NovelToon NovelToon

The Black Missions

Epilogue

Di malam yang sunyi tanpa gemintang di Cakrawala, terlihat sosok laki-laki berbaju hitam dengan gerak gerik yang penuh curiga menyelinap masuk ke dalam sebuah rumah besar nan megah di sebuah kompleks perumahan.

" Perampok! ada perampok!!!" teriak histeris sosok pemilik rumah yang memergoki sosok hitam lebam itu yang masuk melalui jendela rumahnya.

" Diam kau, atau nyawamu dan keluargamu terancam." ancam pria rampok itu terlihat ia mulai menodongkan pistol kepada sosok laki-laki yang sedang ketakutan.

“ Si.. Siapa kau?” tanya seorang pria paruh baya itu dengan nada terkejut akan kedatangan sosok lelaki berbadan besar yang berdiri tegap di depannya dengan pistol di genggamannya.

Pria hitam itu hanya diam membatu dengan bibir yang terkatup membeku dan menatap dengan tatapan mata yang tajam seakan-akan ia memiliki maksud buruk padanya.

“ K..Kau mau apa datang kemari?” tuding seseorang lelaki paruh baya itu lagi dengan tubuh yang mulai gemetar memegang sebuah gelas kaca.

Jika di gambarkan pria itu memiliki perawakan yang besar, otot yang kuat dan berpakaian tertutup bak seorang ninja yang menyelinap masuk ke rumah besar nan megah miliknya tanpa permisi.

“ Diam kau!” bentaknya dan pria menyeramkan itu mulai menodongkan pistol yang ada di genggamannya kepada sosok laki-laki tua dengan pakaian tidur berwarna putih. Terlihat pria itu mulai lemas dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi menandakan ia menyerah tanpa perlawanan.

“ Kau boleh ambil apapun yang kau mau, tapi aku mohon padamu tolong jauhkan pistol ini dariku dan keluargaku.” pinta pria tua itu dengan jantung yang berdegup kencang dan diiringi hembusan napas yang terengah-engah.

Suasana semakin menegangkan antara pria tua itu dengan sang ninja hitam.

" Serahkan semua uangmu." bentak rampok itu dengan melempar sebuah karung putih yang kosong meminta untuk uang pada pemilik rumah besar.

" B..Baiklah, tapi jangan kau sakiti keluargaku." pintanya sesekali lagi dengan jantung yang berdegup kencang dan keringat dingin deras bercucuran.

" Cepat!" teriaknya dengan menodongkan pistol tepat di kepalanya. Jika ia berani macam-macam sosok hitam ini takkan segan-segan untuk menekan pelatuk dan menancamkan satu peluru di kepalanya.

Terlihat sosok tuan rumah mulai mengeluarkan semua uangnya dalam brangkas dan dengan cepat memasukkannya ke dalam karung sang perampok.

Ia tak lagi memikirkan harta, kini yang ada dipikirannya hanyalah nyawa yang lebih berharga daripada sebuah harta. Harta bisa dicari namun nyawa tidak bisa kembali.

" Ayah!!!" teriak seorang gadis kecil dengan ketakutan melihat sosok laki-laki hitam tepat dibelakangnya.

" Diam, jika kalian tidak bisa diam akan kutembak kepala pria ini." ancamnya dengan keras menodongkan pistol tepat di kepala sang pria yang dipanggil ayah.

Sontak hal ini membuat seluruh keluarga diam membeku dengan mata yang berkaca-kaca memandang lelaki itu. Mereka membiarkan semua hartanya dirampas oleh orang bertopeng itu.

" Ambilah semua ini milikmu." ucap pria itu dengan menyodorkan sekantung uang.

Perampok hitam itu mulai menyahutnya tanpa sopan dan bergegas pergi meninggalkan rumah itu.

" Doorrr!!" sebuah peluru berhasil dilepaskan dan menembak ke arah jendela.

Sontak suara pecah kaca jendela membuat semua anggota keluarga terkejut dan menutup telinganya rapat-rapat.

Ini adalah perjalanan awal sang perampok masih banyak misi yang menegangkan dan tak terpecahkan hingga harus berkejaran dengan kepolisian.

Siapakah perampok itu sebenarnya? Mengapa ia sangat kuat?

Eps. 1 Permulaan

Matahari bersinar dengan cerah, langit membiru menunjukkan kebahagiaan, semoga hari ini lebih banyak yang bahagia dari sebelumnya.

