......🌺......
...Hii Bestiee 👋...
^^^Ayo sebelum kalian baca cerita ini lebih baik kalian tekan tombol bintang di bawah ya🥰^^^
...Mohon maap untuk salah letak tanda baca nya ya, karena saya sendiri masih sambil-sambil belajar juga...
.....🌺.....
"Kamu harus kuat, katanya mau nyelesain kuliah nya terus nikahi aku! Ha-harus kuat Aska." isak tangis seorang gadis..
"Gue, gue gabisa, hidup gue bakal selesai disini."
"Aska kamu ngomong apa sih? Kamu udah janji untuk terus ada di samping aku kan."
Gadis itu menangis terisak-isak, sambil memeluk seorang lelaki yang sudah terbaring di tanah. Kepala lelaki itu sudah berlumuran darah segar, wajah nya pucat seperti sudah diambang Kematian.
"Tolong. Aku mohon siapapun yang ada disini tolongin Aska." teriak gadis itu.
Perlahan lelaki itu sudah memejamkan mata nya, rasa nya ia tidak bisa menahan kesakitan ini lagi.
Perih sangat perih....
Sampai akhirnya ada segerombolan lelaki yang datang, gadis itu tidak tau itu siapa, ia hanya menjerit meminta pertolongan, berharap akan ada membantunya untuk membawa kekasih nya kerumah sakit.
"Kak Aska!" Teriak Rehan. Rehan lah yang datang dengan teman-teman nya.
Rehan sempat menangis melihat kondisi kakak nya yang sudah terbaring lesuh seperti itu. Seketika tubuh Rehan langsung lemas tak berdaya, tetapi ia harus tetap kuat, ia harus membawa kakak nya sampai ke rumah sakit secepat nya.
"Kak, kakak harus kuat. Kita bakal ke rumah sakit sekarang!" Setelah mengatakan itu, tanpa babibu, Rehan langsung menggendong kakak nya, ia tak peduli banyak nya darah yang sudah mengenai kaos putih milik nya. Sedangkan teman nya yang lain membantu Rehan agar tidak terjatuh.
Gadis yang sempat terdiam itu menarik pergelangan tangan Rehan, "Saya mau ikut ke rumah sakit." ucap nya terdengar sangat pelan sekali.
"Lo siapa anjing? Lo yang udah nyakiti kakak gue?" bentak Rehan kuat dan kasar.
"Bu-bukan. Saya pacar kakak kamu, saya harus temenin dia di rumah sakit." jawab gadis itu dengan gugup.
"Lebih baik lo bawa kak Aska ke rumah sakit sekarang, Han! Kakak lo butuh pertolongan, perempuan ini gak perlu lo urusin." ujar Rey salah satu teman Rehan.
Rehan tak mengubris ucapan teman nya, ia langsung berlari dan membawa kakak nya masuk ke dalam mobil.
Sementara gadis tadi hanya terdiam di tempat. Jika tidak di izinkan untuk ikut naik ke dalam mobil milik Rehan, lebih baik ia mencari taxi saja kan.
Ketika gadis itu hendak pergi, teman Rehan yang berbicara tadi malah menarik pergelangan tangan nya, "Lo mau kemana? Ayo ikut kita, kita bisa antar lo ke rumah sakit. Kita tau kok kalau lo itu pacar nya kak Aska, kak Aska udah sering cerita ke kita." perjelas Rey.
Tak banyak bicara, gadis itu hanya mengangguk, kemudian ia pun mengikuti langkah Rey, dan memasuki mobil nya.
Setelah 20 menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit Cahaya Murni, rumah sakit tempat Aska dirawat. Sementara gadis tadi, ia malah langsung saja membuka pintu mobil, dan berlari tanpa berterima kasih ataupun menunggu teman-teman Rehan yang tadi.
Dada nya sesak, mata nya sudah sembab dan bengkak, tubuh nya seperti sudah kehilangan tenaga. Ia akan merasa menyesal seumur hidup kalau sampai terjadi kenapa-kenapa dengan Aska. Kekasih nya.
Saat gadis itu sudah sampai di depan ruangan darurat, ia melihat ada Rehan yang sudah terduduk lemas di kursi tunggu. Mungkin sekarang Aska sedang di rawat, ia juga harus menunggu.
Sementara teman-teman Rehan yang tadi, juga barusan sampai dan ikut duduk di kursi tunggu, samping Rehan.
Rehan meneteskan air mata nya, ia tak tahu kalau ia sampai kehilangan kakak angkat nya itu. Karena Rehan sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Aska.
Salah satu teman Rehan mengusap punggung belakang Rehan, "kak Aska pasti baik baik aja." ucap nya menyemangati Rehan.
Rehan tak menggubris teman nya itu, mata nya kini beralih menatap ke arah gadis yang sedang berdiri dengan air mata yang berlinang.
Rehan bangkit dari duduk nya, lalu berjalan mendekati gadis itu. "Lo siapa?" tanya Rehan datar.
Bukan menjawab, gadis lugu itu malah mangkin menundukkan kepala nya, dan meremas kuat baju yang di kenakan nya.
"Lo gapunya mulut? Jawab gue sekarang, lo ada hubungan apa sama kakak gue?!" tanya Rehan lagi dengan nada sedikit membentak.
"Sa-saya pacar nya." jawab gadis itu gugup dengan wajah nya yang terus menunduk.
"Jadi lo yang selama ini di ceritain kakak gue." ucap Rehan dalam hati. Kemudian ia kembali menatap gadis yang ada di depan nya lagi, "Lo mau nikah kan sama kakak gue?" tanya Rehan.
Gadis itu tak menjawab, ia terus menunduk dan meneteskan air mata. Rasanya mulut nya sudah kaku untuk berbicara, sekarang ia hanya memikirkan Aska dan Aska. Kekasihnya.
"Kok lo diam sih? Gue mau tanya, kenapa kakak gue bisa babak belur gitu? Siapa yang udah berani nyakitin kakak gue?" tanya Rehan penuh penekanan.
