh, aku bahkan tak bisa melayani suami ku sendiri."
"Apakah cinta mu itu akan bertahan Mas? Aku tak tau apakah aku sanggup jika suatu saat nanti kau memutuskan untuk menikahi wanita lain yang lebih bisa melayani mu sepenuh hati." Batin Elma, air mata nya menetes membasahi bantal.
Elma memang merasa tak berguna, tapi menyaksikan sendiri suami nya menikah lagi, apakah dia akan sanggup? Walau bagaimana pun, Faaris pria yang normal dan sempurna, tak menutup kemungkinan kalau pria itu akan jatuh cinta pada wanita lain suatu saat ini.
"Selamat pagi tuan."
"Ya, Pagi." Jawab Faaris, dia tak pernah membawa mobil nya sendiri, dia selalu menggunakan supir untuk mengantar nya kemana pun. Dia masih trauma dengan kecelakaan 1 tahun lalu yang membuat istri nya lumpuh sampai sekarang.
Ya kedua nya terlibat kecelakaan fatal di tol setelah pulang dari luar kota untuk menghadiri peresmian cabang perusahaan Elma, tapi entah kenapa rem mobil yang di kendarai Faaris blong dan oleng menabrak pembatas jalan hingga membuat mobil itu ringsek parah. Faaris hanya mengalami patah tulang saja saat peristiwa itu, tapi Elma mengalami cedera yang sangat parah, hingga membuat nya tak bisa berjalan hingga saat ini.
Faaris selalu di hantui rasa bersalah setiap kali melihat keadaan istri nya, semakin hari wanita itu kehilangan banyak berat badan nya, mungkin karena mood nya selalu tak baik-baik saja. Faaris selalu merasa kalau ini semua adalah salah nya karena teledor tidak mengecek terlebih dahulu kendaraan nya.
Sepanjang perjalanan, Faaris selalu memperlihatkan ekspresi datar nya. Pria itu berubah sejak kejadian itu, tak ada Faaris yang hangat, hanya ada Faaris yang datar, dingin dan tak tersentuh.
Tapi siapa yang menyangka, di balik sikap dingin nya itu Faaris selalu memperhatikan seorang gadis muda yang tak lain adalah sekretaris nya sendiri. Balqis Azzahra Naura, gadis cantik nan pintar, dia lulusan terbaik di kampus nya dulu. Selain pintar dan cantik, gadis itu juga memiliki hati yang baik, sederhana dan mudah berbaur. Faaris sudah lama menyelidiki tentang siapa Balqis, siapa orang tua nya dan bagaimana kehidupan nya.
Ternyata gadis itu pun hidup dan besar di keluarga yang sederhana, ibu nya bekerja sebagai buruh cuci panggilan, dan ayah nya sudah meninggal saat Balqis masih kecil. Itu informasi valid yang dia dapat dari informan yang dia sewa secara khusus.
"Selamat pagi pak." Sapa Balqis.
"Pagi." Jawab Faaris datar, pria itu sebisa mungkin dia menutupi perasaan nya sendiri.
"Hari ini agenda anda rapat bersama klien dari LV company milik tuan Leon dan masih ada beberapa rapat lain." Ucap Balqis, mengatakan jadwal padat Faaris hari ini.
"Leon? Bukan nya dia mempunyai perusahaan besar, kenapa harus mengajak perusahaan kita bekerja sama?"
"Maaf tuan, setau saya saham mereka anjlok karena ulah penghianat."
"Baiklah. Jadwalkan saja semua nya, lanjutkan pekerjaan mu Balqis." Usir Faaris. berdekatan dengan Balqis membuat jantung nya berdetak tak karuan, seperti remaja yang baru pertama kali merasakan apa yang nama nya jatuh cinta.
"Baik tuan, selamat pagi."
Balqis pergi dari ruangan Faaris dan memulai pekerjaan sebagai sekretaris yang merangkap sebagai asisten pria itu, asisten lama nya di pecat karena terbukti menggelapkan uang perusahaan dengan jumlah fantastis.
