Wita tertegun menatap benda pipih milik suaminya. Entah mengapa, tiba-tiba saja dia tergerak ingin mengetahui isi ponsel suaminya. Selama ini, dia sangat percaya pada suaminya. Mungkin, karena dia sudah terlalu lelah dengan rutinitasnya sebagai wanita karier yang bekerja di sebuah perusahaan, dan juga mengurus kedua buah hatinya di kala dia di rumah.
Meskipun dia menggunakan jasa ART, untuk menjaga kedua anaknya. Sebisa mungkin dia selalu memberikan andil mengurus kedua buah hatinya yang kini sudah berusia tujuh tahun dan juga enam tahun. Jarak kedua anaknya memang sangat dekat. Hanya berselang satu tahun. Saat anak pertamanya berulang tahun ke satu tahun, Wita sedang hamil anak kedua.
"Kamu ngapain pegang-pegang ponsel aku?" tegur Randy yang baru saja selesai mandi.
"Memangnya, aku gak boleh pegang ponsel suaminya sendiri? Kamu pun selama ini bebas melakukan apapun dengan ponselku. Sejak kapan, ponsel kamu di password, Mas?" tukasnya.
"Kamu 'kan tahu, kalau aku paling gak suka kalau kamu ingin tahu apa yang aku lakukan. Seperti gak percaya saja sama suami. Emangnya, aku ngapain sih? Ini privasi aku," kilah Randy.
Dia pun akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan suaminya. Wita malas berdebat. Terlebih saat itu, ada kedua anaknya. Dia tak ingin kedua anaknya mendengar keributan mereka.
Firasat seorang istri tak dapat dibohongi. Mungkin, dia sangat terlambat. Karena baru merasa curiga dengan suaminya baru-baru ini. Dia merasa sikap suaminya berubah akhir-akhir ini. Suaminya juga kerap keluar rumah, dengan alasan menemui Teman-temannya untuk menanyakan lowongan pekerjaan.
Bukan setahun dua tahun Randy menganggur. Sejak di satu pernikahan mereka, Randy sudah tak bekerja. Hingga akhirnya, Wita terpaksa harus menggantikan posisi dia. Dia yang harus menjadi tulang punggung, membiayai kehidupan rumah tangga mereka.
Selama ini, Wita tak pernah mempermasalahkan hal ini. Dia berpikir, mungkin rezekinya memang dari dia. Sebagai seorang istri, dia berusaha mengerti. Terlebih, dia tahu kalau suaminya kerap berusaha. Tapi sayangnya, rezeki belum berpihak padanya.
Randy berusaha bekerja freelance, untuk membantunya. Meskipun hasilnya tak bisa dipastikan. Penghasilan yang dia berikan, tak mencukupi biaya kehidupan mereka. Mereka memiliki cicilan rumah dan juga mobil. Untungnya, gaji Wita bisa membiayai semuanya.
"Malam ini aku ada carteran, mengantar teman aku ke Puncak. Pagi sih aku udah sampai rumah lagi. Katanya, hanya antar saja. Lumayan, uangnya bisa bantu kamu," ungkap Randy.
Tak seperti biasanya. Kali ini Wita merasa tak ikhlas mengizinkan suaminya pergi. Namun, dia tak mungkin meminta suaminya membatalkannya. Suaminya pasti akan sangat marah, mengatakan dia tak bersyukur, dan menolak rezeki. Padahal suaminya sudah berniat memberikan uang kepadanya. Hingga akhirnya Wita memilih memendamnya dalam hati.
Suara adzan sholat magrib berkumandang, Wita memilih untuk sholat. Berusaha menenangkan hatinya yang sejak tadi merasa tak tenang. Sejak dia sebelum sholat sampai selesai sholat, suaminya sibuk dengan ponselnya. Sampai akhirnya, tak lama kemudian Randy pun pamit untuk pergi.
Rasanya, begitu berat Wita melepas kepergian sang suami. Namun, dia bisa apa? Dia hanya wanita lemah, yang selalu mengalah untuk menghindari pertengkaran dengan Randy.
Di keheningan malam, dia masih terjaga. Dia tatap ponselnya. Tak ada kabar dari suaminya. Biasanya, sang suami kerap memberi kabar kepadanya. Ternyata, ponsel Randy tak aktif. Saat dia mengirimkan pesan singkat kepada suaminya. Wita masih berusaha berpikir positif. Wita pun akhirnya memilih untuk sholat tahajud.
