"sumpah ini boom banget sih ini gokil!!!" teriak maya yang tengah duduk menghadap komputernya.
"kenapa kenapa?"
"konten kita viral anjir, gue bilang juga apa. Jual konten horor tu pasti lebih cepet ngehasilin duit," ucap maya bangga.
"sumpah sumpah? Anjir beneran dong cok!" saqi yang senang langsung memanggil sintia dan farel yang tengah bersantai di teras basecamp, "woy monyet sini lo berdua,"
"gue udah denger anjir lo berdua ngomong juga kenceng banget. Nah sekarang kita harus bikin konten yang lebih horor dan ekstrim," ucap farel sambil mendekati maya dan saqi.
"maksudnya?"
"ya kita eksplor nya jangan ke rumah kosong atau bangunan kosong, kita ke desa yang plosok dan terbelakang. Lebih bagus lagi kalau kepercayaan mereka akan hal gaib masih kentel itu lebih bagus dan gacorr..."
"gue ngikut sih," ucap maya dan sintia, karena memang mereka punya tugas masing masing.
Maya bertugas sebagai editor, saqi bertugas sebagai kameramen, farel bertugas sebagai pengatur script dan tentunya sintia yang cantik jelita menjadi pembicara.
"lo gimana sak?" tanya farel.
"lah gue mah terserah, yang penting dapet duit deh,"
"oke, may lo cari desanya bisa gak?" tanya farel.
"bisa aja sih tapi emang desa plosok dan terpencil itu di liput di google? Ada gitu yang nulis artikel tentang desa plosok?" tanya maya heran.
"ya coba aja, nanti gue ke pasar sapi deh tanya tanya,"
"nanya apa?" tanya saqi.
"nanya kenapa tu pasar sapi ada di situ, ya nanya desa desa plosok lah bloon banget jadi orang. Monyet ah lu, mending lo usaha juga nyari. Nanti malem seenggaknya kita udah harus punya nama desa dan tau titik lokasinya. Entar kita kumpul lagi disini, kerja kerja,"
Siang itu farel pergi ke pasar tradisional yang memang pedagangnya sudah lanjut usia, "assalamualaikum mbok,"
"waalaikumsalam... Cari apa le?"
"ini beli wortel ya mbok dua kilo aja," pesan farel.
"banyak banget le? Buat hajatan ya?"
"ohh enggak mbok, oh ya mbok tau gak ya... Di daerah sini ada desa yang jarang di masuki orang kota gak mbok? Yang plosok gitu,"
"kenapa memangnya?"
"pengen tau aja mbok, soalnya kadang saya lihat orang yang beda aja sama orang sini. Dari model pakaiannya atau cara ngomongnya,"
"ohh itu, ada di bawah kaki gunung kawi. Namanya desa pancuran, emang plosok banget, orang sana kalau mau belanja ke kota pakainya mobil kol buat bareng bareng. Karena aksesnya susah, jadi cuma beberapa orang aja yang keluar. Yang lainnya ya nitip," jelas mbok par.
"orang kota boleh masuk?"
"ya boleh, tapi siapa juga yang mau kesana? Yang ada malah gak bisa pulang,"
"kenapa gak bisa pulang mbok?"
"ya ada kepercayaan kalau masuk kesana gak akan bisa keluar. Kalau mau keluar ya harus nikah dulu sama orang sana,"
Alah itu mah akal akalan aja biar orang sana laku dan dipinang orang kota, kepercayaan apa sih itu? Udah plosok malah pikirannya gak jelas, pantes ketinggalan jaman.
"heh malah bengong, ini loh le sudah selesai,"
"ohh ini mbok uangnya,"
"sek kembaliannya,"
"gak usha mbok, saya pamit dulu ya mbok," ucap farel.
"akhirnya nemu juga, semoga beneran deh plosok dan misterinya kentel. Daging daging buat konten haha," gumam farel.
......................
