NovelToon NovelToon

Kesalahan Satu Malam Membuatku Malang

BAB 1

Disebuah rumah mewah yang didalamnya terdapat keluarga bahagia. Dalam keluarga hidupnya selalu rukun jarang terjadi pertengkaran. Saat ini seorang remaja laki-laki dan perempuan berpamitan dengan kedua orang tuanya. Remaja laki-laki itu bernama Reza dan remaja perempuan itu bernama Liliana.

"Mah, pa kita pamit ya" ucap Reza sambil mencium punggung tangan mama dan papanya diikuti juga oleh Liliana.

"Disana enggak usah aneh-aneh dan ingat Reza kamu harus menjaga adikmu dengan baik jangan sampai ada apa-apa dengan adikmu" ucap Yusuf memberikan peringatan.

"Tenang pa aku akan menjaga Ana dengan baik jadi enggak perlu khawatir."

"Papa lagian aku juga bisa kok jadi diri sendiri aku bukan anak kecil lagi ya pa" ucap Liliana.

"Iya Ana ayah tahu tapi disana nanti pasti banyak orang dan kamu tahu club itu bahaya karena banyak orang yang tidak sadar disana, banyak orang mabuk" ucap Yusuf.

"Apa yang dikatakan oleh papa benar Ana tidak ada salahnya kamu mendengarkan apa yang dikatakan oleh papa, disana nanti kamu jangan minum sembarangan ya" ucap Resti menimpali.

"Iya mama ku sayang, aku pamit berangkat ya."

Setelah itu Reza dan Liliana bergegas berangkat ke club tempat kenalan Reza mengadakan pesta. Sampai didepan club sudah terdengar suara musik DJ. Saat akan masuk Liliana merasa deg-degan.

"Kak kok aku ngerasa deg-degan ya" ucap Liliana pelan.

"Mungkin karena kamu belum pernah ke sini makanya merasakan seperti itu, ayo kita masuk."

Mereka berdua masuk ke dalam tapi sebelum itu mereka harus memperlihatkan kartu akses terlebih dahulu. Setelah kartu akses diterima, Liliana dan Reza pun masuk ke dalam.

"Banyak orang sekali kak disini" ucap Liliana sambil menarik ujung baju kakaknya.

"Namanya juga club dek jadi ya ramai dong kalau sepi ya kuburan, ayo ikuti aku jangan jalan sendirian bahaya."

Liliana pun mengangguk lalu berjalan mengekori kakaknya dengan tangan yang terus menarik ujung baju Reza. Hingga sampailah mereka disebuah ruangan VVIP tempat khusus untuk mengadakan pesta. Tempat yang mereka berdua masuki besar dan memuat banyak orang. Mereka berdua duduk disalah satu meja tamu yang sudah disiapkan.

"Dek kamu tunggu disini dulu ya kakak mau ketemu sama teman-teman kakak."

"Iya tapi jangan lama-lama ya kak karena aku belum terbiasa dengan suasana disini dan kakak tahu sendiri kan kalau aku tidak mengenal satu orang pun disini selain kakak."

"Nanti kakak usahain ya, kamu enggak perlu takut yang ada didalam ruangan ini hanya teman-teman kakak" akhirnya Liliana mengangguk karena enggak mungkin dia menghalangi kakaknya untuk bertemu dengan teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah Reza pergi, Liliana hanya duduk seorang diri. Lama kelamaan Liliana merasa bosan karena terus diam ditempat yang sama dalam waktu lama. Mata Liliana pun mengedar ke seluruh ruangan hingga dia menemukan stand makanan yang menggoda dimatanya.

Liliana segera menuju ke stand makanan itu karena kebetulan saat ini dia merasakan lapar. Saat tengah asik memilih makanan yang mana akan dia ambil, dia didatangi oleh seorang perempuan.

"Hai nama kamu siapa?" tanya perempuan itu dengan ramah.

Liliana pun mengerutkan dahinya bingung, siapa gerangan wanita ini karena Liliana tidak kenal sama sekali. Tapi karena perempuan itu menyapanya dengan ramah dia pun membalas dengan ramah juga.

