Keluarga merupakan kata terhangat yang selalu diimpikan semua orang yang ingin dibangun dengan harmonis. Sebuah kehangatan dalam keluarga akan dirasakan oleh sang anak. Begitulah yang dirasakan Rea, Andrea Clarissa.
Rea seorang gadis kecil berumur 8 tahun yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis. Rea memiliki Rio Hernawan sang ayah yang penyayang dan selalu memanjakannya serta Putri Anjani sang ibu yang bertutur kata lembut serta ramah. Rea tumbuh menjadi menjadi gadis yang periang dan ramah terhadap semua orang.
Hahahah…
Terdengar tawa seorang anak perempuan dari sebuah rumah sederhana yang hijau
“Ayah, hentikan geli ayah” ujar gadis kecil itu, Rea
“Tidak akan, sebelum kau memaafkan ayah” ujar sang ayah
“Hahaha, tidak mau ayah” ujar Rea kembali dengan tawa yang menyertai karena gelitikan dari ayahnya
“Kalau begitu rasakan gelitikan ayah ini” ujar ayah dengan semakin semangar mengerjai anaknya
“Sudah hentikan, ayah berheti kasihan anaknya itu loh” ujar sang ibu dengan lembutnya
Mendengar suara istrinya membuatnya berhenti menggelitik anaknya itu.
Masih terdengar suara tawa dari Rea karena melihat ekspresi sang ayah saat ibunya sedang menegur dirinya.
“Ayo makan siang, ibu sudah memasak makanan kesukaan Rea” ujar ibu yang kemudian berlalu kembali ke dapur untuk menyiapkan masakan yang telah ia buat
“Baik ibu” ujar ayah dan Rea secara bersamaan karena bersemangat mendengar adanya makanan buatan dari ibu
Saat sudah di meja makan, dapat terlihat masakan ayam bumbu kecap kesukaan Rea serta ikan bumbu balado kesukaan dari ayahnya
“Terima kasih ibu” suara serempak kembali terdengar dari ayah dan anak itu
Melihat raut bahagia dari keluarganya membuat ibu juga merasa senang
“Baiklah, mari makan bersama” ujar ibu dengan lembut.
Kemudian ibu membantu menyiapkan makanan ayah dan Rea.
Setelah makan siang, mereka berkumpul di ruang keluarga, dimana mereka akan menonton film yang sangat disukai Rea yaitu doraemon.
“Ayah, ayo jalan-jalan” ajak Rea
“Jalan-jalan?” ujar ayah sambil melihat anaknya yang sedang menatapnya dengan binar memohon
“Rea, ingin jalan-jalan kemana sayang?” tanya ibu
“Apakah Rea ingin makan es krim yang waktu itu sayang?” tanya ayah memastikan setelah terdiam memikirkan permintaan tiba-tiba dari putri kecilnya
“Es krim?”
“Rea sudah memakan es krim minggu ini sayang” ujar ibu mengingatkan
“Tapi Rea ingin es krim ibu” rengek Rea dengan tatapan memohon
“Baiklah, nanti sore ayo jalan-jalan” ujar ayah sambil mengangkat anaknya ke pangkuannya
“Kita beli es krim kesukaan Rea” ayah langsung menyetujui permintaan Rea karena tidak tahan dengan anaknya yang ingin menangis itu
“Benarkah ayah?” tanya Rea memastikan
“Tentu saja”
“Kapan ayah berbohong pada putri kecil ayah” ujar ayah dengan senang sambil mengusap rambut putrinya kemudian mencium pipi chubbynya dengan gemas
“Ayah yang terbaik” ujar Rea dengan senang kemudian mencium pipi ayahnya
Setelah mendengar persetujuan ayahnya Rea begitu senang langsung turun dari pangkuan ayahnya dan berteriak “Asyikkkk, makan es krim … makan es krim”
Melihat interaksi antara anak dan suaminya itu, ibu hanya bisa tersenyum senang karena keluarganya begitu menyayangi. Meskipun suaminya itu sibuk, ia pasti akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan putrinya dan selalu menuruti permintaan putrinya sebisanya. Dan putrinya dapat tumbuh dengan ceria seperti itu
“Karena nanti akan jalan-jalan, sekarang Rea tentu harus tidur siang terlebih dahulu. Mari sayang” ujar ibu lalu menuntun Rea ke kamar untuk tidur siang
Mendengar ucapan ibunya itu, Rea hendak menolak. Namun ia urungkan karena melihat sang ibu yang tak ingin dibantahpun akhirnya menyetujui dan pergi bersama ibunya itu
Sore pun datang, bahkan langitpun hampir terliihat gelap. Rea yang bersiap untuk jalan-jalan pun termenung di teras sambil memeluk boneka kelincinya yang terlihat kusam itu. Ia menunggu kepulangan sang ayah yang pergi sejak siang tadi saat dirinya tidur. Ibu yang melihat anaknya sedih pun ikut merasa sedih juga, namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena suaminya terdapat pekerjaan yang tidak dapat ditunda. Melihat itu, ibu langsung mengajak Rea untuk masuk dan menunggu sang ayah di dalam rumah, Rea yang awalnya tidak setuju pun menjadi setuju setelah dirayu boleh memakan kue coklat kesukaanya
Setelah menunggu lama, terdengar suara mobil yang terpakir di halaman rumahnya. Mendengar itu, Rea langsung berlari keluar rumah dan melihat siapa yang datang. Saat melihat ayahnya keluar dari mobil, Rea pun berteriak
“Horeeee…. Ayah pulang…. Horeee”
Melihat sambutan dari putrinya itu membuat ayah menjadi tersenyum senang dan berlari menghampiri putrinya itu.