Saat makan siang, Balqis, kembali masuk ke dalam ruangan Faaris, untuk mengingatkan tenyang pertemuan nya dengan pemilik LV Company, Leon Vanders Nicholas.
"Selamat siang tuan, sekarang kita ke restoran Bean Paradise untuk pertemuan dengan Tuan Leon."
"Ya, kau duluan Balqis. Aku ingin ke kamar mandi dulu." Jawab Faaris datar.
"Baik tuan, saya menunggu di parkiran." Pamit Balqis lalu pergi meninggalkan Faaris yang masih menstabilkan debaran di dada nya.
"Sial, hanya melihat nya tersenyum membuat ku berdebar. Sadar Faaris, kau punya istri yang selalu menunggu mu di rumah!"
Faaris berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dia masih sangat mencintai Elma, tapi gadis bernama Balqis itu perlahan mengikis tempat Elma di hati nya.
"Tidak, aku tidak jatuh cinta pada Balqis! Ingat Faaris, Elma adalah istri yang paling kau cintai. Wanita yang akan aku nikahi sekali seumur hidup! Sadar Faaris! sadar!" Gumam Faaris. Tapi yang nama nya perasaan memang tak bisa di tebak, apakah dia bisa melupakan Balqis dan kembali mencintai Elma seperti dulu?
****
Setelah pertemuan selesai dan kesepakatan kerja sama sudah tercapai, Leon pamit pulang lebih dulu karena istri nya yang sedang hamil membuat nya tak mau jauh dari nya. Faaris tersenyum samar, dia juga ingin mempunyai anak, di tunggui oleh istri yang sedang mengandung di rumah, tapi dia bisa apa? Selama 7 tahun menikah, Elma selalu memakai kontrasepsi agar tak kecolongan.
Wanita itu selalu punya alasan menolakkeinginan Faaris untuk segera punya momongan.
"Anda baik-baik saja tuan?"
Tanya Balqis, dia melihat tatapan bos nya berbeda setelah pertemuan nya dengan klien penting itu selesai.
"Ya aku baik, Balqis. Kau sudah makan?"
"Belum tuan," Jawab Balqis, dia memang belum makan apapun. Hanya tadi pagi sarapan bubur ayam sebelum berangkat ngantor.
"Kita makan siang dulu." Putus Faaris, meski sebenarnya Baqis ingin menolak tapi dia merasa tak enak jika harus menolak kebaikan tuan nya itu.
Akhirnya, kedua nya pun makan siang di restoran itu. Faaris terlihat beberapa kali mencuri pandang ke arah Balqis yang fokus makan, gadis itu terlihat cantik bahkan saat makan.
"Apa kabar ibu mu, Balqis?"
Tanya Faaris sebagai basa basi, agar perempuan itu mau menatap nya. Balqis mendongak lalu tersenyum manis hingga mata nya menyipit, membuat dada Faaris berdebar karena senyuman itu.
"Ibu saya baik tuan."
"Apa dia masih jadi buruh cuci?"
"Jika ada yang membutuhkan, masih tuan. Tapi saya membatasi nya, karena ibu sudah tua saya takut penyakit nya kambuh." Jawab Balqis, ibu nya memang mempunyai penyakit asma akut. Jika kelelahan dia akan kesulitan bernafas, sampai membuat nya tak sadarkan diri. Beberapa kali Balqis sempat memergoki ibu nya yang tergeletak tak sadarkan diri, dia memang melarang ibu nya bekerja, karena gaji bulanan nya bekerja di perusahaan ini sudah sangat cukup untuk biaya hidup mereka berdua. Tapi ibu nya tetap kekeuh ingin bekerja dengan alasan bosan jika harus berdiam diri di rumah, akhirnya Balqis mengizinkan tapi dengan syarat jangan kecapean.
Setelah obrolan terakhir itu, kedua nya kompak diam. Hanya suara dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring.
"Tuan, sebaiknya kita segera kembali ke kantor. Masih ada beberapa rapat yang harus anda hadiri."
"Aku lelah Balqis, bisa kau wakilkan saja? Aku ingin pulang bertemu istriku." Tolak Faaris, entah kenapa dia sangat merindukan istri nya di rumah.
