NovelToon NovelToon

I LOVE YOU, KANARA

Bab 1

Happy reading😇

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BUKKK!!!

Bangsat!

Brandon memaki dalam hati ketika sebuah motor matic menabrak mobilnya. Mobil yang baru dia beli tiga hari yang lalu. Masih baru dan harganya fantastis.

Pria itu keluar dari mobil dan membanting pintu mobilnya dengan kasar. Wajahnya tak lepas dari pelaku pengendara motor yang menabrak mobilnya.

Ternyata seorang wanita. Ia mendengus keras ketika mendapati wajah wanita itu yang tampak terpesona padanya. Wajahnya memang tampan, dia tahu itu. Tapi wanita ini, dari penampilan dan semua yang dia kenakan, bukan tipe Brandon.

"Minggir," Brandon mendorong tubuh wanita itu menjauh darinya dengan gaya angkuh. Lalu matanya menatap ke mobil bagian depannya. Pria itu menutup matanya dalam-dalam dan menatap kembali wanita yang berdiri dengan jarak setengah meter di depannya sambil berkacak pinggang.

"Kau buta? Tahu bawa motor?!" Sentak Brandon kesal.

Wanita itu tertunduk takut.

"Ma ... Maaf pak, saya betul-betul tidak sengaja. Tadi tangan saya tiba-tiba gemeteran dan kaki saya ..."

"Kalau tidak bisa bawa kendaraan, tidak usah beli kendaraan!"

Wanita itu tersentak. Selain angkuh, laki-laki itu galak sekali.

"Sa-saya akan mengganti kerugian anda." perkataannya sukses membuat Brandon menatapnya atas bawah lalu tersenyum miring.

"Kau yakin bisa membayar semua biaya ganti rugi?" pria itu mencibir.

Brandon adalah laki-laki yang rasional. Memang sekilas sikapnya ini terlihat bahwa dia adalah laki-laki yang sangat sombong, di tambah lagi dengan caranya menatap yang membuat wanita di depannya itu merasa terintimidasi.

Bukan menghina, tapi penampilan wanita ini tidak akan sanggup membayar ganti rugi mobilnya.

"Singkirkan saja motor bututmu itu jauh-jauh dan menghilang dari hadapanku." kata Brandon.

"Tapi tuan saya ..."

"Jangan jadikan kecelakaan ini alasan agar kau bisa mendekatiku. Aku tahu kau terpesona saat menatapku tadi." kali ini Brandon bergumam di telinga wanita itu.

Sudah banyak sekali pengalaman Brandon dengan banyak perempuan. Baik ketika dia berada di luar negeri mau pun di dalam negeri. Apalagi saat para wanita itu tahu dia sangat kaya. Tentu mereka akan mencari segala cara untuk menarik perhatiannya.

Dan Brandon paling kesal dengan wanita-wanita seperti itu.

"UNCLE!"

Suara Zane berhasil mengubah kekesalan Brandon. Pria itu merentangkan tangannya lebar-lebar sambil membungkukkan badan membiarkan Zane masuk ke dalam pelukannya.

"Hai, jagoan uncle. Gimana belajarnya?"

"PR Zane dapat sepuluh!"

"Wahh, keponakan uncle pintar sekali. Kalau begitu nanti sore kita beli hadiah mainan yang banyak buat Zane."

"Yeay!"

"'Cepet masuk ke mobil, kita jemput mommy Zane."

Ketika Zane sudah masuk ke dalam mobil, Brandon menatap lagi ke perempuan yang masih berdiri di dekatnya. Wajahnya berubah tak bersahabat.

"Kau tidak dengar apa kataku tadi?" katanya.

"Hah?" cengo perempuan itu.

"Singkirkan motor sialanmu itu!"

Wanita itu pun cepat-cepat memindahkan motornya dan berdiri di pinggir jalan. Ia menatap kepergian laki-laki tersebut kemudian membuang nafas panjang.

Motornya memang butut kalau berdekatan dengan mobil mahal laki-laki tadi. Bukan, bukan motornya. Itu adalah motor salah satu pembantu di rumah suaminya.

"Mama!"

Suara sang putra membuat pandangannya beralih. Kanara tersenyum memeluk putranya. Nama putranya adalah Bian. Sekarang sudah berusia sembilan tahun.