Karena sudah diserang dengan beberapa pertanyaan, akhirnya gadis itu menguatkan dirinya untuk berbicara. Perlahan Gadis itu mendongak menatap wajah Rehan yang terlihat sangat menakutkan, jika di lihat-lihat wajah Rehan sudah hampir sama dengan iblis yang berwujud seperti bekicot.
"Aska celaka karena," sebelum gadis itu menyelesaikan pembicaraan nya, suara pintu sudah terbuka terlebih dahulu. Menampakkan seorang dokter perempuan yang keluar.
Sontak hal itu membuat Rehan mengalihkan pandangannya ke arah dokter itu, "Dok bagaimana keadaan kakak saya?" tanya Rehan.
"Maaf kamu adik nya?" tanya dokter itu balik.
"Iya Dok, bagaimana keadaan kakak saya?"
"Terdapat banyak bekas pukulan-pukulan di tubuh kakak kamu, dan di bagian kepala nya ada bekas tembakan sehingga hal itu menyebabkan ia mengalami pendarahan yang luar biasa." ucap sang dokter.
"Tetapi tenang saja, kami akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan kakak kamu." perjelas sang dokter.
"Saya mohon selamatkan kakak saya dok, bantu dia." ucap Rehan penuh permohonan.
Dokter perempuan itu menyentuh pundak Rehan dan berkata, "Kamu bantu doa ya!" ujar dokter. Setelah mengatakan itu, dokter pun kembali masuk kedalam ruangan Aska dirawat.
Sementara Naumi, ia pergi menjauh dari Rehan, Naumi masih merasa lelah untuk menjawab semua pertanyaan Rehan.
Naumi memilih untuk pergi ke mesjid samping rumah sakit, ia akan shalat dan berdoa memohon kepada sang maha pencipta untuk menyelamatkan Aska, lelaki yang sangat ia cintai itu.
Singkat Cerita...
Sehari Kemudian..
Tidak terasa sudah sehari Aska di tangani oleh dokter dan perawat, hariini Aska dinyatakan sudah mulai sadar, Naumi yang sudah dari semalam menunggu di kursi pun mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya Aska sadar juga..
Ckrekkk..
Suara pintu terbuka, menampakkan seorang dokter yang keluar dari ruangan itu.
"Rehan!" panggil Dokter.
"Iya dok?" jawab Rehan.
"Sekarang kakak kamu sudah lebih baik dari sebelumnya,seperti nya ia sudah mulai sadar."
"Alhamdulillah, bagus kalau begitu dong." ucap Rey, teman Rehan.
"Oh ya, kalau ada yang ingin masuk untuk melihat kondisi nya, hanya diperbolehkan untuk satu atau dua orang saja." ujar dokter.
"Kalau gitu saya yang masuk dok." ucap Rehan.
"Kamu boleh masuk, tapi nanti ya. Kakak kamu sekarang cuma mau bertemu dengan satu wanita yang bernama Naumi."
Mendengar nama nya disebut, sontak langsung dengan cepat gadis yang sedang menangis tadi menjawab nya, "Saya Naumi dok."
"Kamu Naumi, baiklah kamu boleh masuk. Ayo masuk!"
Naumi mengusap air mata nya sekali, kemudian ia pun masuk ke dalam ruangan tersebut meninggalkan Rehan dan teman-teman nya.
Rehan memukul kuat tembok dinding itu, "Kenapa kakak gue gamau jumpa sama gue?" bentak nya.
"Sabar Han. Mungkin kak Aska mau bicara berdua bentar sama pacar nya itu." ujar Bima, salah satu teman Rehan juga.
Sekarang Naumi sudah berada di dalam ruangan dimana ia melihat Aska sedang terbaring. Kepala nya sudah terbalut dengan perban.
"Kami akan keluar dulu, kalian bisa berbicara berdua." ucap dokter yang ada disitu. Lalu suster dan dokter tersebut pun pergi melangkah keluar.
Naumi memeluk tubuh Aska kuat, dan erat. Ia menangis hingga terisak isak.
"Aska bisa sembuh kan? Aska bakalan kembali sehat kan? Terus kita bisa jalan-jalan bareng lagi." titah Naumi dengan tumpahan air mata nya.
Bukannya menjawab, lelaki pucat itu malah menggeleng dan tersenyum.
"Naumi sayang Aska kan?" tanya Naumi.
"Sayang banget Nau," Aska terhenti, ia menatap wajah cantik nan indah sang kekasih nya, "Tapi maaf, maaf kalau mungkin gue gabisa jagain lo sampai lo tua." lanjut Aska berbicara dengan sangat pelan.
Mendengar itu, Naumi terdiam sejenak. Ia berpikir kalau setelah kejadian ini apa nanti nya Aska akan meninggalkan nya? Apa Aska akan membiarkan nya hidup sendirian lagi?
"Aska mau ninggalin Naumi?" tanya Naumi sendu. Dan Aska pun mengangguk sekali.
Glap!
Tanpa meminta izin, dengan tidak sopan nya Naumi kembali memeluk tubuh kekasih nya itu. "Jangan pernah tinggalin aku Ka! Kamu udah janji sama aku, kalau kamu bakalan terus ada di samping aku kan."
"Lo ga marah setelah lo tau yang sebenarnya Nau?" tanya Aska lesuh, dan Naumi dengan cepat menggeleng.
"Aku percaya sama kamu Ka, kamu bukan laki-lali yang jahat." kata Naumi dengan yakin.
"Yang jahat itu Rio. Aku benci Rio! Dia udah jahat sama aku dan kamu Ka."
"Tapi Nau,"
"Udah pokonya kamu gaboleh ninggalin aku, gaboleh cari cewe lain Aska!" ucap Naumi dengan wajah yang menggemaskan.
Mendengar jawaban gadis di depan nya, dengan sangat lemas Aska melepaskan tawa nya, ia sangat geram melihat tingkah kekasih nya ini.
"Gue bukan pergi untuk cari yang baru Nau."
"Gue pergi untuk meninggalkan dunia ini."
"Mak-maksud kamu?"
"Gue rasa hidup gue bakalan berhenti sampai disini." ucap Aksa lirih.
"Aska! Aska jangan gitu!"
"Gue,"
"Aska pasti bisa sembuh!" potong Naumi.