“maaf ya sayang, ayah terlambat” ujar ayah dengan memeluk putrinya dengan sayang
“Ayo masuk sayang” ujar ayah sambil menggendong putri kecilnya
“Ayah, kita tidak jadi jalan-jalan ayah” ujar Rea yang berada di gendongan ayahnya
Mendengar pertanyaan putrinya, ayah hanya tersenyum sebagai balasannya. Kemudian tetap berjalan masuk ke dalam rumahnya
Melihat respon dari ayahnya, Rea pun diam kemudian menunduk sedih. Tak tahan dengan kesedihan putrinya,ayah melihat ke arah jam tangannya menunjukkan pukul 6 sore itu pun meminta putrinya untuk bersiap.
“Rea bersiap ya, ayah juga harus mengganti pakaian. Mari jalan-jalan sesuai keinginan putri kecil ayah yang cantik ini” ujar ayah sambil menurunkan putri kecilnya dari gendongannya
“Rea masuk ke dalam kamar dulu ya sayang. Siap-siap. Ayah juga harus ganti baju dulu agar bisa jalan-jalan dengan putri ayah ini” ujar ayah lagi
Mendengar itu, Rea pun mengangguk dan segera berlari masuk ke dalam kamarnya
Melihat kondisi suaminya yang seperti frustasi dan suasana yang sedikit suram, ibu pun mendekati suaminya
“Ada apa mas, apakah terjadi sesuatu?” tanya ibu yang merasa cemas
“Tidak apa sayang, mari ke kamar sayang. Kita harus bersiap untuk membuat putri kecil kita tersenyum” jawab ayah sambil menggandeng tangan istrinya
Setelah bersiap, mereka pun pergi jalan-jalan sesuai keinginan Rea. Mereka pergi ke mall. Dalam perjalanan mereka terlihat senang dengan Rea yang bernyanyi sepanjang perjalanan sambil memeluk boneka kesayangannya. Ibu yang juga ikut bernyanyi bersama Rea. Berbeda ibu dan Rea, ayah terlihat sedikit gusar. Namun dapat ditutupi dan juga mencoba mengimbangi nyanyian putri kecilnya
Saat tiba di mall, mereka pergi tempat makan terlebih dahulu karena mereka belum makan malam dan membeli es krim sesuai keinginan putri mereka. Setelah membeli keinginan dari sang anak, mereka pun pergi ke tempat bermain. Mereka bermain bersama dengan gembira. Banyak permainan yang mereka coba bersama. Kemudian, Rea melihat permainan capit membuat ia ingin mencoba permainan itupun segera meminta bantuan pada ayahnya.
“Ayah, ayo main itu” ujarnya sambil menunjuk ke arah tempat yang ingin ia mainkan.
Melihat kearah yang ditunjuk putrinya, membuat ayah berpikir dan kemudian kearah jam tangan yang ia pakai yang menunjukkan pukul 8 malam yang menandakan mereka harus segera pulang
“Lain kali ya sayang, ini sudah pukul 8 malam. Kita harus segera pulang sayang” ujar ayah dengan lembut
“iya sayang, kita pulang dulu ya. Lain kali ayah pasti akan menemanimu bermain permainan capit itu” ujar ibu juga yang merayu Rea
“Baiklah, tapi janji ya ayah akan bermain itu bersama Rea” ujar Rea sambil menunjukkan permainan yang ia mau
“Ehmm…. Tentu saja sayang” balas cepat ayah agar putrinya tidak berubah pemikirannya
Setelah itu, mereka pun pulang dengan suasana yang cukup gembira dengan Rea yang terus bercerita dengan senyuman mengenai permainan yang ia mainkan tadi sedangkan orang tuanya merasa senang dengan melihat senyum yang terpatri pada putrinya. Karena merasa lelah, Rea pun akhirnya tertidur. Suasana yang awalnya penuh ceria dengan cerita Rea pun hening karena Rea yang tertidur.
“Lihatlah, putri kecil sedang tertidur ternyata”
Tadi sibuk bercerita, sekarang malah tidur dengan tenangnya. Pantas saja mendadak terasa hening” ujar ibu.
Mendengar itu, ayah hanya bisa membalasnya dengan senyuman sambil melihat ke arah spionnya yang menunjukkan putrinya tertidur dengan pulasnya.
Suasana yang awalnya hening itu tidak berlangsung lama berubah menjadi mencekam. Hal tersebut dikarenakan ayah yang tiba-tiba melajukan mobil dengan sangat cepat.
“Ada apa mas, mengapa kamu tiba-tiba mengebut” ujar ibu yang cemas
Mendengar pertanyaan itu pun ayah hanya mangalihkan pandangan ke ibu sebentar kemudian kembali lagi melihat ke arah jalan
“Ada yang mengikuti kita” ujar ayah
“Mobil itu sudah mengikuti kita sejak keluar dari rumah tadi”
“Karena itu aku ingin keluar dari kejaran mobil itu” jelas ayah
“Sayang, pindah ke belakang bersama putri kita ya, tolong pegang erat putri kita”
Mendengar perintah dari suaminya, ibu pun segera berpindah ke belakang memeluk putrinya.
Ayah yang mengebut pun tidak melihat truk yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berhenti secara mendadak membuat muatan besi menjadi jatuh dan terdengar
BRUKKK
Suara tabrakan antar mobil yang mencoba menghindar dari muatan itu namun hal tersebut menyebabkan kecelakaan beruntun. Kecelakaan itu melibatkan 4 mobil dengan jumlah korban 10 orang.
