SEBUAH BUKU AGENDA
Richesse (kekayaan), Honneur (kehormatan), Beauté et belle apparence (kecantikan dan ketampanan). Semua itu tidak menjamin kebahagiaan, karena kebahagiaan di dapat dari diri kita masing-masing.
~Four~
...🖤🖤🖤...
(Sebuah kisah cinta. Dimana setiap harinya aku menunggu kabar baik dari Takdir dan Tuhan. Di setiap bulan, aku selalu memandang ke arah kalender, untuk menghitung perpisahan kita.)
~Cassea Laura Chadwick~
...***...
Desa Schengen - Paris.
01 April 2011.
Tap, tap, tap! Suara langkah kaki yang tengah berjalan, dimana jalanan tersebut tidak begitu ramai orang, karena tempat itu seperti desa di salah satu daerah yang bertepatan di kota Paris. Seorang wanita dengan pakaian berjas putih kini sudah berdiri di depan salah satu rumah yang ada disana, rumah itu tidak sunyi seperti rumah yang lainnya. Melainkan banyak orang yang tengah memasang wajah sedih.
Tiba-tiba dua orang pria menghampiri wanita berjas putih yang masih berdiam diri di depan rumah.
“Aami!!” sapa kedua pria yang kini berjalan ke arahnya. Mendengar namanya di panggil, Aami menoleh dengan senyuman tipis. Saat mereka saling berhadapan, mereka berjabat tangan dengan senyum lebar seolah teman lama yang kini bertemu kembali.
“Apa kabar Darrel!! Dan— ” Berhenti seketika sambil meneliti pria yang satunya. “Curtis!!” lanjut pria yang tadi dipandang nya. Seketika tawa kecil keluar dari mulut Aami.
“Ah, iya! Maaf, aku sedikit lupa.” Darrel dan Curtis tertawa kecil mencoba memaklumi nya.
“Ayo masuk!” ajak Darrel tersenyum.
Kini mereka bertiga masuk ke dalam rumah tersebut, saat itu juga sebuah foto yang menandakan seseorang itu sudah meninggal, berdiri tegak di hadapan Aami dan kawan-kawan. Air mata tidak terasa menetes membasahi pipi coklatnya. Melihat bahwa temannya menangis, perlahan Darrel memegang pundak Aami.
“Kau mau melihat isi kamarnya?” tanya Darrel lembut. Aami mengangguk pelan dan mengikuti langkah Darrel dari belakang hingga sampai di sebuah kamar yang sudah tidak asing baginya. Perlahan Aami masuk ke dalam sambil mengamati seisi ruangan di dalamnya.
“Kami akan menunggumu di luar.” Ucap Darrel mengajak Curtis pergi keluar meninggalkan Aami sendiri di dalam kamar. Ruangan menjadi hening dan dingin, Aami menghampiri sebuah kotak yang berukuran sedang. Kotak itu berada tepat di atas meja di depannya ia berdiri. Tangan Aami mengusap kotak itu yang ternyata terkunci. Dan dari belakang sebuah tangan menepuk pelan pundaknya, seketika Aami terkejut dan menoleh ke belakang.
“Bibi!” sapa Aami yang melihat bahwa itu adalah ibu dari temannya yang sudah meninggal. Kini mereka memilih duduk di atas tempat tidur berwarna abu-abu, dengan tatapan sendu.
“Aku tidak menyangka kalau dia akan pergi secepat ini.” Kata Aami yang mulai bersedih.
“Tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput kita, tapi Bibi bangga kepada-nya! Dia meninggal karena menyelamatkan seorang anak!! Bibi sangat bangga padanya!” Melihat bibi itu juga mulai menangis, membuat Aami berdiri dan memeluknya. Mencoba untuk menenangkan wanita yang lebih tua darinya walaupun air mata tak bisa menipu.
“Dia sangat baik Bi. Dia sama seperti pahlawan!” ucap Aami dengan isak tangisnya.
Mata yang sudah penuh dengan air mata, kini melihat kotak yang terkunci dan membuat banyak tanda tanya yang sangat penasaran dengan isi nya. Seketika Aami berhenti menangis, dan bertanya kepada bibi tersebut.
“Bibi! Itu kotak apa?” tanya Aami menunjuk ke arah kotak tersebut yang mana wanita tua itu ikut menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Aami.
“Itu kotak rahasia milik nya, dia berpesan kepadaku untuk memberikan kotak itu kepada seseorang.” Jawab bibi itu. Aami semakin penasaran.