Aska hanya terdiam, nafas nya sangat terasa sesak, serta kepala nya yang amat sangat terasa perih dan pedih.
Melihat kondisi kekasih nya yang lama-kelamaan tampak memburuk, Naumi terduduk lemas ia benar-benar menyesal telah membiarkan seseorang menyakiti Aska.
"Ma-maf KA." ucap Naumi sendu.
"Lo gak pernah salah Naumi! Gue yang salah, udah gak jujur dari awal sama lo."
"Naumi." panggil Aska pelan. Naumi yang tadi nya menunduk kini dengan perlahan ia mengangkat kepala nya untuk menatap lelaki yang ada di depan nya.
"Nau, lo harus janji ya sama gue! Kalau suatu saat nanti Rehan nanya tentang penyebab gue jadi begini, lo jangan pernah jawab ya!" pinta Aska dengan suara sendu.
"Tapi kenapa? Naumi harus kasih tau, biar Naumi dihukum sama adik kamu itu juga gak papa. Ini salah Naumi, kalau aja kamu gak datang nolongin Naumi, pasti kamu gak bakalan jadi begini ka." Naumi kembali menangis.
Aska mengangkat tangan kanan nya pelan, tubuh nya sangat terasa lemas. Bahkan untuk mengangkat tangan nya saja rasanya berat sekali.
Aska mencoba untuk menghapus air deraian mata Naumi. "Nau, gue ingatin sekali lagi, ini sama sekali bukan salah lo! Mereka emang mau balas dendam ke gue, makanya mereka mancing gue buat datang melalui lo Naumi. Mereka sengaja mau nyakiti gue dan lo Nau."
"Walaupun, walaupun gue tau kalau ini bukan salah gue tapi, udahla Nau." sambung Aska berbicara.
"Kenapa Aska gak kasih tau ke keluarga mantan Aska itu, kalau bukan Aska yang,"
"Mereka gak percaya Naumi!" potong Aska, "Udah jutaan kali gue kasih tau, tapi mereka gak mau dengerin gue, mereka lebih percaya sama kakak lo itu, Rio."
"Dia bukan kakak aku!" bantah Naumi.
Melihat itu Aska tersenyum seraya mengusap air mata yang terus menetes di wajah cantik milik kekasihnya. "Lo jangan nangis lagi." pinta Aska.
"Aku gaakan nangis kalau kamu udah sembuh."
"Aku heran Ka, kenapa Rio bisa sejahat itu sama aku. Padahal aku juga gak pernah ganggu keluarga mereka, aku juga gak pernah datang meminta tanggung jawab ayah aku." ucap Naumi.
"Karena dalam diri dia masih ada dendam sama lo Nau." jawab Aska pelan.
"Yang seharusnya dendam itu aku Ka, bukan dia!" teriak Naumi kembali menangis.
"Udah jangan nangis cantik."
"Mereka jahat! Gara-gara mereka nyulik aku, kamu jadi terluka."
"Naumi! Udah gue bilang, mereka sengaja nyulik lo buat mancing kedatangan gue."
"Tapi,"
Aska mengembuskan nafas nya, "Sekarang gue mau nanya, sebenarnya Rio itu siapa lo Nau? Kenapa lo gak pernah cerita tentang dia ke gue?" tanya Aska
Rio.
Mendengar nama yang begitu menjijikkan itu lagi-lagi membuat Naumi menangis, nama yang selama ini di sembunyikan Naumi kepada Aska, hanya dengan alasan Naumi tidak mau kalau nanti Aska khawatir dengan keadaan nya. Tapi akhirnya sekarang Aska sudah mengetahui nama itu, bahkan sekarang Aska terbaring di atas brankar ini semua karena Rio!
"Rio-Rio itu kakak aku." jawab Naumi. "Maaf ya Ka aku gak pernah cerita, dan ternyata aku barutau sekarang kalau Rio itu dulu teman kamu juga."
"Udah Nau sekarang, lo lupain semua nya, ingat kata gue jangan pernah kasitau Rehan tentang ini semua. Gue gakmau Rehan benci sama gue Nau, dia satu-satu nya adik gue, gue sayang banget sama dia.
"Tapi kalau kamu jujur, Rehan gak bakal marah Ka."
"Rehan gak akan percaya Nau."
"Udah lo ikutin aja apa kata-kata gue ya!" pinta Aska sekali lagi.
Ckrek!
"Maaf, untuk pasien Aska lebih baik sekarang istirahat dulu ya. Untuk mbak nya bisa keluar ya, kasian pasien nya kalau di ajak bicara yang aneh-aneh." ujar seorang suster yang baru masuk.
Naumi menatap suster itu, kemudian berikut nya ia kembali menatap kekasih nya yang masih terbaring di atas brankar.
"Nanti kita cerita lagi ya Ka, sekarang kamu istirahat." ujar Naumi
Saat Naumi hendak melangkah keluar, satu tarikan membuat ia menghentikan langkah nya, Aska menggenggam pergelangan tangan Naumi, "Sekarang kamu suruh Rehan masuk ya!" pinta Aska.
"Tapi kan Aska harus istirahat."
"Bentar aja Nau."
Naumi menghela nafas nya, kemudian mengusap air mata yang lagi-lagi menetes keluar, lalu setelah itu ia berjalan keluar untuk memanggil Rehan. Sementara suster yang tadi pun ikut menyusul keluar dari ruangan.
Naumi membuka pintu ruangan itu, dan mata nya langsung menuju ke arah Rehan yang terduduk di kursi. Kondisi lelaki itu sudah seperti orang yang sedang prustasi, rambut nya yang acak-acakan serta pakaian nya yang berantakan.
"Rehan." panggil Naumi.
Rehan langsung menoleh, dengan cepat ia langsung menghapus air yang keluar dari mata nya.
"Kamu disuruh masuk sama kak Aska." ucap Naumi.
Tanpa menjawab Naumi, Rehan langsung saja menerobos masuk ke dalam ruangan. Melihat itu Naumi sedikit terkejut, ia tahu pasti Rehan sengat merasa terpukul sekali melihat kondisi kakak nya.