BRUKKK
Suara tabrakan antar mobil yang mencoba menghindar dari muatan itu namun hal tersebut menyebabkan kecelakaan beruntun. Kecelakaan itu melibatkan 4 mobil dengan jumlah korban 10 orang.
****
Setelah terjadi kecelakaan itu dan yang berhasil selamat hanya Rea membuat ia menjadi terdiam. Setelah bangun dari tidurnya selama 1 bulan, saat membuka matanya Rea mencari kedua orang tuanya, namun yang ia dapati hanya perawat dan dokter yang merawatnya serta seseorang yang tidak ia kenali.
Melihat tidak ada orang tuanya pun Rea bertanya
“Dimana ayah dan ibu” lirih Rea yang mencari keberadaan kedua orang tuanya
“Rea istirahat dulu ya, nanti ayah dan ibu datang kesini” ujar seseorang yang tidak dikenalinya. Namun karena merasa mengantuk kembali, Rea pun kembali tidur.
ERGGHH
Terdengar erangan Rea yang mulai sadar. Saat membuka matanya, Rea melihat langit-langit yang berwarna putih. Kemudian ia melihat kearah jendela dan terlihat bahwa hari sudah malam. Mendengar erangan itu dan melihat Rea yang sadar, ada seseorang yang menghampiri Rea yang sedang di ranjang rumah sakit
“Rea, apakah ada yang sakit sayang” tanyanya
Mendengar pertanyaan itu Rea melihat kearah seseorang itu
“Paman siapa?” tanya Rea
“Paman melihat ayah ibu Rea” tanyanya kembali
Mendengar pertanyaan itu, paman itu hanya diam dan tersenyum.
“Sebentar ya Rea, paman panggil dokter dulu untuk memeriksa Rea” ujarnya yang kemudian pergi dari kamar rawa Rea dan segera memanggil dokter
Tak lama, pintu terbuka dan terlihat dokter dan perawat yang masuk serta paman yang tak Rea kenali. Dokter pun memeriksa keadaan Rea dan menjelaskan keadaan Rea kepada paman yang tak dikenalinya itu. Setelah itu, dokter itu pun pergi bersama perawat yang tadi datang bersamanya tadi.
Rea yang melihat itu pun hanya diam karena ia merasakan sakit di tubuhnya dan merasakan pusing di kepalanya.
Suasana pun menjadi hening. Rea hanya melihat kearah paman yang tak dikenalinya begitupun sebaliknya. Untuk memecah keheningan, Rea pun kembali bertanya
“Om siapa ya?” tanya Rea dengan lirih
Mendegar suara dar Rea, paman itu pun berjalan mendekat kearah Rea dan duduk di kursi samping ranjang rawat Rea
“Om teman ayah Rea. Om disini yang menjaga Rea selama di rumah sakit” ujarnya dengan lembut
“Oh iya, nama om adalah Irawan, panggil saja Om Awan ya sayang”
Mendengar nama orang itu dan penjelasannya Rea pun tersenyum
“Lalu dimana orang tua Rea Om Awan” tanyanya lagi
Mendengar pertanyaan itu, Om Awan tidak langsung menjawabnya. Malah melihat Rea dengan sendu serta bingung bagaimana menjelaskannya kepada Rea yang masih kecil
“Orang tua Rea sudah pergi ke tempat yang sangat jauh, tempat yang sangat indah. Tempat dimana orang yang baik akan berkumpul sayang” ujar Om Awan dengan hati-hati
“Ayah dan ibu pergi?” ujar Rea yang kebingungan
“Kenapa tidak ajak Rea om, kan ayah dan ibu ke tempat yang indah harusnya mengajak Rea. Mengapa Rea malah di rumah sakit?” tanya Rea yang meminta penjelasan
Mendengar perkataan itu membuat Om Awan semakin dilanda kebingungan dalam menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada anak yang masih berusia 8 tahun. Dengan hati-hati akhirnya Om Awan akan menjelaskan keadaan yang sebenarnya
“Begini Rea sayang. Ayah dan ibu Rea sudah berada di tempat yang sangat jauh sekali dan mereka tidak bisa mengajak Rea untuk pergi kesana karena belum waktunya. Mereka….”
Om Awan menjeda penjelasannya sambil melihat kearah Rea. Hal tersebut dikarenakan perasaan bimbang yang di deritanya
“Mereka kenapa om” tanya Rea yang penasaran
“… mereka, orang tua Rea dipanggil Tuhan ke tempat yang paling indah. Tetapi mereka akan selalu mengawasi Rea dimanapun Rea berada” jelas Om Awan
“Jadi Rea sekarang sendirian Om” ujar Rea sedih
“Tidak, Rea kan sama Om sekarang. Oke” ujar Om Awan mencoba menenangkan Rea yang sedang sedih bahkan terlihat sudah akan menangis
Mendengar penjelasan itu, tangis Rea pun pecah. Mendengar tangisan itu Om Awan mencoba menenangkan hati anak kecil itu. Yang bisa Om Awan hanya memeluk gadis kecil itu.
“Nanti Om akan antarkan Rea ke rumah barunya orang tuanya Rea ya. Tapi tunggu Rea sembuh dulu” ujarnya mencoba menenangkan Rea sambil memeluknya
“Benarkah om” ujar Rea memastikan sambil melepas pelukannya
“Tentu saja” jelas Om Awan sambil mengusap air mata gadis kecil dihadapannya itu.