“Seseorang? Siapa?” tanya nya lagi, hingga bertambah rasa penasarannya.
“Cassea!”
Deg!
Mendengar jawaban dan nama yang di sebutkan oleh ibu dari temannya itu, membuat Aami terkejut. Saat diam melamun, tiba-tiba sebuah kunci mendarat di tangan nya dan membuat nya berhenti dari lamunan, seketika saat wanita tua itu menatapnya.
“Apa kau bisa mengabulkan permintaan terakhir temanmu? Bibi mohon padamu. Bibi tidak bisa memberikan nya karena sebuah alasan yang tidak bisa Bibi katakan padamu.” Ucap bibi itu. Aami tersenyum menerima dengan senang hati tanpa pikir panjang.
“Bibi tenang saja, aku berjanji akan memberikan kotak ini kepada Cassea!” Aami mencoba meyakinkan wanita yang sudah berkepala enam.
“Merci (Terima Kasih)!” Balas bibi seraya memeluk Aami.
Saat Aami hendak keluar sambil membawa kotak tersebut, bibi tadi memanggil dan menghampiri Aami dengan membawa sebuah buku hitam yang tidak terlalu besar. Dan seketika ibu teman-nya tadi, memasukkan sebuah buku ke dalam tas Aami yang masih menggantung di lengan kanan nya.
“Bacalah saat di rumah.” Bisik ibu dari teman-nya itu. Aami mengerti dan pamit pergi keluar, saat dirinya sudah keluar dengan membawa sebuah kotak membuat dua temannya tadi ikut penasaran dengan isinya.
“Sepertinya berat, apa itu?” tanya Curtis hendak menyentuh kotak itu. Tapi Aami langsung berpaling dan melarang nya untuk memegang.
“Jangan sentuh ini, ini kotak milik teman ku!” Ketus Aami melarang.
“Kenapa tidak boleh, kami juga temannya.” Kata Curtis tidak terima.
“Iya, kenapa hanya kau saja yang boleh?” tambah Darrell.
“Karena aku istimewa!” jawab Aami tersenyum manis.
Tiba-tiba dari belakang sang pemilik rumah mencubit lengan Curtis sehingga membuatnya terpekik merasa kesakitan.
“Sudah jangan dengarkan mereka!” ucap ibu teman-nya dari belakang.
“Maaf Bibi, aku tidak bisa lama, karena sebentar lagi suamiku akan pulang dari kerjanya! Tapi lain kali aku akan mampir kesini lagi.” Ucap wanita berkulit coklat itu.
“Bibi mengerti! Pulanglah!” Balas bibi itu dengan senyuman.
Aami tersenyum. Sebelum pergi dia tidak lupa untuk berpamitan kepada kedua teman prianya, kini hanya mereka berdua yang tersisa. “Jaga dirimu!” Kata kedua teman konyolnya itu. “kalian juga jaga diri baik-baik!” Balas Aami tersenyum lebar.
Mereka kembali berpisah, Aami juga harus pulang tepat waktu sebelum suaminya datang lebih dulu.
...***...
Hari sudah menjelang malam, sementara Aami baru saja tiba di rumahnya, karena dia menempuh perjalanan sedikit jauh. Saat tiba di rumah, ternyata suaminya belum pulang, dengan segera dia menyiapkan makan malam. Menghabiskan waktu dua jam untuk membuat makan malam yang spesial.
Sampai, suaminya datang.
Aami menyambut dengan kecupan singkat dari suaminya. Sehingga mereka memulai makan malam bersama.
“Apa kau sudah bertemu teman mu?" tanya pria jakun berambut cokelat berkulit putih itu menatap istrinya.
“Sudah. Rasanya masih tidak menerima semua ini.” Dengan wajah murung yang masih tidak bisa melepas kepergian teman lamanya. Tentu saja, temannya itu sangat-sangat baik dan pemberani kau tahu.
“Jangan bilang seperti itu, itu hanya membuat temanmu tersiksa di sana! Doakan saja yang terbaik untuknya!” Balas suaminya sembari memegang tangan sang istri.
Aami tersenyum melihat suaminya, begitu juga suami Aami yang membalas senyuman istrinya itu. Mereka melanjutkan makan malam nya, seperti biasa. Hingga kegiatan lainnya seperti tidur malam dan lain sebagainya pun berlanjut.
.
.
