NovelToon NovelToon

Dendam Istri Yang Sering Dihina

Bab 01

Plakk

Tamparan cukup keras mendarat di pipi Anin.

"Dasar wanita nggak di untung."

Cercaan hingga hinaan Anin dapatkan dari mertuanya sendiri.

Meski kini sudut bibirnya telah mengeluarkan darah segar. Akan tetapi, Anin tak membantah ucapan mertuanya itu sama sekali. Bahkan gadis itu memilih diam terduduk di lantai, sambil menundukkan kepalanya.

Wanita yang berdiri di dekat mertuanya Anin pun ikut angkat bicara. "Orang kayak gini ma, cuman bisa jadi benalu aja di keluarga kita."

"Kamu bener. Kalau bukan karna Adriel yang masih ingin punya istri bodoh kayak dia. Udah mama usir dia dari sini."

Bibir yang tadinya tak ingin berucap. Kini bibir Anin ingin mengeluarkan apa yang berada di fikirannya sekarang. "Aku cuman ingin pergi ke kantor mas Adriel, dan.... "

Belum sempat Anin melanjutkan ucapannya. Dengan kasar adik iparnya menarik rambut Anin. Kepala nya pun dipaksa agar menatap dan mendongak kearah gadis yang tak lain adik ipar nya sendiri.

Ucapan yang lagi-lagi mencemooh pun keluar dari bibir adik iparnya itu. "Eh jalang sialan, lo itu disini cuman benalu. Apa jadinya kalo di luar sana ada yang tau kalau lo istri mas Adriel ha?"

Sakit. Itulah yang kini Anin rasakan. Meski terbilang, bukan cuman satu kali ini saja ia di rendahkan bahkan disiksa fisik oleh keluarga suaminya sendiri.

Akan tetapi tentu mendapat perlakuan layaknya binatang setiap hari, membuat Ani diam-diam menaruh dendam pada mereka yang menyakiti Anin selama ini.

"Kenapa sakit? Mangkanya kalau sakit, jangan banyak tingkah." Sontak adik iparnya.

Tangan adik iparnya pun melepaskan cengkraman rambut Anin. Dengan senyuman sinis, gadis itu berucap. "Kok bisa mas Adriel nikahin benalu kayak lo. Udah miskin, bodoh, mandul lagi. Huufffttt... Syukur syukur nggak buat mas Adriel kenak takdir buruknya."

Mama mertua yang hanya menatap anak perempuan nya menghina menantunya sendiri itu, kini hanya mampu terdiam. Dan bahkan seakan membenarkan apa yang di ucapkan anak perempuannya.

Tak ingin terlalu lama berbicara dengan Anin. Wanita paruh baya itu pun mengajak putri nya pergi dari ruang tamu di rumahnya. "Udah lah sayang, ayok percuma ngomong sama orang bodoh kayak dia. Nggak bakal nyampek ke otaknya yang kecil itu." Ucap mertua Anin.

Mertua sekaligus adik ipar Anin bergegas pergi. Meninggal kan Anin yang masih terduduk lemas di lantai.

Tak ada air mata yang keluar dari kelopak mata indahnya. Serasa hati dan fisiknya telah kuat menerima semua perlakuan buruk dari keluarga suaminya itu.

*******

kejadian sebelumnya

Mata yang Anin fokuskan pada makanan yang telah siap untuk di berikan pada suaminya. Senyuman penuh antusias Anin tunjukkan.

"Mudah-mudahan mas Adriel suka dengan makanan aku. Sekaligus marahnya soal tadi malam bisa reda." Ujar Anin.

Anin mencoba menghubungi suaminya. Akan tetapi hanya suara operator yang ia Terima.

"Apa mas Adriel lagi meeting yah?" Terka Anin.

Meski terbilang ia sudah menikah hampir 10 tahun. Ia tak pernah melakukan apapun tanpa persetujuan dari suaminya itu.

Bahkan sampai sekarang publik tak tahu tentang dirinya yang tak lain adalah istri dari Adriel. Sang CEO dari perusahaan ternama.

Dengan penuh keyakinan. Bahwa Adriel akan senang dengan apa yang ia bawakan untuknya, Anin bergegas bersiap untuk pergi ke kantor suaminya itu.

Selang beberapa saat

Dengan stelan dress hitam. Anin berjalan ke arah luar rumah. Akan tetapi langkah kakinya di halau oleh mama mertua dan adik iparnya.

"Mau kemana?" Sentak mertua Anin dengan nada tak suka.

Meski mendengar nada bicara kurang mengenakan. Anin masih berusaha berbicara lembut dan sopan pada mertuanya itu. "Ini ma, aku mau ke kantor mas Adriel buat ngasih makan siangnya."