Melihat anak itu akan menangis kembali, Awan pun memeluk gadis itu kembali. Setelah lama menangis, kemudian tak terdengar suara dari gadis yang ada di pelukannya itu akhirnya ia pun mencoba melepas pelukannya dan terlihat bahwa gadis itu telah tertidur karena lelah menangis. Kemudian Awan pun menidurkan Rea di ranjangnya agar merasa nyaman. Setelah dilihat Rea merasa nyaman, Awan pun beranjak duduk ke sofa yang tersedia di ruangan Rea.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu ruangan Rea yang terbuka.
CEKLEK
Terlihat ada seseorang yang memasuki ruangan Rea.
“Tuan Yudha, apa kabar?” ujar Awan
“Awan kau sudah disini rupanya, aku baik” balasnya
“Bagaimana dengan keadaannya” ujarnya lagi sambil berjalan kearah Rea yang sedang tidur
“Keadaan nona baik tuan, nona juga sudah sadar tadi dan sekarang sedang beristirahat” balas Awan menjelaskan
“Syukurlah kalau begitu” balasnya
“Besok aku akan datang lagi bersama istri dan anakku” ujarnya lalu pergi keluar setelah mengatakan hal tersebut
Awan hanya terdiam setelah mendengarkan perkataan dari Yudha, kemudian melihat kearah Rea.
“Heehhh, semoga semuanya baik-baik saja”
***
Saat pagi menjelang, Rea bangun dari tidurnya. Melihat bahwa Rea sudah bangun, Awan pun menghampiri Rea
“Selamat pagi Rea, bagaimana Rea? Apakah ada yang terasa sakit?” tanyanya
“Tidak ada om, Rea merasa lebih baik” balas Rea
“Baiklah. Oh ya, Rea harus makan ya” kemudian mengambil kursi dan duduk di dekat Rea sambil menyiapkan makanan yang diantar oleh perawat tadi
“Sekarang ayo makan, om suapin ya”
Rea pun makan dengan lahap bubur yang disuapi Om Awan. Setelah selesai makan, Om Awan pun memberikan obat yang harus diminum oleh Rea.
Menjelang siang adalah waktu pemeriksaan Rea dan bertepan dengan adanya tamu yang datang ke ruang rawat Rea. Setelah selesai di periksa mengenai keadaan Rea, tamu tersebut berjalan mendekati Rea.
“Halo Rea, selamat siang” ujarnya
Mendengar sapaan darinya, Rea kemudian melihat kearah Om Awan seolah bertanya siapa mereka. Namun Om Awan hanya diam, tidak mengenalkan mereka kepadanya
“Rea, perkenalkan saya Yudha dan ini istri saya Mira. Kami adalah teman dari kedua orang tuamu” ujarnya. Kamu hanya menganggu dan diam dengan memandanginya serta tidak berniat menyela penjelasannya
“Kami disini untuk memenuhi amanat dari kedua orang tuamu. Om disini akan menjadi walimu dan kita akan menjadi keluarga”
“Dan disana adalah anak tante namanya Deo, dia akan menjadi kakak Rea” ujar tante Mira
“Kakak?” beo Rea
“Iya, sekarang om dan tante akan jadi ayah dan ibu Rea, Deo akan jadi kakak Rea”
Mendengar penjelasan itu, Rea hanya diam dan memandangi om dan tante serta Deo dan Om Awan secara bergantian
“Ada apa Rea, apa ada masalah?” tanya Om Awan yang khawatir dengan kondisi Rea
“Apakah Rea, tidak mau menjadi anak perempuan tante?” ujar tante Mira dengan sedih sambil memandangi Rea
“Apakah tidak masalah Rea menjadi anak tante?” tanya Rea memastikan
“Tentu saja, Deo juga pasti senang memiliki adik perempuan, benarkan Deo?”
Mendengar namanya disebut, Deo pun menghampiri Rea kemudian memberikan sebuah permen dan berkata
“Mau jadi adik Deo?”
Mendengar itu, kamu pun tersenyum senang dan mengangguk serta mengambil permen yang diberikan oleh Deo
Melihat respon itu, semua orang yang ada di ruanganpun tersenyum senang
“Nah sekarang coba Rea panggil om dan tante, papa dan mama serta kak Deo,. Ayo coba” seru tante Mira
“Papa, mama, kak Deo” ujarmu dengan memandangi mereka satu per satu
Mendengar sapaan itu seutas senyuman mereka muncul dengan berserinya. Kamu pun melihat senyuman mereka ikut tersenyum juga.
“Mama serta kak Deo mau ke kantin dulu ya kamu dengan Om Awan dulu ya” ujar Mama. Rea hanya mengangguk sebagai balasan
“Awan, ada yang harus kita bahas” Yudha melihat kearah Rea “Rea sayang, papa bicara dengan Om Awan dulu ya sebentar. Lebih baik Rea sekarang tidur, istirahat. Rea harus banyak istirahat biar cepat sembuh” sambil mengelus kepala Rea dengan sayang
Setelah melihat Rea beristirahat Yudha segera mengajak Awan berdiskusi di luar ruang rawat inap Rea.