"Saya Liliana sedangkan nama anda siapa?"

"Kamu jangan formal begitu dong, kita bicara santai saja enggak perlu formal oh iya namaku Sari, kok kamu disini kelihatan canggung begitu sih?"

"Iya mbak karena aku baru pertama kali berada di tempat seperti ini jadi terlihat agak canggung."

"Oh gitu, lalu kamu kesini dengan siapa? oh atau kamu teman dari pemilik acara ini?"

"Aku hanya menemani kakakku saja disini dan kebetulan saat ini kakak sedang bertemu dengan teman-temannya jadi aku sendirian disini."

"Oh begitu, gimana kalau selama kakakmu tidak bersama kamu biar aku yang menemani kamu disini agar kamu ada teman, gimana kamu mau dan tidak keberatan kan?"

"Enggak mungkin aku keberatan aku malah senang karena ada teman yang aku ajak ngobrol."

"Ya sudah kalau gitu kita ambil makan dulu baru lanjut ngobrol di meja sana" tunjuk Sari pada meja yang berada tidak jauh dari tempatnya. Liliana yang diajak pun hanya mengangguk setuju saja walaupun meja yang ditunjuk sari jauh dari mejanya.

Selesai mengambil makanan mereka segera duduk kembali dan lanjut mengobrol ringan. Hingga disaat sudah tengah malam Sari mengajak Liliana untuk melihat-lihat seisi club ini.

"Ayo Liliana ikut aku, kamu tahu seru loh mengelilingi club ini disaat jam segini. Biasanya jam segini itu sudah mulai ramai dan banyak para cowok ganteng jadi sekalian kita cuci mata."

"Maaf Sari aku sepertinya tidak bisa ikut kamu, aku disini saja menunggu kakakku."

"Enggak asik tahu kalau ada disini tapi hanya berdiam diri di satu tempat, ayo dong kita jalan-jalan" Sari mulai menggeret tangan Liliana untuk mengikutinya.

"Kalau gitu aku izin dengan kak Reza dulu kalau kak Reza mengizinkan aku pasti akan pergi dengan kamu."

"Enggak perlu izin sama kakakmu nanti malah kelamaan, udah ayo kita jalan-jalan lagian kita keluar hanya sebentar enggak lama kok" dengan bujuk rayu dan sedikit paksaan dari Sari akhirnya Liliana ikut dengan Sari berjalan-jalan mengelilingi club.

Saat berada ditengah keramaian club Liliana banyak melihat orang-orang yang berperilaku dengan bebas, seperti ciuman panas bahkan ada laki-laki yang dengan beraninya menggerayahi tubuh perempuan dengan leluasa tanpa dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Liliana yang melihat itu pun menjadi takut.

"Sari kok kita semakin menjauh dari tempat tadi perasaan malah aneh sih."

"Aneh gimana? Perasaan semuanya biasa aja sih, oh iya aku lupa kamu kan pertama kali ke club kamu saat ini pasti kaget dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang kita lewati tadi, disini itu sudah sangat lumrah orang melakukan hal itu bahkan hingga sampai bercinta."

Liliana langsung melongo tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tidak disangka tempat yang dia masuki ini tempat yang sangat bebas.

"Kalau gitu ayo kita kembali lagi ke ruangan tadi, aku takut Sari" cicit Liliana sambil menarik tangan Sari agar berbalik.

"Enggak usah takut kan ada aku, ayo kita lanjut jalan lagi aku mau kasih tahu tempat untuk memesan minuman paling enak."

"Memang minuman apa?" tanya Liliana penasaran.

"Makanya ayo ikut aku dan jangan ngajak pulang ke ruangan tadi" Liliana yang penasaran pun ikut saja.

BAB 2

Hingga saat ini Liliana telah sampai di bar yang menyediakan berbagai minuman. Liliana yang merasakan penasaran yang sangat tinggi karena melihat minuman berwarna-warni. Saat Liliana sibuk mengamati, Sari pun membisikkan sesuatu ke seorang bartender. Bartender pun mengangguk lalu meracik sebuah minuman yang ditaruh sesuatu didalamnya.