Kanara menikah cepat, yakni saat dirinya berusia delapan belas tahun. Pernikahan yang terpaksa dia lakukan dengan laki-laki kejam yang tidak dia cintai.

Semenjak ayah kandungnya meninggal, ibu tirinya yang ternyata hanya berpura-pura baik itu menjualnya kepada seorang laki-laki yang berkuasa dalam dunia bawah tanah.

Laki-laki tersebut adalah Damian Cooper, berusia 34 tahun dan menyandang status sebagai kepala mafia. Anak buahnya ada ratusan. Damian adalah laki-laki yang sangat kejam, pembunuh berdarah dingin. Kanara sudah pernah melihat laki-laki itu membunuh puluhan orang di depan matanya.

Setiap malam Kanara bermimpi buruk. Dia takut suatu hari nanti nyawanya dan putranya yang akan di ambil oleh Damian. Meski begitu, Bian bukanlah putra kandung Damian. Kanara sudah hamil dengan laki-laki lain sebelum mereka menikah. Itu sebabnya Damian selalu menganggapnya wanita murahan dan mengekangnya tiap hari.

Kanara sangat mencintai putranya. Bian adalah satu-satunya alasan kenapa dirinya masih bertahan hidup sampai sekarang. Dia tidak mau kalau dia pergi dari dunia ini, putranya akan tumbuh besar bersama seorang ayah yang kejam seperti Damian. Walau Damian bukanlah ayah kandung, tapi Bian tumbuh besar dengan laki-laki itu. Damian bahkan menyembunyikan fakta pada orang-orang dan mengatakan Bian adalah putra kandungnya. Kanara waspada, dia tidak ingin putranya tumbuh besar menjadi seperti Damian.

"Bian laper ma." ucap Bian.

"Kita makan di sana ya, kamu mau makan ayam kan?" Kanara menunjuk gedung KFC yang terletak di seberang sekolah itu. Bian mengangguk. Mama dan anak itu pun menyeberang jalan. Motor yang Kanara pakai untuk menjemput Bian tadi ia parkir di depan sekolah Bian. Rusaknya cukup parah jadi dia hanya bisa minta maaf pada pak Jogir, so pemilik asli motor tersebut.

Habis makan, Kanara pulang ke rumah bersama putranya. Mereka naik taksi. Keadaan rumah besar itu begitu tegang pada saat Kanara dan Bian sampai. Kanara tahu kalau situasi rumah sedang tegang begini artinya suaminya sedang tidak baik-baik saja.

"Nyonya Kana," Kanara menoleh pada laki-laki tua yang memanggilnya. Laki-laki itu adalah orang kepercayaan Damian. Namanya Max.

"Pak Damian sudah menunggu nyonya di ruangan kerjanya."

Kanara menahan nafas. Tiap kali Damian memanggilnya, rasanya nafasnya seakan mau berhenti saja. Tapi dia tidak dapat membantah. Kalau dia tidak pergi, Damian akan lebih menyiksanya lagi.

"Ma,"

Kanara melirik Bian yang memegangi tangannya. Wanita itu tersenyum pada sang putra.

"Bian masuk ke kamar ya, main mainan yang mama beliin kemarin."

"Bian mau ikut mama,"

"Nggak bisa sayang, cepat masuk ke kamar kamu."

Dengan pasrah bocah kecil itu pun patuh. Kanara lalu naik ke lantai atas, masuk ke dalam ruangan kerja sang suami. Ia melihat Damian sedang duduk tenang di meja kerjanya sambil memutar-mutar bola dunia yang terletak di atas mejanya.

Para wanita yang baru pertama kali melihat wajah tampan itu pasti akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, namun bagi Kanara, dia tidak akan pernah jatuh cinta pada pria itu, di matanya pria itu adalah iblis yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Kau dari mana saja?"

Suara berat itu membuat Kanara menelan ludah.

"Menjemput Bian."

BRAKKK!!!

Globe yang Damian mainkan tadi terlempar ke lantai. Pria itu berdiri dan menarik kasar tubuh Kanara, membantingnya ke sofa menindihnya dan merobek bajunya.

"Sudah ku bilang tiap kali kau keluar harus melapor padaku kan? Kau anggap aku apa bangsat!"

Kanara tersentak.