“Ayo Awan” ajaknya
“Baik pak”
POV YUDHA
Saat ini mereka ada di rooftop. Mereka berbincang mengenai keberadaan Rea yang harus disembunyikan. Evas, adik tiri dari keluarga ayah kandung Rea sangat serakah. Ingin memiliki apa yang dimiliki oleh kakaknya
“Awan, harta yang berhasil kita dapatkan dengan memenangkan rundingan apa saja?” tanya Yudha
“Hanya sebuah villa, sebuah restoran, satu set perhiasan dan juga sebuah apartemen yang terletak dekat dengan UI pak”
“Ternyata anak nakal itu serakah juga ya.” Yudha menyeringai
“Jadi dia mengambil hampir semuanya ya, baik perusahaan, rumah dan restoran yang sudah terkenal. Hanya menyisahkan restoran kecil saja untuk keponakannya. Pintar sekali”
“Baiklah, Awan kau urus restoran itu. Nanti jika Rea sudah dewasa jika mau dia bisa mengurus restoran itu. Apartemen bisa menjadi tempat tinggal Rea saat kuliah nanti, dan berikan perhiasannya nanti ke Rea. Itu adalah peninggalan yang tersisa dari orang tuanya.”
“Lalu, bagaimana dengan villanya tuan?” tanya Awan
“Villa itu bisa kau jual Awan, sebagai dana awalmu untuk membangun usaha. Lagipula Rea tidak membutuhkan itu. Aku yang akan menjamin semua keperluan Rea.” Jelas Yudha
“Tapi tuan---“
“Aku ingin kau membangun usaha Awan. Usahamu nanti bisa menjadi tameng Rea saat ingin membalas Evan. Jika ada banyak kekuatan maka itu dapat memudahkan Rea nantinya.” Potong Yudha.
Yudha tau bahwa Awan akan menolak pemikirannya. Namun sekarang, Rea sangat membutuhkan banyak kekuatan, kekuasaan dan harta jika ingin membalasa perbuatan Evan
“Awan, kau tau bukan apa penyebab kecelakaan ini terjadi. jadi sebaiknya kita membuat antisipasi semuanya terlebih dahulu. Dan rahasiakan ini, biar aku saja yang menceritakannya pada Rea nanti” jelas Yudha
“Baik tuan, saya mengerti maksud anda. Namun untuk menjual Villa tersebut harus ada persetujuan dari nona, tuan”
“Biar aku saja yang menangani masalah itu. Oh iya setelah ini aku akan membawa Rea ke Singapura untuk pengobatan. Kau bisa mengurus sendiri bukan masalah disini, Awan”
“Saya usahakan, tuan. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk nona.” Awan menjawab dengan pasti
“Ini adalah hari terakhir kita berkomunikasi secara langsung. Sisanya kita akan bersembunyi-bunyi. Jangan sampai Evan tau apa yang akan kita lakukan. Dan mungkin setelah ini Evan mengawasimu, hati-hati…”
“… kau adalah pegawai yang dipercayai Andre karena itu aku juga percaya padamu Awan”
“Terima kasih atas kepercayaan anda tuan. Namun, anda juga harus ingat untuk selalu memberikan informasi mengenai nona. Saya memercayai anda untuk merawat nona, saya hidup untuk Nona Rea saat ini, tuan”
“Tenang saja, suatu saat nanti kau akan melihat Rea tumbuh menjadi gadis yang cantikdan kau bisa melayani satu-satunya harta paling berharga milik Andre nanti”
Setelah mengatakan itu, Yudha meninggalkan Awan dan pergi menuju ruang rawat Rea. Melihat Rea yang masih beristirahat membuatnya lega. Kemudian di sofa terlihat istrinya yang tertidur dan anak laki-lakinya duduk di samping ranjang Rea untuk mengawasi keadaan Rea.
“Apa kau menyukai adik barumu Deo?” tanya Yudha
“Tentu, Deo ingin punya adik perempuan yang manis. Dan Rea sangat manis, dia adik Deo yang manis”
POV YUDHA END
Terdengar lenguhan seseorang membuat Deo dan Yudha memandang ke arah sumber suara. Terlihat Rea yang terbangun dari tidurnya dan bertepan Awan memasuki ruangan
“Tuan, saya sudah mengurus dokumen kepindahan Rea sesuai perintah anda sebelumnya”
“Terima kasih, Awan”
“Deo, bisakah kamu membangunkan mama. Kita harus segara pergi agar tidak ketinggalan pesawat.” Perintah Yudha yang diangguki oleh Deo
“Baik, papa”
Yudha memandang kearah Rea yang terdiam. Yudha bingung bagaimana menjelaskannya pada gadis kecil itu. Yudha yang melihat istrinya yang berjalan mengahmprinya pun menatapnya dan seolah berkata minta tolong
“Rea sayang, begini mama dan papa harus pergi ke Singapura saat ini. Nah Rea ikut ya, disana kita juga bisa melakukan pengobatan yang terbaik disana” rayu Mira
Mendengar itu kamu dan Om Awan saling memandang. Om Awan pun tersenyum menanggapi
“Tidak apa ma, Rea ikut mama saja”
Mendengar jawaban Rea, mereka pun senang dan bersiap membawa perlengkapan Rea untuk dibawa ke Singapura
“Apa tidak apa-apa pak Yudha” ujar Om Awan setelah mendakati Yudha
“Tenang saja Awan. Meskipun Rea baru sadar tetapi dokter mengijinkannya karena kami sudah menghubungi rumah sakit terbaik di Singapura untuk tempat perawatan Rea. Kami juga berangkat dengan tim medis rumah sakit ini mendampingi Rea. Jika kita terlalu lama disini, aku takut Evan menyadari keberadaan Rea dan mengambil semuanya dari Rea tanpa sisa” ujar Yudha
Di lain sisi, kau pun berganti pakaian yang disiapkan oleh Mama Mira sedangkan Deo membantu merapikan barang bawaan milik Rea. Setelah berganti pakaian, Mama Mira tidak sengaja melihat boneka yang sudah terlihat lusuh di samping ranjang rawat Rea.