.
Keesokan paginya, suami Aami yang baru saja berangkat kerja membuat Aami kembali sendirian di rumahnya.
“Hati-hati di jalan!” ucap istri tercinta.
“Iya, tunggu aku di rumah!!” Aami mendapat kecupan di kening nya yang diberikan oleh suami tercinta. Setelah melihat suaminya sudah pergi. Seketika dia teringat dengan buku yang masih ada di dalam Tas miliknya. Dengan berjalan sedikit cepat Aami mengambil tasnya dan mengeluarkan buku yang dimasukan oleh ibu teman-nya kemarin.
Kini wanita berkulit coklat itu tengah siap, duduk di sebuah sofa ruang tamu, sambil membawa sebuah buku yang tidak terlalu besar di tangan nya.
Dia mengamati buku yang terlihat tua dan berwarna hitam tersebut, dengan tulisan Perancis, Livre Agenda yang artinya adalah (Buku Agenda). Aami membuka halaman pertama, dalam buku tersebut, terdapat tulisan nama ZACH DAWSON nama pemilik buku. Halaman kedua perlahan dia buka seperti sebuah tulisan tentang cerita yang diawali dengan sebuah tanggal. Melihat itu seketika ekspresi wajah Aami berubah menjadi serius.
“Apa ini sebuah cerita?” gumam pelan Aami yang bertanya-tanya pada dirinya sendiri, yang juga sangat penasaran. Dia membaca barisan pertama dari tulisan yang tercantum di dalam buku tersebut. Buku yang ia juga tidak tahu, bahwa temannya menulis sebuah Diary.
...°°°...
Hai guyss!!!!! Jangan salah paham dulu ya! Ini murni novel milikku ya dari apk orange aku pindah kemari dan iya, ini kisah cinta angst jadi siapkan hati kalian dan siapkan tisu sebelum membacanya 🤧
Cerita akan berfokus ke buku agenda yang dibaca yaa, semoga kalian faham dengan alurnya 😅 🙏
Ini juga masuk ke list aku Light Romance yaaaa di my profil walaupun sedikit ada adegan Action😁 Update setiap hari dan di malam hari 😌 Mohon bantuannya dan dukungan kalian yang sangat-sangat membantu para penulis huhuhu 🙂☺️🙏
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!!
LIKE ☑️
COMENT ☑️
VOTE ☑️
RATE ⭐ 5 ☑️
FAVORIT ☑️
Thanks and See Ya ^•^
MASUK KE CERITA AGENDA
("Thursday 23 February 2010. Saat itu aku duduk di dalam mobil, seketika mataku tertuju kepada seorang wanita cantik dengan jaket tebal dan rambut indah yang panjang terurai sedang berlari di bawah turun nya salju— ")
...📖📖📖...
Thursday 23 February 2010 - Kota Paris.
-POV AUTHOR
Di dalam keadaan turun nya salju yang tidak begitu deras, seorang wanita cantik dengan rambut indah panjangnya tengah berlari keluar dari rumah seseorang. Dengan air mata yang hampir tidak ada yang bisa melihatnya, wanita itu masih berlari sampai di jalan raya, dia tidak berniat menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi.
Disisi lain seorang pria mengamati dirinya di dalam mobil, hingga air mata yang juga terlihat seperti es, milik si wanita tersebut. Wanita itu dengan sabar berjalan menelusuri jalanan yang terasa dingin, hingga dia tidak sadar bahwa dia sudah sampai di rumah nya. Rumah yang begitu mewah dan megah milik keluarga Chadwick. Sebuah keluarga paling terpandang di kota tersebut. Wanita itu masuk ke dalam rumah, dia tiba saat matahari baru saja tenggelam. Saat dia sudah masuk melewati pintu, suara tegas dan tinggi memanggilnya dari belakang.
“Cassea! Kau dari mana?” suara itu begitu dia kenal, dingin dan tegas. Wanita yang di panggil Cassea itu, segera berbalik memandang sang ayah. Tatapan tajam yang masih sama.
“Aku baru saja pergi ke suatu tempat." Jawab Cassea pelan dan sedikit malas meladeni ayahnya, tentu saja! Setiap kali mereka berbincang, maka pertengkaran akan terjadi.
“Jangan berbelit-belit, katakan kau dari mana?” suara meninggi. Dengan memberanikan diri Cassea menjawab pertanyaan ayahnya dengan tegas.