"Baiklah kalau begitu tuan, saya yang akan mewakilkan anda."
"Terimakasih, kembali ke kantor bersama supir. Aku akan naik taksi."
"Baik tuan, selamat siang dan hati-hati di jalan. Saya permisi." Pamit Balqis, lalu meninggalkan Faaris.
Faaris berjalan keluar setelahmemastikan sekretaris nya kembali ke kantor dengan supir pribadi nya, Faaris memilih berjalan-jalan menikmati hari nya. Sudah terlalu lama dia tidak menikmati hidup nya, waktu nya dia habiskan dengan bekerja dan bekerja. Hari ini merasa cukup bosan untuk menghadiri pertemuan, lagi pula hanya klien biasa.
Faaris melihat toko bunga di sisi jalan, dia ingat kalau Elma sangat menyukai hunga mawar merah. Hati nya tergerak untuk membelikan bunga itu pada sang istri yang masih sakit di rumah, tanpa pikir panjang Faaris membeli satu buket besar bunga beraroma harum itu, khusus untuk Elma, istri tercinta nya.
Setelah membayar bunga itu, Faaris segera pulang dengan naik taksi. Dia tak sabar ingin melihat bagaimana ekspresi sang istri saat dia membawa bunga ini khusus untuk nya.
Taksi itu membawa Faaris pulang, seperti biasa tanpa sambutan dari siapa pun hanya beberapa pelayan dan penjaga yang berjaga menyapa nya.
Rumah ini terasa sunyi, bak tanpa penghuni sejak Elma sakit. Ada kala nya dia merasa kesepian selama 3 tahun ini, dia ingin ada yang menyambut nya pulang kerja, seperti suami-istri lain nya. Tapi, saat Elma masih sehat pun dia jarang ada di rumah karena di sibukan pekerjaan, bahkan waktu untuk bermesraan pun jarang Faaris dapatkan. Meski begitu, Faaris tetap mencintai Elma.
Elma melangkah memasuki kamar nya, dia melihat pelayan sedang membujuk istri nya makan. Faaris menatap istri nya dengan nanar, sudah beberapa hari ini Elma mogok makan.
"Biar saya yang menyuapi Elma Bi, anda bisa keluar." Ucap nya datar membuat pelayan itu segera pergi sebelum Faaris mengeluarkan kembali suara nya.
"Kenapa susah makan Sayang?" Tanya Faaris, dia duduk di sisi ranjang Elma, mengusap lembut rambut sang istri.
"Lihatlah, aku membelikan mu buket bunga ini. Kau suka kan? Dari dulu kau suka bunga mawar merah kan?" Tanya Faaris dengan antusias, dia berharap istri nya akan tersenyum, tapi ternyata dia salah besar, istri nya malah menangis.
"Siapa yang menyukai bunga mawar merah Mas? Wanita yang mana? Aku tidak menyukai bunga itu, aku menyukai bunga mawar biru." Batin Elma, dia masih tak percaya suami nya sendiri melupakan bunga favorit nya, lalu wanita mana yang menyukai bunga mawar itu? Lama-lama dia pasti akan terlupakan dari kehidupan Faaris.
"Kenapa kamu mennagis sayang? Kau tak suka? Anehbiasa nya kau sangat senang saat aku membelikan mu bunga." Ucap Faaris, tapi air mata Elma semakin luruh, menetes membasahi bantal.
Hingga dengan susah payah, Elma menggerakan tangan nya untuk menunjuk sebuah foto besar yang dulu sengaja Faaris pajang di dinding. Saat mereka menikah, Elma menggenggam buket bunga mawar biru, senyuman bahagia terpancar dari raut wajah kedua nya.
Faaris menatap foto yang di tunjuk istri nya, seketika dia ingat kalau Elma menyukai mawar biru bukan mawar merah, lalu siapa yang menyukai bunga itu? Kenapa dia bisa melupakan hal yang menjadi kesukaan istri nya sendiri.
Dia baru ingat, kalau Balqis lah yang menyukai bunga mawar merah. Kenapa dia bisa seceroboh ini, bukan nya membuat mood istri nya membaik, dia malah membuat mood istri nya makin memburuk, bahkan membuat wanita cantik itu menangis. Elma pasti salah paham saat ini, dia tak tau harus menjelaskan nya dari mana.