Malam itu mereka berempat berkumpul di basecamp lagi, "may lo udah nemu?"
"belum rel, gak ada tau. Tapi kalau yang klenik klenik gitu ya banyak, kayak Banyuwangi, malang gitu gitu tapi gak ada spesifikasi nya. Menurut gue juga setiap daerah pasti ada kayak gitunya, tapi gak ada yang liput aja," jelas maya.
"lo saq?" tanya farel.
"ada, desa grogol namanya... Tadi si gue tanya tanya ke tukang ojek di depan itu. tapi jauh anjir, kayaknya jangan deh, yang deket deket aja dulu. Malang kek atau mana gitu yang deket,"
"lo ada sin?"
"kagak,"
"gue ada tau, namanya desa pancuran. Di bawah gunung kawi itu," ucap farel bangga karena dapat informasi.
"Deket dong, gas lah," ucap maya.
"gas gas, kita tanya dulu oon," maki saqi.
"iya, gimana rel? lo tau info lebih jelasnya kaga?" tanya sintia penasaran.
"ya jadi kalau kita masuk katanya sih gak bisa keluar lagi, kalau mau keluar ya harus nikah sama orang sana. Tapi menurut gue itu cuma akal akalan mereka aja deh supaya laku gitu, supaya mereka bisa di pinang sama orang kota,"
"tapi kalau emang beneran gimana? Gue gak mau ya, wedding dream gue bisa ancur dong njir kalau harus nikah sama orang sana. Gak gak, ganti tempat aja," protes maya.
"iya ihh, takut tau kalau beneran," imbuh sintia.
"alah gak akan, lo pada percaya sama kayak begituan?" tanya farel.
"tapi rel, bener tau yang di kata maya... Bahaya kalau itu beneran kejadian, gimana kalau kita emang harus nikah sama orang sana kalau mau keluar. Gue juga takut sih, walaupun gue gak percaya tapi ya itu resikonya gede anjir," ucap saqi yang sedari tadi diam.
"alah cemen lu pada, pada mau duit kaga sih? Kalau akun kita gak berkembang udah pasti kita jadi pengangguran. Lo may, kalau kita bubar lo mau kerja apa? Ijazah lo cuma sma, sintia juga... Lo itu pendek, susah dapet kerja walaupun lo cantik. Lo juga saq, mau kerja apa lo?" tanya farel mengintimidasi.
Ketiganya hanya diam merenung, memang benar jika mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan. Karena itu tim ini tercipta, mereka berkali kali membuat konten di aplikasi video. Namun baru kali ini mereka mendapatkan perhatian publik karena membahas hal mistis.
"ngomong dong jangan diem aja," gertak farel.
"ya tapi ini bahaya loh rel resikonya gede," ucap maya berusaha membujuk farel yang keras kepala dan selalu ingin menang.
"yaudah cari aja yang lain kalau dapet, susah banget sih jadi orang,"
Farel yang kesal memilih untuk pergi keluar meninggalkan ketiganya.
"gimana?" tanya sintia.
"ya kalau kita setuju juga gimana? Lo mau pertaruhin masa depan lo di sana? Ya mungkin aja kita bisa dapet duit banyak, tapi kalau kita gak bisa pulang gimana?" jawab maya bingung.
"gue ngikut deh, gue lebih takut jadi pengangguran. Lo pada tau kan hidup di sini gimana?" ucap saqi pasrah.
"iya sih, gue ngikut deh," timpal sintia.
"oon lu pada,"
"ya terus, lo gak mau ikut?" tanya saqi.
"yakan kalau cuma ngedit bisa dari sini kan? Gue tinggal nunggu lo pada balik,"
"tega banget lo may, ayo lah ikut kita. Kalau itu mitos beneran kejadian ya tinggal nikah terus pulang, cerai deh,"
"cerai gigi bapak lo! Gue cuma mau nikah sekali ya anjing," maki maya.
