NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Lyra, Antara Cinta Dan Hidayah

prolog

"Bunda Cantik ...." Tampak seorang gadis kecil berlari menghampiri dan seketika merangkul bahuku.

"Kamu mengenal gadis kecil ini kah, Ly?" Kak Fida yang sedang duduk di hadapanku tampak keheranan.

Terik mentari menggenggam semesta, bias panasnya menelisik hingga pori terdalam. Terjangan panas yang syukurnya berakhir saat kami memasuki Rumah Makan Lesehan dengan pemandangan alam yang memanjakan mata kami.

Sebuah kolam ikan dipenuhi koki cantik berwarna-warni, batu-batu bulat tersusun rapi melingkar menjadi penjaga, gemericik air terjatuh manja memberi kesejukan dan penghidupan puluhan koki yang membuka dan mengatupkan mulutnya menggemaskan.

Di dalam rumah makan tampak bunga dalam kreasi botol-botol bekas yang tersusun indah di setiap sisi dinding semakin memanjakan netra kami yang saat ini sedang duduk menanti sosok yang dinanti.

Aku seorang buruh pabrik di daerah Bekasi. Aku duduk beralas anyaman bambu yang halus dan nyaman tak sendiri, seorang sahabat sedang menemaniku. Fida Alifia, sahabatku sejak 6 tahun silam bersamaku kini.

Kedatangan kami saat ini bukan tanpa alasan. Kak Fida hendak mempertemukanku dengan seseorang, men-ta'arufi kami tepatnya. Usiaku 25 tahun, usia yang sebetulnya sudah cukup untuk menikah, namun kegagalan masa lalu serta hidayah yang menghampiri membentengiku untuk tidak berhubungan dengan non muhrimku.

Entah mengapa sejak dua minggu lalu Kak Fida selalu mendesakku agar setuju dikenalkan oleh seorang pria, sahabat suaminya. Setelah beberapa kali pertemuan kami gagal, akhirnya Kak Fida merencanakan pertemuan kami kembali hari ini.

____________

Flashback ...

"Ayolah Lyra, mau sampai kapan kamu sendiri? Tidakkah kamu ingin ada yang menjaga dan melindungimu? Memiliki keluarga kecil, menjadi ibu, mengurus rumah. Itu sangat menyenangkan Ly …." 

Entah sudah berapa kali Kak Fida kerap melontar harap yang sama. Bahkan aku takut berpikir ke sana, menjalin hubungan … dan terluka. Rasa yang menjadi momok menyeramkan, rasa sakit yang masih membekas dan sulit terhapus walau bertahun terlewati.

"Bukan begitu Kak, tapi memang sulit untukku membuka hati kembali," ujarku dengan jawaban yang sama. Aku menunduk hingga seketika bayang orang-orang masa lalu seketika melintas. Cinta pertamaku kandas karena ia telah dijodohkan orang tuanya, hingga cinta kedua hadir menjadi pelipur namun nyatanya harus berakhir pula saat hidayah menyapaku. Aku meninggalkan ia yang begitu tulus hanya untuk satu alasan. Tuhanku akan membenci kedekatan kami.

"Lyra ... Tidakkah kamu ingin menjalankan perintah Rasulmu? Menikah itu suatu sunnah Ly. Yakin cinta itu akan sangat indah di bawah naungan cinta-Nya. Belajar dan meraih surga bersama dengan seseorang yang telah menjadi pasangan halalmu ...." Kak Fida begitu bersemangat setiap kali membahas masalah ini, ia sedang merayuku.

Aku terdiam, entah alasan apalagi yang harus kulontarkan. Karena sesungguhnya hati kecilku membenarkan  semua ucapan sahabatku.

"Heii, gimana? Kamu mau kan? Aku yakin kamu pasti suka dengan pria ini! Ia teman mas Fahmi suamiku, orangnya sholeh Ly ...."