“Kenapa? Apa aku juga harus mengatakan aku pergi kemana? Cukup jika Ayah hanya melarang ku dekat dengan seorang pria." Ucapnya berani karena sudah terlalu lelah, akan larangan ayahnya. Disaat semua wanita seumurannya menikmati kisah cinta mereka, namun Cassea?? Dia tidak melakukannya karena larangan dari sang ayah.
“CASSEA!!” Bentakan keluar dari mulut ayahnya, membuat ibu dan saudari tirinya ikut keluar kamar dan melihat apa yang terjadi di ruang tamu.
“Cukup! Apa kau tidak bisa mendengarkan ayahmu ini. Kau sama seperti ibumu.” Ucap ayahnya yang kini mulai murka. Mendengar kata itu lagi, Cassea tidak terima dan ikut merasa marah kepada ayahnya.
”Sudah Ayah. Kenapa Ayah selalu menyalahkan ibu, aku tahu ibu sudah mengkhianati kita, tapi dia tetap ibuku.” Jawab Cassea membela ibunya yang sudah lama pergi, entah kemana? Kedua orang itu selalu bertengkar, layaknya musuh. Padahal ayah dan anak kandung.
Cassea memilih masuk kedalam kamar. Sementara Emma (ibu tiri Cassea) berusaha menenangkan Lowray, ayah Cassea. Sedangkan Kheysa atau yang biasa di panggil Khey, memilih masuk dengan tatapan malasnya.
“Sudah biarkan saja dia.” Ucap Emma, namun masih tidak membuahkan hasil.
Lowray tidak menghiraukan ucapan nya dan memilih masuk kedalam. Sementara Cassea yang kini duduk di sebuah kursi sambil memandang ke arah jendela yang terlihat bahwa butiran salju masih turun dengan perlahan. Seketika ia merasakan rindu yang sudah sangat-sangat lama dia pendam.
“Ibu, kau ada dimana sekarang? Aku merindukan mu!” gumamnya yang mengutarakan kerinduannya kepada diri sendiri. Dia sangat merindukan ibunya yang sudah lama pergi entah kemana? Yang Cassea ingat, mereka sudah berpisah selama 13 Tahun. Mungkin lebih.
...***...
Bulan Maret, 08:02 PM.
Hari demi hari salju mulai mencair, jalanan yang tadinya berwarna putih, kini menjadi seperti semula. Tahun sudah mulai berganti, bahkan salju pun sudah tidak ada di jalanan. Di sebuah ruangan gelap dengan lampu kelap-kelip dan suara musik yang begitu keras, ditambah sorakan orang yang begitu ricuh, menandakan bahwa itu adalah sebuah Club Malam.
Club.
“Ayo, Cassea! Kau pasti bisa wohhh..!!” sorak dari teman-temannya. Ternyata mereka tengah melakukan perlombaan meminum sepuluh gelas berisi minuman keras. Cassea yang duduk berhadapan dengan seorang pria yang disebut lawan mainnya juga berusaha menang, sementara teman-temannya berdiri melingkari mereka berdua. Hingga gelas terakhir milik Cassea sudah habis dan membuat dirinya menang. Sungguh kuat organ tubuh wanita itu, karena hampir setiap hari, Cassea pergi ke club dan meminum banyak alkohol.
Tak heran jika banyak teman-temannya yang menjulukinya sebagai Drinking Woman. Seorang wanita yang selalu menang dan kuat meminum banyak alkohol. Tapi Cassea memiliki alasan lain kenapa dia meminumnya.
“Yeah... Wooooo!!!! Kau lihat, aku menang dan kau kalah!! Kau harus menurut denganku!! Hahaha.." Seru Cassea yang masih setengah sadar dengan wajah mengejeknya dan tertawa puas.
Wanita itu berlari ke kerumunan dan ikut menari disana. Sementara pria yang dikalahkan Cassea masih diam karena merasa pusing. Di sana sangat gelap, membuat wajah Cassea tidak terlihat, disana Cassea sangat senang seolah dirinya merasa terbang bebas.
Hingga dia bersenang-senang sampai tengah malam. Teman-teman Cassea hanya berani mengantarnya sedikit jauh dari arah rumahnya, karena mereka tahu betapa kejamnya ayah dari Cassea Laura Chadwick itu.
“Terima kasih sudah mengantarku, dah!!” pamit Cassea dengan senyuman dan lambaian tangan.
“Bye...!!!” balas teman-temannya.