Di depan sebuah gedung pencakar langit terlihat beberapa orang tengah berdiri dengan gagah di hadapan para pembawa kamera pengejar berita. Nampak beberapa awak media juga ikut berdesakan demi mendapatkan sebuah berita faktual yang hangat dari sekumpulan orang penting berjas hitam itu. Terlihat sosok pria tua yang berambut tak hitam lagi berdiri tegak dengan pengawalan dari beberapa bodyguard di belakangnya.

“ Dengan ini saya Albert Barbara selaku ketua partai Big Solidarity mempromosikan saudara Ary Jason sebagai kandidat perdana menteri untuk rakyat yang akan mewakili partai kami di pemilihan besar nanti.” Ketua Partai mengumumkan berita ini di seluruh awak media, terdengar suara bergemuruh bertepuk tangan seakan mereka setuju dan mendukung penuh untuk sosok Ary Jason.

“ Terima kasih banyak di ucapkan, saya Ary Jason dengan segenap hati, saya bersedia melaksanakan wewenang dengan sebaik-baiknya.” respon Ary Jason sembari tersenyum lebar kepada para wartawan dan reporter dalam berita siaran langsung.

“ Sial!” gumam seseorang yang membanting remote Tv-nya ke lantai dengan menatap penuh emosi sebuah siaran berita di televisi.

“ Rupanya ia tetap tak mau minggir dari jabatannya.” tambah sosok pria pembanting remote itu dengan suara berat khasnya yang menatap sosok Ary Jason dengan penuh kebencian yang terpampang di layar Tv besarnya itu. Jari jemarinya mulai di rekatkan antar satu sama lain menatap penuh ambisi sosok orang dengan senyum sumringah itu.

 

Ary Jason adalah seorang anggota yang paling berpengaruh di partai Big Solidarity, dedikasinya yang tinggi dengan program kerja yang sangat amanah membuatnya di kagumi oleh kaum-kaum kecil, terkadang sesekali ia juga membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya tanpa pamrih.

 

Karena sifat dan ketekunannya inilah yang mengangkat derajat Ary Jason untuk melangkah lebih jauh dan bertahta di kursi parlemen negara dan bekerja untuk menyejahterakan kehidupan rakyat-rakyat kecil yang masih kekurangan. Namun, dalam perjalanan karirnya tak selalu mulus, ada yang suka juga pasti akan ada yang membenci, ia selalu mendapatkan banyak sekali hujatan dan cacian. Hal ini tak membuatnya patah semangat, walau dunia akan tutup mata dengan semua tingkah laku baiknya, ia akan selalu berusaha keras agar bisa membahagiakan orang lain dan meringankan segala bebannya dengan keringatnya. Karena menurutnya, membantu orang lain adalah pekerjaan yang mulia dan akan membuat hidupnya jauh lebih bahagia.

“ Pak James, tuan Mayora ingin bertemu dengan anda di ruangannya.” ucap salah satu sekretaris padanya. Ia hanya menyeringai menganggukan kepalanya dan berdiri dari kursinya memenuhi panggilan dari Tuan besar, tuan Mayora.

 

Pintu kaca mulai di dorong terlihat seseorang dengan jas hitam duduk serius di kursi besarnya. Dialah pemimpin partai yang James ikuti, Mayora Bradle. Mayora Bradle bukanlah orang sembarangan, bukan hanya sekedar pemimpin partai namun ia sangat cerdik dan licik dalam segala hal, ia tak segan-segan menghalalkan segala cara demi keinginannya itu tercapai.

 

“ Apa anda memanggil saya, pak?” tanya James sembari membungkukkan badannya sebagai ucapan salam hormat pada tetinggi partai Momentum.

“ Duduklah.” ujar seseorang yang masih menatap tajam acara berita di televisi

James mulai duduk di kursi yang telah disediakan. Pria yang bernama Mayora itu mulai menatap matanya seakan ada rahasia yang besar yang ingin diucapkan.

“ Hari ini kita akan adakan kampanye. Kita kalahkan Big Solidarity itu, bendera partai kita akan berkibar dimana-mana.” gumamnya dengan cetus menatap layar kaca yang semuanya berisi berita tentang partai saingannya itu.

 

James hanya mengangguk mengiyakan seakan setuju dengan pernyataan yang diucapkan Mayora dengan sigap. Kali ini partai Momentum akan berusaha semaksimal mungkin demi menggeser posisi partai lawannya itu, Big Solidarity. Kampanye besar-besaran akan segera dilaksanakan.