"sama siapa? lo punya pacar? Kan pacar lo kemarin ninggal lo nikah karena selingkuhannya bunting," ejek saqi.
"ihh anjing lo, yaudah gue ikut,"
"gasss,"
"Jadi gimana fix kan?" tanya sintia.
"panggil dulu sana si farel kita diskusi lagi soal resikonya, harus ada yang tanggung jawab lahh," pinta maya.
"setuju setuju,"
Sintia segera melangkahkan kakinya keluar dari basecamp untuk mencari farel, yang ternyata tengah merokok di pos kamling yang tak terlalu jauh dari basecamp, "farel, ayo anak anak udah setuju kok tapi masih ada yang perlu di bahas lagi,"
"lo ikut?" tanya farel.
"ikut lah," ucap sintia malu malu, karena memang akhir akhir ini mereka berdua tengah dekat.
"hmm, yaudah ayo," ajak farel sembari beranjak pergi.
"rel lo suka ya sama maya? Kok lo selalu duluin maya sih daripada gue," tanya sintia.
"alah lo aja yang mikir aneh aneh, kita udah pernah tidur bareng. Masih aja cemburu gak jelas, udahlah lagian daripada lo curiga sama gue kenapa lo gak curiga sama maya sama saqi. Mereka lebih deket tau, bahkan di depan kita,"
"ya beda, mereka deket karena berantem hal hal kecil. Di belakang, mereka juga gak pernah kayak kita, kenapa kita gak pacaran aja sih?"
"ya gak usah lah sin, yang ada nanti pekerjaan kita terganggu. Lo tau kan kalau kita ini semua lagi berjuang, amit amit kalau kita putus... Emang kita masih bisa kerja bareng? Kalau salah satu ada yang milih pergi, maya sama saqi gimana? Ayolah jangan egois," tolak farel.
"ishh tapi lo jangan deket deket maya dong, apa apa yang di tanya maya dulu," rajuk sintia.
"ya gue cuma tanya sama dia karena otak dia lebih rasional daripada saqi atau lo. Lo berdua biasanya cuma ikut ikut aja, ikut setuju/ ikut nolak. Ya Mendingan gue tanya maya kan? Udah pasti langsung dapet jawaban dari lo sama saqi," jelas farel.
Sintia hanya bisa menghela nafas karena ia sadar jika otaknya tak terlalu cerdas, "yaudah iya,"
"udah ayo masuk, jangan marah lagi,"
"gimana?" tanya farel saat melihat maya dan saqi asik bermain ponsel.
"ya kita jadi ikut, tapi gue butuh penanggung jawab ya rel. Seenggaknya ada yang bisa lindungin kita," ucap maya.
"ya gue bakalan tanggung jawab kok, tenang aja lah. Kalian tu terlalu percaya ama begituan. Itu cuma mitos gak penting, udah deh mending kita packing buat besok. May lo belanja ya sama gue, lo siapin deh apa yang perlu dibawa dan di beli. Nanti daftarnya kasih ke gue biar kita bisa bagi tugas,"
"oke,"
......................
Dengan mengendarai dua motor, mereka berangkat menuju desa pancuran. Maya berboncengan dengan saqi sedangkan sintia berboncengan dengan farel. Mereka berangkat pukul 7 pagi, dengan segala peralatan dan perlengkapan.... Mereka nekat pergi kesana tanpa sepengetahuan orang tua mereka.
"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?" tanya farel.
Mereka tengah berhenti di gapura selamat datang desa pancuran, namun mereka harus melewati hutan hutan terlebih dahulu,"rel gue kok ragu ya,"
"tenang aja may, kan ada gue. Percaya deh sama gue," ucap farel menenangkan, walaupun di hatinya juga ada rasa ragu. Namun egonya memilih untu tetap maju.
"yaudah ayo lanjut, lo duluan aja rel,"
"oke, jangan sampai ketinggalan jauh ya," peringat farel yang langsung di setujui keduanya.