"Kak Fid .... Maaf! Belum saat ini!" ujarku masih kokoh dengan keputusanku.

"Kenapa Ly? Apa kamu masih belum bisa melupakan Firgie? Ingat Lyra, ia tidak berani menikahimu. Keputusanmu sangat benar, kamu memilih cinta Robb-Mu dibanding Firgie yang hanya cinta duniamu. Kalau kamu memang di hatinya, ia pasti memperjuangkanmu tapi ia bahkan tidak datang di hari pertemuan kalian," ujar Kak Fida membuka cerita kelamku.

"Bukan! Bukan itu, Kak!" lirihku.

"Lalu apa? Atau Mas Dimas? Cinta pertama yang telah menikah dengan tunangannya itu? Ya ... Mas Dimas memang sosok spesial untukmu kan? Ingat dulu bagaimana begitu rapuhnya kamu berpisah dengannya."

Kak Fida benar-benar membuka lukaku, bukan lagi menggoresnya melainkan mencongkel seluruh lukaku tak tersisa. Kisah kelam dua sosok yang pernah hadir dan hingga kini tak bisa dienyahkan. Mereka tetap duduk manis di sudut hatiku. Bodoh memang! Setelah luka yang ditoreh bahkan aku masih membiarkan mereka menempati ruang itu.

"Stop! Sudah Kak!!" Tak terbendung kini air mata yang selalu menjadi teman malamku. Teringat kepingan cerita yang hilang karena takdir belum memihaknya. Aku sibuk kini dengan aktivitas sebagai leader di PT, serta menyempatkan membantu mengajar baca tulis AlQuran di waktu soreku. Menyibukkan waktu untuk mengabdi. Melupakan cinta manusia dan berfokus pada cinta Sang Kholiq.

"Baik. Aku setuju Kak ...," ujarku akhirnya karena letih dengan pembahasan ini.

Aku akan membuka hatiku, monolog batinku.

Kak Fida terlihat tersenyum padaku. Ada sesuatu di matanya yang tak mampu kubaca.

"Lyra, aku yakin kamu pasti akan cocok dengan pilihanku," gumam Kak Fida yang kutanggapi dengan anggukanku.

"Tapi aku memiliki syarat untuk ta'aruf ini!" ujarku setelahnya.

"Apa itu? katakanlah?"

"Aku tidak ingin mengetahui tentang pria itu. Aku percayakan semua padamu! Aku yakin dengan pilihanmu. Kamu tau aku tidak mencari yang aneh-aneh. Cukup ia baik dan mampu menjadi imam untukku kelak," lugasku. Kak Fida terdiam menatapku.

"Ly, apa ka-mu masalah jika pria itu te-lah me-miliki a-nak?" ujar kak Fida dengan hati-hati berucap padaku.

"Maksudmu?" bingungku.

"Ia seorang duda, Ly. Berpisah dengan istrinya karena istrinya selingkuh dengan rekan kerjanya," jelas kak Fida.

Deg.. rasa apa ini? Bahkan aku belum tau siapa calon yang akan berta'aruf denganku tapi hatiku sakit membayangkan sosok yang kita cinta berkhianat. Mungkin aku terbawa kisah masa laluku. Entah bagaimana perasaan lelaki itu mengetahuinya. Duhh, kenala aku jadi memikirkan lelaki itu? monologku kembali.

"Lalu bagaimana sikapnya mengetahui sang istri menduakannya?" tanyaku penasaran dengan kisah lelaki itu.

"Karena alasan putrinya yang masih kecil awalnya ia memberi kesempatan istrinya, namun istrinya tetap bermain dengan pria lain di belakangnya. Ia dengan berat hati akhirnya melayangkan surat perpisahan kepada istrinya tersebut."

"Lelaki yang malang, tak ubahnya seperti aku," gumamku.

"Oya, berapa usia anaknya? Laki-laki atau perempuan?"

"Anaknya perempuan Ly, sekitar 5 tahun usianya. Dia sangat manis dan menggemaskan, kamu pasti akan langsung menyukainya jika bertemu."