Mereka segenap anggota partai Momentum segera turun ke jalan berkampanye memberikan bantuan sosial kepada masyarakat. Mereka melakukan kampanye hitam dimana semua orang di paksa untuk memilih James Sher saat pemilihan perdana menteri bulan nanti, tak segan-segan mereka juga membagikan uang sebesar 150 USDollar atau setara dengan 1,8 juta rupiah dan berbagi bahan sembako untuk setiap warga dengan syarat mereka harus menyuarakan hak suaranya untuk memilih James Sher dari partai Momentum.

 

“ Jangan lupa kau pilih James Sher saat pemilihan nanti.” gumam salah satu anggota pada salah satu kepala keluarga di sebuah gubuk sederhana.

“ Tidak, aku tidak akan menerima uang suap kalian. Kami sekeluarga akan tetap memilih Ary Jason sebagai perwakilan aspirasi kami.” Tegasnya dengan menolak mentah-mentah uang dan beberapa bahan pokok yang tersodor di depan matanya.

“ Kalian ini miskin tapi sombong sekali, apa kau tak mau uang?!” sindir salah seorang diantara mereka dengan agak sedikit memaksa untuk menerima suapannya.

“ Tidak, simpan saja uang itu.” ucap kepala keluarga itu dengan tegas dan bijak dalam menolak uang kotor kampanye.

“ Baiklah.” gumam kecewa dan sedikit kesal salah satu anggota partai dan pergi meninggalkan sebuah keluarga yang bermoral tinggi, uang suapan bukan hasil yang baik untuk makan satu keluarga, karena uang itu kotor.

 

Para anggota itu segera pergi dari rumah mereka, bisa di bilang hanya sebanyak 30% saja masyarakat yang dapat di sogok dengan uang dan perlengkapan rumah tangga, sisanya mereka menolak dan berpegang teguh untuk tetap memilih Ary Jason sebagai perwakilan aspirasi mereka ketika mereka kesusahan. Karena kinerja dari Ary Jason sudah sangat nyata dan dapat dirasakan manfaatnya bagi para rakyat kecil yang hidup di pinggiran kota.

 

Sontak hal ini membuat para anggota Momentum termasuk sang big leader, Mayora Bradle marah dan kesal. Nampaknya, apapun yang akan mereka lakukan untuk mendapatkan banyak suara berbuah sia-sia. Semuanya akan tetap berpegang teguh pada Jason dan Big Solidarity.

“ Jika cara ini tak bisa di lakukan, aku akan terang-terangan untuk memintanya turun dari pemilihan ini.” cetus James Sher dengan menatap tajam dan tangannya mulai mengepal.

 

Mayora Bradle hanya menganggukan kepalanya seakan ia setuju dengan pernyataan nekat dari James yang akan datang secara langsung meminta Ary Jason untuk turun sebelum sesuatu hal buruk menimpanya dan membuatnya menyesal di seumur hidupnya, memang terdengarnya sangat bodoh tapi apa boleh buat. Apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan jabatan yang gemilang seperti itu, kapan lagi jika tidak sekarang dan siapa lagi jika bukan dia yang pantas tuk menjadi parlemen negara.

 

>>>>>>

“ Harta, tahta dan jabatan hanya bersifat sementara dalam kehidupan manusia tapi hati yang bersih dan sikap yang baik bersifat selamanya. Kau baik akan selamanya di kenal baik, begitu juga sebaliknya. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.”

Eps. 2 Ambisi Kekuasaan

 

Di pagi hari yang cerah mentari mulai menampakan sinar hangatnya dan terbit dari ufuk timur, menghangatkan seluruh alam raya dari dinginnya angin malam, semoga hati yang membeku kini mulai luluh karena cahya bahagianya.

Di sebuah ruang kerja kecil namun mewah terlihat seorang pria dewasa mengenakan setelan jas hitam rapi dengan dasi yang menggantung di lehernya duduk dan menatap keluar jendela, mengawasi hari-hari yang membuatnya selalu penuh dalam ambisi.

 

“ Aku tak bisa tinggal diam, aku harus menghancurkan dan menggagalkan pencalonannya.” Gumam seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi kantor dengan tangan yang mulai mengepal kuat. Pria itu adalah James Sher, ia adalah seorang politikus yang berkecimpung di Partai politik

“ Dia selalu berhasil dalam segala hal, sementara aku selalu kalah dengannya.”