"Hhh ..." kali ini ia merasakan remasan kuat tangan Damian di buah dadanya yang sudah tak tertutupi kain lagi. Bra-nya sudah terlempar ke lantai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...TOKOH...

...BRANDON ...

...KANARA RUSADI...

...DAMIAN...

Bab 2

"Mas, Mas Damian ... Ahhh!"

Damian bermain terlalu kasar. Kanara tersiksa. Ia tidak pernah menikmati saat dirinya disetubuhi dengan kasar oleh laki-laki kejam ini, sekali pun laki-laki ini adalah suaminya yang sah.

Bagaimana dia bisa menikmati coba, pernikahan mereka tidak disertai dengan rasa saling mencintai. Bagi Kanara, Damian hanya menganggapnya sebuah barang yang bisa pria itu gunakan kapan saja dengan cara yang dia inginkan.

Tiap kali pekerjaan pria itu tidak lancar, Kanara akan menjadi pelampiasannya. Damian selalu menganggap sang istri seperti barang yang siap dia gunakan kapan pun dia mau.

Semenjak hari laki-laki itu membeli Kanara, dia selalu merendahkan sang istri. Mereka menikah secara sah, namun sampai detik ini hidup Kanara bak berada di neraka. Tidak pernah bahagia.

"Arghh!" Damian mengulum kuat daerah inti Kanara. Mengobok-obok bagian itu dengan kasar.

Kanara merasa tersiksa. Ia memang selalu dibuat orgasme oleh Damian berkali-kali, tapi sekali lagi, masih tidak ada cinta di hatinya untuk pria itu, dan tidak akan pernah ada. Banyak sekali tanda-tanda biru di bagian-bagian tubuhnya yang tidak terlihat, tanda yang sengaja diberikan oleh Damian.

"Sudah ku bilang berkali-kali kalau mau keluar jemput putraku harus ijin dulu padaku. Kau ingin melawanku hmph?!"

Milik Damian menusuk Kanara dengan cepat dan kasar. Kanara tak mampu melawan pria itu. Bagi orang lain, mungkin mereka akan mengatakan bahwa dirinya adalah wanita paling bodoh di dunia ini karena masih bertahan bertahun-tahun hidup dengan suami yang brutal seperti Damian, harusnya dia berani melawan, menceraikan pria itu dan melaporkannya.

Namun tidak segampang itu. Berada di posisi Kanara sangatlah sulit. Dia sudah mencoba kabur berkali-kali, tapi berkali-kali pula ia ketahuan oleh Damian. Bahkan sahabat baiknya yang pernah membantu dia kabur, telah di bunuh oleh Damian. Kanara merasa bersalah seumur hidupnya.

Cerai? Pengadilan tidak akan pernah menangani kasusnya. Damian mengenal banyak hakim, jaksa dan pengacara. Dengan kekuasaannya, dia sanggup membuat kantor pengadilan yang khusus mengurus perceraian, menolak permintaan Kanara dengan tegas.

Melapor tentang kekerasan yang dia terima kepada kepolisian? Huh! Jangan harap. Dan juga, kekerasan apa yang harus Kanara laporkan? Bahwa pria itu sangat kasar tiap kali menyetubuhinya? Itu bukan kekerasan namanya, hanya Kanara yang menganggapnya kekerasan karena dia dipaksa oleh Damian.

Damian juga dekat dengan para petugas yang katanya membela negara dan memberantas kejahatan itu. Di negara ini, banyak polisi tidak benar yang tunduk di bawah kekuasaan para mafia.

Sedangkan Kanara, dia hanya berasal dari keluarga pas-pasan yang tidak punya siapa-siapa untuk dimintai tolong. Dia tidak berkuasa seperti Damian. Mengharapkan tiba-tiba ada orang baik yang lebih berkuasa dari Damian datang menolongnya? Hal seperti itu hanya ada di film-film. Kanara tidak berani berharap.

"Ampun! Ampun mas! Ahh ..."

Kali ini Kanara benar-benar kewalahan. Dia tidak sanggup melayani Damian lagi.

"Ampun? Kau pikir aku akan mengampunimu begitu saja? Kau sudah tahu apa yang akan terjadi padamu tiap kali kau tidak patuh padaku kan?"

Bukannya berhenti, Damian malah makin brutal.