Rehan yang sudah berada di dalam ruangan pun langsung menggenggam tangan kakak nya yang sedang terbaring di atas brankar, ia menangis lalu mencium punggung tangan Aska.
"Naumi sini." panggil Aska.
Naumi mendekat, jujur sebenarnya ia sangat takut dengan Rehan. Ia takut kalau Rehan sampai menanyakan penyebab Aska jadi babak belur begitu. Belum lagi melihat wajah Rehan yang begitu sangat menyeramkan.
Naumi berdiri disebelah kanan Aska, sedangkan Rehan ia berada disebelah kiri.
"Lo kenapa bisa babak belur gini? Siapa yang udah berani nyakiti lo kak?" tanya Rehan panik.
"Bukan siapa-siapa, cuma masalah biasa doang. Bukannya lo udah tau kalau kita sama-sama suka berantem."
"Tapi lo gak pernah sampai separah ini." balas Rehan.
"Tiap-tiap orang pasti punya titik kelemahan nya Han." lirih Aska, lalu ia menggenggam tangan Rehan dan menyatukan nya dengan tangan Naumi.
Naumi menyeritkan alisnya bingung, ada apa dengan Aska? Sedangkan Rehan ia tak peduli, ia akan melakukan apapun untuk kakak angkat nya ini.
"Han, lo bakalan gue kasih dua tanggung jawab yang besar."
"Apa kak? Lo mau apa? Rehan akan turutin."
"Ka, tangan aku." ucap Naumi yang merasa risih saat tangannya di satu kan dengan genggaman tangan Rehan.
Aska tak menjawab Naumi, ia hanya tersenyum. Melihat itu pun Naumi pun hanya bisa terdiam, sekarang Aska sedang tidak baik-baik saja.
"Rehan, Naumi. Kalian bakalan lakukan apa yang gue mau kan?"
Rehan berdecak, "Iya kak selagi Rehan mampu, Rehan akan melakukan apapun buat kakak."
"Gue mau lo nikah sama Naumi!"
"Nikah?" beo Rehan.
"Ha? Ni-nikah sama adik kamu?" tanya Naumi kaget. Bola mata Naumi sudah hampir keluar lantaran melotot tak berkedip untuk menatap Aska.
"Lo kenapa sih kak, lo bakalan sembuh! Dan lo bisa nikahi pacar lo kak." ujar Rehan, lalu tangannya ia tarik paksa dari gengaman Aska yang sudah menyatukannya dengan tangan Naumi.
"Terus kalau gue mati sekarang gimana?" tanya Aska enteng.
"Lo ngomong apa sih kak, sekarang aja lo udah kelihatan sehat gini. Lo bakalan sembuh!" bentak Rehan.
Aska kembali tersenyum,"Lo bisa Han, lo bisa bahagiain Naumi."
Rehan melepaskan genggaman tangan nya, ia mengelap air mata nya kasar.
"Kalau itu Rehan gabisa. Karena apa, karena Rehan yakin kalau kakak bisa ngelakuin nya sendiri. Karena kakak bakalan sembuh!" tegas Rehan.
"Kenapa kalian yakin banget kalau gue bisa sembuh?"
"Karena kamu kuat Aska!" sambung Naumi.
Lagi lagi Aska tersenyum dan tersenyum. Dan kali ini aura senyuman nya tampak berbeda.
"Kalau gue sembuh Han, gue yang bakalan jagain Naumi sendiri. Tapi kalau akhirnya gue mati di rumah sakit ini, gue mau kalian berdua harus janji, mau menikah dan terus bersama." pinta Aska.
Rehan menggeleng tak percaya, ada-ada saja pikiran konyol kakak nya. "Ok kalau itu mau kakak. Tapi gue yakin kakak bakalan sembuh! Kalau perlu gue bakalan panggil dokter yang terbaik buat lo kak." balas Rehan.
"Tapi Han,"
"Diam kak." pinta Rehan. Ia sudah tak tahan lagi dengan ocehan gila kakak nya itu, Rehan yakin kalau Aska bakalan sembuh dan bisa jagain pacar nya sendiri.
Karena tak mau emosi, Rehan memilih untuk meninggalkan ruangan itu. Sebelum ia benar-benar pergi menghilang dari ruangan Aska ia berkata, "Cuma lo yang gue punya kak, jadi lo harus kuat dan harus bisa sembuh. Gue sayang sama lo." Setelah mengatakan itu Rehan pun langsung pergi keluar dan membanting kan pintu ruangan nya dengan kuat.
"Ayo cabut!" ajak Rehan kepada teman-temannya yang sedari tadi menunggu di luar.
Sedangkan didalam ruangan masih tertinggal Naumi.
"Aska, kamu kok bicara gitu sih? Mana mungkin aku mau nikah sama adik kamu yang seharusnya jadi adik ipar aku." keluh Naumi.
"Karena gue bakalan pergi!"
"Aska! Kamu gaboleh bicara gitu!"
"Nau gue ngantuk, gue mau tidur."
Naumi menghela nafas nya, jujur sebenarnya ia masih ingin terus bersama Aska, tapi yasudah lah. Aska juga harus istirahat kan. Untuk masalah perjodohan nya dengan Rehan, Naumi tidak akan membahas nya dahulu, ia tau sekarang pikiran Aska mungkin sedang terbang entah kemana, kondisi nya juga masih parah, jadi Naumi hanya menganggap ocehan Aska tadi hanyalah ocehan gila saja.
"Kamu tidur ya, aku keluar bentar buat beli makanan. Aku laper Ka, dari semalam aku gaada makan. Penculik itu gak ada ngasih aku makan." adu Naumi pada kekasih nya.
Aska terkekeh kecil mendengar nya, kekasih nya ini sungguh sangat-sangat mengemas kan bukan? Dan hal lucu seperti ini lah yang membuat Aska jatuh cinta kepada Naumi.
"Yaudah sana!" usir Aska.
Naumi tersenyum, lalu ia mencium dahi Aska dan berkata, "Pacar nya Naumi pasti sembuh! Ini aja udah kelihatan sehat gini." ucap nya tersenyum dengan penuh keyakinan.