“ Kau benar, bos. Ary Jason tidak bisa di sepelekan. Dia adalah ujung tombak dari mereka.” Desis seorang pria dengan kepala plontos berbadan kekar yang berdiri di hadapannya. Ucapannya membuat hati James Sher semakin memanas.

“ Brukk!!” Pria itu mulai memukul meja dengan kerasnya. Menatap penuh amarah pada sebuah acara televisi yang memperlihatkan sosok laki-laki yang tengah di wawancarai oleh banyak media.

“ Jason, tunggu saja detik-detik kehancuranmu.” Teriak pria itu dengan membanting sebongkah dokumen ke lantai, wajahnya kini mulai memerah dan urat-urat di kepalanya mulai menonjol keluar dengan jelasnya. Pria ini marah besar.

 

Ary Jason adalah seorang yang paling berjasa dalam salah satu partai politik di Amerika, namanya melambung indah karena kebersihan hatinya, dialah pria terkaya dan juga merupakan musuh bebuyutan dari sosok pria yang bernama James Sher. Kekalahan dari pemilihan menteri negaralah yang membuat James Sher menyimpan dendam yang amat mendalam pada mantan sahabat karibnya ini, Ary Jason. Karena kedudukan sahabatnya lebih tinggi darinya, membuat James bertekad untuk menyingkirkan dan merebut kekuasaan dari tangan Jason. James sudah gila akan jabatan matanya telah di butakan oleh keduniawian hingga ia melupakan bahwa Jason adalah sahabat karibnya selama bertahun-tahun menemani langkahnya.

James melupakan segala kemuliaan hati dari sahabat karibnya, Jason yang telah menolongnya beberapa tahun silam ketika ia hidup dalam belenggu kemiskinan dan membantunya masuk dalam daftar pejabat negara yang membuat hidupnya lebih bermakna dan lebih mewah seperti saat ini. Nampaknya, kedudukan yang saat ini James dapatkan tak membuatnya puas akan harta, ia tetap ingin terlihat lebih kaya dan lebih berkuasa dari sahabatnya. Ia bagaikan kacang yang lupa pada kulitnya.

Alisnya mengangkat ke atas, senyum sinis mulai terhias di bibir tipisnya sepertinya akan ada perang dingin perebutan kekuasaan antara James dengan sahabat baiknya, Ary Jason.

Pria yang bernama James itu bergegas masuk ke dalam mobil hitam kedinasannya guna mendatangi tempat dimana Jason bertugas. Ia tak peduli lagi hal apa yang terjadi padanya jika mendatangi Jason hari itu.

 

“ Biarkan aku masuk!” Bentak penuh emosi James pada dua orang security yang menghadangnya dan memaksanya untuk tidak masuk dalam sebuah gedung partai yang ternyata adalah lawan politiknya dalam pemilihan nanti.

“ Jangan salahkan aku, jika aku melakukan kekerasan.” Ancam James sekali lagi dengan membenahi jasnya yang mulai berantakan karena petugas penjaga itu, tatapan mata James yang tajam dan ancaman James yang tak main-main malah tak membuat para petugas itu angkat tangan mereka malah tetap ingin menjaga ketertiban dan keamanan gedung beserta karyawannya.

 

Tiba-tiba seorang lelaki dengan gaya berpakaian yang rapi dengan rambut yang hampir memutih datang dan berdiri kokoh di depan resepsionis memandang kegaduhan yang terjadi di depan pintu masuk. Kegaduhan inilah yang membuatnya harus bergegas turun ke lantai satu.

 

“ James?” Gumamnya yang memanggil nama sosok lelaki yang bersikeras untuk masuk melawan petugas keamanan. Matanya masih tertuju memandang sahabat karibnya yang sejak Sekolah Dasar menemaninya kala itu. Ia mencoba melangkahkan kakinya dan mendekati mereka yang sedang adu otot dan mulut meminta untuk segera masuk.

“ Lepaskan dia, biarkan dia masuk. Dia adalah James Sher saudaraku.” Ujar Jason yang memberikan izin kepada kedua penjaga gedung untuk membiarkan sosok laki-laki keras kepala itu masuk ke dalam gedung kerjanya.

“ Tapi, pak dia adalah lawan politikus bapak di pemilihan nanti, apa tidak berbahaya jika ia diizinkan untuk masuk?” Sangga salah satu petugas berbadan besar dengan wajah yang bulat bak kue donat.