"Liliana tadi aku sudah pesan minuman yang terenak disini hanya khusus untuk kamu."

"Oh iya? Mana minumannya?" tanya Liliana dengan antusias.

"Tunggu sebentar masih dibuat sama bartender" Liliana pun mengangguk. Tidak lama kemudian bartender menyerahkan sebuah gelas kedepan Liliana.

"Nah itu minuman yang aku pesankan khusus untuk kamu, minum aja langsung pasti sangat menyegarkan."

"Lalu minuman kamu mana? Masa hanya aku yang minum sih sedangkan kamu enggak, aku pesankan minuman untuk kamu ya biar impas."

"Enggak usah aku nanti aja minumnya lagian aku juga bisa kok pesan sendiri, udah cepetan minum nanti keburu enggak enak loh rasanya kalau dianggurin terus."

"Ya udah kalau gitu" Liliana meminum secara perlahan hingga saat sudah meneguk satu kali tegukan dia langsung berhenti.

"Kenapa rasa minumannya seperti ini? Rasanya ada pahitnya seharusnya minuman kan rasanya manis."

"Memang rasanya seperti itu tapi sangat baik untuk kekebalan tubuh, cepat habiskan dan enggak usah banyak tanya" ucap Sari galak yang langsung membuat nyali Liliana menciut.

Liliana langsung menegaknya hingga habis, Sari yang melihat itu pun tersenyum senang. sedangkan Liliana menutup mulutnya agar tidak memuntahkan minuman tadi.

"Nah sekarang kamu udah rasain minuman terenak disini, bagaimana setelah ini kita turun ke dance floor untuk senang-senang bareng."

"Aku enggak mau Sari, aku maunya sama kakaku aja ayo sari anterin aku ke tempat kakakku tadi."

"Ih enggak asik tahu, ayo kita ke dance floor aja kalau kita enggak turun ke dance floor saat disini rasanya kurang afdol."

Tanpa mendengarkan penolakan dari Liliana, Sari menarik Liliana begitu saja ke dance floor. Saat sudah ada di dance floor Liliana tidak merasa nyaman sekali beda dengan Sari yang sangat menikmatinya. Karena sedari ada disini badan Liliana dipegang-pegang oleh orang-orang yang tidak dikenalnya.

"Gimana seneng banget kan bisa ada di sini, kita bisa joget sepuasnya malam ini!" ucap Sari setengah berteriak agar Liliana mendengar.

"Ayo kita pergi saja Sari aku enggak nyaman disini."

"Udah nikmatin aja pasti nanti lama-lama juga bakal nyaman kok" Sari terus asik berjoget menggoyangkan pinggulnya kesana kemari sesuai dengan irama musik.

"Sari ayo kita udahan saja, aku sudah mulai pusing ini" ucap Liliana dengan tangan kiri memegangi baju sari dan tangan kanan yang memegangi samping kepalanya.

"Kamu pusing?" Liliana mengangguk saja.

"Ya sudah kalau gitu aku anterin kamu istirahat di kamar."

"Jangan ke kamar anterin aku ke kakakku saja" tolak Liliana.

"Kejauhan kalau harus ke tempat kakakmu berada ayo ikut aku saja" Sari memapah Liliana lalu menaiki tangga, Liliana yang memang sudah lemas tidak kuat untuk melawan.

"Kamu yang sabar ya Liliana sebentar lagi kita akan sampai di kamar kok."

Hingga Sari membawa masuk Liliana masuk ke dalam salah satu kamar yang tersedia. Lalu meletakkan tubuh Liliana diatas ranjang besar. Setelah meletakkan Liliana dengan nyaman, Sari pun meninggalkan Liliana sendirian. Saat didepan pintu kamar Sari bersitatap dengan seorang laki-laki.

"Gimana kamu udah ngejalanin rencana yang saya suruh dengan benar kan?"