Saat itu jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Dia berdoa, agar diberi petunjuk atas kegelisahan yang dia rasakan. Pikirannya terus mengarah, ingin melihat isi ponsel suaminya.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, Randy belum juga pulang. Ponselnya pun belum aktif. Pesan yang dikirimkan Wita pun, belum terkirim sampai sekarang. Kecurigaan Wita semakin bertambah. Detik demi detik telah berlalu. Kini jam menunjukkan pukul 19.00 malam, Randy baru saja sampai di rumah. Dia terlihat santai tanpa rasa bersalah. Padahal, dia sudah mengingkari janjinya untuk pulang pagi harinya.
Wita menyambut kedatangan suaminya. Tak ada permintaan maaf dari bibir Randy, Wita merasa suaminya berubah. Randy memilih langsung mandi dan juga tidur. Tanpa ada kata apapun, dia langsung masuk ke kamar.
Satu jam berlalu, dia tak kunjung keluar dari kamar. Hingga akhirnya Wita menyusulnya masuk ke dalam kamar. Wita melihat Randy yang sudah tertidur nyenyak.
"Bisa-bisanya kamu seperti ini, Mas. Kamu anggap aku apa?" Wita berkata dalam hati.
Dia sangat kecewa dengan sikap suaminya itu.
Pandangannya kini ke arah benda pipih yang berada di samping bantal suaminya tidur. Dia mencoba ambil ponsel itu secara perlahan, karena tak ingin suaminya terbangun dari tidurnya, dan melihat dia yang sedang mengecek ponselnya. Kali ini ponsel itu tak terkunci.
Namun, Wita merasa aneh. Tak ada satupun pesan, baik di aplikasi hijau maupun pesan biasa. Log panggilan pun terlihat kosong, sama halnya dengan galeri penyimpanan foto ataupun video.
"Kok gini ya? Apa Mas Randy hapus semua ya? Untuk menghilangkan jejak, agar aku tak curiga." Wita bergumam dalam hati.
Wita memilih membawa ponsel itu keluar. Dia akan berusaha mencari tahu. Dia masih saja penasaran. Sampai akhirnya dia berhasil mengembalikan ke settingan awal. Dia buka satu persatu yang menjadi kecurigaannya.
Ternyata tak ada apapun yang mencurigakan.
Mungkin, suaminya sudah menghapusnya lebih dulu sebelum pulang. Atau mungkin memang tak ada yang dilakukan suaminya. Hingga akhirnya dia memilih untuk percaya kembali terhadap suaminya. Dia menyakinkan, kalau apa yang dia rasa hanya sebuah kecurigaan tak beralasan.
Dia berusaha menetralkan perasaan hatinya, dengan kembali berbincang dengan kedua anaknya. Wita pun berjanji tak akan melakukan hal yang nantinya akan meresahkan hatinya. Toh, suaminya memang sering kali menghabiskan waktu di rumah bersama dia dan juga kedua anaknya. Suaminya pergi, hanya karena mengantarkan orang. Memanfaatkan mobil yang ada, meskipun hasilnya tak seberapa. Hanya seratus atau dua ratus saja. Tapi paling tidak, suaminya sudah berusaha untuk membantunya.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 22.00, kedua anaknya sudah masuk ke dalam kamar. Sama halnya dengan ART. Wita pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, karena besok pagi dia harus bekerja kembali. Lagi-lagi hatinya tergerak untuk mengambil ponsel suaminya. Sebagai pertanda, ada sesuatu di ponsel suaminya. Ada perasaan bimbang dalam hatinya. Padahal, tadi dia sudah sempat berjanji untuk tidak mengecek ponsel suaminya kembali.
"Kenapa sih, seperti ini terus? Padahal, tadi aku udah ngecek. Gak ada yang aneh," gerutu Wita dalam hati.
Dia menjadi kesal pada dirinya sendiri. Mungkin, karena selama ini dia sangat percaya sama suaminya.
"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
Air matanya mulai menetes satu persatu, memikirkan rumah tangga yang dia jalani selama delapan tahun bersama Randy. Permasalahan ekonomi, mungkin dia masih bisa maafkan. Tapi, tidak untuk perselingkuhan. Terlebih, apa yang dilakukan suaminya sudah sangat jauh.