"Ada lagi yang ingin kamu ketahui, Ly?" Kak Fida bertanya seakan menggodaku.

"Untuk saat ini cukup!"

"Tidakkah kamu ingin tahu bagaimana rupa calon imammu?" Kak Fida mulai memancingku.

"Rupa tidak menjadi prioritasku kini, Kak." Ya … untukku yang pernah berkali gagal agaknya kebaikan akhlak cukup untukku memilih imamku.

"Okelah ...."

___________

"Bunda, kok bengong sih?" Seorang gadis yang merasa nyaman merangkul bahuku berujar menyadarkan lamunku.

Kembali teringat awal pertemuanku dengan gadis menggemaskan ini beberapa waktu lalu. Kami bertemu sekitar 1 bulan yang lalu di Gramedia Central Mall. Gadis kecil dengan mata bulat yang sangat menarik hatiku, wajahnya cantik dan menggemaskan. Gemulai geraknya membuatku tersihir terus menatapnya. Ternyata takdir mempertemukan kami lagi di sini.

"Hai Bunda cantik, Mayla senang sekali beltemu Bunda di sini," ujar sang gadis kecil sambil terus menatap wajahku.

"Bunda juga senang bertemu Mayra lagi."

"Oh ya, apa yang Mayra lakukan di sini dan dengan siapa Mayra ke mari?" tanyaku lagi sambil mencium gemas pipi chubby miliknya.

"Dengan Ayah, itu ayah Mayla." Sang gadis kecil menjawab sambil menunjuk 2 lelaki yang sedang berjalan ke arah mereka, jarak yang jauh membuatku tak mampu menangkap sosok mereka.

"Pria yang menggunakan kemeja coklat adalah suamiku Fahmi, Ly!" seketika Kak Fida melontarkan kata-kata yang membuatku terkesiap.

Bukankah tadi Mas Fahmi bilang akan menjemput calon suamiku? Jika pria di sebelah mas Fahmi adalah ayah Mayra, maka Mayra akan menjadi putriku, kah? monologku.

Kuajak Mayra berkeliling sampai ke sebuah taman dengan air mancur yang sangat indah. Kulihat Mayra menyukainya. Kami beberapa kali melakukan selfie di sana. Hingga tiba-tiba Mayra membalik badan dan tampak berbinar matanya.

"Yeaa … Ayah Mayla datang! A-yah ...," Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan, di balik sana calon suamiku tiba, calon imamku ... orang yang akan mengarungi bahtera bersamaku. Sembari mengucap Bismillah aku pun berbalik. Dan ….

Ohhh ... Bu-kankah  i-tu …?

Seketika pandanganku gelap, bayangan orang-orang di sekitar semakin lama tak terlihat. Tetesan air telah memaksa keluar dari sudut mataku. Hanya sayup-sayup suara yang masih kudengar.

"Lyra ...."

"Bunda kenapa A-yah?"

Terasa seseorang merengkuh tubuhku.

Sayup masih kudengar …

"Ba-ngun Lyra-ku...."

Dan aku tak mengingatnya lagi ...

______________

🌻Thor sengaja kasih bocoran cerita dipertengahan yaa❤..

Siapakah pria yang ditemui Lyra?

*Bab selanjutnya Slowdown dulu kita ikuti kisah awal mula pertemuan setiap tokoh di novel Thor😊

_______________

🌻Mohon dukungan untuk karya pertama Thor..

🌻Mohon maaf PUEBI nya masih berantakan

🌻Happy reading❤❤

Keputusan Lyra

6 Tahun lalu ...

Namaku Lyra, lengkapnya Lyra Fariska usiaku 19 tahun kini. Aku anak pertama dari 3 bersaudara berjenis kelamin perempuan semua. Tentu Bapakku yang paling tampan di rumah. Keadaan perekonomian keluarga telah memaksaku mengambil keputusan yang sangat berat. Pergi jauh dari keluargaku.