Dengan perlahan Cassea membuka pintu dan masuk kedalam rumah. Saat itu keadaan rumah sangatlah gelap, tapi tiba-tiba lampu menyalah, ketika wanita itu menutup pintunya kembali. Cassea terkejut karena melihat keluarganya sudah berdiri seolah menunggu kepulangan nya.
Ayah Cassea terlihat sangat marah, ditambah melihat penampilan putri pertamanya yang seperti wanita nakal. Bagaimana tidak, saat Cassea tidak pergi ke club, dia berias layaknya seorang putri dengan riasan natural. Tapi saat dirinya berada di club maka penampilannya sangat berbeda. Cassea merias wajahnya dengan riasan menor dan juga memakai pakaian yang terlihat seksi.
Lowray berjalan lebih dekat dengan keberadaan Cassea. Hingga keduanya saling pandang dengan jarak satu kaki saja.
“Apa kau habis dari Club lagi?” tanya Lowray tegas dan terlihat santai dengan tatapan tajam yang selalu ia berikan kepada putrinya.
Cassea juga mengangguk pelan dan santai, menjawab. “Iya.”
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulusnya. Melihat itu ibu dan Khey membulatkan matanya, terkejut dan merasa nyeri sendiri di bagian pipi mereka.
Sementara Cassea yang merasakannya, menahan sakit karena tamparan tadi, dengan dua tangan yang masih tegak. Nampak luka memar di sekujur pipi Cassea hingga mata berkaca-kaca.
“APA KAU TAHU INI JAM BERAPA? APA KAU TAHU DIRIMU SEORANG WANITA?” sentak ayahnya hingga jantungnya ingin copot sendiri. Kedua tangan Cassea terkepal kuat.
“Iya, aku tahu. Aku tahu kalau Ayah melarang ku untuk melakukan sesuatu, meski itu perbuatan baik.” Kesal Cassea tatkala emosinya selalu meluap saat bertengkar dengan ayahnya.
“Jangan membantah Ayah, jika tidak Ayah akan menikahkan mu dengan seseorang.” Bentak Lowray keras. Cassea mulai berkaca-kaca, sementara Emma dan Khey masih setia menjadi penonton di sana. “Ck. Menikah? Ayah bakal tidak percaya dengan cinta.” Dengus pelan Cassea tersenyum miring.
“Kenapa Ayah selalu seperti itu? Apa karena wajahku mirip dengan Ibu? Sifat ku, dan itu mengingatkan Ayah akan dirinya kan.” Wanita itu masih tidak mau kalah.
“CASSEA!!!” Ayahnya semakin marah dengan ucapan Cassea yang terus membantah dirinya apalagi membawa mantan istrinya itu. Cassea tidak peduli, dia lebih memilih masuk ke kamar, dimana itu tempat paling aman baginya. Daripada terus menerus bertengkar dan berdebat dengan ayahnya.
Cassea tidak suka dengan kehidupannya, meski dia anak orang kaya yang memiliki banyak cabang perusahaan dan juga anak seorang Mafia terbesar di negara Prancis. Tapi itu tidak menjamin kebahagiaan nya.
Semenjak ibu dan ayahnya pisah, Cassea yang memiliki keluarga baru merasa terasingkan. Bisa di katakan bahwa dirinya adalah wanita Broken Home, hingga menjadikannya wanita nakal tapi masih dengan hati yang baik.
Sebelum mereka tinggal di kota Paris. Cassea, ayah dan ibu kandungnya tinggal di kota Chicago. Dan nama Cassea bukanlah Cassea Laura Chadwick, melainkan Nita Laura Chadwick. Ayahnya sengaja mengganti nama putrinya agar ibu atau mantan istrinya itu tidak bisa mengenali putrinya saat bertemu.
Melihat putrinya masuk begitu saja, membuat Lowray menahan amarahnya lagi dan memilih masuk ke dalam ruang kerja miliknya. Sementara ibu dan saudari tirinya masih berdiam diri.
“Ibu, semakin hari semakin panas disini.” Ketus Khey.
“Sudah kau diam saja." Balas ibunya sedikit tegas.
Di dalam kamar, Cassea masih menangis. Saat dirinya merasa sedih, dia teringat dengan ucapan sahabatnya saat di Chicago. Ya! Sahabatnya, sekaligus teman pertamanya.