“ Apa dia bukan mata-mata?”

“ Sudahlah tidak apa, lepaskan saja dia.” Jawab Jason dengan nada halusnya, sepertinya Jason adalah orang yang baik dari caranya bertutur kata ia sangat santun terhadap siapapun, tak heran jika ia di pilih dan di calonkan sebagai perdana menteri negara yang nanti akan bertugas menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.

“ Baik, pak.” Respon salah satu petugas yang mengenakan baju hitam lengkap dengan topi yang segera melepaskan cengkaramannya pada lengan pria arogan itu.

 

James memandang jahat kedua petugas yang menahannya sembari membetulkan dasinya yang telah lepas berantakan karena penahanan yang di lakukan oleh para penjaga amatiran itu. Jason menghampiri sahabatnya dan mencoba memeluk tubuhnya, karena sekian lama mereka tak bertemu. Mereka terpisah semenjak James memilih partai lain sebagai tempatnya untuk menjabat sebagai menteri negara.

 

“ Silahkan duduk.” Tawar Jason di ruangannya.

“ Sudah lama sekali kita tak berjumpa, James. Bagaimana kabar keluargamu? Apa mereka baik-baik saja?” Sapa hangat Jason dengan nada ramah sembari menyuguhkan segelas air minum tepat di atas meja di mana ia mulai duduk berhadapan dan bercengkrama.

 

Di dalam ruangan putih yang penuh berkas penting, terlihat dua orang laki-laki dewasa tengah duduk bercengkrama di kursi dengan meja yang panjang lengkap dengan adanya tiga orang penjaga yang berbadan besar nan kekar lengkap dengan senjata api di genggaman dan saku kanan kirinya juga tak kalah di fasilitasi dengan berbagai senjata tajam lainnya sebagai bentuk penjagaan dan mengawasi gerak-gerik setiap tamu yang keluar masuk ke ruangan Jason.

 

Ary Jason adalah seorang pejabat negara yang sebentar lagi namanya akan ada dalam daftar nama calon perdana menteri negara. Ia akan ikut berpartisipasi dalam pemilihan menteri yang dilakukan beberapa tahun sekali.

“ Keluargaku baik.” Cetus James dengan cuek.

“ Jadi, ada apa kau datang kemari? Apa kau membutuhkan sesuatu?” Tawar Jason pada James yang tengah duduk di hadapannya sembari meneguk sedikit air mineral di mejanya

“ Aku ingin kau mundur dari pencalonan perdana menteri itu.” Desis keras James pada Jason diiringi tatapan mata yang tajam dan licik. Jason mulai terbelalak mendengar pembicaraan James yang spontan saja tanpa berpikir keras.

“ Maaf, untuk kali ini aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, James.” Tolak Jason dengan nada keras memandang penuh tekad mata James seakan-akan ia tak mau melepaskan mimpinya dengan begitu saja.

Ini adalah kesempatan emas baginya, karena sudah sepuluh tahun lamanya ia mengidamkan agar bisa duduk di kursi dalam ruang rapat di gedung putih dan menjadi perdana menteri negara dan bisa menjadi penjabat yang bisa menyalurkan aspirasi rakyat.

“ Kau!” James mulai berdiri dari kursinya dan menggebrak meja dengan sangat keras sembari mengeluarkan jari telunjuknya menunjuk wajah sahabat karibnya yang tak lagi muda. Hal ini sontak membuat tiga penjaga itu bersiaga dan mengarahkan pistol laras panjangnya ke arah pria yang bersikap kasar pada Jason.

Seandainya James melukai atau menyakiti Jason para penjaga ini takkan segan-segan menembak mati di tempat dengan pistol yang ada di genggamannya.

 

Jason terlihat mulai mengangkat salah satu tangannya ke arah salah satu penjaga memberikan isyarat pada mereka untuk menurunkan senjatanya dan menjelaskan bahwa ini bukan dalam keadaan yang berbahaya, karena Jason masih mengganggap bahwa James adalah saudaranya walau mereka tidak berada dalam satu darah atau rahim.

 

“ James, aku mohon berhentilah bersikap seperti ini.” Bisiknya dengan nada yang halus pada sahabat karibnya.

“ Jika kau tak mau, kau akan menyesal telah menolak permintaanku kali ini. Pahami itu, Jason.” Bentak James dengan menyeringaikan sadis wajahnya dan bergegas pergi tanpa permisi dari ruangan Ary Jason dan menuding ketiga penjaga seakan-akan ia menantangnya.