Air mata Kanara terjatuh. Rasanya sakit sekali. Di setubuhi dengan paksa, kalau kabur, bukan hanya dia yang di hukum, tapi putranya juga pasti akan di siksa sampai mati.

Tidak, Kanara tidak ingin putranya menderita, cukup dia saja.

"Pergilah, aku muak melihat wajahmu yang menyedihkan itu." ucap Damian melepaskan penyatuan tubuh mereka dan cengkeramannya dari Kanara.

Kanara mengenakan kembali pakaiannya lalu keluar dari ruangan itu. Meski Damian tidak melakukan kekerasan seperti memukulinya, namun setiap hari adalah neraka baginya.

Kanara menghapus air matanya dan memasang senyuman di wajah begitu sampai di depan kamar Bian, putra tercintanya.

"Mama!"

Bian yang asyik bermain dengan mainannya berlari kecil mendekati Kanara. Raut wajah bocah itu berubah saat melihat mata bengkak mamanya.

"Mata mama kenapa, kok bengkak?" Bian bertanya dengan raut sedih.

"Nggak apa-apa sayang,"

"Papa bikin mama nangis lagi? Bian benci papa!"

"Ssstt ... Jangan ngomong gitu. Nanti papa kamu denger, kamu bisa di hukum." Anak kecil itu terdiam. Umurnya sudah sembilan tahun, wajahnya memang tampan, namun ketampanan yang berbeda dari papanya, karena mereka sama sekali tidak ada hubungan darah.

Bian benci papanya. Karena papanya selalu menyiksa mama yang dia cintai. Mata mamanya selalu bengkak habis bertemu dengan papanya. Bian sudah cukup besar untuk mengerti kalau hubungan papa dan mamanya tidak harmonis. Karena papanya jahat. Tapi sebagai anak kecil, dia tidak bisa apa-apa. Kalau dia berbuat kesalahan dan di hukum oleh papanya, dia pasti menangis. Itu tandanya dia hanyalah anak-anak yang masih cengeng kalau merasa kesakitan. Bagaimana seorang anak-anak seperti dia menolong orang dewasa?

"Bian nggak suka tinggal di rumah ini ma, Bian mau tinggal berdua sama mama aja." gumam Bian pelan memeluk mamanya.

Kanara balas memeluk putranya. Dia juga ingin seperti itu, hanya tinggal berdua dengan putranya, menghilang jauh-jauh dari hadapan Damian, tapi apakah akan ada hari di mana mereka bisa terlepas dari laki-laki kejam itu?

"Bian sayang banget sama mama, kalau mama nggak ada Bian nggak tahu mau hidup bagaimana, mama janji nggak akan pernah tinggalin Bian kan?

Dor dor dor!

Bunyi tembakan berulang kali terdengar dari luar. Bian dan Kanara kaget. Kanara cepat-cepat menutupi telinga putranya yang sudah menangis. Bian tidak pernah lihat langsung papanya membunuh memang, tapi dia bunyi tembakan seperti ini selalu bocah ini dengar. Dan tiap kali dia mendengarnya, dia akan menangis, karena dia tahu papanya sedang berbuat jahat lagi dengan menyakiti orang lain.

"Brengseeek! Aku ingin kalian semua mati!"

Suara Damian terdengar menggelegar di luar sana. Kanara cepat-cepat mengambil headphone di atas meja belajar Bian, memakaikan ke sang putra dan memutar sebuah instrumen dengan volume cukup kencang agar putranya tidak mendengar suara kasar Damian.

Bian sudah tahu kalau mamanya sudah memakaikan headphone begini, dia tidak boleh kemana-mana.

Kanara berdiri keluar pintu, membuka sedikit pintu tersebut untuk melihat ke bawah. Wanita itu menggigil seketika melihat ada tiga mayat yang sudah tergeletak di bawah sana, sedangkan Damian memegangi pistol dengan santainya. Kanara menutup mulutnya sembari menahan agar air matanya tidak keluar.

Wanita itu pun menutup kembali pintu kamar tersebut, duduk di dekat Bian dan memeluk sang putra erat-erat. Air matanya baru terjatuh ketika memeluk putranya. Bian ikut menangis, mama dan anak itu menangis dalam diam sembari berharap bisa keluar dari tempat terkutuk ini.