"pegangan lo may, jalannya nanjak ini jangan sampai jatuh,"
"tumben lo perhatian sama gue,"
"ya kalau lo jatuh kita bawanya gimana oon, udah lo berat, gue bawa motor lagi. Udah cepetan jangan bacot aja kerjaan lo ah, peluk yang kenceng," maki saqi.
"love language lo itu maki maki orang ya? Kasar banget, napa lo begitu? Hamil lo?" gurau maya.
"lo mau peluk gue, apa gue buang?"
"iya iya ah, marah marah mulu lo,"
Perjalanan terasa begitu cepat, mereka juga tak kesasar sama sekali. Saat sampai di daerah pemukiman, warga disana menatap mereka dengan wajah aneh dan bingung. Entah bingung karena datang dengan sepeda motor atau karena mereka orang kota.
"kita ke rumah kadesnya ya,"
"iya rel ngikut dah gue,"
Saat akan kembali berjalan, terlihat segerombolan anak berdiri di depan mereka sambil berbisik satu sama lain.
"kenapa dek?" tanya farel.
"kalian siapa?"
"kita orang orang dari kota yang pengen eksplor desa ini dek, bisa tunjukin rumahnya pak kades?"
"ikut," bocah bocah itu langsung berlari menjauh untuk menunjukkan jalan, farel dan saqi juga dengan segera menarik gasnya mengikuti arahan bocah bocah tersebut.
Sesampainya di depan rumah pak kades, mereka terpukau melihat betapa asrinya rumah pak kades. Rumahnya masih dari papan kayu, namun luas dan terasa nyaman.
"buset enak banget ya vibes rumahnya... Asri gitu, adem ayem kayaknya ya..." ucap saqi sambil melihat lihat kesekitar.
"yoii, ayo masuk kita cari informasi dulu," ajak farel.
"permisi pak,"
"ya?"
"kami berniat ingin eksplor desa ini pak, kurang lebih satu minggu kami disini. Apa boleh kami tinggal di sini? Atau di rumah warga yang berkenan menampung kita pak?" tanya farel.
"kalian dari mana? Kok bisa sampai sini?"
"kami dari bawah pak, emang sengaja kesini karena desa ini belum ada yang meliput. Oh ya perkenalkan saya farel, saya yang bertanggungjawab untuk kelompok saya ini,"
"nama saya Priyanto, kalau kalian mau tinggal disini ya bisa saja menempati rumah yang ada di dekat masjid. Disana ada rumah bersama yang di jaga sama mbok indri,"
"baik pak terimakasih, jika ada biaya yang harus kami bayarkan infokan saja pak,"
"tidak ada, yang penting jaga kebersihan dan tidak buat onar sudah cukup. Ayo saya antar kesana, dekat kok," ajak pak pri.
Pak pri memandu jalan dengan menaiki sepeda ontel jaman dulu, diikuti farel dan saqi dengan sepeda motornya.
Maya beberapa kali mengambil gambar dengan ponselnya, "saqi nanti fotoin gue ya,"
"iya, eh may... Lo bisa masak kan?" tanya saqi khawatir karena sekarang mereka tak bisa membeli makanan dari aplikasi pesan antar.
"bisa, tenang aja apa sih yang gak gue bisa,"
"lo suka ya sama farel?"
"kaga lah, harusnya yang lo tanya itu sintia bukan gue. Lo kali yang suka sama gue,"
"amit amit jabang tai,"
"sudah sampai, mari... Mbok indri biasanya ada di belakang," ucap pak pri, sambil berjalan menuju area belakang rumah bersama.
Dari kejauhan terlihat mbok indri yang sedang mengayak tepung beras, badannya kecil dan pendek, beliau memakai kebaya dan jarit khas orang orang jaman dahulu.
"datang untuk jadi tumbal?"