"Sayang, maaf Aku salah."
Elma memalingkan wajah nya, dia merasa kecewa dengan suami nya yang melupakan warna favorit nya.
Sekarang, jangan kan makan. Menatap nya saja, Elma tak mau. Kalau begini, sudah di pastikan akan sulit membujuk istri nya, sedari dulu kalau marah Elma akan diam. Dia bukan tipe wanita yang suka marah-marah, dia lebih memilih diam menenangkan pikiran nya dengan menyendiri atau menyibukan diri dengan pekerjaan.
"Sayang, maaf. Kamu bisa istirahat, aku akan tidur di kamar lantai bawah. Selamat tidur istri ku, aku mencintaimu." Faaris mengecup singkat kening istri nya, lalu keluar dari kamar dengan menutup pintu dengan perlahan.
"Wanita mana yang sudah menggeser nama ku di hati mu, Mas? Apa kau yakin masih mencintai ku, aku merasa tak yakin dengan ucapan itu Mas."
Batin Elma, air mata nya kembali luruh membasahi wajah cantik nya.
Pagi hari nya, Faaris bersiap akan pergi ke kantor. Seperti biasa dia akan bertanya jas mana yang menurut istri nya bagus, tapi wanita itu tetap diam, tak memberikan jawaban atau pilihan.
"Sayang, menurut mu Mas cocok pakai yang mana?" Tanya Faaris. Tapi wanita itu masih seperti kemarin, berpaling muka tak mau menatap sang suami.
"Baiklah, kamu masih marah. Kalau begitu, Mas berangkat kerja dulu. Jangan berpikiran yang tidak-tidak, tak baik untuk kesehatan mu, Mas mencintaimu Elma ku." Faaris kembali melayangkan kecupan mesra di kening Elma.
Faaris pergi ke kantor, seperti biasa Faaris akan menyambut nya di luar ruangan Faaris, menyapa nya dengan senyuman manis.
"Selamat pagi tuan."
"Hemm.." Faaris hanya berdehem sebagai jawaban, mood nya tak terlalu baik saat ini.
"Agenda anda hari ini, Rapat dengan petinggi perusahaan saat makan siang." Faaris bukan nya mendengarkan agenda pekerjaan nya hari ini, Faaris malah salah fokus saat melihat penampilan Balqis. Gadis itu nampak sangat cantik, padahal hanya menggunakan blouse berwarna biru dengan kerah segitiga, rok span berwarna hitam dengan rambut yang di kuncir ke kuda.
Pesona sang sekretaris yang mampu membuat dada Faaris berdebar tak karuan, darah nya terasa berdesir karena melihat penampilan Balqis, padahal dia sudah sering melihat perempuan itu karena dia bekerja 1 tahun lebih bersama nya, tapi belakangan ini dia baru sadar kalau Balqis begitu cantik, padahal pakaian yang di pakai nya terbilang sederhana.
****
Faaris masih memperhatikan bagaimana cara perempuan itu menjelaskan beberapa agenda pekerjaan yang akan dia lakukan hari ini, sebagai perusahaan yang cukup berpengaruh membuat Faaris selalu sibuk setiap hari nya. Tak terkecuali hari ini, begitu banyak jadwal meeting yang harus Faaris hadiri, meski bisa di wakilkan oleh Balqis, tapi tetap saja dia tak bisa berpangku tangan, mengandalkan Balqis saja tak cukup.
"Tuan? Anda melamun?" Tanya Balqis. Dia melambaikan tangan nya di depan wajah Faaris, membuat pria itu terkejut.
"Ya, ada apa Balqis?"
"Apa tuan mendengarkan saya bicara?" Tanya Balqis lagi.
"Memang nya kau bicara apa, Balqis?" Tanya Faaris datar, seolah dia tak punya salah apa-apa dengan tak mendengarkan sekretaris nya bicara.
"Hanya beberapa agenda meeting yang harus anda hadiri hari ini, Tuan." Jawab Balqis.