"Sudah tuan, sudah saya laksanakan semua perintah yang tuan katakan tadi dan saat ini Liliana sudah berada didalam tengah tidak sadarkan diri."

"Bagus saya suka dengan kinerja kamu yang tidak pernah mengecewakan saya, untuk bayaran kamu ini saya nanti akan mentransfernya sekarang kamu boleh pergi dari sini."

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi" setelah itu Sari segera pergi menghilang dari club.

Sedangkan laki-laki tadi menyuruh anak buahnya untuk membawa masuk seorang pria yang identitasnya tidak dia ketahui. Laki-laki itu hanya memilih asal pria yang dibawa oleh anak buahnya.

"Cepat bawa dia masuk kedalam, kalian tadi sudah mencampurkan minuman yang dia minum dengan obat perangsang kan?"

"Tenang tuan sudah saya berikan."

"Bagus, segera masukkan ke dalam biarkan dua orang itu bersenang-senang malam ini."

Anak buah laki-laki itu mengangguk lalu memasukkan pria itu kedalam. Setelah meletakkan dalam satu ranjang yang sama mereka berdua pergi dari kamar itu dengan mengunci pintunya. Tidak berapa lama kemudian terdengar suara erangan dan desahan dari dalam kamar.

Laki-laki tadi pun tersenyum puas atas apa yang terjadi hari ini karena rencananya berjalan dengan baik tanpa hambatan sama sekali. Tinggal menunggu waktu untuk menjalankan rencana selanjutnya setelah ini.

Sedangkan di posisi lain, Reza bingung mencari dimana adiknya saat ini. Dia mencari keseluruhan ruangan serta menanyakan kepada tamu tapi tidak ada yang tahu sama sekali. Reza tentu saja frustasi, kalau sampai tidak menemukan keberadaan adiknya saat ini pasti dia akan dihajar habis-habisan oleh sang papa.

"Kamu kemana sih dek? Kenapa enggak ada keberadaan kamu di ruangan ini, atau dia keluar dari ruangan ini karena bosan?"

Tanpa menunggu lama Reza keluar dari ruangan. Dia terus berjalan dengan mata yang terus mengedar ke seluruh ruangan dengan harapan segera menemukan sang adik. Tapi satu jam mencari Reza tidak menemukan keberadaan Liliana sama sekali.

Reza mengacak rambutnya frustasi karena tidak kunjung menemukan Liliana. Dengan sedikit harapan Reza kembali mencari Liliana di toilet wanita. Reza menunggu di depan toilet sambil melihat wanita yang hilir mudik masuk dan keluar dari toilet. Karena sudah tidak sabar Reza menghentikan salah satu wanita yang baru saja keluar dari toilet.

"Permisi mbak apakah tadi anda melihat seorang perempuan dengan rambut panjang dengan pipi bulat dan mengenakan baju warna lavender berada didalam toilet?"

"Saya tidak melihat sama sekali mas."

"Oh iya terima kasih ya mbak" ucap Reza dengan senyum malu.

Setelah itu Reza mempersilahkan wanita itu untuk lanjut berjalan lagi. Reza makin pusing dan bertambah frustasi.

"Kalau seperti ini alamat aku akan dirujak habis-habisan sama papa, kamu ada dimana sih dek kenapa hilang tanpa jejak seperti ini?" saat sedang frustasi pada puncaknya, telepon Reza berdering menampilkan nama papanya.

"Haduh gawat papa udah nelpon" mau tidak mau Reza menjawab telepon dari papanya dan mempersiapkan telinga serta mentalnya untuk mendengarkan kata-kata mutiara yang keluar dari mulut papanya.

"Iya hallo pa, ada apa?"

"Ada apa, ada apa! kamu enggak lihat ini udah jam berapa?! Cepat pulang sekarang juga!"

"Pa ana hilang."

BAB 3

Setelah Reza mengatakan itu sambungan telepon langsung hening seketika. Reza meneguk ludahnya dengan ketakutan.

"Bagaimana bisa?! Tadi sebelum berangkat kan papa udah bilang buat jagain adik kamu jangan ditinggal sendirian dan kamu pun menyanggupinya tapi apa sekarang?! kamu malah bilang kalau Ana menghilang! Kamu itu bagaimana sih dikasih tanggung jawab malu seperti itu."