●●●●

"Benar kamu mau ke Bekasi Ly?" sapa ibu lembut membuyarkan lamunanku.

"Iya Bu, Ibu tau sendiri kerja di tempat Lyra sekarang gajinya kecil mumpung ada kesempatan Bu," lirihku.

"Lyra dengar dari Mbak Susi kerja di Bekasi enak, gajinya sesuai UMR, banyak tunjangannya, ada anter jemputnya juga. Lyra mau bekerja disana bu!" ucapku lagi, berusaha tegar namun air mata tak dapat kubendung.

"Ingin ibu tentunya kamu bekerja tak jauh dari kami. Tapi jika itu sudah keputusanmu. Ibu akan selalu mendo'akan keberhasilanmu nak asalkan kamu selalu bisa menjaga dirimu. Selalu mengabari kondisimu dan jangan lupa seletih apapun pekerjaanmu ibadah tidak boleh kau tinggalkan nak!" lirih ibu sambil mengusap air matanya.

Tak lama Bapak pun menghampiri. "Kamu mantap Ly?" ujar Bapak dengan nada datarnya.

*Yahh, memang Bapak orang yg tegas dan bukan orang yg dengan mudah mengutarkan sayang.

Hanya perilaku yg sering ia gambarkan kepada kami anak-anaknya melalui perhatiannya. Raganya seakan tak pernah letih mengantar kami anak-anaknya ke sekolah. Kadang iapun menjemputku.

Setiap ada kesempatan selalu ia luangkan untuk mengajak kami jalan-jalan. Yahh walau sekedar hanya jalan-jalan, merasakan semilir angin ataupun melihat indahnya lampu jalan. Kami sudah sangat senang. Itulah bukti sayang Bapak untuk kami.

"iya Pak, Lyra mantap," jawabku tanpa bisa menatap mata Bapak. Aku tak boleh menangis dihadapan Bapak, batinku.

Tak lama Bapak meninggalkan kami.

Ku tahu Bapak berlalu agar akupun tak melihat kesedihannya untuk berpisah dengan gadis kecilnya yang kini telah beranjak dewasa dan telah merasa memiliki kewajiban meringankan beban orang tuanya.

Aku dan ibu berpelukan saling menguatkan.

Kedua adik manisku pun ikut membaur dengan air yg telah menetes dikedua pipi halusnya.

"Mbak jaga kesehatan disana ya!" ucap Sherly yg telah lebih dewasa membaur memeluk aku dan ibu.

"Mbak nanti jangan lupa Eca ya!" ucap adik bungsuku tak ingin kalah ikut mendekap sambil mengerucutkan bibir kecilnya.

"Nggak lah sayang, Eca mau mbak beliin apa kalo mbak pulang?" tanyaku. Kulepaskan pelukan ibu dan adikku Sherly.

"Eca mau boneka berbie mbak. Mbak bawain buat eca ya!" ujarnya padaku.

"Pasti sayang," ucapku sambil menciup kedua pipi mungilnya.

Kulihat Bapak ku tersenyum melihat kedekatan terakhir kami tersebut.

Mataku bepapasan dengan mata Bapak.

Aku senang melihat senyummu Pak. Walau kutahu kebimbangan sedang menyelimutimu, batinku.

●●●●

Cerah udara pagi ini.

Sepoi angin mengiringi keberangkatanku ke kota yg akan menjadi tempat tinggalku kelak.

Bekasi.

Walau pernah 2 tahun lalu aku kesini kerumah mbak Susi. Tapi semua terasa sangat asing. Pemandangan baru yang kelak akan menyimpan banyak memori tentang kehidupanku.

Waktu menunjukkan Pukul 08.00

ketika kaki ku menginjakkan tempat baru ini.

"Assalamu'alaikumm," ucap ku ragu karna pernah sekali aku kesini dan itu sudah 2 tahun lalu.