Aska tak menjawab nya, ia langsung memejamkan matanya. Setelah Naumi rasa Aska sudah tertidur, ia pun pergi keluar untuk mencari makanan. Perutnya benar-benar sudah keroncongan akibat tak makan dua hari.
...~~~...
...Ohya gimana ceritanya?...
...Seru ga?...
^^^Ini baru part pertama, dan aku harap kalian terus ikutin sampai part terakhir Yee.^^^
...Ok seeyou next part.❤️...
...Hiiii Bestieeee 🤞...
...Lanjut baca yukkk!!!...
..............
Setelah sudah ada sekitar lima belas menit di warung, Naumi kembali jalan menuju rumah sakit hendak melihat kekasihnya. Ia hanya makan di warung sebelah rumah sakit tersebut, jadi ia tak perlu payah untuk naik kendaraan.
Ketika sedang berjalan, tiba-tiba saja Naumi kepikiran akan ucapan Aska tadi. Aska telah menyuruh Naumi untuk menikah dengan Rehan? Sebelum nya Naumi emang tak kenal siapa Rehan, karena Aska tidak pernah mempertemukan mereka berdua. Selain Naumi yang tidak mau Rehan juga selalu sibuk.
Tapi Aska sering bercerita dengan Naumi, bagaimana sikap dan kelakuan Rehan. Ya hampir sebelas duabelas dengan Aska.
Tanpa disadari Naumi ternyata ia sudah berada di depan ruangan Aska, perlahan Naumi membuka pintu nya.
Ckrek.
"Huh, Aska masih tertidur." keluh Naumi.
Dari pada bosan sendiri disini, gadis berambut sepinggang itu memilih untuk tidur juga disamping Aska. Ia duduk di kursi dengan tangan nya yang di gunakan untuk memeluk tubuh Aska, kekasih nya. Dan selang beberapa menit Naumi pun juga sudah masuk ke alam mimpi.
...Beberapa Jam Kemudian.......
"Heh Naumi bangun, bangun!"
Naumi tersadar dari tidur nya, nyawanya masih belum terkumpul, dan mata nya juga masih terbuka setengah.
Rasanya seperti ada yang menganggu tidurnya, ah bising sekali disini.
Naumi mengucek-ngucek kedua mata nya dengan tangan nya. Saat sudah dirasa cukup sadar, ia bangkit dari duduk nya.
Naumi kaget saat melihat ruangan Aska sudah dipenuhi dengan banjiran air mata, terutama Rehan ia begitu kuat menangis.
"Ada apa? Aska kenapa?" tanya Naumi pada Rey yang membangunkan tidur nya tadi.
"Kak Aska udah gaada." jawab Rey tersendu.
"Apa? Gamungkin!" kaget Naumi.
Saat itu juga tangis Naumi pecah, ia beralih memeluk tubuh Aska, kalau tau begini Naumi tidak akan tertidur dan tetap menjaga kekasihnya itu.
"Aska, bangun. Aska bangun! Ayo bangun!" teriak Naumi terisak-isak.
"Kak Aska, lo jahat, lo udah ninggalin gue. Lo udah janji untuk terus sama gue. Gue udah gapunya siapa-siapa lagi kak." sambung Rehan yang tak kalah histeris nya.
"Aska bangun, Aska plis dengerin aku." Naumi terus Menangis.
Naumi terus memeluk erat Aska, ia mencium pipi kekasih nya itu. Sungguh Naumi sangat menyesal meninggal kan Aska tidur. Jika waktu bisa di putar kembali, ia akan terus menatap wajah Aska untuk yang terakhir kali. Ini kenapa ia juga ikutan tertidur. Naumi merasa dirinya adalah manusia yang paling bodoh.
Suara tangisan diruangan itu terdengar sangat kuat, terutama suara tangisan Rehan dan Naumi. Mereka berdua lah yang tak terhenti-henti menangis.
Hariini Rehan benar-benar merasa bancur, kakak yang iya sayangi kini harus pergi meninggalkan nya untuk selama nya, siapa lagi yang akan menasehati Rehan nanti nya? Rehan benar-benar sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain teman dan anggota Agramatha.
Sedangkan mayat Aska sudah harus di masukkan ke dalam ambulance, untuk diantar ke rumah nya.
Singkat Cerita...
Kini Naumi, Rehan, dan teman-teman nya sudah berada di pemakaman. Naumi masih saja terus menetes kan air matanya. Ia memegangi batu nisan Aska dan terus menyumpahi dirinya di dalam hati nya. Ia sungguh menyesal, Aska pergi karenanya.
Rehan pun sama, ia juga sangat merasa kehilangan. Terpaksa sekarang Rehan harus tinggal sendirian. Orang tua kandung dan angkat nya sudah meninggal, dan sekarang kakak angkat kesayangan nya juga sudah pergi meninggalkan nya.
Kenapa orang yang ia sayang selalu pergi meninggalkan nya???
Dan inilah yang membuat Rehan tetap kokoh dengan status nya yang tak pernah memiliki pasangan. Walaupun ia ganteng, kaya, dan banyak yang suka, ia tak pernah mau menerima perempuan manapun sebagai kekasihnya, karena ia sudah tau pasti ujung-ujungnya ia juga akan merasa kan kehilangan lagi.
Bima mengangkat bahu Rehan yang sedang terduduk di tanah. "Lo gaboleh lemah, nanti kakak lo bakalan sedih disana. Lo harus kuat dan tetap jadi Rehan yang hebat." ucap Bima menyemangati.
Rehan terdiam dari tangis nya, apa yang dikatakan Bima benar, Rehan harus tetap bangkit.
Rehan sempat menatap wanita yang ada didepan nya, wanita yang terus memandangi batu nisan kakak nya itu. Rehan bangkit lalu ia mendekat ke arah Naumi.
"Ayo pulang, kak Aska pasti bakalan sedih kalau ngelihat lo terus nangis terus kayak gini." ujar Rehan.
Naumi tersadar dari lamunannya, ia mengusap kasar air matanya.
"Aku jahat ya, kenapa tadi aku bisa ketiduran." lirih nya.