Tawa dari adik ipar pun terdengar cukup keras. Hingga membuat Anin kebingungan.

Akan tetapi berbeda dari mama mertua. Yang kini ikut tertawa tapi tak begitu keras seperti anak perempuan nya.

Masih dengan tawanya adik ipar itu pun berbicara. "Eh jalang, lo itu bisa nggak sih kalok ngomong itu dipikir dulu. Main njaplak aja tuh mulut ama otak."

"Ha! Emm.... Tapi aku cuman......."

"Cuman mau malu-maluin kak Adriel? Iyah?" Tukas adik ipar.

Anin langsung menggelengkan kepalanya, seakan tak membenarkan ucapan adik iparnya itu.

Mama mertuanya melangkah kearah Anin. "Masuk ke kamar, dan jangan buat hal yang dapat memalukan keluarga mama."

Merasa mendapat perkataan yang menghina. Anin dengan penuh kesopanan menjawab ucapan mama mertuanya. "Anin janji nggak akan buat mas Adriel malu ma."

"Dengan status itu?" Tanya mama mertua.

"Status? Anin nggak akan bilang ke mereka kalau Anin adalah istri mas Adriel ma."

Seakan tak ingin berdebat lagi mama mertuanya pun memalingkan wajahnya dari pandangan Anin. "Cepat masuk kamar, dan jangan bantah lagi." Serka mama mertua.

"Tapi ma Anin cuman ingin...."

Belum sempat Anin meneruskan ucapannya. Tiba-tiba

Plakkk

*********

Sesudah kejadian

Tatapan yang kini Anin tujukan pada pantulan dirinya di dalam cermin.

"Aku kuat, aku harus sabar, aku pasti bisa mempertahankan pernikahan ini." Ucap Anin, seakan memberi semangat pada dirinya sendiri.

Bersambung.

Bab 02

Sinar matahari menyingsing di sela-sela jendela kamar para penghuni rumah megah nan mewah milik suami Anin.

Sementara seisi rumah yang sedang terlelap tidur. Berbeda dengan Anin yang sudah sejak subuh tadi berkutik di dapur.

Adriel yang tak lain suami Anin. Berjalan kearah kulkas yang berada di dapur.

Melihat suaminya yang kini tengah menelisik kedalam kulkas. Anin langsung bertanya pada pria itu. "Mas nyari apa?"

"Bukan urusan kamu." Jawab Adriel dengan kasar.

Bahkan tangan pria itu menutup pintu kulkas dengan cukup keras.

Tak ada perlawanan ataupun pertengkaran akibat perilaku dari Adriel padanya. Anin hanya mampu membatin sekaligus tak henti-hentinya berdoa, agar suatu hari nanti suaminya dapat bersikap layaknya seorang suami yang mencintai istrinya.

Melihat sikap Adriel padanya selama 5 tahun ini. Membuat Anin mengingat kejadian 5 tahun dulu sebelum dirinya dapat menikah dengan pria itu. Dan kini mendapat status sebagai seorang istri, yang tak diinginkan oleh suami dan keluarganya.

********

Flashback on 5 tahun lalu

"Buk! Anin mohon jangan suruh Anin buat nikah. Masa depan Anin masih panjang. Lagi pula Anin juga pengen kuliah." Anin memohon pada ibunya dengan duduk bersimpuh dilantai.

Seakan tak dapat untuk bernegosiasi lagi, ibunya itu memilih memalingkan wajahnya dari hadapan Anin. Sembari berkata, "kamu bisa kuliah, tapi lihat jasad ibumu ini setelah itu."

Deg

Jantung yang tadinya berdetak normal, kini berdetak tak karuan. Seakan ingin lepas dari tempatnya.

Dengan nada bicara lirih, Anin berucap dengan nada cukup terpukul oleh ucapan ibunya tadi. "Buk! Anin cuman ingin lanjutin sekolah. Tapi kenapa ibuk bersikap seolah Anin, ingin melihat ibuk tiada. Nggak ada seorang anak yang akan tega melihat ibunya meninggal karna dirinya buk!"

"Ada, dan itu adalah kamu." Tukas ibu Anin.

Tak ingin menyerah begitu saja. Anin pun kembali angkat suara. "Anin nggak pengen buk, harus Anin ngomong apa lagi agar ibuk paham Anin."

Tak disangka air mata jatuh di pelupuk mata ibunya. Sesekali tangan wanita paruh baya itu menyeka air mata yang keluar dari matanya.