"Maaf pa tadi aku asik ngobrol sama teman jadi lupa dengan keberadaan Ana."

"Pokoknya papa enggak mau tahu kamu harus cari Ana sampai ketemu baru boleh pulang!" setelah itu sambungan telepon mati secara sepihak.

"Haduh bagaimana ini, apa aku cari Ana diluar ya mungkin saja Ana bosan lalu pergi keluar dari club seorang diri."

Reza bergegas keluar dari club tanpa berpamitan terlebih dulu dengan teman-temannya. Reza menyusuri jalanan menggunakan mobilnya dengan pelan tapi dua jam mencari Reza tidak menemukan Ana sama sekali.

Hingga disaat bulan dan matahari sudah berganti posisi Ana tidak kunjung ditemukan oleh Reza. Reza yang sudah menyerah pun kembali ke rumah, dia tidak masalah apabila nanti ayahnya akan memukulnya berkali-kali saat sampai di rumah. Baru masuk ke dalam rumah telinga Reza mendengar suara orang yang menangis, Reza hapal itu suara tangisan dari adiknya. Bergegas Reza mencari asal suara.

"Adek kamu kenapa menangis? kamu dari mana aja? Dari semalam aku mencari kamu disepanjang jalan malah pagi ini kamu sudah ada di rumah" tanya Reza beruntun.

"Reza kamu bisa diam dulu enggak ini adekmu baru sampai rumah dan tiba-tiba nangis, biarkan dia tenang terlebih dahulu baru nanti kamu bertanya" ucap Resti.

Liliana saat ini keadaannya tengah menangis di pelukan mamanya. Yusuf yang juga melihat anak perempuannya tiba-tiba menangis bingung dengan apa yang terjadi dengan anaknya.

"Hiks...mama aku hiks...udah kotor" ucap Liliana disela isakannya.

"Kamu ngomong apa sih dek, kamu kotor gimana sih mama enggak paham" ucap Resti yang tidak paham.

"Sudah dek kamu tenangin diri dulu baru nanti cerita ke kita, kalau kamu juga belum siap enggak usah cerita sekarang pun juga tidak apa" ucap Yusuf.

Liliana menggeleng pelan, melepaskan pelukannya lalu meminum air putih yang sudah ada diatas meja. Dia menghela nafas berkali-kali, setelah tenang dia menatap mama, papa dan kakaknya.

"Gimana dek sekarang udah lebih tenang?" tanya Reza.

"Sudah lebih mendingan, sekarang aku akan cerita dengan apa yang terjadi denganku semalam" raut wajah Liliana yang semula sedikit tenang pun mulai berubah.

Resti yang melihat suasana hati anaknya berubah pun mengelus pundaknya. Liliana melihat mamanya seperti meminta kekuatan untuk bercerita, Resti pun menggenggam tangan anaknya mengutamakan.

"Mama papa maaf kalau aku cerita ini pasti akan membuat kalian kecewa."

"Coba cerita dulu pelan-pelan, papa akan dengarkan" ucap Yusuf dengan suara lembut.

"Semalam aku diperkosa pa" ucap Liliana pelan dengan air mata yang menetes kembali.

Tiga orang yang ada di sana pun melotot tidak percaya sekaligus kaget mendengar ucapan Liliana. Tanpa aba-aba Yusuf memberikan dua tonjokan pada wajah Reza. Reza yang tidak siap jatuh tersungkur ke lantai. Resti pun memekik kaget melihat suaminya memukul anaknya begitu saja.

"Mas kamu jangan seperti itu! Kasihan Reza."

"Biar, biar dia rasakan! itu balasan untuk kesalahannya karena lalai menjaga Ana hingga terjadi kejadian seperti ini! Bahkan tonjokan tadi pun belum seberapa" tangan Yusuf masih mengepal sempurna.