Di aplikasi itu terdapat 95 foto wanita itu dengan berbagai macam gaya. Bahkan ada beberapa foto, wanita itu tak menggunakan busana. Menunjukkan bukit kembarnya yang terlihat besar. Jika dibandingkan dengannya, memang sangat jauh ukurannya. Wita semakin histeris, kala melihat video mes*um Randy bersama wanita itu di sebuah hotel. Di mana mereka sedang melakukan hubungan intim. Rasanya begitu jijik melihatnya.
Tangis Wita, membuat tidur Randy terusik. Sontak dia langsung membuka matanya. Dia begitu terkejut, melihat sang istri menangis, dan masih memegang ponselnya.
"Kamu kenapa, Yang?" tanya Randy yang masih terlihat bingung penuh tanda tanya. Terlebih dirinya harus terbangun secara tiba-tiba.
Wita menghempaskan tangan Randy, saat Randy hendak memegang tangannya.
"Lepas! Jangan sentuh aku! Aku jijik sama kamu, Mas," pekik Wita.
Perasaannya kala itu benar-benar hancur. Rasanya, seperti mimpi buruk untuknya. Dia tak menyangka, kalau suaminya akan setega itu padanya. Padahal, selama ini dia sudah menerima suaminya apa adanya. Susah dan senang dia jalanin bersama.
Suaminya pun selalu menunjukkan keromantisan kepadanya. Mereka selalu melengkapi satu sama lain. Sampai dia tak menyadari, kalau bertahun-tahun dia telah di tipu oleh laki-laki yang masih berstatus suaminya.
"Kamu kenapa sih? Kok begini sih? Ini sudah malam, malu terdengar tetangga sebelah." Randy berkata.
Dia pun langsung mengambil ponselnya dari tangan istrinya. Alangkah terkejutnya Randy, saat dia melihatnya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
"Cukup Mas, aku gak butuh penjelasan kamu lagi! Semua sudah terbukti, kalau kamu selingkuh dengan wanita itu. Aku ingin kita bercerai. Aku tak sudi!" Kata Wita tegas.
"Enggak! Sampai kapanpun, aku gak mau pisah sama kamu! Aku cinta sama kamu. Apa kamu tega membuat Anak-anak kita merasakan orang tuanya berpisah? Mereka butuh orang tua yang lengkap. Ok, aku akui. Aku salah dalam hal ini. Tapi, jangan hukum mereka! Aku tak ada hubungan apapun sama dia. Itu hanya foto-foto lama, kamu salah paham." Randy mencoba menyakinkan Wita kembali.
Sejatinya, dia memang mencintai Wita. Baginya, hanya Wita yang mengerti keadaan dia. Dia juga tak ingin rumah tangganya hancur. Randy hanya ingin Wita yang menjadi istrinya selamanya.
"Cih! Sekarang kamu berkata seperti itu. Saat melakukannya, apa kamu gak berpikir dampak apa yang akan terjadi atas perbuatan kamu? Kalau kamu mencintai aku, kamu tak mungkin mengkhianati aku. Kalau hanya iseng-iseng saja, aku masih bisa memaafkan kamu. Tapi ini, aku sudah lihat sendiri. Kamu melakukannya dengan wanita itu. Aku ingin kita bercerai. Untuk Anak-anak, kamu tak perlu khawatir. Mereka akan mengerti. Kita bisa besarkan bersama, meskipun kita bercerai," sarkas Wita.
Wita menghapus air mata yang membasahi wajahnya, dia berusaha untuk tegar menghadapinya. Dia langsung mengambil tas besar dan memasukkan semua barang-barang milik suaminya.
"Ini rumahku. Selama ini aku yang mencicilnya. Aku ingin kamu pergi dari rumah ini. Aku akan mengurus perceraian kita," usir Wita. Dia terlihat menatap tajam Randy.
"Aku gak akan pernah pergi meninggalkan rumah ini. Sampai kapanpun, aku tak ingin bercerai darimu. Aku gak rela kamu dimiliki laki-laki lain. Jika kamu, sampai melakukan hal itu. Berarti, kamu siap kehilangan Rara dan juga Kemal. Aku akan mengambil hak asuh mereka, dan aku tak akan pernah mempertemukan kamu dengan mereka. Kalau perlu, aku akan melenyapkan kamu. Agar kamu tak pernah di miliki laki-laki lain," ancam Randy. Dia menjadi garang, menutupi kesalahannya.