Cassea menyiapkan sebuah balon berwarna kuning, lalu melukisnya dengan wajah Smile dan lambang namanya, juga nama sahabatnya dulu. N dan E yang artinya, Nita dan Elan.
Tidak lupa juga dia memberi sebuah tali di balon itu. Cassea mendekat ke arah jendela besar yang berada di kamarnya, perlahan dia melepaskan balon itu, sehingga terbang ke langit malam. Senyuman terukir di wajah Cassea, balon bergambar Smile tersebut sudah terbang menjauh entah kemana.
Di sisi lain. Seseorang yang asik mengendarai mobil, terkejut dan berhenti saat melihat sebuah balon kuning dengan Smile mendarat tepat di depan kaca mobilnya. Pria itu turun dan meraih balon tersebut, seketika senyuman terlukis di bibir tipisnya. Meski Cassea sudah lama berpisah dengan sahabat yang dia idolakan dan cintai, dia masih setia dengan perasaan nya yang menunggu kedatangan nya.
Perasaan dan keyakinan Cassea lah yang membuat dirinya tetap kuat menjalani takdir yang berlika-liku.
TIDAK ADA CINTA DI KELUAR CHADWICK
Suara burung berkicau dengan ditemani terbitnya matahari pagi. Cassea segera bersiap karena hari ini dia ada kelas di kampus nya. Ya! Wanita itu kuliah di salah satu University yang terkenal di kota Paris. Karena umur Khey dan dirinya sama, alhasil ayahnya memasukkan kedua putrinya di kampus yang sama tapi berbeda kelas.
Di ruang makan, semua keluarga Chadwick sudah berkumpul dan menunggu kedatangan Cassea. Ayahnya menatap Arloji yang melekat di tangan nya. Tak lama kemudian Cassea turun dan hendak melewati ruang makan, sampai suara ibunya menghentikan langkah kaki Cassea.
“Cassea! Kau tidak sarapan?” panggil Emma lembut seperti biasa. Namun tidak dalam hatinya.
“Tidak, aku akan sarapan di kampus." Jawab Cassea yang membuat Khey menahan rasa kesal nya. Tentu, dia tahu Cassea tidak menyukainya dan ibunya.
“Bisa tidak kalau lain kali kau mengatakan lebih awal, jika tidak ikut sarapan bersama. Dari tadi kami menunggumu, kasihan ayah bisa terlambat ke kantor nanti." Ketus Khey pelan mencari perhatian. Mata Cassea melirik ke arah Khey dengan wajah datar. Dia sangat tahu, wanita picik itu selalu mencari perhatian ayahnya.
“Maaf kalau membuat kalian menunggu, aku berangkat dulu."
Cassea yang menjawab tanpa ekspresi dan pergi begitu saja, lagi-lagi membuat ayahnya bingung harus bagaimana menghadapi putri kandungnya itu.
Meski Cassea terlahir dari keluarga kaya dan terpandang, Cassea selalu memilih jalan kaki dan naik bus, dari pada membawa mobil sendiri seperti Khey yang layaknya orang kaya. (Padahal benar, anak orang kaya). Namun Cassea lebih suka mandiri.
...***...
Pelajaran berlangsung — Universitas Paris
Cassea yang merasakan terbang ke langit bersama pesawat kecil yang memiliki sayap layaknya burung, dan mendarat di sebuah awan yang sangat empuk, dan memiliki dua bola mata yang lucu sehingga dia ingin memeluk dan memejamkan matanya. Seketika dia mendengar suara wanita yang memanggil namanya berkali-kali. Itu sangat mengganggu.
“Cassea.. Cassea.. Bangun!!” panggil pelan Lea yang mencoba membangunkan temannya itu dan menyenggol lengan Cassea berulang kali. Cassea yang mulai sadar, langsung terbangun, melihat dua mata yang saat ini sudah menatapnya tajam di depan kelas.
Sial! Pelajaran guru killer!
“Cassea Laura Chadwick! Apa kau tahu kita dimana? Kita ada di dalam kelas." Tegas dosen yang terkenal galak, mungkin karena usianya yang sudah berkepala empat.
“Maaf, Bu.” Kata Cassea menunduk penuh penyesalan.
“Aku tahu kau murid terbaik dalam pelajaran melukis— " Ucap dosen Cloe meninggi. Dengan kacamata yang masih berada di tengah-tengah hidung mancungnya.
“Terima kasih, Bu!!".Cassea senang mendengar pujian itu.