Jason hanya menggeleng-gelengkan kepalanya memandang sikap James yang akhir-akhir ini berubah menjadi lelaki yang jahat dan serakah atas jabatan seperti bukan James yang ia kenal.

“ James, sampai kapan kau dan aku akan bermusuhan hanya karena jabatan seperti ini. Aku sedih jika melihat saudaraku bersikap serakah dalam harta dan tahta seperti yang kau lakukan saat ini.” Gumamnya dalam hati sembari tangannya mengusap kepalanya yang seakan ini adalah suatu hal terberat yang pernah terjadi dalam hidupnya.

 

Ary Jason dan James Sher akan ada dalam daftar calon perdana menteri negara, mereka akan memperebutkan 200 kursi dari 1000 kandidat yang ada. Inilah yang menyebabkan James meminta Jason, temannya untuk mundur dari pencalonan yang akan di adakan di bulan mendatang. Rasanya sangat aneh, bukankah nasib dan keberuntungan adalah hak mutlak milik Tuhan semata? Namun, James memaksa agar ia mundur dan mengubah nasibnya sendiri.

Hal ini membuat Ary Jason kembali teringat pada masa tiga puluh tahun silam, ketika mereka masih berumur belum genap sepuluh tahun, orang tua Jason datang dengan membawa seorang anak laki-laki yang tak di kenal Jason sebelumnya. Ia berrambut pirang dan berpakaian merah.

 

“ Jason, kemarilah!” Ucap Ibunya, Milena Ary dengan melambaikan tangannya sebagai isyarat meminta Jason untuk segera menghampirinya.

“ Jason, lihat kau akan punya kawan baru. Perkenalkan ini James Sher, dia adalah anak dari salah satu sahabat Ibu, kau ingat Tante Erine, bukan?” Ucap Sang Ibu, Milena Ary dengan menunjukan seorang anak laki-laki dengan topi merah berkaos hijau.

“ Iya, ingat Bu.” Jawab Jason junior dengan menganggukan kepalanya

“ Nah, James ini adalah anak dari Tante Erine. Maka, pesan Ibu berteman baiklah kalian berdua ya, jangan nakal.” Pesan Milena Ary pada putranya dengan membelai halus kepalanya dan terhias senyum lebar dari wajah sumringah ibunda terkasihnya.

“ Hai, James. Aku Ary Jason, kau bisa memanggilku dengan nama Jason.” Jason mulai mengulurkan tangannya dan tersenyum manis menatap James kala itu. James juga ikut meraih tangan Jason sebagai tanda bahwa mereka akan berkawan baik sampai kapanpun.

 

Setelah pertemuan yang tiba-tiba itu, James Sher dan Ary Jason menjadi dua sejoli yang baik karena orang tua mereka juga berkawan baik. Setiap hari James selalu datang ke rumah Jason dan mengajaknya bermain, mulai dari berangkat hingga pulang sekolah, mengerjakan PR dan pergi ke kursus mereka selalu pergi bersama, hingga mereka menginjak bangku perkuliahan mereka juga tetap bersama dalam satu universitas walau hanya jurusan saja yang membedakan dua sejoli ini.

 

Persahabatan mereka bagaikan seekor ulat dan berubah menjadi kupu-kupu, indah dan selalu membekas dalam kenangan.

Namun, tanpa sebab yang jelas James berubah menjadi sosok seseorang yang tamak akan harta dan tahta, ia menjadi keras kepala, sombong dan melupakan semua kenangan indah yang terjalin dengan Jason. James melupakan Jason, sahabat dekatnya semenjak ia kecil. Sahabat yang selalu menolongnya ketika ia sedang kesulitan, sahabat yang selalu ada ketika semua orang menjauhinya.

Mungkin gambaran kacang lupa pada kulitnya adalah peribahasa yang pantas untuk menggambarkan sikap James Sher saat ini.

“ Tuan, apa kau baik-baik saja?” Tanya seorang penjaga yang menghancurkan lamunan masa lalunya tentang James Sher.

“ Oh ya, aku baik, kau tak perlu khawatirkan aku.” Jawab Jason dengan melempar senyum tulus dari hatinya, walau dalam batinnya masih memikirkan sikap James yang mulai kasar dan mungkin di luar sana James juga akan menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan semua angan dan mimpinya sebagai perdana menteri negara. Jason harus terus berjaga-jaga akan ancaman itu yang nampaknya ucapan James tidak main-main ketika ia mengucap kata “ akan menyesal karena menolak permintaannya.” Perkataan itu selalu terngiang-ngiang di telinga Jason.