"Yakin, kamu bisa membiayai mereka? Kamu saja tak bekerja. Harusnya, kamu sadar. Siapa yang selama ini membiayai kehidupan kamu sehari-hari, untuk membeli rokok dan juga kopi. Dasar laki-laki gak tahu diri! Kalau kamu mau sama dia, harusnya ceraikan aku dulu. Sekarang, aku tahu. Mengapa sikap kamu berubah," balas Wita.
Randy tersulut api amarah. Dia merasa tak terima dengan penuturan Wita, yang sebenarnya memang seperti itu. Randy mendorong tubuh Wita kasar ke ranjang, dia hampir saja mencekik leher Wita. Seperti orang yang tak waras. Wita berusaha memberontak, mendorong tubuh Randy dengan kasar.
Air mata Wita menetes kembali. Dia tak menyangka, Randy akan segila itu. Dia seperti orang tak waras. Randy sampai mengunci pintu kamar mereka, agar Wita tak kabur.
"Aku hapus foto-foto ini demi kamu. Aku juga akan hapus aplikasi ini. Selamanya, hanya kamu istri aku," ucap Randy.
"Percuma saja kamu hapus semua foto-foto itu. Hati aku sudah terluka. Bodoh sekali aku selama ini. Begitu percaya padamu. Ternyata, di belakang aku. Kamu menusukku," sahut Wita.
Randy berlutut di kaki Wita. Namun, Wita enggan menatap laki-laki yang telah melukai hatinya. Hanya air mata yang mewakili perasaannya saat itu. Dia benar-benar shock.
"Aku salah. Aku mohon sama kamu, tolong kasih kesempatan kedua untukku! Aku gak mau pisah sama kamu. Kamu boleh pukul aku sepuasnya, atau melakukan apapun yang kamu mau. Tapi tidak untuk berpisah. Kamu adalah wanita yang paling mengerti aku. Kamu juga yang telah memberikan aku kebahagiaan." Randy memohon iba.
Sepertinya, percuma saja dia berkata panjang lebar dengan laki-laki di hadapannya. Wita berniat memberitahu persoalan ini ke ibu mertuanya. Dia ingin ibu mertuanya tahu, perbuatan suaminya. Untungnya, dia pintar. Sebelum suaminya terbangun, dia sempat mengirimkan beberapa foto dan video mesum kebersamaan suaminya dengan wanita itu. Wita akan menjadi bukti perselingkuhan suaminya.
Diam, bukan berarti dia menyetujui permintaan Randy. Randy pikir, marah Wita sudah mereda. Dia berlaga seperti tak terjadi apa-apa.
"Udah yuk tidur! Besok 'kan kamu kerja. Maafin aku ya! Aku sayang kamu," ucap Randy yang kini menggenggam tangan Wita. Namun, Wita tak bergeming. Dia seperti robot, tak bernyawa. Randy bisa menyentuh raganya. Tapi, tidak untuk hatinya. Dia sudah membencinya.
Keputusannya sudah bulat untuk bercerai. Hanya saja dia akan melakukannya secara diam-diam.
Wita sudah membaringkan tubuhnya di ranjang. Namun, dia menolak untuk di sentuh Randy. Randy memahaminya, kalau istrinya butuh waktu. Dia harus mengerti.
"Aku bersumpah, akan membuat hidup kamu hancur! Aku tak ingin hancur sendiri, Mas. Sampai kapanpun, aku tak akan memaafkan kesalahan kamu. Apa yang kamu perbuat sudah sangat keterlaluan."
Hari ini Wita Memilih izin tak bekerja. Dia hendak menemui ibu mertuanya ke rumahnya. Lagipula, dia tak akan fokus bekerja. Wita sengaja pergi pagi-pagi sekali, sebelum Randy terbangun. Karena biasanya, Randy selalu antar jemput dia bekerja. Mengantarkan dia sampai ke tempat dia menunggu bus.
"Loh, ibu udah berangkat, Mbak?" tanya Randy pada ARTnya.