"Wa'alaikumussalam, sebentar," terdengar suara perempuan dari balik ruangan tertutup dihadapanku.

Pintupun terbuka.

Alhamdulillah benar sosok mbak Susi dihadapanku. Ia adalah sepupuku. Anak dari kakak Bapak. Sosok berusia 24 tahun dengan tubuh sedikit berisi dan tidak terlalu tinggi itu tak pernah berubah.

"Hai Ly, ayo masuk!! Gimana perjalananmu? macet gak? Ko gak ngabarin mbak kalau sdh dekat, kamu nyasar gak kesini?" ujar mbak Susi padaku.

"Alhamdulillah lancar mbak, tadinya sempat ragu dan mengingat-ingat tapi alhamdulillah benar ini kontrakan mbak. Bapak gak bisa nganter karna gak bisa libur sama atasannya," ucapku sambil memperhatikan kontrakan 3 petak yang akan menjadi kediamanku selama bekerja di Bekasi nanti.

"Hmm.. oya, kamu nanti tes jam berapa? biar dianter temen mbak, kamu kan blm tau daerah sini," ujarnya.

"Jam 9 mbak."

"Yaudah, siap2 sana! kemeja putih dan celana hitamnya bawa kan?."

"Iya bawa mbak," jawabku

Selanjutnya kudengar sayup-sayup mbak Susi menghubungi seseorang.

"Mas Rhino, tolong antar adekku ke PT.XX ya,

mas libur kan sekarang??" ucap mbak Susi.

"Okee, aku tunggu di rumah ya!" mbak Susi menutup teleponnya.

Kulihat wajahku di cermin, kuberi pelembab wajah dan lipstik berwarna nude di wajahku.

Memang aku tak begitu suka berdandan, hanya agar tak terlihat pucat saja.

*Oya.. Thorr lupa memberi tahu.

Lyra menggunakan hijab ya😉

Memang masih hanging hijab belum syar'i tapi ia berusaha menjalankan perintah agamanya. Walau bukan dari keluarga islami sepenuhnya, waktu SMK ia pernah mengikuti ekskul Rohis yang sedikit menyentil imannya akan ada aturan berhijab dalam agamanya.

Paling tidak saat ini aku keluar rumah menggunakan hijab. Menjaga pandangan buruk terhadapku, batinku.

"Sus..."

"Eh mas Rhino, ini kenalkan adekku Lyra."

Kulihat sosok yg tiba-tiba hadir di depan pintu. Sosok tinggi 170cm dengan badan kurusnya, kutatap wajah asing itu.

Terlihat laki-laki yg baik dan cukup dewasa, sekitar usia 28 tahunan.

"Ayo Mas antar, kamu tenang aja Mas teman mbak Susi, jadi anggap seperti kakak mu juga," ucapnya lembut serasa tau ketidaknyamanan ku akan berboncengan dengan lelaki asing itu.

"Sudah sampai ya Ly, mau mas tunggu atau nanti kamu hubungi mas kalau tesnya sudah selesai, biar Mas jemput?"

"Gak usah Mas, nanti aku juga kenalan dengan teman-teman disini. Aku akan tanya alamat mbak Susi, kalau aku kesulitan baru aku hubungi mas."

°°Aku memang sosok mandiri. Setidaknya dari luar terlihat pemberani walau sebetulnya aku sosok yg mudah melow😉

●●●●

🌻Salam Cinta❤dari thor semoga karya pertama thor ini bisa di terima😊..Mohon like dan komen nya ya..biar thor semangat up nya😊😊

🌻happy reading❤❤

Mulai Bekerja

Seminggu sudah Lyra bekerja di tempat baru ini. Dengan seragam yang dipakainya, sepatu seragam, hijab seragam. Kuperhatikan diriku di cermin toilet.

Cantik juga aku, terlihat rapi, batinku memuji diriku sendiri. Padahal sih wajah tetap sama saja, hiii ... Kurapihkan hijabku,bagian bawah hijab kumasukkan kedalam seragam kerjaku.