 

Spidometer hampir menunjuk angka 100 km per jam, James memacu mobilnya dengan sangat kencang. Beberapa kali ia mulai memukul-mukul setir yang ada di depannya sembari mengucapkan kata-kata kutukan yang kasar seakan ia mengutuk semua hal yang terjadi hari ini. Ia kesal bahwa sahabatnya, Jason tidak mau mengabulkan permintaannya untuk mundur dari tahta jabatan itu.

 

“ Ini tidak bisa di biarkan. Seharusnya sahabat mengalah bukan saling bersaing seperti ini. Jason kau benar-benar tamak dengan jabatan!” Kini lagi-lagi ia menginjak keras gas mobilnya hingga membuat mobilnya melesat kencang bagai seekor macan tutul yang lari kencang mengejar mangsanya. James sangat pantas jika menjadi seorang pembalap mobil karena kecepatan melajunya benar-benar membuat seseorang dekat dengan malaikat kematiannya.

“ Aku akan mencari cara lain, agar kau memberikan tahta itu padaku.” Gumamnya dengan mengerutkan dahinya dan tertawa jahat sembari menyetir mobil dengan kencang. Pria ini nampaknya sudah hilang akal sehatnya. Apapun akan ia lakukan demi mendapatkan kursi kosong dalam parlemen negara. Kali ini benar-benar takkan ada yang bisa menghalangi nafsu dunianya.

 

Di sebuah gudang penyimpanan barang yang penuh dengan tumpukan kardus yang tak terpakai, terlihat beberapa komplotan orang sedang tertawa bahagia sembari mengeluarkan sekantung uang dari dalam karung coklat yang besar, ini merupakan hasil dari kerja rampokkan bank hari ini.

Mereka adalah King Gangster, sebuah komplotan para badboy berdarah panas, pembuat keonaran, genk motor ugal-ugalan, perampok dan pembegal besar, perkumpulan para pembunuh bayaran, dan merekalah gangster yang selama ini di takuti oleh seluruh penduduk kota Washington dan sekitarnya. Nama mereka merebak hingga ke penjuru kota dengan catatan kriminal yang tiada tara, sungguh mereka adalah preman jalanan yang tak punya belas kasihan.

 

King Gangster, mereka berenam dengan kejahatan skill yang berbeda dan luar biasa segala bentuk kriminal merekalah rajanya, mereka adalah si criminal experts.

Sudah banyak mata-mata pemerintah yang melacak keberadaannya namun tak kunjung menemukan markas persembunyian mereka, karena mereka selalu berpindah-pindah tempat di setiap aksinya.

Bukan hanya berprofesi sebagai perampok, penodong atau pembegal, mereka juga aktif menerima permintaan untuk menghajar dan menghilangkan nyawa seseorang dengan tarif yang setimpal dengan pekerjaannya. Pembunuhan dengan jasa mereka selalu berjalan mulus tanpa kerikil, rahasia pelaku aman selama nyawa dan kehidupan para Gangster tak terancam karena radar kepolisian. Namun, jika mereka tidak mendapat bayaran yang setimpal maka ia tak segan-segan untuk membocorkan pelaku peminta pembunuhan itu pada polisi.

“ Jika seperti ini terus kita akan segera kaya raya.” Gumam salah satu orang berbadan besar dengan tato yang memenuhi lengannya sembari menghamburkan uang ke udara seakan-akan ada hujan uang di dalam gudang markas rahasia mereka.

 

Semua anggota disana hanya ikut tertawa bahagia dengan suara yang jahat seperti sosok penyihir yang kejam, mata tajam mereka menyaksikan berlembar-lembar uang yang bertebaran ke udara. Jika di hitung, ada sekitar enam orang dengan tampang yang sangar nan mengerikan yang tengah mengerumuni kantung yang berisi uang itu.

 

“ Kemarilah, nak. Kau yang berjasa atas uang-uang ini.” Ujar salah satu orang dengan mata yang tajam dan bertato menatap seorang anak muda yang tengah bersandar di antara dinding gudang persembunyian.

 

Pria muda itu mulai melangkah menghampiri sosok lelaki yang memanggilnya.