Kanara menatap langit melalui jendela kamar Bian, bisakah sang Mahakuasa mengabulkan keinginannya? Dia hanya ingin hidup bebas bersama putranya. Tidak lebih, dia ingin menghilang dari kehidupan Damian.

Bab 3

Kanara sudah tidak tahan lagi. Kelakuan Damian semakin hari semakin parah. Laki-laki itu bahkan tak peduli lagi pada putra mereka yang masih kecil. Hampir setiap minggu dia menembak anak buahnya yang tidak bekerja dengan becus. Ada yang langsung mati, ada yang dia biarkan hidup.

Kanara tidak ingin putranya mengalami mimpi buruk setiap malam. Karena itu ia memutuskan mencari cara untuk kembali kabur. Kali ini dia dapat celahnya.

Ia tidak sengaja mendengar Damian akan berangkat ke luar negeri tiga hari. Rumah ini memang di jaga ketat. Tapi Kanara tanpa sengaja menemukan lubang anjing di belakang rumah. Tertutupi dengan pohon pinus.

Kanara akan membawa Bian kabur lewat lubang itu. Dia berdoa agar sang Mahakuasa melancarkan rencananya melarikan diri.

"Kau jaga anak dan istriku. Jangan sampai mereka kabur." Kanara mendengar pembicaraan Damian dan anak buahnya dari balik dinding tempatnya bersembunyi.

"Baik bos!"

Damian sudah siap berangkat malam ini. Koper yang dia bawa cukup besar, entah apa isinya. Kanara tahu di dalam koper itu bukan baju. Kemungkinan adalah uang tunai semua dan beberapa emas batangan. Kanara pernah tidak sengaja lihat Damian memasukan uang dan emasnya di koper tersebut . Laki-laki itu kemungkinan besar akan melakukan transaksi ilegal di luar negeri.

"Bos ingin saya panggil istri bos turun untuk mengantar bos pergi?" si anak buah bertanya.

"Tidak usah. Aku baru habis menyetubuhinya. Dia selalu menangis tiap kali aku menyetubuhinya, aku muak melihat wajah tersakitinya. Ingat, jangan sampai dia kabur." ucap Damian lagi.

Kemudian Laki-laki itu keluar dari rumah besar tersebut. Kanara cepat-cepat naik ke kamar, melihat kepergian Damian dari jendela. Lalu bernafas lega saat mobil yang dikendarai Damian melaju meninggalkan halaman rumah.

Kanara pun meraih tas ranselnya di atas meja kemudian berlari masuk ke kamar Bian. Putranya sudah tertidur. Ia harus bergerak cepat selagi semua pengawal suaminya sedang fokus dengan kepergian bos mereka. Penjagaan malam ini kurang begitu ketat, ada cela untuk Kanara kabur.

Wanita itu pun menggendong putranya dan segera keluar lewat belakang. Untungnya tak ada orang yang berjaga di belakang, jadi dengan leluasa Kanara bisa keluar lewat sa ...

Kanara cepat-cepat bersembunyi saat melihat ada dua orang bodyguard bertubuh kekar melintas di depan sana. Dia gugup sekali. Hampir saja. Dua pria itu hanya memeriksa keadaan di belakang, setelah di rasa aman, mereka pergi. Kanara baru bisa bernafas lega.

Wanita itu melanjutkan langkahnya secepat mungkin. Dia berharap putranya tidak bangun sampai mereka berhasil keluar, agar tidak menimbulkan suara yang dapat di dengar oleh pengawal Damian.

Sedikit lagi Kanara, sedikit lagi.

Gumam wanita itu dalam hati pada saat berusaha keluar dari lubang kecil itu. Kalau dia sendiri, pasti bisa keluar dengan lancar. Tapi dia berdua dengan putranya, jadi butuh waktu dan extra kesabaran.

Fiuuuh!

Kanara tersenyum. Mereka berhasil keluar.

"Mama?"

Bian terbangun. Wajahnya bingung melihat jalan raya.

"Kita di mana?"

"Di luar rumah sayang, kamu mau pergi jauh-jauh dari papa kamu kan?"

Bian menganggukkan kepala. Apalagi kemarin dia baru saja dipukuli oleh papanya. Bekas lukanya masih ada sampai sekarang.

"Kita mau kabur dari rumah?"

"Ssttt ... Jangan ngomong dulu ya. Sekarang kita harus cari kendaraan biar bisa bawa kita keluar dari daerah ini."