Ibu Cloe yang mendengar dan melihat wajah Cassea tersenyum karena pujiannya tadi. Membuat darah tuanya mulai mendidih.
“O.. M.. G Hallow! Sekarang Ibu memintamu keluar! SEKARANG!" Pinta ibu Cloe seketika.
Cassea langsung berdiri dari duduknya dan menatap dengan wajah memelas. “Maafkan aku Ibu Cloe, aku tidak akan mengulang— "
“No, no, no, out right now! (Keluar sekarang juga)!”" Paksa ibu dosen kejam itu sembari menunjuk ke arah pintu tanpa pengampunan.
“Tapi Bu— ” KRINGGG!!!!
Belum selesai bicara. Bel berbunyi menandakan kalau pelajaran Cassea sudah berakhir, kini Cassea tersenyum karena tidak jadi keluar dan nilai juga tidak akan berkurang. Ibu Cloe yang melihat Cassea tertawa menatapnya dengan tajam, sementara Cassea yang tadinya tertawa langsung terdiam setelah melihat tatapan itu. Ibu Cloe keluar dari kelas, Cassea terduduk di kursinya dengan perasaan lega.
“Kau sangat beruntung karena bel berbunyi di saat yang tepat, haha!!” ucap Lea teman dekat Cassea sedari SMA di Paris. Dia manis dan baik.
“Tuhan sangat menyayangi ku!!” ucap syukur Cassea.
Saat asik mengobrol bersama. Tanpa di undang, tiga teman pria Cassea datang menghampirinya.
“Hai kalian berdua!" sapa-nya tersenyum lebar.
“Hai Joe!" sapa bersamaan Cassea dan Lea dengan senyum ramah sekaligus melambai kecil.
“Malam ini club baru akan dibuka, kau mau ikut Drinking Woman?” ajak Joe tersenyum melihat ke arah Cassea. Cassea melirik ke arah Lea, sementara Lea memberi kode kepadanya dengan menggelengkan kepala.
“Akan ku pikirkan.” Jawab Cassea tersenyum.
“Baiklah! Pastikan jika Drinking Woman mencobanya lebih dulu!” balas Joe tersenyum seraya mengedipkan satu matanya ke arah Cassea. Setelah ketiga pria itu pergi, Lea langsung memberikan teguran kepada temannya itu.
“Cassea sampai kapan kau akan pergi ke club dan minum-minuman keras?” Tukas Lea geram dengan kegiatan temannya.
“Sampai aku merasa bosan!!”
Mendengar jawab seperti itu, Lea menarik napas sembari memutar kedua bola matanya.
“Come on Cassea, kau bisa sakit nanti." Lea masih takut dengan keadaan temannya itu. Tentu saja! hampir setiap hari wanita bernama Cassea itu meminum beer.
“Aku sudah terbiasa merasakan sakit, Lea." Jawab Cassea masih enggan memperdulikan kekhawatiran teman nya itu.
“Sakit karena tamparan Ayahmu!!” ucap Lea sembari tersenyum dan memperlihatkan dua lesung pipinya.
“Itu kau tahu!!" balas Cassea juga tersenyum.
Ding! Ding! Ding!
Suara bel lagi-lagi berbunyi, sebuah pengumuman mengatakan bahwa besok akan diadakan kemah musim panas khusus kelas Cassea dan juga Khey. “Kenapa mendadak sekali?” kesal Lea.
“Entahlah.” Balas Cassea yang juga tidak siap.
Cassea dan Lea yang sudah berada di luar kampus, kini saatnya mereka berpisah. Sama seperti pagi tadi, Cassea masih setia dengan jalan kakinya sampai sebuah mobil berwarna merah berhenti di samping Cassea tepat.
“Cassea, naiklah kita pulang bersama!!” ajak Khey ramah. Tapi Cassea menolaknya mentah-mentah.
“Tidak, terima kasih! Kau nikmati saja mobil mewah mu itu." Ucap Cassea yang melanjutkan perjalanan nya.
Khey menutup jendelanya dan mulai merasa muak dengan semua ucapan Cassea. “Dasar sombong.” Gerutu Khey.
Sementara Cassea tahu kalau Khey tidak baik, terkadang dia cemburu dengannya karena dari kecil khey selalu mendapat pujian dari sang ayah. Dia merasa kalau ayahnya lebih sayang kepada saudari tirinya itu.