Mereka berempat sudah mendapatkan kamar masing masing, semuanya tidur sendiri karena memang kamar yang di sediakan adalah kamar kecil yang muat untuk satu orang saja. Setelah mendapatkan ijin untuk tinggal, mereka langsung beristirahat sejenak sebelum nanti mulai membuat konten.
"may, temenin ke kamar mandi yuk," ajak sintia di ambang pintu kamar maya.
"astaga orang cuma belakang situ lagian ini masih siang hari,"
"takut, di belakang ada mbok indri... Ayo lahh," ucap sintia memaksa.
"yaudah ayo," dengan malas, maya beranjak dari ranjangnya.
Posisi kamar mandi berada di luar rumah, tepatnya di samping pintu keluar dapur. Rumah bersama terbuat dari full kayu, bangunannya juga sederhana namun layak huni.
Siang itu cuaca sedikit mendung, terlihat mbok indri tengah menyingkirkan tampah tampah berisi tepung beras untuk di bawa masuk, "ada apa nduk?"
"enggak mbok ini lagi nemenin sintia ke kamar mandi. Katanya takut, oh ya mbok disini mbok Indri tinggal sendiri?"
"iya, beruntung ada kalian jadi mbok ada temennya. Kalian nanti ikut mbok ya ke balai desa, kenalan sama orang desa. Kalian kan bakalan lama disini," ajak mbok Indri.
"kan cuma seminggu mbok, tapi gak apa deh... Nanti saya ajak yang lainnya juga,"
"yakin cuma seminggu?"
"yakin lah mbok,"
"hmm ya sudah, kalau mau makan masak sendiri ya... Mbok biasanya makan ubi ubian, kalian pasti gak doyan kan?"
"doyan kok mbok, tapi ya gak terlalu... lebih suka makan nasi," ucap maya tak enak, karena memang ia jarang makan ubi ubian. Paling paling cuma makan keripik singkong.
"assalamualaikum mbok," ucap seorang pemuda yang langsung menarik hati maya.
"waalaikumsalam, masuk le udah mau hujan,"
"eh... siapa mbok?" tanya arya kaget karena melihat maya.
"ini anak anak dari kota, nanti kenalan juga ya sama yang lain,"
"gak perlu lah mbok," tolak arya malu.
"eh gak papa kok mas, aku maya salam kenal ya," ucap maya malu malu sambil menyodorkan tangan.
"saya arya mbak," balas arya ramah.
"may maya!!!" teriak farel dari dalam rumah.
"apa sih?"
"lo dimana?"
"di belakang,"
Dengan segera farel kebelakang rumah untuk menyusul, "gue cariin juga,"
"lah bukannya tadi lo bilang mau tidur? Ya gue biarin lah,"
"itu siapa?" tanya farel sedikit berbisik.
"ini mas arya, mas arya ini farel temen ku,"
"farel," ucap farel malas.
"saya arya,"
"le sini bantuin mbok, biarin maya sama temennya ke depan," panggil mbok indri.
"nggih mbok, monggo mas mbak kalau mau ke depan,"
"bentar mas, masih nunggu sintia di kamar mandi,"
"ayo, biarin aja nanti juga ke depan si sintia," ajak farel.
"ihh bentar," tolak maya, ia hanya ingin melihat arya lebih lama.
"udah ayo ah," dengan segera farel menarik tangan Maya untuk masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan sintia yang masih berada di dalam kamar mandi.
"apa sih... Iya iya gue bisa jalan sendiri kok. Apa sih lo,"
"jangan gampang akrab sama orang sini bisa gak?" tanya farel marah.
"ya kenapa? Mereka baik kok,"
"udah deh may, kita disini cuma seminggu aja. Gue harap lo gak bikin masalah,"
"masalahnya apa sih? Gue cuma di kenalin sama orang sini kok, lagian kita disini numpang ya harus baik juga lah sama orang orang sini. Oon lu!" kesal maya.