"Lo gak jahat kok, ini udah takdir. Udah ya jangan nangis lagi, biarkan kak Aska tenang di sana. Kita pulang sekarang ya." balas Rehan.
Naumi mengangguk, ia bangkit dari duduk nya. Sedangkan Rehan, ia masih terus memegangi pundak Naumi.
"Lo gue anter pulang ya." tawar Rehan.
Naumi menggeleng pelan, "Gausah." tolak nya.
"Ini bukan mau nya gue, tapi kak Aska. Kak Aska mau nya gue jagain lo."
Naumi tak bisa menolak kalau sudah bawa-bawa nama Aska. Ia tidak mau membuat Aska kecewa, ya walaupun Aska sudah tiada.
Ketika sedang berjalan untuk memasuki mobil, tiba-tiba saja handphone Rehan berdering.
Ia mengangkat telepon nya, "Halo." ucap nya.
"Maaf, ini saudara dari pasien Aska yang baru meninggal tadi kan?" tanya penelepon dari seberang sana.
"Iya. Ada apa ya?"
"Kami menemukan amplop putih di kasur bekas pasien tadi. Dan disini tertulis untuk Rehan dan Naumi."
"Ha? Amplop? Punya siapa?" tanya Rehan.
"Mungkin ini punya pasien yang tadi."
"Ok baik. Saya kesana sekarang. Terimakasih." setelah itu Rehan langsung mematikan telepon nya sepihak.
Ia langsung menggenggam tangan Naumi, sedangkan yang digenggam sontak terkaget.
"Ayo, kita harus kerumah sakit!" ajak Rehan.
"Mau ngapain?"
"Kak Aska ninggalin surat, dan surat itu untuk kita berdua. Oh ya kalian langsung pulang aja! Biar gue sama Naumi aja yang ke rumah sakit." ujar Rehan pada teman-teman nya.
Teman-teman nya pun mengangguk setuju, dan Lintang salah satu teman Rehan, memukul pundak Rehan. "Hati-hati ya." ucap nya.
Rehan tak menjawab, ia langsung pergi membawa Naumi masuk kedalam mobilnya.
Saat di perjalanan rumah sakit, Naumi dan Rehan hanya terdiam. Rehan yang sibuk menyetir dan Naumi yang sedang memainkan Handphonenya.
Naumi membuka aplikasi catatan harian nya, jika ada keluh kesah yang ia rasakan ia akan menuangkan nya di aplikasi catatan itu.
Naumi tak sengaja melirik riwayat catatan baru nya, ada catatan yang baru ditulis beberapa jam yang lalu. Perasaan ia tak ada menulis apapun, karena penasaran Naumi pun membuka nya.
..."Naumi, disini gue cuma mau kasih tau kalau lo harus janji ya! Gue mau lo jangan pernah kasihtau ke Rehan tentang semua yang udah terjadi, gue gamau Rehan salah paham dan percaya kalau gue yang udah buat perempuan itu jadi seperti itu. Gue ngelakuin ini juga buat lo Nau, gue kenal bgt sama sikap Rehan, kalau Rehan tau apa yang udah terjadi gue yakin dia bakalan benci sama gue dan mungkin juga sama lo Nau. Dan satu lagi jauhi Rio Nau dia berbahaya, dan jangan pernah tinggali Rehan ya! Kasihan dia udah gapunya siapa-siapa lagi, begitupun lo Nau, kalian sekarang sama-sama sendiri, jadi kalian harus saling menemani."...
Askaaa
Naumi tak berkedip membaca nya, ia yakin ini pasti ketikan dari Aska. Kenapa harus dirahasiain sih? Padahal Naumi ingin sekali memberi tahu penyebab Aska meninggal itu karena apa, Naumi rela jika Rehan harus menghukum nya. Tapi kenapa Aska harus menyuruhnya untuk merahasiakan ini.
Dan Naumi juga heran, kenapa Aska harus menyuruhnya nya untuk bersama Rehan. Naumi sama sekali tidak mencintai Rehan!!!
Naumi memijit pelipis nya, sekarang pikiran Naumi benar-benar kacau. Belum lagi nanti membaca isi surat Aska yang ada di rumah sakit.
...Ohya gimana ceritanya?...
...Seru ga?...
...Ini baru part pertama, dan aku harap kalian terus ikutin sampai part terakhir Yee....
...Ok seeyou next part.❤️...
...Hiii Bestieeee 🤞 ...
...Lanjut Baca yukkk!!!...
.............
Saat ini Rehan dan Naumi sudah berada dirumah sakit, mereka segera menemui seseorang dokter.
"Makasih." ucap Rehan saat menerima amplop putih dari pihak rumah sakit yang menelpon nya tadi.
Kini Rehan dan Naumi akan kembali ke mobil Rehan. Mereka akan membaca surat itu saat di dalam mobil saja. Biar bisa merasa puas tanpa ada yang menganggu gugat mereka.
"Gue yang buka atau lo Nau?" tanya Rehan.
"Kamu aja Han."
Rehan membuka amplop putih yang ia pegang, di dalam nya terdapat selembar kertas yang sudah berisi kata kata dari sebuah pulpen bertinta hitam.
Rehan mencoba untuk menguatkan dirinya, ia harus tetap membaca nya. Tak tahu apa keinginan terakhir kakak nya.
Rehan hanya membaca nya sendiri, sedangkan Naumi ia akan menunggu Rehan selesai.
Mata Naumi tak sengaja melihat air yang jatuh dari lupuk mata Rehan, lalu tangan Rehan juga langsung mengepal kuat kertas itu.
Naumi bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rehan, ia mengambil tisu yang ada didepannya lalu mengelapkan nya di pipi basah Rehan.
"Aku boleh lihat suratnya?" tanya Naumi.
Rehan memberhentikan kegiatan Naumi, ia mengambil tangan Naumi yang berada di pipi nya lalu menggenggam nya.
"Lo mau nikah sama gue?" tanya Rehan to the point.
Yang ditanya tentu saja kaget dan jantungan. Apa maksud Rehan? Kakak nya baru meninggal, ia sudah mengajak Naumi menikah.
"Maksud kamu apa Han?" tanya Naumi lembut.