°°Wajahku ...

Beberapa orang bilang sih aku cantik tapi biasa saja kupikir.

Putih banget nggak tapi gak hitam yaa😊

Manis lebih tepatnya..

Dan banyak pula yang bilang aku menyenangkan, baik, penurut dan sopan.

Memang pribadiku tidak suka menyusahkan orang lain, tidak suka pula melakukan ataupun bicara yang berlebihan. Aku menyukai hidup apa adanya, dan aku paling benci dibohongi!!

●●●●

Kami masih dikumpulkan di ruangan besar ini. Sekitar 200 orang yang lulus tes kemarin masih melakukan pengenalan terhadap perusahaan.

Dan kemudian saatnya pembagian stage / posisi yang akan Lyra kerjakan.

🌻INFO

Lyra bekerja di Perusahan yang tergolong bonafit di bekasi.

Perusahaan di bidang Elektronik dengan luas sekitar 4 Hektar. Dengan ribuan karyawan yang terbagi-bagi menjadi berbagai divisi.

"Lyra, Rini, Fida,.....dll," seorang leader/atasan memanggilku dan beberapa rekan lainnya.

"Kalian yang kupanggil akan menjadi Inspector. Kalian akan mengecek tugas akhir pekerjaan teman-teman dalam 1 line kalia, Kalian mengerti???"

Sejenak ku perhatikan, hampir semua yang di panggil sebagai inspector rata-rata yang bertubuh tinggi sepertiku sekitar 160-165cm.

"Iya mbak,"jawab kami kompak. Lalu kami di bawa untuk training kembali untuk menguasai bidang dan tugas-tugas yg harus kami cek dalam bagian kami.

#INFO

1 line ada sekitar 60 orang dengan berbagai tugas berbeda. Dari mulai merakit kerangka, memasang part ini dan itu. Sampai pada akhirnya bagian Inspector pengecekan akhir sebelum barang elektronik di packing.

"Line A : Lyra, puji, indah,..........., seseorang memanggil 60 orang dari kami termasuk aku didalamnya.

Wanita yang memanggil kami betubuh tinggi, terlihat tegas, ia berhijab dan kecantikannya yang paling kuperhatikan.

"Cantik," ujarku dalam hati.

Ia menggunakan rompi hijau bertuliskan kata LEADER.

"Kalian semua ikut aku! Aku akan menjadi leader/pimpinan kalian di line ini," ucap wanita itu lagi.

"Perkenalkan Namaku Dewi Kumala. Aku sangat membutuhkan kerjasama kalian di line ini. Aku minta dalam line ini tidak ada orang yang menganggap yang berpengalaman pasti lebih pintar karna dimataku kalian sama.

Aku butuh tanggung jawab dan keseriusan kalian dalam bekerja. Karna kalian tentunya tau bagaimana sulitnya mencari pekerjaan apalagi kalian sudah masuk di PT ini.

PT yang cukup besar dan terkenal tidak mudah untuk siapapun bisa di terima.

kalian tentunya telah mengalami berbagai tes bukan?? Dari total 600 pelamar yang masuk. kalian adalah bagian dari 200 orang yang terpilih. Dan kalian harus berbangga dan menjaga kepercayaan kami ...."

Dan banyak hal lain yang mbak Dewi sampaikan. Dari mulai pengenalan perusahaan, peraturan, gaji, tunjangan yg akan kami peroleh. Planing yang harus kami capai tiap harinya. Dan banyak hal lainnya.

Dalam benakku bergumam.

Cantik dan pintar ... senang mempunyai leader Mbak dewi, smoga aku tidak akan mengecewakannya.

●●●●

🌻Kulihat Jam menunjukkan jam 18.05 saat jemputan perusahaanku melewati gang kontrakan mbak Susi.

"Babe stop..!!!!"