"gue bilangin juga, ngeyel banget sih,"
"lepasin gue monyet!" teriak maya, saqi sampai keluar kamar karena mendengar keributan.
"ada apa sih? Waktunya istirahat ini, gue capek anjing perjalanan jauh," tanya saqi emosi karena tidurnya terusik.
"ini nih temen lo, lepasin ihh!"
"rel rel, udah lepasin lo kenapa sih? Kesurupan apa lo? Satpol pp?" tanya saqi.
"kalian ngapain?" tanya sintia dari arah pintu dapur.
"ini nih si farel, dia gak mau lepasin gue," adu Maya.
"ya lo susah di bilangin,"
"ya lepasin kan gue udah masuk rumah!"
Sintia yang geram karena farel tak kunjung melepaskan tangan maya akhirnya maju untuk melepaskan tangan maya, "rel apaan sih,"
"huhhh udah udah pada istirahat sana, jangan berisik. inget ini di wilayah orang lain jadi jaga sikap," peringat saqi sebelum ia masuk kamar.
......................
Malamnya sintia dan maya tengah menyiapkan makan malam, mereka tak jadi mengambil video karena di luar hujan deras. Area dapur pun banyak yang bocor saking lebatnya hujan.
"mbok indri dimana?" tanya maya.
"mana gue tau may, gue gak lihat dari tadi bangun. Di kamarnya kali, lo tau kan kalau orang tua itu biasanya jam 8 nan pasti udah tidur. Kalau gak tidur ya intinya udah diem di kamar aja,"
"eh sin, lo tadi liat mas arya gak? Ganteng kan?" tanya maya antusias.
"iya ganteng, baru mau kenalan lo udah teriak teriak kayak monyet. Jadi gue masuk lah,"
"ya farel tadi yang bikin gue teriak teriak heboh. Lagian ngapain sih tu anak,"
"assalamualaikum," ucap seseorang dari arah luar pintu dapur.
"ih siapa may malam malam gini, ujan lagi. Takut ihh, kita panggil farel yuk,"
"yaelah, palingan mas arya itu," maya dengan segera berjalan mendekati pintu dapur, namun baru memegang handle pintu tangannya sudah di tarik oleh mbok Indri.
"jangan," bisik mbok Indri.
"kenapa mbok?"
Mbok indri dengan segera membawa sintia dan maya ke ruang makan, ia terlihat gelisah dan khawatir akan sesuatu hal di luar sana.
"kenapa mbok? itu kayaknya mas arya deh, hujan gini kasian kalau gak di bukain pintu," ucap maya khawatir.
"itu bukan arya, sudah jangan di buka kan pintunya. Kalau ada yang ucap salam atau ketok pintu malam malam jangan di buka. Sekalipun pintunya di gedor gedor," peringat mbok indri.
"emangnya kenapa mbok?"
"ya jangan pokoknya, sudah kalian kalau mau masak ya masak saja. Ayo mbok temenin,"
"iya mbok," ucap maya pasrah.
Setelah selesai masak, mbok indri segera mematikan lampu dapur dan menutup pintunya dari ruang makan, "selesai makan nanti piring kotornya tumpuk disini saja. Lampu dapur jangan di nyalakan lagi, kalau mau ke kamar mandi pakai yang disebelah kamar mbok aja ya,"
"iya mbok,"
......................
"mas arya," sapa maya yang tengah duduk di bangku depan rumah.
"eh mbak maya, pagi pagi udah di luar aja mbak,"
"iya mas, bosen di dalam gak ada sinyal soalnya. Mas arya mau kemana?"
"ini mau ke sawah, mau ikut?"
"mau mau,"
Maya yang senang sampai lupa untuk berpamitan pada teman temannya, padahal sebentar lagi mereka akan melakukan shooting video.
"mas arya sama mbok indri itu ada hubungan apa? Mas arya anaknya mbok indri?" tanya maya penasaran.
"oh bukan, mbok indri itu ipar ku,"
"apa?!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!