 

“ Dialah pahlawan kita hari ini, berkat kerjanya penghasilan rampok hari ini lebih banyak dari sebelumnya.” Gumam pria itu dengan tertawa jahat sembari tangannya menepuk-nepuk pundaknya sebagai bentuk apresiasi dan bangga terhadap anak didiknya yang satu ini.

“ Terima kasih, Jack.” Ucap beberapa di antara mereka bersulang atas nama Jack.

“ Kau memang paling muda namun sangat berbakat.” Puji seseorang dengan menepuk pundak Jack sekali lagi.

Mereka tertawa jahat lagi mengiringi setiap uang yang keluar berhamburan. Pria muda itu bernama Jack, Jack O’Hammels. Ia adalah lelaki jahat kelas kakap yang pernah ada, usianya masih sangat muda namun keahliannya sudah sangat luar biasa.

 

Jack O’Hammels anak dari seorang saudagar kaya raya yang hidup di California, ia di besarkan dalam keluarga yang keras dan penuh tempramental, ayahnya sangat keras dalam mendidiknya, ia sering kena marah dan kena pukul jika ia berlaku tidak sesuai dengan apa yang ayahandanya inginkan. Hampir setiap hari juga, Jack selalu melihat pertengkaran hebat antara ayah dan ibunya yang terkadang membuat ibunya terluka karena pukulan demi pukulan yang di terima dari ayahnya.

Suatu malam yang sunyi ketika semua orang pulas tertidur, Jack mulai terbangun oleh suara bising yang di dengarnya dari lantai bawah, ia melihat Ayahnya memukul ibunya dengan sangat keras hingga membuat luka berdarah nan membiru yang memenuhi wajah dan sekujur tubuhnya. Kali ini ayahnya sudah bertindak kelewatan, Jack berusaha melindungi Ibunya namun ia malah di tarik paksa dan di kurung di dalam sebuah gudang yang berdebu. Ini yang membuat trauma psikis bagi Jack yang kala itu masih kanak-kanak. Seharusnya ia bermain dan berbahagia bersama keluarga serta teman-temannya, tetapi ia malah menyaksikan sebuah kekejaman dan kekerasan dari ayahnya di depan mata kepalanya sendiri.

Suatu hari, karena tidak tahan dengan sikap ayah Jack yang tempramental dan ringan tangan, Ibu Jack menggunggat cerai suaminya di depan para hakim. Palu telah di ketuk oleh hakim, ayah dan ibu Jack akhirnya resmi bercerai ketika usia Jack menginjak 10 tahun, ia menjadi seorang anak terlantar karena perceraian orangtuanya, hingga ia di besarkan di lingkungan yang keras dan penuh dengan kejahatan. Dia hidup dan besar di jalanan.

Sejak kecil Jack di anggap sebagai sosok yang aneh, dia selalu berbicara sendiri dan tidak memiliki seorang teman bermain dalam hidupnya, ia selalu menyendiri dan merasa kesepian. Terkadang ia juga duduk merenung, menangis dan bahagia dengan berlebihan bak seorang maniak. Ada sedikit hal aneh yang terjadi dalam diri seorang Jack O’Hammels itulah yang teman-temannya rasakan ketika bermain atau dekat dengan sosok Jack.

Di usianya yang mulai menginjak 17 tahun, sikap Jack berubah drastis dan malah semakin memburuk, ia bergabung dengan salah satu komplotan preman jalanan yang bertugas sebagai penjambret dan penodong uang. Di usianya yang menginjak 18 tahun Jack menjadi incaran pihak kepolisian karena ia telah membunuh seorang laki-laki tua, yakni ayahnya sendiri dengan modus balas dendam atas sakit hati ibunya. Ia membenci ayahnya hingga ia tega membunuh korban dengan lima tusukan pisau yang ia curi dari seorang pedagang perabotan rumah tangga di pasaran.

Perjalanan kriminal inilah yang membuatnya hidup di jalan yang gelap, jalan yang salah dan makin tersesat dalam jalan kesesatan. Kini Jack telah menginjak usia 24 tahun, sudah 3 tahun lamanya ia telah bergabung dan menjadi anggota bengis dalam gangster yang terkenal menakutkan bernama King Gangster itu. Dalam gangsternya ia di angkat sebagai panglima eksekusi, karena sifat begisnya dalam membunuh ia dinobatkan sebagai *King of Murderer*.

 

Siapakah sosok Jack sebenarnya? Seberapa bahayakah dia?

>>>>>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!