"Kau tak bosan mengatakan nya setiap hari, Balqis?"
"Tentu tidak tuan, ini tugas saya. Saya bekerja disini sebagai sekretaris yang merangkap sebagai asisten anda, Tuan." Jawab Balqis, membuat Faaris manggut-manggut, benar juga jawaban Balqis.
"Ulangi lagi jadwal ku hari ini, Balqis." Balqis mendelik sebal, bukan salah nya dia sudah membacakan semua nya, tapi bos nya malah bengong. Menyebalkan memang, tapi ini memang tugas nya, dia di gaji untuk ini.
Balqis membacakan kembali agenda meeting hari ini dengan suara cukup keras, agar pria itu tak melamun lagi.
"Nanti setelah makan siang ada rapat penting bersama petinggi perusahaan."
"Ya aku tau, kau bisa pergi Balqis." Usir Faaris. Balqis menganggukan kepala nya dan pergi keluar dari ruangan Faaris, menutup pintu nya dengan pelan. Balqis sendiri kembali berkutat dengan beberapa pekerjaan yang sangat menumpuk, belum lagi harus menemani bos nya itu meeting dengan klien ke berbagai tempat, itu membuat nya cukup kewalahan.
"Hai Balqis, kau sibuk?" Tanya salah satu rekan kerja nya.
"Lumayan put , masih ada data yang harus d rekap. Kenapa?" Tanya Balqis pada wanita yang bernama Alya Putri Azizah itu.
"Enggak, nanti sore luang gak? Kita reunian di cafe Starlight," Ajak Putri, dia memang seangkatan dengan Balqis saat kuliah dulu.
"Belom gajian Put, makanan disana mahal-mahal gak ada uang nya. Lain kali aja aku ikut nya, bilangin sama temen-temen lain ya Put."
"Oke deh kalau begitu, btw keadaan ibu mu bagaimana?" Tanya Putri, dia sudah cukup lama berteman dengan Balqis karena kepribadian nya yang sederhana dan baik hati membuat banyak orang menyukai nya, termasuk Putri.
"Sekarang gapapa Put, kemaren cuma pingsan karena kecapean aja." Jawab Balqis. Dia menceritakan kejadian saat ibu nya tak sadarkan diri saat itu, jadi sedikit banyak Putri tau tentang keadaan ibu Balqis.
"Yaudah, semoga aja kejadian ini gak terulang lagi. Aku ke bilik ku dulu ya, nanti keburu kena semprot."
"Oke Put." Jawab Balqis, dia pun kembali tenggelam dalam pekerjaan nya. Masih ada waktu beberapa jam lagi untuk menghadiri meeting bersama bos nya.
"Pegel juga ini pinggang." Balqis meringis sambil memegangi pinggang nya terasa pegal karena terlalu lama.
"Kau masih lama Balqis?" Suara bariton yang terdengar tak asing, siapa lagi kalau bukan suara Faaris, yang berdiri di ambang pintu dengan tangan yang bersedekap di dada.
"Ahh maaf tuan membuat anda menunggu, pinggang saya agak sakit." Jawab Balqis sambil cengengesan.
"Kau bisa menemani ku ke rapat itu?"
"Bisa tuan, mari." Balqis buru-buru meraih hand cream lalu mengusapkan ke tangan nya.
"Apa yang kau pakai itu Balqis?"
"Ini hanya krim tangan tuan, agar lebih percaya diri saja." Jawab Balqis.
"Kalau begitu ayo, kita sudah terlambat." Ajak Faaris, lalu berjalan mendahului Balqis.
Rapat pun di mulai, Balqis maju ke depan mempresentasikan beberapa produk terbaru yang sebentar lagi akan launching, menjelaskan keunggulan nya di bandingkan produk lain. Faaris terus menatap perempuan itu hampir tak berkedip, dia cukup kagum dengan Balqis yang mampu melakukan beberapa tugas dalam satu hari, tanpa kesalahan.
Singkat nya, rapat itu pun selesai dengan seluruh dewan direksi setuju dengan pendapat dan penjelasan rinci dari Balqis.