Dia baru saja terbangun dari tidurnya, dan tak menemukan keberadaan istrinya.
"Pasti dia masih marah," ucapnya dalam hati.
Dia pikir, permintaan maafnya semudah itu diterima oleh wanita yang menemani dia selama delapan tahun. Seakan semuanya semudah membalikkan telapak tangan. Ibarat kata. Gelas yang sudah retak, tak akan kembali utuh. Meskipun sudah berusaha memperbaikinya. Gelas itu akan tetap terlihat retak. Sama halnya sebuah hati. Mungkin, Wita masih terlihat biasa. Tapi hatinya, tak mungkin seperti dulu lagi.
Wita memilih untuk mendatangi mesjid besar yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dia ingin meluapkan kesedihannya, sambil menunggu pertemuannya dengan ibu mertuanya. Dia tak enak datang pagi-pagi ke rumah ibu mertuanya.
Air matanya tak terbendung lagi. Dia bersyukur, Allah menunjukkan padanya. Mungkin, ini adalah jawaban atas kegelisahan yang dia rasakan selama ini.
"Mengapa aku begitu bodohnya. Sampai aku tak tahu, kalau hubungan mereka sudah sangat lama," ucap Wita diiringi isak tangis.
Dia begitu terlena dengan kebusukan suaminya. Tertulis jelas tanggal foto-foto itu tersimpan. Foto itu tersimpan sejak empat tahun lalu. Sudah banyak kebohongan-kebohongan yang Randy lakukan padanya. Dia masih teringat, potongan puzzle saat Randy pamit beralasan padanya.
Dirasa dirinya sudah mulai tenang. Wita menghapus air matanya. Dia berjanji, kalau air mata itu akan menjadi air mata terakhirnya untuk Randy. Dia harus kuat melewati semuanya, termasuk menjadi seorang janda. Tak ada yang perlu dia takutkan. Dia memiliki pekerjaan yang bagus. Tanpa Randy, dia bisa melanjutkan hidupnya.
"Kamu pikir, aku takut bercerai dari kamu? Justru, kamu yang akan hancur setelah ini. Aku tak yakin wanita itu mau menerima kamu, dalam kondisi kamu seorang pengangguran. Okelah, satu tahun atau dua tahun dia akan menerimanya. Tapi, bagaimana. Kalau sampai bertahun-tahun? Semoga Allah memberikan kamu azab yang sangat pedih."
"Sebaiknya, aku mencari sarapan dulu. Aku gak boleh sakit. Aku harus pikirkan kedua anakku. Aku akan berusaha menjadi ibu yang kuat untuk kedua anakku. Mereka adalah penyemangat hidupku. Aku akan berjuang mendapatkan hak asuh atas mereka."
Setelah merapikan mukena dan sajadah yang dia pakai, Wita langsung berjalan mencari sarapan. Dia berusaha untuk tetap tegar menjalani kehidupan ini. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, Wita mengirimkan pesan chat ke ibu mertuanya. Dia terpikir ingin bertemu di luar saja. Dia khawatir, suaminya akan datang ke rumah ibu mertuanya. Untungnya, ibu mertuanya mau. Satu jam lagi mereka akan bertemu.
"Aku harus kuat, gak boleh lemah! Semangat Wita, kamu bisa!" katanya lirih.
Ada terbesit di hatinya, "apakah dia akan mampu terlepas dari Randy?" Waktu kebersamaan mereka, bukanlah waktu yang sebentar. Pastinya, sangat banyak kenangan indah bersamanya. Terlebih mereka sudah diberikan dua orang anak. Seharusnya, Randy bersyukur memiliki Wita. Selama menjalani pernikahan dengannya, Wita bukan tipe istri yang banyak menuntut. Wita juga sudah memberikan dia dua orang anak yang lengkap, laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya pun tumbuh sehat, pintar, cantik, dan juga tampan.
Dia tak akan mempertahankan mobil yang selama ini mereka gunakan bersama, karena dia yakin pasti akan selalu teringat saat suaminya beradu bibir bersama wanita itu di dalam mobil. Selama ini dia yang membayar cicilan mobil itu. Namun, dia akan mengikhlaskannya. Cicilannya masih beberapa tahun lagi. Kalau Randy tak bisa membayarnya, mobil itu pasti akan di tarik oleh leasing. Rumah dan motornya pun akan dia jual. Wita ingin menghilangkan semua yang memiliki kenangan dengan Randy. Dia akan menata hidup barunya, tanpa meninggalkan jejak Randy.