"Sabar mas kamu jangan seperti itu, tenangkan diri kamu agar tidak memperkeruh suasana saat ini" ucap Resti menasehati, Yusuf memejamkan matanya lalu menghela nafas kasar untuk menghilangkan amarahnya saat ini.

"Kamu tahu siapa pria yang memperkosa kamu? Biar ayah beri pelajaran dengan pria itu!" Liliana menggeleng.

"Aku enggak tahu siapa pria itu pa, aku tidak kenal dengannya sama sekali. A...aku sepertinya dijebak oleh Sari" ucap Liliana sedikit terbata dan pelan pada akhir ucapannya.

"Sari? Kamu kenal dengan orang yang menjebak kamu itu?" tanya Yusuf mengorek informasi.

"A...aku tidak kenal pasti pa aku hanya tahu namanya saja, aku bertemu dengannya itu ditempat yang sama yaitu di tempat pesta kenalan kakak mungkin sari adalah teman kakak."

Yusuf memandang Reza, "kak kamu mempunyai teman dengan nama Sari?"

"Aku enggak punya teman dengan nama Sari yah, aku enggak kenal siapa itu sari."

"Aku diberi sebuah minuman yang enggak aku tahu itu minuman apa, rasanya pahit dan panas di tenggorokan setelah minum itu kepalaku pusing. Waktu itu aku meminta untuk diantarkan lagi ke kakak tapi dia malah membawaku ke sebuah kamar lalu setelah itu aku enggak ingat apa-apa lagi, hingga pada pagi harinya aku..." Liliana tidak kuat lagi untuk berbicara, dia memeluk mamanya menumpahkan tangis kembali.

"Pagi harinya aku melihat diriku sudah tidak berbusana dengan pria yang keadaannya pun sama denganku ma, aku udah kotor ma aku perempuan kotor" Liliana mengusap tubuhnya dengan kasar berharap menghilangkan bekas menjijikan pada tubuhnya.

"Shuttt...nak kamu bukan perempuan kotor, kamu enggak kotor kok nak" Resti tidak kuat lagi menahan kesedihannya, dia ikut menangis sambil terus menenangkan anaknya walaupun dia juga merasa sangat terpukul. Anak perempuan yang sangat dia sayang mengalami hal yang menyakitkan seperti ini, pasti akan membekas dalam ingatan anaknya dan menjadi traumanya.

"Ana maafkan kakak yang tidak becus menjaga kamu, mungkin kalau kakak enggak menemui teman kakak ini tidak akan terjadi sama kamu" Reza merasa sangat bersalah, karena dia adiknya mengalami hal yang menyakitkan seperti ini.

Perasaan bersalah dan menyesal menjadi satu dalam diri Reza. Begitu pun dengan Yusuf, dia menyesal memperbolehkan Liliana untuk pergi bersama dengan Reza malam ini yang sudah pasti tempat tujuan kedua anaknya itu sangat berbahaya bagi Liliana.

Liliana terus menangis sampai sesenggukan dalam pelukan Resti. "Kamu tenang nak papa akan usut siapa pelaku dari kejadian ini dan menghukumnya seberat mungkin untuk kamu nak."

Yusuf berdiri lalu berjalan dengan cepat keluar dari rumah. "Reza tolong kamu ikuti papa, mama enggak mau kalau ayah berbuat nekat nantinya. Kamu jaga ayahmu biar mama yang jaga Liliana disini" Reza mengangguk lalu segera menyusul papanya.

Setelah melihat Liliana yang sudah lumayan tenang, Resti melepaskan pelukannya. "Nak ayo kita ke kamar dulu, kamu harus mandi agar badanmu lebih segar."

Liliana tidak menolak, dia hanya menurut saja tapi dengan pandangan kosong. Sampai kamar Resti mengantarkan anaknya masuk ke kamar mandi.

"Nak kamu mandi dulu ya, mama mau ambilkan makan buat kamu" Resti keluar dari kamar mandi meninggalkan Liliana seorang diri. Saat melihat mamanya tidak ada, Liliana masuk ke dalam buthtub hingga seluruh tubuhnya masuk ke dalam buthtub.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!