"Setelah selesai mengerjakan tugas mu, ke ruangan ku. Ada hal yang perlu aku bicarakan." Perintah Faaris dengan wajah datar nya.
"Baik tuan." Jawab Balqis, dia pun pergi lebih dulu dari ruangan rapat itu, kembali ke bilik nya sendiri, melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.
Sore hari nya, Balqis sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya. Dia merentangkan otot-otot nya yang terasa kaku setelah seharian bergulat dengan keyboard komputer.
"Tuan menyuruh ku ke ruangan nya kan? Kira-kira ada apa?" Gumam Balqis.
"Daripada menerka-nerka sebaiknya aku segera kesana saja, agar tak penasaran juga."
"Ahhh bodoh, aku yang bertanya tapi aku juga yang menjawab nya." Gumam Balqis lagi sambil tergelak pelan, karena karyawan lain sudah hampir pulang semua. Hanya ada beberapa staff yang masih duduk di depan komputer mereka karena kerja lembur.
"Aku duluan ya."
"Udah selesai ya, Balqis?"
"Udah, tapi di panggil ke ruangan bos dulu baru bisa pulang." Jawab Balqis, dia pun segera pamit ke ruangan bos nya.
Balqis mengetuk pintu kaca itu dengan perlahan, tapi tak ada sahutan dari dalam, apa mungkin pria itu tertidur atau dia sudah pulang?
Balqis kembali mengetuk pintu, kali ini terdengar suara yang cukup membuat nya kaget setengah mati, dia merasa terbentak karena pria itu berteriak dari dalam.
"Masuk!"
Balqis masuk dan kembali menutup pintu nya dengan perlahan, dia menunduk tak sanggup menatap wajah pria di hadapan nya. Meski tampan, tapi dia sudah beristri. Lagi pun dia disini hanya untuk pekerjaan, bukan yang lain apalagi melibatkan hati.
"Permisi tuan, tadi anda menyuruh saya kemari. Ada apa?" Tanya Balqis langsung, dia sudah tak nyaman ingin segera pulang dan mandi.
"Tidak ada, aku hanya ingin memberi mu bonus karena sudah membuat penjelasan yang sangat rinci, aku puas dengan kinerja mu." Jawab Faaris, membuat Balqis mengusap dada nya pelan merasa lega, dia kira akan di semprot habis-habisan karena pria itu berwajah datar saat menyuruh nya datang ke ruangan ini.
"Ini untuk mu." Faaris menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat, Balqis merasa sedikit sungkan untuk mengambil amplop itu, selama dia bekerja disini, Faaris sering kali memberi nya bonus, bonus mingguan, bulanan, tahunan, bonus akhir tahun dan bonus hari raya.
"Kau tak membutuhkan ini, Balqis? Kau bisa membelikan nya obat ibu mu, gajian masih cukup lama."
"Baik tuan, terimakasih atas kebaikan anda. Kalau begitu saya permisi," Ucap Balqis, dia sangat tak nyaman saat melihat tatapan berbeda dari pria itu.
"Tunggu Balqis, biar aku mengantar mu."
"Tak perlu tuan, terimakasih. Saya akan naik bus," Tolak Balqis halus. Tapi Faaris tak suka penolakan, dia mencekal lengan Balqis hingga membuat perempuan itu berbalik.
Cupp..
Faaris menempelkan bibir nya di bibir mungil berwarna merah ceri itu, Balqis sendiri membulatkan mata nya karena terkejut, dia tak menyangka bos nya itu akan mencium nya.
Faaris masih menempelkan bibir nya, hanya menempelkan nya tanpa melumaat nya. Hanya kecupan tapi bukan kecupan yang singkat. Balqis yang sadar tindakan itu tidaklah benar, langsung melepaskan kecupan Faaris dan segera mengelap bibir nya.
"Tuan, maaf anda jangan melakukan hal di luar batas. Saya permisi," Balqis buru-buru keluar dari ruangan itu meninggalkan Faaris yang masih mematung.
"Sial, kenapa aku bisa kehilangan kendali begini?" Faaris merutuki diri nya sendiri, kenapa bisa dia mengecup Balqis?
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!