"Gue emang belum kenal lo siapa, tapi Kak Aska udah sering cerita tentang lo. Dan kata kak Aska selesai dia kuliah dan selesai lo tamat SMA kalian bakalan nikah kan?"
"Itu cuma mimpi aku sama Aska Han, dan akan terus menjadi mimpi."
"Gue bisa kok buat mimpi lo itu jadi nyata. Lo harus nikah sama gue!"
Naumi hanya terdiam, ia tidak akan langsung menerima atau menolak nya. Ia hanya ingin membaca surat yang ditulis oleh Aska, apa isi surat itu?
"Aku boleh ya baca surat itu." pinta Naumi sambil menunjuk kertas yang ada di genggaman Rehan.
Akhirnya dengan lesu, Rehan memberikan surat itu kepada Naumi.
Naumi membuka nya, kertas nya sudah hampir robek akibat genggaman kuat dari Rehan.
...To: Rehan Alevando Pratama....
...Ada tiga tanggung jawab yang kakak kasih ke kamu Han....
...1. Saat kamu tamat SMA nanti, kamu harus langsung nikahi Naumi, jaga dia jangan sampai ada air yang keluar dari sudut mata nya....
...2. Gantiin posisi kakak sebagai ketua di Agramatha. Dan jangan pernah sekali-kali kamu cari tahu tentang kematian kakak!...
...3. Terusin baik baik usaha usaha orang tua kita....
...To: Naumi Arzhika Angelica....
...Gue cuma minta satu hal lo kamu Nau, lo harus terus ada disamping Rehan ya Nau, belajar cintai dia sama seperti lo mencintai gue....
From: Aska Alevando Pratama
Naumi kembali meneteskan air matanya, padahal ia sudah mencoba untuk menahan nya. Tetapi entah mengapa rasanya air mata nya itu sangat hendak ingin terjatuh. Naumi sangat merindukan Aska, lelaki yang tak sengaja ia temui. Walaupun pertemuan mereka hanya singkat tapi Naumi benar-benar merasa kehilangan.
"Udah lo baca kan? Lo udah tau kan apa kemauan kak Aska. Kita harus nikah. Dan mau atau enggak nya itu urusan lo. Gue juga gak bakalan maksa. Gue juga gak suka sama lo, tapi gue akan belajar untuk terus berusaha mencintai lo." Tegas Rehan, hingga membuat Naumi tambah bersedih.
Rehan mengatur kembali nafas nya, lalu ia hembuskan secara perlahan. "Gue yakin rasa cinta itu pasti akan datang dengan sendirinya." lirih Rehan.
Degh.
Perkataan singkat yang di lontarkan oleh Rehan itu, mampu membuat jantung Naumi menjadi dag dig dug serrrr. Ia langsung menatap Rehan tanpa berkedip sekalipun, Naumi kira Rehan hanya lah bocah TK yang tak memiliki sifat dewasa, tetapi ternyata ia salah. Rehan mirip sekali dengan Aska, mereka akan dewasa hanya saat di waktu yang tertentu.
"Emangnya kamu siap nerima aku buat jadi istri kamu nanti Han?" tanya Naumi.
"Kak Aska aja siap, kenapa gue enggak."
"Ta-tapi aku, aku punya keluarga yang latar belakang nya gak jelas Han," lirih Naumi, lalu ia kembali menetes kan air matanya.
"Maksud lo apa?"
"Aku anak haram."
Bola mata Rehan sudah hampir saja keluar karena mendengar kata yang terucap dari mulut Naumi, anak haram maksud nya apa?
"Aku sering di-bully di sekolah aku, kata mereka aku anak haram. Dan aku juga gak punya teman, aku cuma punya Aska, dan sekarang Aska udah pergi ninggalin aku." lanjut Naumi berkata.
Rehan terdiam begitupun juga Naumi. Naumi kini menunduk kan kepala nya, tangan nya sudah meremas kuat baju nya.
"Kenapa aku bisa cerita masalah ku dengan Rehan." batin Naumi.
Rehan mengembuskan nafas nya, "Coba cerita sama gue." ujar Rehan.
"Ce-cerita. Cerita tentang apa?"
"Keluarga lo?"
"Tapi,"
"Gue bukan nya kepo atau penasaran Nau, tapi gue cuma mau lo berbagi kisah sama gue. Sekarang masalah lo bakalan jadi masalah gue juga." ujar Rehan.
Naumi menunduk, memainkan kuku-kuku nya, "Aku, aku gak pernah tau dimana ayah aku." ucap Naumi sendu.
Rehan diam, mendengarkan setiap kata-kata dari Naumi.
"Dari aku SD ibu aku udah meninggal, dan semenjak itu aku tinggal sendiri, cari makan sendiri, dan sebelum ibu aku pergi, ibu aku pernah bilang kalau ayah aku sudah bahagia bersama keluarga baru nya." titah Naumi.
Naumi menetes kan air mata nya, menggigit bibir bawah nya, tak kuasa menahan kesedihan dan pahit nya hidup nya seorang.
Tanpa meminta izin, tiba-tiba saja Rehan langsung memeluk tubuh Naumi. Lalu ia mengusap helaian rambut Naumi yang begitu lembut.
Sungguh ini pertama kalinya Naumi merasakan pelukan dari seorang Rehan Alevando Pratama.
Sebelum nya yang Naumi tau kalau Rehan sama sekali tidak pernah memeluk seorang wanita manapun.
"Han," lirih Naumi yang sepertinya minta dilepas.
"Lo gausah takut, mulai sekarang gue bakalan jagain lo. Kita bakalan sama sama belajar untuk saling mencintai." bisik Rehan ditelinga Naumi.
"Han."
"Gue janji Nau, gue janji bakalan terus jagain lo dan selalu ada di samping lo. Ini janji gue untuk lo dan kak Aska, kalau gue ingkari janji gue, lo bisa ngehukum gue Nau." lanjut Rehan.
Naumi terdiam sejenak, ia mangkin menangis menjadi-jadi, tetapi setelah itu ia merasa risih akan pelukan yang di berikan Rehan.
"Han, lepasin!" pinta Naumi.