Wajahnya terlihat seakan tengah kecewa pada Anin. "Kau putri yang terbilang durhaka pada orang tua Anin. Ibu mu ini hanya ingin kamu menikah dengan orang kaya itu. Dengan begitu kehidupan ibu dan juga adik mu bisa terjamin nantinya."

Tentu Anin yang memiliki hati cukup rentan. Bahkan terbilang mudah untuk terbawa suasana. Air matanya pun juga ikut keluar tanpa diminta, terlihat seperti korban disini.

Akan tetapi di mata ibu nya dialah pelaku dari semua kesusahan yang di alami keluarganya itu.

Sembari menangis terisak-isak Anin kembali memohon pada ibunya. "Anin mohon jangan ngomong kalau Anin adalah putri durhaka. Setelah lulus sambil kuliah juga, Anin janji bakal kerja. Supaya ibuk dan arin nggak susah hidupnya."

Mendengar lontaran kata putrinya. Ibunya sontak menyingkirkan tubuh Anin yang memeluk lututnya. Hingga tubuh Anin tersungkur di lantai.

"Percuma bicara dengan wanita arogan dan egois seperti mu itu. Kalau bapak mu masih hidup, ibuk yakin dia pasti akan sangat menyesal karna telah rela mati hanya gara-gara nafkahin anak durhaka kayak kamu."

Setelah mengatakan hal itu ibunya pergi meninggalkan Anin yang masih tersungkur di atas lantai.

Meski tangisan Anin terisak cukup lirih. Akan tetapi ternyata semua itu tak membuat ibunya berempati pada dirinya. Malah seakan tak menutup telinga agar tak mendengar tangisan putrinya sendiri.

"Hiks hiks hiks..... " Anin masih menangis dengan posisi yang masih sama.

Dalam hati nya tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri. Karna takdir buruk yang selalu ia terima. Semua itu ternyata berdampak pada kehidupan orang disekitarnya, termasuk ayahnya sendiri.

"Ibuk bener. Aku memang biang masalah untuk orang disekitarku, tapi aku juga tidak sanggup jika harus mengubur semua mimpi ku." Ujar Anin dalam hatinya.

Flashback off

"Anin!"

Teriakan seorang wanita menggema hingga sampai di telinga Anin. Lamunan tentang masa lalu pun buyar seketika.

"Anin! He Anin lo budek yah?"

Lagi-lagi suara gadis itu terdengar kembali. Dan kali ini lebih kencang seakan menunjukkan nada kemarahannya.

Cepat-cepat Anin berlari kearah sumber suara.

"Iyah nita ada apa?" Tanya Anin pada gadis yang berteriak tadi. Dan tak lain adalah adik iparnya sendiri.

Raut wajah Nita begitu merah padam. "Lo itu sengaja buat gue teriak-teriak Iyah?"

"Nggak Nit! Tadi mbak.... "

Belum sempat Anin melanjutkan ucapan nya. Dengan cepat Nita menyela, seakan tak menghargai apa yang di ucapkan oleh kakak iparnya sendiri. "Halah pakek alesan, udah cepet gosokin tuh baju gue. Cepet nggak pakek lama."

Sengaja tak ada pembantu di rumah megah nan besar itu. Karna mama mertuanya mengatakan untuk Anin menjadi ibu rumah tangga yang siap siaga.

Mengerti dan cakap dalam urusan rumah tangga di bidang apapun. Menerima nasihat yang tak ada salahnya untuk Anin lakukan, ternyata di manfaatkan oleh seisi rumah itu menjadikan Anin pengganti sebagai seorang pembantu.

"Yaelah malah bengong, udah cepet lakuin. Bikin orang darah tinggi aja." Sahut Nita, karna melihat kakak iparnya malah melamun.

Dengan sabar Anin berucap. "Nanti kakak setrikain yah, tapi nggak sekarang. Kakak siapin sarapan dulu buat mas Adriel."

Seakan tak menerima penolakan. Nita menyambar Anin dengan berbagai hinaan. "Eh jalang sialan, lo itu denger apa yang gue ucapin tadi kan."

"Iyah tapi...."

Belum sempat Anin menjawab ucapan Nita. Kini giliran suara Adriel terdengar memanggil namanya.

"Anin!"

Seketika Anin pun menengok keatas lantai dua dimana kamarnya dan Adriel berada.

"Iyah mas bentar." Sahut Anin dengan kencang.

Sedangkan Nita melihat kakak iparnya yang seperti wanita lelet dan tak cekatan. Membuatnya geram, dengan malas Nita berbicara pada Anin. "Baju ku harus tepat waktu nanti, ingat! Di setrika. Paham!"

Setelah mengatakan hal itu, Nita berlalu pergi begitu saja.