Two Hours Later. (Dua Jam Kemudian)
Khey yang menaiki mobil, pulang lebih dulu. Sementara Cassea baru tiba di depan gerbang yang selalu di jaga oleh dua orang penjaga Mafia milik ayahnya. Ya! Kalian tidak salah dengar— Lowrey Chadwick adalah seorang pengusaha sukses sekaligus seorang mafia.
“Hey, kemari lah!” panggil Cassea melambai kepada salah satu penjaga gerbang di rumahnya.
“Ada apa Nona?” Menatap tegas kearah wajah Cassea dengan hormat.
“Apa Ayahku ada di rumah?” tanya putri pemilik rumah tersebut.
“Iya Nona! Tuan Lowrey baru saja tiba.” Jawab pengawal masih dengan suara normal.
“Baiklah, terima kasih!” Cassea memandang rumah mewahnya itu dengan tatapan seduh. Dia berusaha mengontrol amarah dan ketakutannya kepada sang ayah. Hampir setiap hari mereka selalu bertengkar, tidak ada keharmonisan di dalam rumah keluarga Chadwick.
“Come on Cassea, you can do it! (Ayo Cassea, kau pasti bisa)!” gumamnya menarik nafas panjang dengan dua alis terangkat.
Saat masuk kedalam rumah, tidak ada pertengkaran sama sekali, mungkin bukan waktunya untuk bertengkar. Karena tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Cassea menyiapkan semuanya lebih awal. Sementara Cassea yang melihat Khey sibuk dengan ponselnya hingga senyum-senyum sendiri, membuat wanita cantik itu curiga.
Remember, there can be no love in the Chadwick house. (Ingat, tidak ada cinta di rumah Chadwick).
...***...
04:26 AM, Paris.
Pagi berikutnya. Cassea berangkat, saat orang-orang yang ada di rumahnya masih tertidur. Dia sengaja berangkat lebih pagi karena tidak mau harus berdebat dengan ayahnya. Angin begitu deras, udara terasa dingin dan sejuk membuat Cassea tidak habis berhenti menghirup nya berkali-kali dan menghembuskan nya hingga mengeluarkan uap di mulut dan hidung nya. “Sekarang sejuk, nanti akan terasa sangat panas!!" gumamnya sendiri dengan senyuman.
07:54 AM.
Lea yang baru saja sampai, terkejut melihat temannya duduk di kursi sendirian. Dengan segera dia menghampiri Cassea.
“Kau tidak terlalu pagi datang nya?” tegur Lea yang kini sudah duduk di samping Cassea.
“Hhffutt, aku malas saja jika harus terus bertengkar dengan ayahku, makanya aku berangkat lebih awal!” Tidak diragukan lagi kalau temannya itu sudah memaklumi keadaan keluarga Cassea.
Di kediaman Chadwick sendiri. Khey yang baru saja akan berangkat, kini pamit kepada ayah dan ibunya. Lowray bertanya ke salah satu penjaga yang ada di gerbang.
“Apa putriku Cassea keluar?” tanya Lowray.
“Iya Tuan, Nona berangkat pagi-pagi!” jawab dengan kepala sedikit tertunduk. Lowray hanya bisa menarik nafas panjang nya lagi-lagi.
...***...
Di dalam Bus.
Cassea tidak menyangka akan satu bus dengan Khey, kalau dengan Lea tidak masalah. Khey memilih duduk di belakang sementara Cassea duduk di depan bersama Lea. Perjalanan di mulai, mungkin mereka akan menempuh perjalanan 6 jam, karena perkemahan mereka sedikit di luar kota Paris.
Lea yang tidak sengaja menoleh kebelakang dan melihat Khey duduk bersama seorang pria, tidak hanya itu. Terlihat senyum bahagia di wajah Khey, jika orang lain melihat maka mereka akan menganggap nya seperti dua sejoli yang kasmaran.
“Cassea! Lihat saudarimu, dia seperti orang yang sedang merasakan jatuh cinta." Kata Lea. Cassea menoleh ke arah belakang dan melihat apa yang tadi di lihat temannya. Tidak banyak bicara Cassea hanya tersenyum dan kembali duduk menghadap depan.
“Itu saja?" heran Lea.
“Biarkan saja dia jatuh cinta, jangan sampai ayahku mengetahui-nya!” jawab santai Cassea yang tidak ada niatan untuk mengadukan Khey ke ayahnya. Karena dia juga tahu rasanya jika di pisahkan oleh orang yang dia cintai dan sayangi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!