“Boneka ini dibuang ya, Mama tidak suka melihat barang yang terlihat lusuh dan kotor. Tidak rapi sayang” ujarnya setelah melihat boneka milik Rea dan membuang boneka itu di tempat sampah yang tersedia di ruangan Rea
Melihat itu, Rea menjadi sedih karena boneka itu adalah pemberian dari orang tuanya saat ia berulang tahun untuk pertama kalinya. Namun kamu tidak bisa membantah perkataan Mira selaku mamanya. Deo yang melihat perbuatan mamanya dan reaksi Rea berikan saat boneka itu di buang menjadi sedikit iba. Saat mama dan papanya serta Om Awan pergi, diam-diam Deo mengambil boneka dan membersihkannya, kemudian meletakkan boneka itu ke dalam koper Rea setelah melapisi plastik pada boneka itu.
Rea yang melihat tindakan sang kakak, rea pun tersenyum dan menngucapkan terima kasih
“Nanti saat sampai di Singapur kakak bawa bonekanya ke tempat cuci ya. Setelah boneka bersih baru boleh Rea bawa, okey” ujar Deo menenangkan yang dibalas Rea hanya membalas dengan anggukan
“Baiklah mari kita pergi Rea, semua sudah siap. Kita harus segera berangkat takut ketinggalan pesawat sayang” ujar Mama Mira
Setelah mengucapkan itu, ia pun duduk di kursi roda karena Rea masih belum bisa berjalan dengan baik. Saat akan keluar dari area rumah sakit, Rea mengucapkan terima kasih kepada Om Awan karena telah merawatnya selama di rumah sakit. Setelah mengucapkan kata terima kasih, Rea masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan area rumah sakit dan akan pergi dari negara ini. Om Awan hanya memandang mobil yang membawa Rea “semoga kita bertemu lagi Rea”.
8 tahun kemudian
Sudah 8 tahun Rea menetap di Singapura menjalani kehidupan barunya bersama keluarga barunya. Rea tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, pintar, lemah lembut dan anggun. Namun dibalik itu semua dia menjadi sosok yang pendiam. Dia tidak memiliki teman dekat dan hanya dekat dengan sang kakak, Deo yang terpaut 2 tahun dan Reval teman kakaknya, lebih bisa dikatakan sahabat kakaknya.
Saat pagi menjelang pukul 06.00 pagi, penghuni rumah sudah bersiap untuk memulai kegiatan pada hari ini. Hari ini adalah hari senin, hari dimana awal kegiatan dimulai pada minggu ini. Rea yang sudah selesai bersiap untuk berangkat sekolah pun keluar dari kamarnya dan segera pergi menuju ke ruang makan untuk memulai sarapan bersama. Saat sampai di ruang makan, ia bisa melihat bahwa mamanya sedang menyiapkan sarapan pun ingin membantu sang mama. Saat sudah selesai menata makanan, bertepatan pula papa dan kakaknya datang. Mereka pun duduk di tempat masing-masing
“Pa, mau sarapan dengan apa?” tanya mama
“Nasi goreng saja ma” ujar papa
“Kalau kakak dan adik ingin makan apa?”
“Deo nasi goreng ma”
“Rea dengan roti selai coklat dan kacang ma”
Mama pun menyiapkan makanan sesuai dengan permintaan kami. Kemudian mama minta Bibi Rumi, pembantu di rumah ini untuk mengambil susu untukku dan kakak serta teh untuk papa. Setelah selesai makan, aku dan kakak bersiap untuk berangkat ke sekolah dan berpamiitan ke mama dan papa. Setelah itu papa bersiap ke kantor sedangkan mama akan pergi ke butik.
***
Pukul 03.30 sore, Rea pulang bersama dengan Kak Deo. Saat sampai di rumah terlihat papanya telah pulang dari kantor dan itu membuat mereka keheranan.
“Kami pulang” ujarku dan kakak bersamaan kemudian menyalami mama dan papanya
“Kalian sudah pulang ya” ujar mama
“Sekarang kalian ke kamar, bebersih nanti makan malam bersama ya” ujarnya lagi
Kami pun segera masuk ke dalam kamar dan kemudian membersihkan diri kami.
Malam pun datang, terdengar suara ketukan pintu kamar Rea
TOK TOK TOK
“Rea, ayo turun. Makan malam telah siap adik” ujar Kak Deo
Mendengar Kak Deo yang datang segera ia bukakan pintu kamar dan berkata, “Mari kak, adik sudah lapar”
Mereka pun berjalan beriringan menuju ke ruang makan mereka. Mereka melihat mama yang selesai menata makanan dan kemudian duduk di samping papa. Saat sampai mereka duduk di tempat masing masing. Mereka makan dengan khidmat, kemudian sang papa pun berkata, “Setelah makan nanti, ada yang perlu papa bicarakan”. Setelah mengatakan itu, papa beranjak pergi ke ruang keluarga
“Kalian makanlah dengan tenang, nanti kalau sudah pergi ke ruang keluarga ya” ujar mama lalu ikut pergi meninggalkan kami yang masih makan.
Setelah selesai, aku dan kakak pergi menyusul mama dan papa yang sudah menunggu di ruang keluarga dengan papa yang masih membaca dokumen dan mama yang masih sibuk merancang busana. Melihat kedatangan kami, mama dan papa pun membereskan kegiatan mereka sebelumnya dan menyuruh kami untuk duduk.