Rehan tersadar atas apa yang ia lakukan, Rehan langsung melepaskan pelukannya. Ia jadi merasa sedikit canggung, begitupun Naumi.
Rehan mencoba untuk membuang rasa canggung dan malu nya, ia akan mengantar Naumi pulang.
"Gue anter lo pulang ya." tawar Rehan. Namun ia tak butuh jawaban dari Naumi, Rehan langsung saja menyalakan mobilnya.
Dan Naumi pun juga tak mau menolak, biarkan Rehan melakukan apa kemauannya.
Saat di perjalanan kerumah Naumi, Rehan sama sekali tak ada membuka suara, begitu pun juga dengan Naumi. Hanya ada keheningan diantara mereka.
Mata indah Naumi terus menatap ke arah samping jalanan. Sementara Rehan, ia hanya menatap lurus ke depan dan sesekali ia sempat kan menatap wanita yang ada disampingnya.
Setelah 15 menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai juga didepan rumah mungil yang dilapisi dengan cat berwarna merah muda.
Naumi membuka seatbeltnya dan merapikan sedikit rambut nya yang agak berantakan.
"Mau masuk dulu? Tapi rumah aku kecil." tawar Naumi.
Rehan tersenyum simpul, "Gausah, gue langsung pulang aja." balasnya.
Naumi pun mengangguk, setelah itu ia membuka pintu mobil hendak keluar. Namun sebelum Naumi menginjakkan kaki nya ke tanah, Rehan sudah lebih dahulu menahan pergelangan tangan nya. Sontak membuat Naumi memberhentikan langkah nya dan menatap kearah Rehan.
"Lo tinggal sama siapa?" tanya Rehan.
"Sendiri."
"Gue masih belum ngerti," keluh Rehan.
"Nanti kamu bakalan ngerti, udah ya aku ngantuk banget pengen istirahat." balas Naumi.
Rehan melepaskan genggaman nya. "Kalau ada apa-apa telepon gue! Ini kartu nama gue, disitu ada nomor hp gue." ujar Rehan sambil menyodorkan kertas berukuran kecil.
Naumi menerima nya, "makasih Rehan." setelah mengucapkan itu Naumi langsung menutup pintu mobil dan masuk kedalam rumah nya.
Setelah Naumi sudah hilang tak terlihat, Rehan pun mulai menyalakan kembali mobilnya.
Sebelum ia benar-benar pergi Rehan menghela kan nafas nya perlahan, "lo lugu dan lucu. Dan gue yakin pasti dua hal itu yang membuat kak Aska benar-benar cinta sama lo. Gue yakin gue pasti juga bisa jatuh cinta sama lo." titah Rehan, setelah itu ia langsung melajukan mobilnya.
Saat berada di tengah jalanan, Rehan menghentikan kegiatan nya yang sedang menyetir. Entah lah tiba-tiba saja ia teringat akan kakak nya. Rindu, Rehan sangat rindu. Rehan memukul kuat setiran mobil nya mengusap-ngusap kasar wajah nya. Ia benar-benar masih terasa kehilangan kakak nya, orang yang selalu menemani nya.
"Kenapa tuhan, kenapa? Kenapa orang yang gue sayang selalu pergi ninggalin gue. Kenapa enggak gue aja yang pergi, kenapa?" lirih Rehan dengan sedikit tetesan air mata.
Rehan membuka handphone, menatap foto ia dengan Aska. Foto yang terakhir kali mereka ambil.
"Kalau gue tau lo bakalan pergi secepat ini, gue pasti selalu nyempatin waktu gue buat selalu ada di samping lo kak." Rehan kembali menangis.
Rehan teringat akan sesuatu, mengapa Aska menyuruh nya untuk melupakan penyebab kematian nya, dan mengapa Rehan tidak boleh mengetahui siapa pelaku nya?
"Anjing!" maki Rehan.
"Kenapa aku gak boleh tau penyebab kematian kamu kak? Kenapa?" teriak nya.
"Lo udah ninggalin gue dan sekarang lo gak mau jujur sama gue. Gue kecewa sama lo kak gue kecewa." lirih Rehan.
Skip.
Malam yang dingin ini, Naumi duduk di kamar nya sendiri. Sebenarnya Naumi bosan, biasanya kalau seperti ini Aska akan datang membawa nya pergi jalan. Tapi itu semua hanya lah tinggal kenangan. Tidak akan ada lagi Aska yang menemani Naumi, menghapus air mata Naumi, dan mencium kening Naumi.
Naumi mengambil kotak yang terletak di atas meja belajar nya, lalu ia membuka nya. Didalam kotak itu terdapat beberapa lembar foto-foto Naumi dan Aska, Naumi sangat merindukan nya.
"Maaf." lirih Naumi sambil meneteskan air matanya.
Naumi mengusap kasar air di pipi nya itu. "Kata Aska lo gak boleh nangis, Naumi!" bentak Naumi pada dirinya sendiri.
"Aska. Aku sekarang mau curhat ke siapa? Aku udah gak punya siapa-siapa lagi Ka."
Saat itu juga tangis Naumi pecah, ia sudah tak kuat menahan air mata nya. Malam ini ia membebaskan air-air itu jatuh. Dada Naumi juga terasa sesak, untuk yang pertama kali nya, ia benar-benar merasa kehilangan.
Naumi melirik jam yang ada di dinding, tanpa disadari nya ternyata sudah tengah malam, sudah pukul 23.25 ah bukan kah tiga puluh lima menit lagi sudah pukul dua belas malam.
Karena sudah lelah menangis, Naumi membaringkan tubuhnya di lantai yang tak berlapis apapun. Walaupun dingin Naumi tak peduli, seluruh badannya terasa kaku dan Kehilangan darah. Naumi juga sudah tidak kuat untuk bangkit, Naumi benar-benar lemah untuk sekarang.
Naumi memejamkan mata nya, selang beberapa menit ia sudah tertidur diatas lantai keramiknya yang dingin nya sudah seperti salju.
.....🌺.....
.....🌺.....
Mau nanya, kalian pernah bilang cantik ke siapa aja?
Ke aku gak mau?
Xixixixi
Lanjut baca eps selanjutnya yaa gaisss
Ok bye.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!