Wita baru saja sampai di tempat dia akan bertemu dengan ibu mertuanya. Ada perasaan tak tega dibenaknya kepada ibu mertuanya. Tapi, dia ingin ibu mertuanya tahu kebejatan anaknya selama ini, agar nantinya dia tak akan disalahkan saat bercerai dari Randy. Bisa saja Randy berkelit dan memutar balikkan fakta, kalau dirinya berpisah karena tak ingin hidup susah, atau mungkin menuduh dirinya memiliki selingkuhan.
"Ya Allah, aku mohon padamu! Lancarkan aku untuk berbicara pada ibu mertuaku. Setelah ibu mertuaku mau terima atau tidak. Yang terpenting, aku sudah mengungkap semuanya," ucapnya dalam hati.
Jantungnya semakin berdebar-debar, saat ibu mertuanya datang. Wita bersikap biasa di awal, dia langsung mencium tangan ibu mertuanya sebagai rasa hormatnya. Meskipun anaknya sudah melukai hatinya, dia tetap bersikap sopan.
"Kamu mau ngomong apa sih sebenarnya? Memangnya, kamu gak kerja? Segala rahasia-rahasianya dari Randy." Kata yang terlontar dari bibir ibu mertuanya mengawali pembicaraan.
Wita menarik napasnya panjang, kemudian membuangnya. Dia mencoba bersikap tenang. Dia berharap, ini keputusan yang terbaik untuknya. Keduanya sudah saling menatap. Tanpa berkata apa-apa, Wita langsung mengambil ponselnya dari dalam tasnya, dan menunjukkan foto-foto itu kepada ibu mertuanya.
Ibu mertuanya begitu terkejut. Wita dapat melihat ekspresinya, kala itu. Pasti dia tak menyangka, kalau anaknya akan berbuat seperti itu.
"Apa ibu mengenal foto wanita itu?" tanyanya kala itu.
"Iya, ibu mengenalnya. Dia Sella, mantan kekasih Randy dulu. Mereka sempat berpacaran cukup lama. Hubungannya memang sudah sangat jauh dulu, orang tua udah saling kenal," jawab ibu mertuanya.
Terdengar sekali dari suaranya, kalau dia begitu tak menyangka kalau laki-laki yang diceritakan Sella tempo hari, adalah anaknya. Wita dibuat tercengang, oleh penuturan ibu mertuanya tentang Sella. Ternyata, Sella selama ini sudah mendekati ke ibu mertuanya. Wita benar-benar mengumpat kebodohannya.
Dia berusaha menyimak semua yang diceritakan ibu mertuanya kala itu, meskipun hatinya terasa begitu sakit. Bisa-bisanya ibu mertuanya sedikit membela wanita itu. Seharusnya, dia sadar. Sella itu masa lalu anaknya, dan dia masa sekarang anaknya. Bukankah Sella yang meninggalkan anaknya? Kejadian ini sudah bertahun-tahun, dan dia baru tahu sekarang ini. Ya Allah, tega sekali mereka. Ingin sekali Wita mengumpat kasar. Namun, dia bukan wanita seperti itu. Dia lebih memendam perasaannya, dan membalas rasa sakitnya secara elegan. Yang pastinya, akan lebih sakit. Dia pun melihat ada buliran air mata di sudut mata ibu mertuanya.
"Kalau kamu ingin bercerai dengan Randy, Ibu gak bisa melarang. Karena kamu yang akan menjalaninya. Tapi, kalau memang masih bisa dipertahankan. Itu lebih baik. Kasihan Anak-anak kalian, kalau kalian sampai bercerai," ucap ibu mertuanya.
Bisa-bisanya dia mengatakan, kasihan kedua cucunya. Harusnya, dia sadar. Siapa yang menghancurkan ini. Apakah dia masih mau menerima, jika dia berada di posisinya saat ini. Dia harus sadar, kalau anaknya sudah berzina bertahun-tahun. Bahkan sejak mereka baru menikah. Bukan empat tahun, Randy membohongi dia, dan ibu mertuanya menutupinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!