Dengan kaget Babe jemputan mengerem mendadak..sebab ucapku ternyata mengagetkannya.

"Kelewatan sedikit, gpp lah. Olah raga, Lyra"

ujarku menyemangati diri.

Yah maklum aku masih mengingat2 gang demi gang yang terbangun kontrakan mbak Susi... Hiii😃.

°°Aku memulai bekerja Pukul 06.00 dan selesai Pukul 15.30.

Untuk bagian Inspector kami di minta lembur sampai Jam 17.00 karena training yang kami lakukan lebih banyak ketimbang bagian yang lain. Apalagi besok kondisi kami sudah mulai membuat produk.

Letihhhh.

Sampai juga akhirnya aku ke rumah. Kontrakkan mbak Susi lebih tepatnya.

Kurebahkan tubuhku di kasur mbakku yang empuk, kasur yang kini harus berbagi denganku.

Kulihat secarik kertas menempel disudut cermin

"Mbak masuk malem Ly, kamu berani kan sendiri? ada lauk dan sayur di meja belakang. Kamu jangan lupa makan ya!!" kulipat kertas tersebut.

yahh, mbak Susi gak ada.

Aku sendirian ...

Sepi ...

Sejenak ku tengok keluar kontrakan mbakku tersebut.

Seluruh penghuni kontrakan sepi, mungkin mereka didalam sedang beristirahat atau mungkin sedang masuk malam seperti mbak Susi.

Maklum Bekasi adalah Kota pekerja banyak dari kami pendatang dari luar kota yang mengais rezeki disini.

Didepan kontrakan yg berjejer ini ada rumah-rumah warga sekitar. Kuperhatikan salah satu rumah disana. Terlihat bising, riuh suara kedua anak yang sedang bermain, di timpali ayah dan ibu mereka yang sesekali berteriak.

"Awas jangan kamu ganggu adikmu Shifa...." kasihan adikmu masih kecil.

Tak terasa butiran air jatuh di pelupuk mataku. Aku rindu saat-saat berkumpul dengan keluargaku.

Sedang apa mereka.

Ersha yang biasa usil menjahili Sherly yang sedang mengerjakan tugasnya.

Ibu yang sangat rajin membaca kitab suci selesai ibadahnya.

Aku terbiasa menemani bapak yang sedang menonton acara Dangdut di TV.

Ada kerinduan yang dalam akan sosok-sosok mereka.

Ibuu ... Lyra kangen, ingin menelepon rumah. Tapi khawatir gak bisa menahan tangis dan jadi beban mereka yang menghawatirkan anaknya yang kini jauh.

Azan Magrib tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

Sampai lupa belum ganti pakaian n langsung merebahkan diri tadi. Kubuka ikatan hijabku yang biasa kuikat kebelakang. Kini peniti hijabku. Mandi dulu dan sholat.

Setengah jam kemudian kulahap habis sepiring nasi, lauk dan sayur buatan mbak Susi.

Tiba-tiba hp ku berbunyi, ibuku menelepon.

"Lyra kamu sudah pulang? Bagaimana pekerjaan hari ini??"

"Kamu capek ya? Susah gak kerjaan kamu? Bagaimana teman2 kamu banyak gak? Sudah mandi? Sudah sholat? Sudah makan?" ucap ibu bersemangat dengan tanya nya yang bertubi-tubi.

"Lyra baik bu, semua nya bisa Lyra atasi.

Lyra sudah makan, sudah mandi, sudah sholat. Lyra lagi sendiri bu, mbak Susi masuk malem. Tapi ibu gakusah khawatir Lyra berani disini rame dan orangnya baik-baik," ucapku menenangkan ibu padahal sejujurnya terselip sepi.

"Ibu ... Lyra akan baik-baik demi ibu. Lyra akan kuat dan membanggakan ibu," lirihku setelah ibu menutup teleponnya.

●●●●

🌻lanjut bagian berikutnya..

🌻happy reading❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!