Bian langsung mengangguk patuh. Kanara menurunkan sang putra dan menggenggam tangannya lalu mulai berlari kecil. Matanya melihat kiri kanan, kalau-kalau pengawal suaminya sadar mereka melarikan diri dan mengejar mereka atau tidak.

Daerah ini jauh dari kota. Malah dekat hutan. Hanya ada beberapa rumah saja. Butuh waktu hampir dua jam kalau mau ke kota. Kanara sempat ragu akan mendapatkan kendaraan untuk meminta tolong membawa mereka keluar dari daerah ini.

Ibu dan anak tersebut sudah berjalan sangat jauh di kegelapan malam. Namun belum ada satu pun kendaraan yang lewat. Kanara sudah capek, terutama putranya. Wanita itu hampir putus asa, kemudian pandangannya jatuh ke sebuah mobil Mercedes-Benz sport putih sedang parkir di depan sana.

Ada seseorang yang sedang menelpon sambil bersandar di depan mobil tersebut. Posisi orang itu membelakangi mereka jadi wajahnya tidak keliatan. Yang pasti makhluk itu adalah manusia, seorang laki-laki yang perawakannya sangat bagus di lihat dari belakang.

"Mama,"

"Ssstt," Kanara cepat-cepat menutupi mulut Bian dengan tangannya. Takut suara mereka kedengaran oleh si laki-laki pemilik mobil.

"Ayo." Kanara menarik tangan Bian berjalan menuju belakang mobil.

Sebenarnya bisa saja dia langsung menampakkan diri ke pria itu dan meminta tolong padanya. Tapi Kanara memiliki sikap waspada yang sangat tinggi. Dia tidak kenal pria itu baik atau jahat, jadi sebaiknya tidak menunjukkan diri.

Kanara membuka bagasi mobil tersebut dengan sangat perlahan. Gugup? Tentu saja dia sangat gugup.

"Apa katamu? Aku ada di lokasi itu sekarang. Aku sudah melihat lokasinya. Menurutku lokasi ini tidak strategis. Dekat hutan rimba. Tidak mungkin aku mendirikan bangunan baru di tempat begini. Cari lokasi lain."

Terdengar suara pria itu berbicara dengan orang di telepon. Kanara dapat mendengar dengan jelas suaranya.

"Mama ..." Bian memanggilnya dengan suara berbisik, sang putra menarik-narik ujung baju mamanya.

Kanara lalu membantu sang putra masuk lebih dulu di bagasi mobil kemudian dia menyusul lalu menutup pintu bagasi dengan perlahan dan amat berhati-hati.

Kanara meringis pelan mengutik dirinya sendiri karena   bagasi tersebut cukup kuat bunyinya saat di tutup. Jantungnya berdebar-debar kencang memohon agar mereka tidak ketahuan si pemilik mobil.

Sementara itu laki-laki yang sedang menelpon di depan mobil menoleh ke belakang ketika mendengar ada suara. Tapi tidak memeriksa karena sibuk menelpon.

"Tahan ya sayang, asal kamu bertahan mama akan bertahan juga demi kamu." bisik Kanara memeluk putranya yang berbaring dalam pelukannya. Untungnya bagasi mobil ini cukup besar hingga Kanara dan Bian tidak terlalu tersiksa bersembunyi di dalam sana.

Bian menyapu-nyapu pipi mamanya penuh sayang lalu mengecupnya.

"Bian sayang mama." Kanara tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Kemudian keduanya terdiam begitu mendengar ada yang masuk ke dalam mobil.

Mobil itu lalu melaju meninggalkan lokasi tersebut. Entah mau pergi ke mana Kanara tidak peduli. Yang penting dia dan putranya bisa keluar dari daerah ini.

Perjalanan itu membutuhkan waktu lebih dari dua jam, sampai badan Kanara pegal semua. Ia baru lega saat mobil tersebut berhenti.

"Mobilnya berhenti ma!" suara kencang Bian berhasil menarik perhatian si pemilik mobil. Laki-laki itu keluar dari mobilnya, berjalan ke belakang dan membuka bagasi. Betapa kagetnya dia melihat ada seorang wanita dan anak kecil di dalam sana.

"Kau!" Pria tersebut masih ingat wajah si wanita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!