Tak lama suara Adriel kembali terdengar. "Anin!"

Hembusan nafas kasar Anin kekuarkan. Matanya menatap kearah dapur, masakan yang masih belum terselesaikan. Setelah itu matanya mengarah kearah kamar Nita yang meminta dirinya menyetrika secepatnya.

Dan kini matanya mengarah kearah lantai dua dimana suaminya berteriak memanggil namanya sejak tadi.

"Kalau aku bisa menghilang, jujur aku ingin menghilang sekarang." Batin Anin dalam hatinya.

Bersambung.

Bab 03

Dengan baju rumahan yang terbilang cukup murah. Serta badan nya yang berbau bawang, karna sehabis memasak. Anin hendak ikut sarapan pada pagi hari itu.

Akan tetapi mama mertuanya langsung mengecam perbuatan Anin yang hendak duduk di meja makan bersama. "Ngapain kamu?" Tanya mama mertua Anin.

Polosnya Anin menjawab. "Anin mau makan ma."

"Siapa yang suruh?"

"Tapi tadi.... "

Belum sempat Anin berkata, mertuanya langsung menyelak. "Makan di belakang, kamu pikir siapa yang bakal selera makan dengan perempuan bau dan dekil kayak kamu itu."

Anin menatap suaminya yang seakan acuh dan tak ingin ikut campur ketika dirinya dihina.

Melihat Anin yang malah melamun. Bukannya segera pergi. Mama mertuanya kembali buka suara. "Kamu tuli? Udah miskin, tuli lagi."

Tiba-tiba suara sendok di letakkan dengan keras di atas meja pun terdengar.

Adriel beranjak dari tempat duduknya. "Aku berangkat ke kantor dulu." Ucap Adriel.

Sementara itu Anin masih berdiri di samping Adriel suaminya. Akan tetapi kini Anin seakan patung yang tak di hiraukan keberadaan nya oleh Suaminya sendiri.

Adriel berlalu pergi tanpa berpamitan pada Anin. Bahkan sekedar memandang nya pun seakan enggan.

Serasa senang dengan perlakuan kakak kandungnya. Nita pun ikut beranjak dari duduknya, dan berpamitan untuk segera berangkat kuliah. "Aku pergi dulu yah ma."

"Iyah sayang! Hati-hati yah kamu dijalan."

"Ok ma, emm... Sekalian tolong suruh mandi tuh ma orang itu. Bikin mood pagi aku jadi rusak aja." Imbuh Nita, sambil menatap jijik kearah Anin.

Bukannya menasehati putrinya agar tak berkata menyinggung kakak iparnya sendiri. Mama Nita malah membetulkan ucapan putri bungsunya. "Mama aja sampek muak ngomong berkali-kali ke dia, Udah mendingan kamu berangkat sekarang. Nanti kamu telat lagi."

Nita tersenyum dan merangkul sekilas mamanya.

Langkah kaki Nita beranjak pergi dan melewati Anin. Dengan jelas Nita berkata. "Inget mandi, jorok amat jadi orang."

Tak ada belaan terhadap dirinya sendiri. Anin hanya terdiam seperti orang bodoh.

Ketika Nita sudah berlalu pergi. Mama mertuanya kini ikut beranjak pergi dari meja makan.

"Kamu lihat kan sekarang? Udah nih beresin, itu sisa makanannya kalau kamu mau makan aja. Inget hemat jadi seorang istri, jangan boros. Mubadzir tuh makanan." Ujar mama mertua.

Mata Anin menatap kearah makanan sisa yang masih banyak berada di atas meja makan. Dan kini ia pun menatap kearah penampilan nya sendiri.

Bukannya tak ingin berdandan. Akan tetapi sejak pagi ia terlalu lelah untuk mengurus dirinya sendiri. Masak, hingga menyiapkan keperluan seisi penghuni rumah setiap pagi ia lakukan.

Tanpa sadar air mata Anin keluarkan dari kelopak mata indahnya. "Aku tidak tau sampai kapan aku bisa bertahan, tapi mengapa semuanya teramat berat sekarang." Anin bergumam sembari menatap kemalangan takdir nya saat ini.

********

Flashback on

"Eyang yakin kamu gadis yang baik untuk cucu Eyang."

Kedua wanita yang memiliki umur terpaut cukup jauh. Sedang duduk di taman belakang rumah megah.

Mata Anin terfokus pada wanita lanjut usia didepannya. Seakan melihat sosok nenek kandung sendiri, hingga membuat Anin menghormati dan menyayangi wanita itu dengan sangat tulus.

"Dengan kamu menjadi menantu pertama di keluarga sastro ini, eyang sendiri yang akan menjamin kebahagiaan kamu disini."