“Baiklah, papa mau memberitahu bahwa lusa kita akan kembali ke Indonesia. Papa harus memberskan perusahaan papa yang bermasalah disana dan mama harus mengurus butiknya juga. Jadi kita akan pindah ke Indonesia” ujar papa
“Kalian tenang saja, untuk sekolah kalian, kami sudah menemukan sekolah yang sama baiknya dengan disini dan mama sudah mengurus dokumennya. Jadi kalian hanya perlu bersiap dan berpamitan dengan teman kalian saja” ujar mama
Aku dan kakak hanya saling memandang dan kemudian mengangguk saja. Keputusan juga sudah dibuat, jadi kami tidak bisa menyanggah dan hanya mengangguk setuju. Melihat kedua anaknya mengangguk setujupun mereka merasa lega
“Baiklah kalian berdua bersiap ya, bawa yang menurut kalian perlu saja. Untuk sisanya biar papa dan mama yang mengurus” ujar papa yang kemudian beranjak pergi ke ruang kerjanya, kemudian mama mengelus kepalaku
“Kalian berdua mau pudding, tadi mama membuat pudding untuk kalian” ujar mama
“Tidak ma, aku harus mengerjakan tugasku dan memilah buku-buku yang akan aku bawa nanti” ujarku
“Aku juga tidak ma, aku harus mengerjakan tugasku juga” ujar Kak Deo.
“Baiklah, nanti mama bawakan susu untuk kalian” ujar mama lalu beranjak pergi ke kamarnya.
Melihat kepergian mamanya, kami pun juga beranjak menuuju kamar kami. Saat menaiki tangga Kak Deo pun berkata, “Adik, apa kau tidak apa kembali ke Indoensia?”
“Memangnya kenapa kak? Tentu saja aku baik-baik saja. Kakak tidak perlu khawatir” ujar ku dengan lembut dan menenangkan Kak Deo yang terlihat khawatir
“Ya sudah kalau begitu. Kalau ada apa-apa kau harus mengatakannya pada kakak. Kau mengerti Rea”
“Iya kak tenang saja”
Saat aku sampai di depan kamarku, aku pun langsung masuk dan mengucapkan selamat malam pada kakak.
POV DEO
Setelah melihat adiknya memasuki kamarnya dan menutup pintunya, namun perbincangan tadi membuat dirinya khawatir meskipun sang adik berkata bahwa dia baik-baik saja
“Apa ini akan baik-baik saja” ujarku sambil melihat pintu kamar adiknya itu.
Rasa sayang yang dimilikinya untuk sang adik membuatnya selalu mencemaskannya baik itu untuk masalah besar maupun masalah kecil. Kepindahan yang mendadak ini dan harus kembali ke Indonesia, dimana di negara itu adalah tempat ia kehilangan orang tersayangnya dimana tempat trauma yang dimilikinya dan tempat dimana orang tidak menyukai sang adik itu tinggal. Sebenarnya, ia ingin membantah dan ia ingin dirinya dan adiknya tinggal di Singapur saja. Namun dirinya tidak bisa membantah keinginan orang tuanya, apalagi segala urusan telah mereka selesaikan.
Memikirkan itu, Deo hanya mampu menghela nafasnya. Kemudian ia beranjak pergi ke kamarnya untuk menyiapkan barang bawaan yang akan ia bawa ke Indonesia.
POV DEO END
Hari ini adalah hari terakhir mereka di Singapura sebelum pesawat yang sebentar lagi akan mereka tumpangi berangkat menuju Indonesia. Rea hanya mampu menghela nafasnya. Melihat adiknya gugup, Deo pun segera memegang tangan adiknya seolah berkata ‘semuanya akan baik-baik saja ada kakak disini’. Melihat perlakuan kakaknya membuat Rea menjadi lebih tenang. Kemudian mereka mengikuti orang tuanya untuk check-in kemudian mencari pintu keberangkatan mereka. Saat akan boarding pass, Rea melihat ke arah belakang seolah berkata ‘sampai jumpa lagi Singapura’ kemudian masuk dan menuju pesawat mereka.
Saat sampai di Indonesia, mereka sudah dijemput oleh pegawai papa. Namun, kedatangan mereka juga disambut oleh wartawan yang akan mewawancarai orang tua mereka. Melihat banyaknya wartawan, papa dan mama pun menyuruh kami untuk pergi ke mobil terlebih dahulu bersama bodyguard mereka sedangkan mereka akan mengurusi wartawan itu.
Di dalam mobil, kami melihat banyaknya wartawan yang berdatangan. Namun karena merasa lelah, akhirnya Rea pun berpamitan untuk tidur sebentar pada sang kakak. Melihat adiknya yang sudah tidur, dan tak lama mama dan papanya masuk ke dalam mobil merekapun segera berangkat menuju ke rumah mereka untuk segera beristirahat.
Sore telah datang, terlihat dari matahari yang mulai tertidur ke ufuk barat dan langit senja yang nampak cantik itu terlihat dengan guratan warna merah, jingga, dan kuning keemasan secara bersamaan. Rea yang melihat betapa cantiknya langit sore dari arah balkon kamarnya pun segera mengabadikan pemandangan itu melalui ponselnya.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu kamarnya
“Non, non disuruh nyonya untuk ke bawah non” ujar seseorang yang Rea yakini adalah salah satu pembantu di rumah ini.
“Baik bi, Rea akan segera bersiap”
Saat sampai dibawah, ia melihat papanya yang sibuk menelepon dan kakaknya yang sibuk dengan ikan peliharaannya. Kemudian ia kearah mamanya yang sedang menata bunga yang kemungkinan besar akan di letakkan di meja hias ruang tamu.
Melihat kehadiran putrinya, mama pun berseru
“Adik udah turun, sini nak bantu mama memilah bunga untuk diletakkan di meja hias ruang tamu dan ruang keluarga sayang”
Mendengar itu, Rea pun segera menghampiri mamanya dan mulai membantu menata bunga hias itu. Tak lama kemudian, terlihat seorang pembantu datang dan mengatakan bahwa makanan telah siap
“Nyonya, makanan telah siap” ujar nya
“Baiklah bi. Apakah makanan sesuai dengan menu yang saya berikan tadi Bi Sumi” ujar mama
“Iya nyonya, sesuai dengan menu yang anda inginkan”
Setelah mengatakan itu, mamapun menyuruhnya untuk pergi. Mama kemudian melihat kearahku, dan menyuruhku untuk memanggil kakaknya yang ntah kemana tiba-tiba pergi yang kemungkinan berada di garasi. Aku pun beranjak pergi untuk memanggil kakaknya itu.
Dan sesuai dugaan, kakak berada di garasi dan sedang melihat koleksi mobil milikinya. Aku pun menghampirinya.
“Kakak, ayo. Makanan sudah siap. Mama menyuruhku untuk memanggil kak” ujarku sambil mendekat kearah kakaknya itu
Mendengar suara adiknya, Deo pun segera melihat kedatangan adiknya
“Baiklah ayo pergi” ujarnya
***
Setelah makan malam, Kak Deo meminta izin ke papa dan mama untuk berjalan-jalan sebentar dan mengajak Rea untuk ikut bersamanya.
“Memang kamu mau kemana, ini malam Deo” ujar mama
“Deo hanya ingin jalan-jalan saja ma. Selain itu, Deo ingin makan martabak manis dan asin ma. Karena saat mau ke Indonesia list Deo adalah membeli makanan itu, bolehkan ma” ujar Deo
“Pergilah Deo” ujar papa
“Mas, itu makanan tidak sehat. Memakai banyak minyak, selain itu pasti dari pinggir jalan. Kamu, Deo jangan membeli makanan itu. Jalan-jalan boleh, beli makanan itu tidak” ujar kesal mama
“Pergilah Deo, beli makanan yang ingin kamu coba” ujar papa mengijinkan
“MAS!!!” mama marah saat mendengar persetujuan papa
“Biarkan anak-anak mencoba apa yang mereka inginkan. Mereka tau mana yang baik dan tidaknya. Mereka sudah besar MIira. Deo pergilah bersama Rea, nanti bungkus martabak asin ya buat papa” ujar papa
Deo yang mendengar persetujuan dari papa pun merasa senang. Rea yang melihat perdebatan itu pun merasa senang saat papa memperbolehkan membeli makanan itu, karena ia pun merasa rindu memakan makanan itu.
“Baiklah kalian boleh membeli makanan itu, hanya untuk kali ini saja. Lain kali, mama pasti menentangnya” ketus mama
Akhirnya, Deo pun pergi bersama Rea menaiki sebuah mobil jenis BMW seri 3. Mereka berkeliling kota Jakarta, kota metropolitan Indonesia. Melihat keramaian kota pada saat malam pun, mereka merasa senang. Kemudian, diperjalanan terdapat sebuah pasar malam. Rea yang melihat pasar malam itu, ingin sekali pergi kesana. Deo yang melihat kearah mana adiknya itu melihat kearah pasar malam itu pun tersenyum. Kemudian ia pun putar balikkan mobilnya menuju kearah pasar malam
Melihat kakaknya yang putar balik pun membuat Rea kebingungan.
“Kakak ini kita mau kemana? Bukankah harus jalan terus ya untuk membeli martabak sesuai Gmaps kan?” ujar Rea yang kebingungan
“Kita ke pasar malam sebentar, bukankah Rea ingin kesana?” tanya Kak Deo
“Bolehkah kita kesana kakak?”
“Tentu saja adik, kita akan kesana sebentar. Lagian kakak bisa memesan terlebih dahulu. Kakak lihat tadi kita bisa menghubungi penjualnya dan bisa mengambilnya saat selesai dari pasar malam” jelasnya
Rea merasa senang saat akan pergi ke pasar malam. Meskipun hanya sebentar setidaknya ia ingin merasakan pasar malam seperti saat ia kecil dulu bersama orang tua kandungnya.
***
Setelah dari pasar malam, mereka menuju ke tempat penjual martabak sesuai dengan G-maps tampilkan. Setelah mengambil pesanan mereka, mereka segera pulang karena takut terlalu malam.
Saat sampai di rumah pun terlihat papa yang duduk di ruang tamu sambil membaca sebuah buku ditemani dengan segelas kopi.
“Kami pulang” ujar kami secara bersamaan
“Deo, akhirnya kalian pulang. Papa sudah tidak sabar memakan martabaknya. Mana martabaknya?” ujar papa dengan semangat
“Sabar pa, ini mau diletakkan di piring dulu. Bentar ya, Rea ke dapur dulu”
Setelah meletakkan makanannya ke piring, Rea pun segera menghampiri ayah dan kakaknya berada. Melihat kedatangan putrinya, papa merasa senang.
Mereka memakan martabak itu dengan khidmat.
“Setelah ini kalian harus beristirahat. Besok kalian harus ke sekolah mengambil seragam sekolah sekalian kalian bisa melihat-lihat lingkungan sekolah. Besok kalian diantar Pak Surya dulu untuk mengenal jalan ke sekolah, kalian mengerti?” ujar papa
“Mengerti pa” ujar kami secara serentak
“Sudahlah, ayo istirahat. Biar nanti dibersihkan sama Bi Sumi nanti” ujar papa sambil berlalu menuju kamarnya. Kami pun mengikuti papa dibelakangnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!