Seketika senyuman terukir di kedua sudut bibir Anin. "Em, aku yakin kalau Eyang akan salalu memperlakukan Anin dengan baik disini." Jawab Anin.

Setelah pernikahan

1 minggu menjadi bagian dari keluarga sastro. Tak ada yang berani untuk mengusik hidup Anin. Meski Adriel tak memperlakukan Anin seperti seorang istri.

Akan tetapi Adriel memberikan nafkah lahir dan batin pada Anin.

Setelah beberapa bulan. Tiba-tiba Eyang jatuh sakit dan harus di larikan ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.

Berawal dari kejadian itu lah. Semua kehidupan Anin berubah drastis. Ia sering di perlakukan layaknya seorang pembantu di rumah nya sendiri.

Dan lebih parahnya, Adriel seakan acuh dengan perlakuan mama dan adiknya terhadap Anin.

"Eh jalang!" Panggil Nita.

Karna merasa itu bukan namanya. Tentu Anin tetap fokus dengan aktivitas yang kini tengah lakukan di dapur.

Nita pun mencoba mendekat kearah Anin berada. "Eh jalang lo budek yah."

Sontak Anin langsung mengarahkan pandangan nya pada sumber suara. "Nita! Kamu ngapain disini? Ada yang kamu mau?"

Senyuman remeh Nita perlihatkan. "Iyah, gue mau lo buatin gue jus mangga. Sekarang!"

"Yaudah sebentar kakak buatin dulu yah."

Melihat Anin yang terbilang cukup bodoh, membuat Nita menertawakan sikapnya itu. Sekarang jika Anin orang pintar, seharusnya ia marah kalau di panggil dengan panggilan jalang.

Akan tetapi kakak iparnya itu malah biasa saja. Sekaligus menjawab dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Nita.

Dalam hati Nita berkata. "Dasar jalang miskin rendahan."

2 bulan kemudian

Eyang tak kunjung sembuh. Dan masih di rawat dirumah sakit.

Sedangkan Anin seakan menjadi seorang pembantu di rumah suaminya sendiri sekarang. Di lain sisi ibu kandungnya selalu meminta uang pada dirinya. Dengan alasan untuk kebutuhan adiknya dan kehidupannya.

Dicap sebagai mantu miskin, bodoh, hingga boros karna selalu menghabiskan uang suaminya. Anin kerap di cemooh di rumah itu.

Tak menunggu waktu lama kabar buruk pun sampai di telinga Anin. Karna Eyang yang selalu melindungi nya itu kini harus di rawat di luar negeri.

Tentu kesedihan melanda Anin saat itu. Kehidupan sengsara nya pun di awali di hari dimana Eyang nya pergi berobat di luar negeri yang entah kapan akan kembali ke Indonesia lagi.

flashback off

*******

Di malam hari Anin yang masih berkutik di dapur untuk mencuci piring. Tiba-tiba suara bel rumah pun berbunyi.

Ting Tong Ting Tong

Anin segera melangkah kearah pintu rumah nya. Dan ketika Anin membuka pintu itu, matanya terbelalak melihat suaminya dalam keadaan mabuk. Dan berada di pelukan seorang gadis berpakaian seperti seorang kantoran tapi baju yang dikenakan terbilang cukup minim.

"Mbak nya pembantu yah dirumah ini. Tolong donk bantu saya bawa mas Adriel ke kamarnya."

Deg

Anin mematung di tempat.

Seorang gadis menyebutnya pembantu. Dan merangkul tubuh suaminya dengan sangar intens. "Anda bisa pergi, biar saya yang bawa mas Adriel ke kamar." Sahut Anin.

Akan tetapi siapa sangka gadis itu menghalau Anin mendekat kearah Adriel dan dirinya. Seraya berkata sinis pada Anin. "Kamu itu pembantu, tapi lancang banget sih. Nggak usah kamu bantu, biar saya sendiri yang bawa mas Adriel ke kamarnya."

Gadis itu masuk kedalam rumah tanpa diberi izin oleh Anin.

Tak ingin tinggal diam. Anin melangkah meraih tubuh Adriel yang sejak tadi meracau tak karuan.

"Aku bukan pembantu, tapi aku istri mas Adriel. Paham kamu!"

"Apa?" Gadis itu serasa tak percaya.

Tak lama Adriel mendorong tubuh Anin untuk menjauh darinya. "Dasar jalang kotor, aku menyesal menikahimu. Kau adalah kutukan dalam hidupku selama ini."

Duarrr

Serasa sambaran petir mengenai tubuhnya, Anin pun terdiam.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!